KATA PENGANTAR
i
Safiah
DAFTAR IS
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Pustaka 50
Lampiran 1 52
Lampiran 2 53
ii
iii
KISAH KECIL ABDUL MOEIS
1
Sejak kecil aku sudah senang berdebat. Pendapat aku
yang dianggap benar, akan aku pertahankan sebisa-
bisanya. Kalau pendapat aku yang benar itu disalahkan
orang, aku tidak segan-segan untuk berkelahi. Tetapi
kalau karena berkelahi itu aku akan dihukum oleh ayah
aku, hukuman itu aku terima dengan tabah. Aku tidak
mengeluh karena dihukum itu .
2
Aku merasa sudah dewasa. Aku ingin memperlihatkan
kepada teman-teman aku, bahwa aku seorang yang
pemberani.
3
Dalam usia tujuh tahun aku dimasukkan ke sekolah
oleh ayah aku. Sekolah yang aku masuki ialah sekolah
Peuropeesche Lagere School. Sekolah dengan nama
bahasa Belanda itu sederajat dengan Sekolah Dasar pada
masa sekarang. ELS itu ada di Padang. Tidak semua
anak-anak boleh memasuki sekolah tersebut. Hanya
anak-anak orang berpangkat yang diterima menjadi
murid ELS. Untunglah ayah aku seorang Tuanku Laras
4
Ayah aku tersenyum mendengar jawaban aku.
Sesuatu rasa bangga terselip di lubuk hatinya. Cita-cita
untuk menjadi dokter itu sudah menjadi impian aku.
“Sejak aku belajar di ELS. Orang tua aku pun setuju.
Mereka sudah membayangkan bahwa anak mereka kelak
akan menjadi seorang dokter. Nama keluarga Laras
Sungai Puar akan semakin terkenal. Bukankah dokter itu
dikenal oleh seluruh orang? Aku pun giat belajar. Kalau
ada pelajaran yang kurang jelas aku tidak segan-segan
bertanya kepada guru atau kawan-kawan aku. Karena
malu bertanya akan sesat di jalan.
“Setelah aku menamatkan E LS, aku pun berangkat
ke Jakarta. Pada masa itu aku disebut Batavia. Aku
mendaftarkan diri di Stovia (Sekolah Dokter). Pada masa
itu di Sumatra Barat belum ada sekolah dokter.
Alangkah gembira hati aku ketika aku diterima di
sekolah tersebut.
5
berkenalan dengan pemuda-pemuda yang berasal dari
berbagai daerah , kami merasa akrab satu dengan yang
lainnya. Selain itu aku senang pula berolah raga. Di
Stovia aku dikenal sebagai seorang atlit.
6
Karena itu timbul cita-cita untuk hidup sebagai bangsa
yang merdeka, Kesemuanya itu sering juga disebut
bangkitnya nasionalisme Indonesia.
7
dikeluarkan dari sekolah. Padahal kami bercita-cita
untuk menjadi orang yang berpendidikan. Dengan
pendidikan itu kami kelak akan memperbaiki nasib
bangsa kami yang tertindas.
8
bahwa kebersihan sangat perlu untuk kesehatan. Banyak
lagi angan-angannya.
“ Karena aku belajar dengan tekun, maka setiap
tahun aku naik tingkat. Aku sudah duduk di tingkat tiga.
Dan aku juga sudah mulai melakukan praktek bedah.
Pada suatu hari, ketika aku melakukan praktek bedah,
kepala aku terasa pusing. Semula dikiranya hanya sakit
kepala biasa. Tetapi dalam praktek-praktek berikutnya
kepala aku tetap terasa pusing. Maka mulailah aku
menyadari kelemahan aku.Aku tidak tahan melihat darah
banyak mengalir.
“Aku menjadi sedih. Cita-cita aku untuk menjadi
seorang dokter mulai kabur. Aku tak akan pulang ke
kekampung membawa ijazah dokter. Aku tak akan
pernah memakai pakaian putih-putih seperti yang
biasanya dipakai oleh seseorang dokter. Aku tak akan
dapat menolong bangsa yang menderita penyakit. Lama
aku merenung bagaimana nasib cita-cita aku. Lama aku
bersedih hati. Alangkah malang nasib aku. Sia-sialah
uang orang tua aku yang sudah banyak digunakan untuk
menyekolahkan aku. Marahkah mereka nanti, mendengar
semua ini.
9
“ Akan jadi apakah aku selanjutnya
10
Sumatra Barat. Penduduk daerah itu terkenal sebagai
orang yang suka berdagang. Tetapi aku tidak tertarik
kepada bidang tersebut.
Akhirnya orang tua aku menasehati aku supaya
aku bekerja sebagai pegawai. Untuk tidak
mengecewakan hati mereka, aku bekerja pada
Departemen Agama dan Kerajinan. Ternyata bekerja
sebagai pegawai itu tidak menyenangkan hati aku. Aku
bersekolah bukan untuk menjadi pegawai.
11
terjadi salah cetak. Karena tugas tersebut, aku banyak
membaca karangan-karangan yang ditulis oleh orang
Belanda. Banyak isinya yang menghina bangsa
Indonesia. Aku pun merasa terhina.
12
Indonesia, bukan orang asing. Kemudian nama aku
diganti dan terkenal dengan nama Danudirja Setiabudhi.
Suwardi Suryaningrat pun kemudian mengganti
namanya menjadi Ki Hajar Dewantara.
13
senang hati. Mulai akhir tahun 1914 aku bekerja sebagai
pemimpin redaksi surat kabar Kaum Muda.
14
surat kabar Kaum Muda sangat laris. Penggemarnya
bukan hanya orang-orang pergerakan, tetapi juga
pegawai pemerintah.
15
ada di Indonesia akan dipanggil ke Eropah. Kalau hal itu
terjadi, akan banyak terdapat lowongan pekerjaan.
Orang-orang Indonesia akan mendapat kesempatan
untuk mengisinya.
16
Indonesia. Anggotanya sangat banyak. Cabang-cabang
Sarekat Islam berdiri di mamana-mana.
17
anggota pula dari Indische Partij. Maka pimpinan De
Express mengangkat Aku menjadi anggota staf redaksi.
Dalam karangan-karangan aku memakai nama A.M.
Orang sudah tahu bahwa A.M. itu adalah kependekan
dari nama aku Abdul Moeis.
18
Komite itu dibentuk dalam rangka perayaan
kemerdekaan Belanda. Tetapi maksud dan tujuannya
berbeda dengan maksud Pemerintah. Rencana komite itu
ialah :
19
sejadi-jadinya. Kritik-kritik dikeluarkan pula melalui
surat kabar.
20
Douwes Dekker dan dr. Tjipto dibuang ke Negeri
Belanda. Aku dan Wignyadisastra dibebaskan.
21
Kegiatan Aku dalam Sarekat Islam terus
meningkat. Dalam tahun 1916 diadakan Kongres
Nasional I Central Sarekat Islam di Bandung. Kongres
itu dihadiri oleh utusan dari semua cabang Sarekat Islam.
Aku aktif dalam memimpin kongres. Dalam kongres itu
bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa pengantar. Hal itu
sangat menarik perhatian para hadirin. Sebelumnya,
bahasa Melayu , tidak pernah dipakai dalam rapat-rapat.
22
kita harus bersedia membalas kekerasan dengan
kekerasan pula. Dan bersedialah pula kita berkorban bagi
bangsa dan tanah air kita,”
23
Untuk menambah penghasilan aku, dalam tahun
1917 Aku bekerja sebagai pegawai pajak gadai di
Bandung. Dengan cepat aku memperoleh simpati di
kalangan buruh pegadaian. Mereka senang kepada Aku.
Pengaruhnya makin lama makin besar.
24
Perjalana ke Negeri Belanda itu merupakan
pengalaman berharga bagi Aku. Aku dan anggota yang
lainnya dijamu oleh Ratu Wilhelmina. Mereka dibawa
melihat-lihat gudang-gudang senjata. Tentu maksud
Belanda ialah untuk mengatakan bahwa mereka cukup
kuat. Karena itu mereka masih sanggup mempertahankan
Indonesia dengan kekuatan sendiri. Tidak perlu meminta
bantuan negara Iain. Tidak perlu pula rakyat Indonesia
dilatih sebagai anggota militer. Rakyat Indonesia tidak
perlu kawatir akan keselamatannya.
25
Selama berada di Negeri Belanda, dalam setiap
kesempatan bertemu dengan pemimpin-pemimpin
Belanda, hal itu selalu Aku bicarakan. Aku meminta
supaya di Indonesia didirikan sekolah teknik. Aku
mengatakan bahwa hal itu akan memberi keuntungan
bukan hanya kepada orang Indonesia, tetapi juga kepada
Kerajaan Belanda.
26
undang wajib militer di Indonesia. Di bidang itu kami
gagal tetapi di bidang lain ada juga basil. Aku dan
kawan-kawan mendesak agar Pernerintah Belanda
membahas soal pembentukan dewan perwakilan rakyat
“parlemen”. “Pemerintah Belanda berjanji akan
membahasnya.
27
Jepang dan di Hongkong Aku melihat buruh yang sibuk
membongkar barang-barang yang dibawa dari Indonesia.
Banyak hasil bumi dan hasil tambang Indonesia yang
diangkut ke negeri-negeri itu. Banyak pula yang
diangkut ke negeri-negeri Eropah. Tetapi siapakah yang
mengeruk keuntungan itu ? Tak lain ialah kaum kapitalis
atau orang-orang asing. Kalau saja keuntungan itu
diberikan kepada bangsa Indonesia, tentulah mereka
akan menjadi makmur.
28
Volksraad sebagai wakil Sarekat Islam. Di situ kami
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
29
Kaum komunis tidak mengenal agama. Karena itu
Aku dan kawan-kawan tidak mau kalau faham itu
dibawa pula ke dalam Sarekat Islam.
SASTRAWAN
30
Aku tidak hanya dikenal sebagai seorang
politikus. Aku juga dikenal sebagai seorang
sastrawan. Malahan, di bidang sastra aku juga
dianggap sebagai perintis Pujangga Baru. Banyak
buku yang telah aku karang. Banyak juga buku
berbahasa asing yang aku terjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia.
31
untuk mengarang sebagai tempat penyaluran
kesusahan hati.
32
“ Orang tua gadis itu tidak mengizinkan
anaknya menikah dengan aku karena aku seorang
anak jajahan, apalagi tidak berkulitputih.”
33
tokoh terkemuka dalam kesuksesan Angkatan
Tahun 20-an.
34
Golongan anak muda ingin mencapai
kemajuan, Cara yang kami lakukan adakalanya
tidak disetujui oleh golongan orang tua. Mereka
menganggap bahwa cara-cara itu berlawanan
dengan adat kebiasaan. Golongan orang tua takut
melanggar kebiasaan yang sudah ada.
35
Ada tiga belas buah buku yang aku karang. Di
antaranya ialah Pertemuan Jodoh, Daman Brandal
Anak Gudang, Robert Anak Surapati, Sabai Nan
Aluih dan ada juga Surat Menvurat. Selain itu
banyak pula buku berbahasa asing yang aku
terjemahkan. Ialah Sebatang Kara, Pangeran
Kornel, dan Cut Nyak Dien. Sebuah buku yang
berkisah mengenai sejarah pergerakan nasional
Indonesia yang aku terjemahkan. Buku itu adalah
karangan yang aku terjemahkan untuk Menuju
Kemerdekaan.
KEMERDEKAAN
36
membela kepentingan rakyat kecil. Dalam masa itu Aku
bekerja sebagai pengacara.
37
Dalam tahun 1930 Aku menerima surat dari
Presiden Sukarno. Isinya, Aku diangkat menjadi anggota
Dewan Pertimbangan Agung. Pengangkatan itu Aku
terima dengan rasa haru. Rupanya Aku masih dihargai
orang.
38
adalah gerombolan pemberontak yang tidak mau
mengakui Republik Indonesia.
39
KEHIDUPAN BERKELUARGA
ABDUL MOEIS
40
mencintai seorang gadis Belanda. Gadis itu pun
mencinta aku.
42
wartawati pada Pers Agentschap Hindia Timur di
Bandung.
43
“Sifat tolong menolong adalah sifat yang terpuji. Tuhan
sayang kepada orang yang suka menolong,” demikian
nasehat Aku kepada anak-anak aku.
44
Dalam soal berpakaian, Aku tidak menekan kemauan
anak-anak aku. Mereka bebas memakai pakaian yang
mereka sukai. Karena itu anak-anak aku selalu mengikuti
mode. Tetapi aku menasehati mereka, “Pandanglah dulu
dirimu dan bertanyalah apakah hal itu cocok dengan
pribadimu.”
45
harus aku tepati. Aku tidak mau mengecewakan orang
lain.
ORANG BUANGAN
46
Kunjungan aku ke daerah-daerah itu banyak
bahayanya bagi diri aku. Tidak lama sesudah Aku
mengunjungi Toli-toli, terjadi huru-hara di situ. Seorang
ketua Belanda dibunuh oleh rakyat, sebab ketua belanda
itu bertindak terlalu kejam. Ketua belanda itu bernama
De Kat Angelino. Pemerintah menuduh Aku yang
menghasut rakyat untuk membunuh pembesar tersebut.
La menolak tuduhan terhadap dirinya. Selain itu ia juga
membela tindakan rakyat toli-toli. Aku mengatakan
bahwa rakyat itu tidak bersalah. Yang salah adalah
Pemerintah Belanda.
47
Pekerjaan aku bertambah lagi, sebab dalam tahun
1922 aku diangkat menjadi Ketua Pengurus Besar Buruh
Pegadaian. Waktu itu kaum buruh Indonesia hidup
menderita. Gaji mereka kecil. Karena itu mereka hidup
selalu dalam kekurangan. Mereka dipaksa bekerja keras
dan sering dihina, disamakan dengan binatang.
48
Dalam tahun 1926 aku dijatuhi hukuman oleh
Pemerintah belanda. Aku dilarang melakukan kegiatan
politik. Sesudah itu aku dijatuhi pula hukuman buang.
Tetapi aku boleh memilih daerah yang aku sukai untuk
tinggal.
49
aku tidak sanggup menjalankan tugas aku. Semuanya itu
aku terima dengan lapang dada. Aku tidak marah kepada
orang-orang Indonesia yang mengeritik aku. Begitu pula
kepada atasan aku, sebab aku tahu bahwa aku bekerja
dengan baik.
SELESAI
Daftar Pustaka
50
Abdul Muis, Metode Penulisan novel dan Metode
Penelitian Hukum, Fak. Hukum USU, Medan, 1990.
51
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta
Penjelasannya, Politeia, Bogor, 2004.
Lampiran 1
52
Abdul Muis lahir pada tanggal 3 Juni 1883 di
Bukittinggi, Sumatra Barat. Ia adalah putra Datuk
Tumenggung Lareh, Sungai Puar. Seperti halnya orang
Minangkabau, Abdul Muis juga memiliki jiwa petualang
yang tinggi. Sejak masih remaja, ia sudah berani
meninggalkan kampung halamannya, merantau ke Puiau
Jawa. Bahkan, masa tuanya pun dihabiskannya di
perantauan.
53
Lampiran 2
BIOGRAFI PENULIS
54
salah satu tugas sekolahnya. Novelnya berjudul “Abdul
Muis Dengan Dunia Politik”.
55
56