Anda di halaman 1dari 60

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu di panjatkan kepada Allah


SWT karena limpahan rahmat dan karunia-Nya saya
mampu menyelesaikan novel dengan judul “Abdul Muis
dengan dunia politik“ dari Minangkabau. Novel ini
berkisah tentang tokoh dari Sumatera Barat yang
menjadi salah satu perjuangan ABDUL MOEIS di dunia
politik.

Ia menegaskan untuk mempertahankan dunia


politiknya dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Sebagai manusia biasa saya sadar bahwa novel yang
saya buat masih belum pantas jika disebut sebagai
sebuah karya yang sempurna. Tulisan masih banyak
memiliki kesalahan, baik dari tata bahasa maupun teknik
penulisan itu sendiri. Maka saya meminta adanya
masukan yang membangun agar kami semakin
termotivasi untuk menjadi lebih baik dan lebih
memperbaiki kualitas novel saya kekepannya.

Massamba, September 2022

i
Safiah

DAFTAR IS

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Masa Kecil Abdul Moeis 1

Dokter Yang Gagal 8

Terjun Ke Dunia Jurnalistik 11

Memasuki Dunia Politik 16

Abdul Moeis Sebagai Sastrawan 30

Penderitaan Abdul Moeis Semasa Kemerdekaan 36

Kehidupan Berkeluarga Abdul Moeis 39

Abdul Moeis Hidup Sebagai Orang Buangan 45

Daftar Pustaka 50

Lampiran 1 52

Lampiran 2 53

ii
iii
KISAH KECIL ABDUL MOEIS

Aku yang baru lahir itu diberi nama Abdul Moeis.


Sejak kecil Aku sudah terlihat , bahwa Aku itu akan
menjadi laki-laki yang gagah. Muka Roman bagus.
Kulit aku yang kuning langsat.

Aku dibesarkan di tengah-tengah keluarga berada


dan terpandang. Sejak kecil Aku sudah terbiasa
mendengar hiruk pikuk besi yang ditempa. Begitupun
aku sudah biasa mendengar orang-orang bersilat lidah
dan berdebat. Orang Minangkabau terkenal pandai
berbicara.

Teman-teman Aku hormat kepada Aku, sebab Aku


anak orang berpangkat. Karena itu, dalam pergaulan.
Aku mempunyai kelebihan dari teman-teman Aku.
Dalam rombongan anak-anak yang sebaya dengan aku,
aku selalu menjadi pemimpin. Tetapi hal itu tidak
membuat aku menjadi seorang anak yang sombong.
itulah sebabnya anak-anak lain senang bergaul dengan
Aku. Lagi pula, aku selalu bersedia membantu teman-
teman aku yang dalam kesulitan.

1
Sejak kecil aku sudah senang berdebat. Pendapat aku
yang dianggap benar, akan aku pertahankan sebisa-
bisanya. Kalau pendapat aku yang benar itu disalahkan
orang, aku tidak segan-segan untuk berkelahi. Tetapi
kalau karena berkelahi itu aku akan dihukum oleh ayah
aku, hukuman itu aku terima dengan tabah. Aku tidak
mengeluh karena dihukum itu .

Di lingkungan Aku itu ada satu atau dua orang anak


yang agak nakal. Mereka sering mengganggu Aku. Bila
hal itu terjadi.

“ayah Aku pasti akan memarahi anak itu yang


mengganggu aku. “

Aku pun berkelahi dengan anak itu. Karena Aku


sering berkelahi, ayah Aku menugaskan seorang
“pengawalan” untuk mengawasi Aku.

Aku berani melakukan pekerjaan yang berbahaya.


Tetapi keberanian Aku itu hampir saja membawa
malapetaka bagi diri Aku. Pada suatu kali aku
mengendarai “kereta bugis”. Kereta itu aku naikin
seorang diri. Aku sangat bangga dengan diri aku sendiri.

2
Aku merasa sudah dewasa. Aku ingin memperlihatkan
kepada teman-teman aku, bahwa aku seorang yang
pemberani.

Kuda yang menarik kereta itu aku lecut berkali-kali.


Akibatnya, kuda itu melarikan kereta sekencang-
kencangnya. Aku menjadi cemas. Aku tak dapat lagi
mengendalikan keretanya. Hampir saja kereta itu masuk
jurang. Hanya karena nasib baik, aku terhindar dari
bahaya.

Ayah aku marah bukan main. Ayah aku sangat


sayang kepada Aku. Kalau kereta itu rusak, ayah dapat
digantinya. Tetapi kalau tangan atau kaki Aku patah,
dengan apa akan digantikan. Aku menundukkan kepala.
Muka aku pucat. Aku tahu bahwa aku bersalah.

Sesudah peristiwa itu aku insyaf, bahwa perbuatan


aku yang terlalu berani tidak baik. Apalagi kalau
keberanian aku itu tidak diukur dengan kemampuan diri
aku sendiri.

3
Dalam usia tujuh tahun aku dimasukkan ke sekolah
oleh ayah aku. Sekolah yang aku masuki ialah sekolah
Peuropeesche Lagere School. Sekolah dengan nama
bahasa Belanda itu sederajat dengan Sekolah Dasar pada
masa sekarang. ELS itu ada di Padang. Tidak semua
anak-anak boleh memasuki sekolah tersebut. Hanya
anak-anak orang berpangkat yang diterima menjadi
murid ELS. Untunglah ayah aku seorang Tuanku Laras

Suatu kali ayah Haji Abdul Gani bertanya kepada aku,

“Kalau sudah besar nanti, mau menjadi apa engkau


Moeis?”

“Aku mau menjadi dokter, Ayah.”

‘’Tidak inginkah engkau menjadi Tuanku Laras Seperti


ayah?

‘’Dokter itu kan orang pintar, Ayah. Dokter suka


menolong orang yang sakit. Aku ingin menjadi dokter
supaya aku dapat mengobati orang-orang kampung kita.
Kalau Ayah atau Ibu sakit, tak perlu ayah mencari dokter
lain. Dokter Abdul Moeis sudah ada yang akan
mengobati Ayah dan Ibu.”

4
Ayah aku tersenyum mendengar jawaban aku.
Sesuatu rasa bangga terselip di lubuk hatinya. Cita-cita
untuk menjadi dokter itu sudah menjadi impian aku.
“Sejak aku belajar di ELS. Orang tua aku pun setuju.
Mereka sudah membayangkan bahwa anak mereka kelak
akan menjadi seorang dokter. Nama keluarga Laras
Sungai Puar akan semakin terkenal. Bukankah dokter itu
dikenal oleh seluruh orang? Aku pun giat belajar. Kalau
ada pelajaran yang kurang jelas aku tidak segan-segan
bertanya kepada guru atau kawan-kawan aku. Karena
malu bertanya akan sesat di jalan.
“Setelah aku menamatkan E LS, aku pun berangkat
ke Jakarta. Pada masa itu aku disebut Batavia. Aku
mendaftarkan diri di Stovia (Sekolah Dokter). Pada masa
itu di Sumatra Barat belum ada sekolah dokter.
Alangkah gembira hati aku ketika aku diterima di
sekolah tersebut.

“Waktu itu aku telah menjadi seorang pemuda yang


gagah dan tampan. Di Stovia aku sibuk belajar mengejar
cita-cita aku Tetapi selain itu aku tidak pula melupakan
pergaulan dengan teman-teman aku. Aku bergaul dan

5
berkenalan dengan pemuda-pemuda yang berasal dari
berbagai daerah , kami merasa akrab satu dengan yang
lainnya. Selain itu aku senang pula berolah raga. Di
Stovia aku dikenal sebagai seorang atlit.

"Kami menceritakan keadaan kami di daerah kami


masing-masing. Tentang adat istiadat dan kehidupan
penduduk. Selain itu kami bercerita pula bagaimana
sengsaranya rakyat akibat penjajahan Belanda. Lama
kelamaan di antara kami terjalin rasa persaudaraan yang
erat. Kami mulai menyadari, bahwa sesungguhnya kami
adalah satu bangsa. Bahkan nasib kami juga sama, yakni
sama-sama menderita di bawah penjajahan. Kami sadar
pula, bahwa ada perbedaan antara orang Indonesia
dengan orang kulit putih. Orang Indonesia dianggap
sebagai manusia yang rendah derajatnya. Sikap orang
Belanda angkuh dan sombong. Begitu pula orang-orang
Cina. Pemerintah jajahan memberikan kedudukan yang
lebih tinggi kepada orang Cina daripada kepada orang
Indonesia.

"Karena kepincangan-kepincangan itu timbullah rasa


jengkel di hati kami, kami jengkel terhadap penjajahan.

6
Karena itu timbul cita-cita untuk hidup sebagai bangsa
yang merdeka, Kesemuanya itu sering juga disebut
bangkitnya nasionalisme Indonesia.

"Keadaan di Stovia banyak pula yang menimbulkan


rasa jengkel. Banyak peraturan di sekolah itu yang tidak
memuaskan hati aku. Banyak peraturan yang tidak boleh
dilanggar. Siapa yang berani melanggar, tentu akan
mendapat hukuman. Mengenai soal pakaian pun ada
peraturannya.

"Mahasiswa dari Jawa dan Sumatra yang tidak


beragama Kristen, tidak boleh memakai pakaian model
Eropah yaitu pakaian yang terdiri dari kemeja dan celana
panjang atau celana pendek. Kami harus memakai
pakaian adat daerah kami masing-masing. Alangkah
berbedanya keadaan itu dengan keadaan waktu Kami
masih di sekolah dasar. Waktu itu kami boleh berpakaian
model Eropah. Para mahasiswa menjadi sakit hati.
Tetapi

rasa sakit hati itu tak dapat disalurkan. Kami terpaksa


tunduk kepada peraturan. Kalau tidak, kami akan

7
dikeluarkan dari sekolah. Padahal kami bercita-cita
untuk menjadi orang yang berpendidikan. Dengan
pendidikan itu kami kelak akan memperbaiki nasib
bangsa kami yang tertindas.

DOKTER YANG GAGAL

"Aku sangat giat belajar. Dan aku ingin agar cita-


cita aku sampai tercapai. Alangkah gembira hati ayah
dan ibu aku nanti, kalau aku pulang ke kampung sudah
menjadi seorang dokter. Aku akan bercerita kepada
teman-teman aku tentang pengalaman aku selama
bersekolah. Aku akan menceritakan kepada ayah, ibu,
dan keluarga aku tentang kota Batavia. Mereka pasti
akan senang. Penduduk Sungai Puar tentu akan bangga
sebab seorang putranya telah menjadi dokter.
“Tetapi bukan itu saja yang penting bagi aku.
Aku sudah membayangkan bagaimana aku sibuk
mengobati orang-orang yang sakit. Aku akan menolong
orang-orang kampung lain. Aku akan menolong
bangsanya. Aku akan menerangkan kepada mereka

8
bahwa kebersihan sangat perlu untuk kesehatan. Banyak
lagi angan-angannya.
“ Karena aku belajar dengan tekun, maka setiap
tahun aku naik tingkat. Aku sudah duduk di tingkat tiga.
Dan aku juga sudah mulai melakukan praktek bedah.
Pada suatu hari, ketika aku melakukan praktek bedah,
kepala aku terasa pusing. Semula dikiranya hanya sakit
kepala biasa. Tetapi dalam praktek-praktek berikutnya
kepala aku tetap terasa pusing. Maka mulailah aku
menyadari kelemahan aku.Aku tidak tahan melihat darah
banyak mengalir.
“Aku menjadi sedih. Cita-cita aku untuk menjadi
seorang dokter mulai kabur. Aku tak akan pulang ke
kekampung membawa ijazah dokter. Aku tak akan
pernah memakai pakaian putih-putih seperti yang
biasanya dipakai oleh seseorang dokter. Aku tak akan
dapat menolong bangsa yang menderita penyakit. Lama
aku merenung bagaimana nasib cita-cita aku. Lama aku
bersedih hati. Alangkah malang nasib aku. Sia-sialah
uang orang tua aku yang sudah banyak digunakan untuk
menyekolahkan aku. Marahkah mereka nanti, mendengar
semua ini.

9
“ Akan jadi apakah aku selanjutnya

“ Apakah aku akan pulang ke kampung dan

“ dan bekerja sebagai tukang besi?

“ Atau membantu perusahaan korek api ayah?

“Akhirnya aku menceritakan keadaan aku kepada


orang tua aku. Untunglah ayah dan ibu aku cukup
mengerti. Mereka tidak marah, sebab hal itu bukan
karena kelalaian aku. Keadaan itu berada di luar
kemampuan aku. Mereka menasehati aku, ayah dan ibu
aku berkata

“Manusia boleh berkehendak, tetapi Tuhan juga


yang menentukan,” kata ayah aku menenangkan hati
aku. Kedua orang tua aku menasehati aku agar tidak
patah hati. “Masih banyak lapangan lain yang dapat aku
masuki. Janganlah patah semangat. Mungkin bukan
suratan takdirmu menjadi dokter. Kami percaya bahwa
di lapangan lain tentu engkau akan berhasil,” kata ayah
aku selanjutnya.
Tetapi apakah yang akan kamu dilakukan Moeis?
Kalau dititik asal usulnya, aku berasal dari daerah

10
Sumatra Barat. Penduduk daerah itu terkenal sebagai
orang yang suka berdagang. Tetapi aku tidak tertarik
kepada bidang tersebut.
Akhirnya orang tua aku menasehati aku supaya
aku bekerja sebagai pegawai. Untuk tidak
mengecewakan hati mereka, aku bekerja pada
Departemen Agama dan Kerajinan. Ternyata bekerja
sebagai pegawai itu tidak menyenangkan hati aku. Aku
bersekolah bukan untuk menjadi pegawai.

TERJUN KE DUNIA JURNALISTIK

“Aku berhenti bekerja sebagai pegawai Pemerintah.


Sesudah itu aku bekerja pada surat kabar Preanger Bode
di Bandung. Surat kabar itu berbahasa Belanda.
Pemimpinnya pun orang Belanda. Aku tertarik kepada
bidang kewartawanan. Aku merasa bahwa aku berbakat
untuk mengarang. Bukankah sejak kecil aku sudah biasa
bersilat lidah.

Mula-mula aku diberi pekerjaan sebagai korektor.


Tugasnya ialah mengoreksi naskah agar jangan sampai

11
terjadi salah cetak. Karena tugas tersebut, aku banyak
membaca karangan-karangan yang ditulis oleh orang
Belanda. Banyak isinya yang menghina bangsa
Indonesia. Aku pun merasa terhina.

“Hati aku kesa Perasaan ke bangsa Aku tersinggung.


Perasaan kebangsaan itu sudah tumbuh waktu aku
belajar di Stovia. Kepada atasan aku diajukan, aku
protes. Tetapi protes-protesan aku tidak diindahkan.
Oleh karena itu aku membuat pula karangan-karangan
yang berisi pembelaan terhadap bangsa aku. Tetapi
atasan aku tidak mau memuat karangan-karangan
tersebut dalam surat kabar; aku tidak kehilangan akal
Penghinaan yang ditulis oleh orang belanda itu harus
dibalas, demikian pikir aku. Aku merasa wajib dan
terpanggil untuk membela martabat bangsa aku.

Karangan-karangan aku dikirimkan ke surat kabar


De Express. Surat kabar itu juga berbahasa Belanda.
Pimpinannya ialah E. F · E · Douwes Dekker, dr. Tjipto
Mangunkusumo (baca: dr. Cipto Mangunkusumo) dan
Suwardi Suryaningrat. Douwes Dekker adalah seorang
Belanda peranakan, Tetapi aku merasa diri aku orang

12
Indonesia, bukan orang asing. Kemudian nama aku
diganti dan terkenal dengan nama Danudirja Setiabudhi.
Suwardi Suryaningrat pun kemudian mengganti
namanya menjadi Ki Hajar Dewantara.

Ketiga orang pemimpin De Express itu adalah


orang nasionalis. Mereka tidak menyukai penjajahan
Belanda. Karangan-karangan yang dimuat dalam surat
kabar De Express banyak yang membela bangsa
Indonesia. Karena itulah karangan aku mereka terima
dengan senang hati. Sejak saat itu nama aku mulai
dikenal oleh masyarakat.

Karena aku sering bertengkar dengan pimpinan


Preanger Bode, akhirnya Aku minta berhenti. Kebetulan
pada waktu itu di Bandung ada surat kabar Kaum Muda.
Pimpinan surat kabar itu sudah mengenal Aku melalui
karangan-karangan yang dimuat dalam De Express. Aku
dimintanya untuk menjadi pimpinan redaksi Kaum
Muda. Permintaan itu Aku dipenuhi dengan segala

13
senang hati. Mulai akhir tahun 1914 aku bekerja sebagai
pemimpin redaksi surat kabar Kaum Muda.

Dalam surat kabar itu Aku dapat melepaskan


keinginan Aku untuk mengarang. Karangan-karangan
aku penuh berisi kritikan terhadap penjajahan Belanda.
Kepincangan-kepincangan yang terdapat dalam
masyarakat akibat penjajahan, diuraikan dengan jelas.
Dikupasnya bagaimana rakyat menderita di bawah
penjajahan Belanda.

Surat kabar Kaum Muda mempunyai ruanga


nyang disebut ruangan “iseng-iseng”. Ruangan itu sama
dengan ruangan pojok yang terdapat dalam surat kabar-
surat kabar zaman sekarang. Ruangan iseng-iseng itu
diberi nama “Keok “. Kata itu berasal dari bahasa
Minangkabau. Yang artinya ialah, kalah dan takut,
diambil dari bunyi ayam yang kalah dalam aduan.

Ruangan “Keok” sangat digemari oleh pembaca.


Ruangan aku diisi dengan kata-kata yang penuh sindiran
tetapi lucu. Sindiran itu ditujukan terhadap lawan-lawan,
terutama orang Belanda. Karena ada ruangan “Keok” itu,

14
surat kabar Kaum Muda sangat laris. Penggemarnya
bukan hanya orang-orang pergerakan, tetapi juga
pegawai pemerintah.

“Isi dalam ruangan “keok” adalah. Dalam tahun


1915 ada seorang wanita yang akan diangkat menjadi
lurah di daerah Serang. Masyarakat ribut karena tidak
setuju, Mereka menganggap, seorang wanita. Tidak
pantas menjadi lurah. Maka mereka menulis nama aku
dalam ruangan “Keok”. Dengan halus dan penuh humor
dikatakan bahwa orang-orang yang tidak setuju itu lupa
siapa yang memerintah negeri mereka. Bukankah yang
memerintah negeri mereka itu seorang wanita? Yang aku
dimaksud ialah Ratu Wilhelmina yang ketika itu menjadi
ratu kerajaan Belanda.

Waktu pecah Perang Dunia I timbul rasa kuatir


aku, bahwa Indonesia mungkin akan terlibat dalam
perang. Aku lega, di dalam ruangan “Keok” ketika
ditulis bahwa orang Indonesia tidak perlu kuatir. Biarlah
perang di Eropah itu berlangsung lama. Kalau perang itu
berlangsung lama, akan banyak laki-laki yang mati.
Untuk menggantikan mereka, orang-orang Eropah yang

15
ada di Indonesia akan dipanggil ke Eropah. Kalau hal itu
terjadi, akan banyak terdapat lowongan pekerjaan.
Orang-orang Indonesia akan mendapat kesempatan
untuk mengisinya.

MEMASUKI DUNIA POLlTlK

“Pergerakan nasional Indonesia dimulai dengan


berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Budi
Utomo didirikan oleh pelajar-pelajar Stovia. Sebagai
ketua yang pertama diangkat dr. Sutomo. Sesudah itu
berdiri partai-partai politik. Salah satu di antaranya ialah
Sarekat Islam. Partai-partai politik itu memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia.

Sejak di Sovia dalam diri Aku sudah tertanam rasa


kebangsaan. Pengalaman-pengalaman Aku di Preanger
Bode menambah tebal rasa kebangsaa aku. Aku tak mau
ketinggalan dalam usaha mernperjuangkan kemerdekaan
bagi Indonesia. Karena itu Aku memasuki Sarekat Islam.
Waktu itu Sarekat Islam adalah partai politik terbesar di

16
Indonesia. Anggotanya sangat banyak. Cabang-cabang
Sarekat Islam berdiri di mamana-mana.

Dalam Sarekat Islam, Aku memperlihatkan


kepintaran aku. Otak aku yang cerdas, aku sangat pandai
berdebat. Karena itu aku cepat dikenal oleh orang. Nama
Aku menjadi termasyhur. Mula-mula aku diangkat
menjadi Wakil Ketua Sarekat Islam untuk daerah Jawa
Barat. Tetapi tidak lama kemudian , Aku diangkat
menjadi anggota pengurus Sarekat Islam. Aku sangat
pandai berpidato. Kepandaian aku berpidato itu hampir
sama dengan Haji Umar Said Tjokroaminoto . Aku dapat
memikat hati para pendengar. Dalam pidato-pidato aku
menganjurkan agar rakyat berjuang untuk mencapai
Indonesia Merdeka.

Selain menjadi anggota Sarekat Islam, Aku juga


menjadi anggota Indische Partij. Waktu itu orang boleh
saja memasuki lebih dari satu partai. Indische Partij
dipimpin oleh Douwes Dekker, dr. Tjipto
Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat. Surat kabar
De Express adalah milik partai tersebut. Aku sudah
sering menulis dalam De Express Sekarang Aku menjadi

17
anggota pula dari Indische Partij. Maka pimpinan De
Express mengangkat Aku menjadi anggota staf redaksi.
Dalam karangan-karangan aku memakai nama A.M.
Orang sudah tahu bahwa A.M. itu adalah kependekan
dari nama aku Abdul Moeis.

Dalam tahun 1913 terjadi sebuah peristiwa yang


menggemparkan. Pemerintah Belanda bermaksud untuk
memperingati 100 tahun bebasnya Negeri Belanda dari
penjajahan Prancis. Negeri Belanda dijajah Prancis
sewaktu Prancis diperintah oleh Napoleon Bonaparte.
Barulah dalam tahun 1813 Negeri Belanda merdeka
kembali. Peringatan itu akan dirayakan secara besar-
besaran pada tanggal 13 November 1913. Pada waktu itu
semangat rakyat Indonesia sedang bangkit bergelora
untuk menuntut kemerdekaan.

Tokoh-tokoh pergerakan nasional memprotes


rencana itu. Di Bandung dibentuk Komite Bumiputera.
Yang menjadi ketuanya ialah dr. Tjipto Mangunkusumo.
Suwardi Suryaningrat diangkat menjadi sekretaris. Aku
duduk dalam komite itu sebagai anggota bersama-sama
dengan A. Wignyadisastra.

18
Komite itu dibentuk dalam rangka perayaan
kemerdekaan Belanda. Tetapi maksud dan tujuannya
berbeda dengan maksud Pemerintah. Rencana komite itu
ialah :

“ Melancarkan kritik terhadap kebijaksanaan · politik


pemerintah Belanda.

“ Memperjuangkan agar di Indonesia dibentuk parlemen.

“ Menuntut agar Pemerintah Belanda tidak melarang


orang Indonesia melakukan kegiatan politik.

“ Memperjuangkan kebebasan mengeluarkan pendapat.

Pada saat itu tersiar berita yang tambah


menyakitkan hati. Rakyat Indonesia di Jakarta, Bogor,
dan Malang dipaksa supaya memberikan uang untuk
membiayai perayaan tersebut. Komite Bumi Putera
sangat terkejut mendengarnya. Mereka marah, sebab
tindakan itu sungguh-sungguh tidak adil. Rakyat yang
masih terjajah dipaksa membiayai kemerdekaan orang
yang menjajahnya! Maka komite itu pun menjalankan
aksi-aksinya. Mereka mengadakan rapat-rapat. Dalam
rapat-rapat itu tindakan Pemerintah Belanda dikecam

19
sejadi-jadinya. Kritik-kritik dikeluarkan pula melalui
surat kabar.

Suwardi Suryaningrat menulis karangan yang


diterbitkan dalam benbuk brosur. Karangan itu berjudul
Seandainya aku seorang Belanda. Isi brosur itu sangat
tajam, tetapi ditulis secara halus. Dengan tulisan itu
Suwardi Suryaningrat menyindir orang-orang Belanda.
Pemerintah Belanda merasa tersinggung dan sangat
marah. Brosur itu disita dan dilarang beredar. Rumah-
rumah tokoh pergerakan nasional digeledah.

Tindakan Pemerintah itu membuat suasana


bertambah panas. Dr.Tjipto Mangunkusumo membuat
sebuah karangan. Pemerintah Belanda diejeknya.
Penyitaan dan larangan Pemerintah itu hanya
menunjukkan kelemahan, bukan kekuatannya. Dou wes
Dekker memuji cara yang dilakukan oleh Suwardi dan
Tjipto sebagai tindakan kepahlawanan.

Pemerintah Belanda menjalankan tangan besi.


Semua anggota Komite Bumi Putera ditangkap. Mereka
diseret ke pengadilan dan dijatuhi hukuman. Suwardi,

20
Douwes Dekker dan dr. Tjipto dibuang ke Negeri
Belanda. Aku dan Wignyadisastra dibebaskan.

Tetapi sejak saat itu nama Aku sudah dicatat oleh


Pemerintah sebagai orang yang berbahaya. Namun Aku
tidak merasa gentar, aku tetap menjalankan aksi-aksi
politik aku. Dalam Kongres Sarekat Islam di Surabaya
dalam tahun 1915, aku berpidato berapi-api. Penjajahan
Belanda dikecamnya dengan tajam. Dalam kongres itu
Aku menganjurkan supaya Sarekat Islam mendirikan
sekolah-sekolah.

Sekolah itu penting untuk mendidik pemuda-


pemuda yang akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa.

Sesuai dengan anjuran aku itu, di Bandung


didirikan sebuah sekolah. Dalam mendirikan sekolah itu
Aku dibantu oleh beberapa teman Aku. Dalam waktu
singkat sekolah itu sudah mempunyai 300 orang murid.
Sekolah-sekolah lain segera didirikan. Sekolah-sekolah
itu harus mengutamakan pendidikan nasional. Kepada
murid-murid harus ditanamkan rasa kebangsaan.

21
Kegiatan Aku dalam Sarekat Islam terus
meningkat. Dalam tahun 1916 diadakan Kongres
Nasional I Central Sarekat Islam di Bandung. Kongres
itu dihadiri oleh utusan dari semua cabang Sarekat Islam.
Aku aktif dalam memimpin kongres. Dalam kongres itu
bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa pengantar. Hal itu
sangat menarik perhatian para hadirin. Sebelumnya,
bahasa Melayu , tidak pernah dipakai dalam rapat-rapat.

Aku membahas tentang kesengsaraan rakyat.


Kesengsaraan itu disebabkan, oleh tindakan Pemerintah
Belanda. Rakyat diwajibkan membayar pajak yang
sangat tinggi. Mereka dipaksa pula melakukan kerja
rodi, yaitu kerja tanpa dibayar apa-apa.

Dalam kongres berikutnya di Jakarta, kembali Aku


berpidato berapi-api, aku menganjurkan agar Sarekat
Islam. Menempuh cara parlernenter. Pemerintah
Belanda harus didesak supaya memberi kebebasan
kepada rakyat Indonesia.

Dianjurkan supaya ditempuh segala cara untuk


memperoleh kemerdekaan. “Kalau usaha itu gagal, maka

22
kita harus bersedia membalas kekerasan dengan
kekerasan pula. Dan bersedialah pula kita berkorban bagi
bangsa dan tanah air kita,”

Walaupun Aku sibuk dengan soal politik, tetapi


bidang jurnalistik tidak aku ditinggalkan. Aku
berpendapat bahwa jurnalistik sangat erat hubungannya
dengan politik. Melalui jurnalistik kesadaran rakyat
dapat dibangkitkan. Tokoh-tokoh pergerakan Nasional
yang lainnya pun berpendapat seperti itu pula.

Dalam tahun 1916, bersama-sama dengan Haji


Agus Salim, Aku memimpin surat kabar Neratja. Surat
kabar itu terbit sampai tahun 1924. Neratja banyak
menyuarakan haluan politik Sarekat Islam, dan termasuk
surat kabar terbuka pada masa itu.

Sebagai seorang manusia, Aku harus pula


memikirkan kehidupan aku. Aku harus makan, membeli
pakaian dan kebutuhan lainnya. Honorarium yang aku
terima sebagai seorang penulis tidak mencukupi.
Sebagian dari penghasilan itu aku sumbangkan untuk
kepentingan perjuangan.

23
Untuk menambah penghasilan aku, dalam tahun
1917 Aku bekerja sebagai pegawai pajak gadai di
Bandung. Dengan cepat aku memperoleh simpati di
kalangan buruh pegadaian. Mereka senang kepada Aku.
Pengaruhnya makin lama makin besar.

Waktu itu di Eropah perang masih berkecamuk


dengan hebatnya. Orang ramai membicarakan masalah
pertahanan Indonesia. Karena itu dibentuklah sebuah
komite yang diberi nama “Indie Weerbaar”. Komite itu
menuntut kepada Pemerintah “Belanda supaya
pertahanan Indonesia diperkuat. Tetapi masalah itu tidak
dapat diselesaikan di Indonesia. Karena itu komite
mengirimkan tiga orang utusan ke Negeri Belanda. Aku
adalah salah seorang di antaranya.

Sebelum utusan itu berangkat, timbul perdebatan


dalam Sarekat Islam. Aku dan Tjokroaminoto dikritik
dengan sangat tajam oleh kelompok Semaun. Kelompok
itu tidak setuju dengan Indie Weerbaar. Waktu itu
Semaun dan beberapa orang lain sudah terpengaruh oleh
faham komunis.

24
Perjalana ke Negeri Belanda itu merupakan
pengalaman berharga bagi Aku. Aku dan anggota yang
lainnya dijamu oleh Ratu Wilhelmina. Mereka dibawa
melihat-lihat gudang-gudang senjata. Tentu maksud
Belanda ialah untuk mengatakan bahwa mereka cukup
kuat. Karena itu mereka masih sanggup mempertahankan
Indonesia dengan kekuatan sendiri. Tidak perlu meminta
bantuan negara Iain. Tidak perlu pula rakyat Indonesia
dilatih sebagai anggota militer. Rakyat Indonesia tidak
perlu kawatir akan keselamatannya.

Waktu meninjau pangkalan udara, Aku ditawarkan


apakah aku berani naik pesawat terbang. Aku yang sejak
kecil memang terkenal berani , aku tidak menolak
Tawaran itu aku diterima dengan tidak ragu-ragu.

Pada waktu itulah untuk pertama kalinya Aku


naik pesawat terbang. Peristiwa itu sangat berkesan di
hati Aku. Pikiran Aku tambah terbuka. Aku berpikir
bahwa bangsa Indonesia perlu meniru kemajuan teknik
dunia Barat, agar maju pula di bidang teknik. Kalau
tidak demikian, maka bangsa Indonesia selalu akan
ketinggalan.

25
Selama berada di Negeri Belanda, dalam setiap
kesempatan bertemu dengan pemimpin-pemimpin
Belanda, hal itu selalu Aku bicarakan. Aku meminta
supaya di Indonesia didirikan sekolah teknik. Aku
mengatakan bahwa hal itu akan memberi keuntungan
bukan hanya kepada orang Indonesia, tetapi juga kepada
Kerajaan Belanda.

Usul Aku mendapat sambutan baik. Pemerintah


Belanda berjanji akan mendirikan sekolah teknik.
Beberapa tahun kemudian berdirilah Technische Hooge
School, Sekolah Tinggi Teknik di Bandung. Sekarang
sekolah itu bernama Insitus Teknologi Bandung, Itulah
salah satu hasil perjalanan Aku ke Negeri Belanda.

Selama Aku berada di Negeri Belanda Aku


seringkali bertukar pikiran dengan pemimpin-pemimpin
Belanda. Aku pernah berpidato dalam salah satu
pertemuan. Orang-orang Belanda kagum melihat
kemabiran Aku berpidato dalam bahasa Belanda. Mereka
tidak menyangka bahwa pemuda Indonesia itu begitu
pandainya. Sebenarnya, tugas Indie Weerbaar tidak
berhasil. Kerajaan Belanda tidak mau membuat undang-

26
undang wajib militer di Indonesia. Di bidang itu kami
gagal tetapi di bidang lain ada juga basil. Aku dan
kawan-kawan mendesak agar Pernerintah Belanda
membahas soal pembentukan dewan perwakilan rakyat
“parlemen”. “Pemerintah Belanda berjanji akan
membahasnya.

Tibalah saatnya Aku harus kembali ke tanah air.


Perjalanan yang Aku ambil tidak seperti biasanya. Aku
mengambil jalan ke arah barat, Perjalanan yang Aku
ditempuh dengan menggunakan kapal. Aku telah tiba di
Amerika Serikat.

Daratan Amerika Aku jelajahi dengan


menggunakan kereta Api. Dalam perjalanan itu Aku
bertemu dengan orang-orang Indian. Nasib orang-orang
Indian hampir sama dengan nasib orang Indonesia.
Mereka dikalahkan oleh orang kulit putih. Sama juga
dengan bangsa Indonesia yang dikalahkan oleh orang
Belanda.

Dari Amerika Serikat, Aku naik kapal ke Jepang


dan kemudian ke Hongkong. Di pelabuhan-pelabuhan di

27
Jepang dan di Hongkong Aku melihat buruh yang sibuk
membongkar barang-barang yang dibawa dari Indonesia.
Banyak hasil bumi dan hasil tambang Indonesia yang
diangkut ke negeri-negeri itu. Banyak pula yang
diangkut ke negeri-negeri Eropah. Tetapi siapakah yang
mengeruk keuntungan itu ? Tak lain ialah kaum kapitalis
atau orang-orang asing. Kalau saja keuntungan itu
diberikan kepada bangsa Indonesia, tentulah mereka
akan menjadi makmur.

Tibalah Aku di tanah air, Aku sudah penun dengan


cita-cita yang hendak Aku laksanakan. Aku akan
berjuang lebih gigih lagi untuk membebaskan bangsa
Aku dari penjajahan. Aku ingin agar hasil-hasil bumi
Indonesia dinikmati oleh orang Indonesia sendiri.

Waktu itu di Indonesia semakin banyak tuntutan


yang dilancarkan oleh kaum pergerakan. Budi Utomo,
Sarekat Islam dan Insulinde menuntut supaya dibentuk
parlemen yang dipilih oleh rakyat. Pemerintah
membentuk hanya suatu dewan yang disebut Volksraad.
Tetapi Volksraad itu tidak memuaskan hati kaum
pergerakan. Aku dan Tjokroaminoto duduk dalam

28
Volksraad sebagai wakil Sarekat Islam. Di situ kami
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Volksraad itulah yang diminta supaya diganti


dengan parlemen. Sebab Volksraad tidak sesuai dengan
kehendak rakyat. Gubemur Jenderal Van Limburg
Stirum berjanji akan mengadakan perubahan yang luas
dalam bidang pemerintahan. Janji itu dikenal dengan
nama November Belofte. Tetapi janji itu tidak ditepati
sepenuhnya. Sebaliknya, Pemerintah Belanda bertindak
semakin keras. Pemimpin-pemimpin yang dianggap
berbahaya, diawasi. Aku dan beberapa pemimpin lainnya
ditangkap.

Sementara itu, dalam tubuh Sarekat Islam terjadi


perpecahan. Beberapa orang anggota terpengaruh oleh
faham komunis. Mereka itu antaranya lain ialah Semaun
dan Darsono. Pertentangan terjadi antara dengan
kelompok Aku dan Haji Agus Salim. Tjokroaminoto
sebagai Ketua Sarekat Islam berusaha mendamaikan
kami tetapi tidak berhasil. Aku dan kawan-kawan tetap
beraliran Islam. Mereka tidak mau menerima faham
komunis, sebab bertentangan dengan ajaran Islam.

29
Kaum komunis tidak mengenal agama. Karena itu
Aku dan kawan-kawan tidak mau kalau faham itu
dibawa pula ke dalam Sarekat Islam.

Pertentangan makin lama makin hebat. Karena itu


kantor pusat Sarekat Islam dipindahkan dari Surabaya ke
Yogyakarta. Untuk mengatasi pertentangan itu, Aku dan
Haji Agus Salim menganjurkan supaya diadakan disiplin
partai. Maksudnya, agar orang-orang yang beraliran
komunis dikeluarkan dari Sarekat Islam. Usul itu
disampaikan dalam kongres VI Sarekat Islam. Usul itu
diterima. Sejak saat itu orang-orang komunis
dikeluarkan dari Sarekat Islam.

Dalam Volksraad tetap memperjuangkan


kepentingan rakyat. Dengan gigih diusahakannya agar
rodi yang sangat memberatkan rakyat dihapuskan.
Begitupula pajak yang sangat mericekik rakyat supaya
diturunkan.

ABDUL MOEIS SEBAGAI

SASTRAWAN

30
Aku tidak hanya dikenal sebagai seorang
politikus. Aku juga dikenal sebagai seorang
sastrawan. Malahan, di bidang sastra aku juga
dianggap sebagai perintis Pujangga Baru. Banyak
buku yang telah aku karang. Banyak juga buku
berbahasa asing yang aku terjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia.

Minat aku untuk mengarang buku sudah


timbul waktu aku hidup dalam pengasingan. Desa
Cicangtu adalah desa yang sepi. Udaranya nyaman.
Pemandangan alamnya indah. Tempat seperti itu
sangat baik bagi orang yang berbakat mengarang.
Aku ternyata mempunyai bakat itu. Karangan-
karangan yang bersifat politik sudah banyak aku
buat waktu aku aktif di bidang jumalistik. Rasanya
tidak akan berat kalau aku mengarang buku. Lagi
pula waktu aku banyak yang terluang.

Hidup aku terasa tertekan akibat tindakan


Pemerintah Belanda. Rasa tertekan dan hidup di
tempat yang sepi, seringkali aku mengundang orang

31
untuk mengarang sebagai tempat penyaluran
kesusahan hati.

Bila aku duduk seorang diri, maka aku teringat


kembali kepada perjalanan hidup aku. Terbayang di
mata aku bagaimana kasih sayang orang tua aku
kepada aku. Terbayang pula bagaimana aku
bermain-main di waktu kecil dengan kawan-kawan
aku dikampung. Hati aku sedih ketika aku
mengingat bagaimana aku tidak tahan melihat
darah. Dan tiba-tiba aku teringat kepada sesuatu
yang indah dalam hidup aku.

Pengalaman indah itu ialah ketika aku jatuh


cinta kepada seorang gadis Belanda. Waktu itu aku
masih muda remaja, masih duduk sebagai pelajar di
Stovia. Gadis itu pun mencintai aku.

“Tetapi percintaan aku dengan gadis Belanda itu


putus di tengah jalan.”

“ Adat dan kebiasaan keduanya sangat berbeda.”

32
“ Orang tua gadis itu tidak mengizinkan
anaknya menikah dengan aku karena aku seorang
anak jajahan, apalagi tidak berkulitputih.”

Kegagalan cinta aku tidak menghancurkan


semangat Aku. Malahan sebaliknya, hal itu menjadi
dorongan bagi aku untuk lebih maju. Tetapi bagi
gadis Belanda itu kegagalan cinta itu berakibat
sangat buruk.

Kisah itu aku tuangkan dalam salah satu buku.


Gaya bahasa aku yang halus dan memikat hati
pembaca. Buku aku kemudian menjadi buku roman
yang sangat terkenal dalam kesusasteraan
Indonesia. Berkali-kali buku aku itu dicetak ulang.
Bahkan pemerintah menjadikan buku aku wajib
dibaca oleh pelajar-pelajar sekolah menengah dan
mahasiswa’ fakultas sastra.

Buku yang aku tulis itu tidak hanya terkenal di


Indonesia, tetapi juga di luar negeri. Buku itu aku
terjemahkan ke dalam bahasa Rusia dan bahasa
Cina. Sejak buku itu beredar, aku dianggap sebagai

33
tokoh terkemuka dalam kesuksesan Angkatan
Tahun 20-an.

Sebenarnya isi dalam buku yang aku tulis itu


agak berbeda dengan naskah aslinya. Perubahan itu
terdapat di bagian akhir. Perubahan itu sengaja aku
lakukan karena redaksi Balai Pustaka. Maksud aku
ialah untuk menjaga nama baik bangsa Belanda.
Bagian yang aku ubah itu ialah mengenai nasib
Corry, si gadis Belanda. Dalam buku yang aku tulis,
diceritakan bahwa Corry meninggal karena sakit
setelah kami putus. Tetapi yang sebenarnya terjadi,
dia meninggal karena bunuh diri setelah menjadi
pelacur akibat kegagalan cintanya dengan aku.

Dalam buku yang aku tulis menggambarkan,


bahwa antara golongan orang tua dengan golongan
anak muda kadang-kadang terdapat salah faham.
Golongan orang tua kurang memahami cita-cita
golongan anak muda. Sebaliknya golongan anak
muda sering pula kurang memahami maksud baik
golongan orang tua.

34
Golongan anak muda ingin mencapai
kemajuan, Cara yang kami lakukan adakalanya
tidak disetujui oleh golongan orang tua. Mereka
menganggap bahwa cara-cara itu berlawanan
dengan adat kebiasaan. Golongan orang tua takut
melanggar kebiasaan yang sudah ada.

Aku ingin agar antara golongan orang tua


dengan golongan anak muda terdapat saling
mengerti. Kepada anak-anak muda dianjurkan agar
menghormati yang tua-tua, Yang tua dihormati,
yang kecil dikasihi. Itulah yang hendak aku
sampaikan dalam buku aku, sebab aku tak dapat
lagi mengasuh anak-anak muda secara langsung
dalam dunia politik.

Karena buku yang baru aku tulis itu sangat,


digemari masyarakat, maka terbitlah minat aku
untuk terus mengarang buku. Cerita yang aku tulis
tidak hanya mengenai adat yang dijalin dalam kisah
cinta, tetapi aku juga cari tema yang lain. Buku
yang aku tulis itu berkisah yang bersifat komedi,
roman sejarah dan pengetahuan dan populer.

35
Ada tiga belas buah buku yang aku karang. Di
antaranya ialah Pertemuan Jodoh, Daman Brandal
Anak Gudang, Robert Anak Surapati, Sabai Nan
Aluih dan ada juga Surat Menvurat. Selain itu
banyak pula buku berbahasa asing yang aku
terjemahkan. Ialah Sebatang Kara, Pangeran
Kornel, dan Cut Nyak Dien. Sebuah buku yang
berkisah mengenai sejarah pergerakan nasional
Indonesia yang aku terjemahkan. Buku itu adalah
karangan yang aku terjemahkan untuk Menuju
Kemerdekaan.

“Karangan-karangan Aku tidak hanya


berpengaruh terhadap para sastrawan, tetapi juga
terhadap masyarakat.

PENDERITAAN ABDUL MOEIS SEMASA

KEMERDEKAAN

Selama masa pendudukan Jepang, nama Aku tidak


banyak terdengar. Tetapi Aku masih tetap berusaha

36
membela kepentingan rakyat kecil. Dalam masa itu Aku
bekerja sebagai pengacara.

Alangkah gembiranya hati Aku ketika mendengar


kabar, bahwa Indonesia sudah merdeka. Aku bersyukur
kepada Tuhan. Cita-cita bangsa Aku sudah tercapai.
Perjuangan Kami tidak sia-sia.

Semangat muda Aku hidup kembali. Aku bertekad


untuk menyumbangkan tenaga Aku untuk mengisi
kemerdekaan.

Tetapi kegembiraan itu tidak berlangsung lama.


Negara Aku yang baru saja berdiri telah menghadapi
ancaman dari pihak lain. Belanda berusaha merebut
Indonesia kembali. Maka perang pun tak dapat
dihindarkan. Kalau pada masa yang lalu perjuangan
ditujukan untuk memperoleh kemerdekaan, maka
sekarang perjuangan ditujukan untuk mempertahankan
kemerdekaan. Aku membentuk Persatuan Perjuangan
Priangan yang berkedudukan di Wanaraja. Melalui
organisasi itu Aku turut membantu perjuangan untuk
membela kemerdekaan.

37
Dalam tahun 1930 Aku menerima surat dari
Presiden Sukarno. Isinya, Aku diangkat menjadi anggota
Dewan Pertimbangan Agung. Pengangkatan itu Aku
terima dengan rasa haru. Rupanya Aku masih dihargai
orang.

Tetapi apa yang terjadi kemudian, sungguh-sungguh


menyakitkan hati Aku. Pelantikan Aku sebagai anggota
Dewan Pertimbangan Agung dibatalkan. Aku tidak
mengerti apa sebabnya. Tetapi kemudian Aku
mengetahui bahwa ada orang yang mengirimkan surat
fitnahan kepada Presiden. Dalam surat itu dikatakan
bahwa Aku penah bekerja sama dengan Pemerintah
Belanda pada masa akhir itu. Perasaan Aku sangat
tersinggung. Tetapi Aku bertawakal kepada Tuhan.
Tuhanlah yang tahu bagaimana pendirian Aku selama
ini.

Dalam masa Perang Kemerdekaan pengaruh Aku di


daerah ,Jawa Barat masih besar. Karena itu Aku selalu
dicari oleh lawan-lawan Aku. Belanda mencari Aku
untuk menangkap Aku. Kartosuwiryo mencari Aku
untuk mengajak Aku masuk Darul Islam, Darul Islam

38
adalah gerombolan pemberontak yang tidak mau
mengakui Republik Indonesia.

Kedua pihak itu tidak Aku disukai . Terhadap


Belanda sudah dari dulu Aku benci. Darul Islam tidak
sesuai dengan cita-cita Aku. Untuk menghindarkan diri
Aku dari incaran mereka, Aku mengungsi ke mana-
mana. Kepada Kartosuwiryo Aku pesan bahwa Aku
akan tetap membela Republik Indonesia. Aku
mengatakan pula bahwa cara yang ditempuh oleh
Kartosuwiryo itu salah. Cara itu tidak sesuai dengan
Pancasila. Aku peringatkan pula bahwa gerakan
Kartosuwiryo itu pasti akan hancur.

“Akibat pendirian Aku yang tegas”

“ rumah Aku dibakar habis oleh Belanda, Harta


benda, yang dengan susah payah dikumpulkannya, sudah
tandas.”

“ Aku sedih melihat kejadian itu, namun semuanya


Aku serah kepada Tuhan. “

39
KEHIDUPAN BERKELUARGA

ABDUL MOEIS

Keluarga aku sudah mengetahui kemampuan aku


sebagai poli tikus dan sebagai juga pengarang. Keluarga
aku juga sudah mengetahui penderitaan yang aku hadapi.
Sebenarnya apa yang keluarga aku ketahui itu belum
lengkap. Hendaknya mereka tidak sadari bahwa tidak
mungkin mereka mengetahui hidup aku dari seseorang
yang selengkap-lengkapnya. Karena itu yang saya akan
menceritakan pada keluarga aku dan aku akan
menceritakan hanya bagian yang penting-penting nya
saja.

Masih ada satu hal yang belum aku ceritakan pada


keluarga aku. Yang aku maksud ialah kisah kehidupan
dalam berkeluarga.Dan sekarang aku akan menceritakan
kehidupan keluarga aku kepada keluarga aku.

Dari buku yang pernah aku tulis yang berceritakan


tentang aku dan gadis anak Belanda dan aku
menceritakan kepada keluarga aku, bahwa aku pernah

40
mencintai seorang gadis Belanda. Gadis itu pun
mencinta aku.

“Tetapi dalam soal jodoh, Tuhanlah yang


menentukan.”

“Percintaan kami putus karena perbedaan adat


istiadat.”

“Akhirnya Aku kawin dengan gadis pilihan orang tua


aku.”

“Gadis itu adalah gadis Minangkabau. Kami hidup


rukun dan damai.”

“Tetapi malang bagi Aku. Perkawinan aku itu tidak


berlangsung lama.”

“lsteri aku meninggal dunia karena sesuatu penyakit.”

Selama istri aku meninggalkan aku hidup sebagai


duda. Kemudian aku menikah lagi dengan seorang gadis
pilihan hati aku. Gadis itu adalah gadis Priangan.

Dari perkawinan kami, kami dikaruniai dua orang


anak. Tetapi perkawinan kami kurang berbahagia. Tak
lama kemudian istri aku minta cerai. Dia mengatakan
41
bahwa dia tidak tahan hidup dengan seorang politikus
yang selalu sibuk dengan urusan politik.

Sesudah itu aku menikah lagi dengan gadis lain. Gadis


itu juga gadis Priangan. Tetapi ternyata istri aku itu tidak
pula sanggup mengikuti cara hidup aku. Dia mengatakan
bahwa aku banyak menghabiskan Waktu banyak dengan
urusan politik. Dan akhirnya kami bercerai lagi.

Perkawinan aku yang gagal terus sangat


mengecewakan Aku. Aku ingin membina keluarga yang
bahagia. Aku ingin mencari istri seorang wanita yang
dapat mengerti dan mengikuti cara hidup aku.
Hendaknya istri aku itu mendorong aku dalam
perjuangan aku.

Kemudian aku mengenal seorang gadis yang juga


berasal dari Priangan. Gadis itu bernama Sunarsih.
Hubungan aku dengan dia bertahan lama dan kami juga
bertambah akrab, Ternyata Sunarsih seorang gadis yang
berpikiran maju, dia aktif menyokong perjuangan
bangsanya. Waktu itu Sunarsih bekerja sebagai seorang

42
wartawati pada Pers Agentschap Hindia Timur di
Bandung.

Akhirnya kami menikah dalam tahun 1925. Aku betul-


betul telah menemukan seorang istri yang aku idam-
idamkan. Sunarsih banyak memberikan aku dorongan
semangat dalam perjuangan Aku. Dari perkawinan kami
dikaruniai 11 orang anak.

Aku mendidik anak-anak aku agar menjadi orang


yang baik-baik. Anak-anak aku tumbuh menjadi dewasa.
Kami hidup dengan bebas, tetapi tidak menyelewang
dari ketentuan yang aku berikan. Aku selalu menekankan
agar anak-anak aku tidak terpengaruh oleh uang atau
materi.

“Setiap kali engkau berkelebihan dalam uang, bantulah


orang yang kekurangan.”

“Bagilah kebahagiaanmu dengan orang lain. Kalau


engkau menolong orang lain, maka orang itu akan
merasa bahagia.”

“Engkau sendiri juga akan bahagia karenanya, sebab


engkau telah menolong orang yang kesusahan.”

43
“Sifat tolong menolong adalah sifat yang terpuji. Tuhan
sayang kepada orang yang suka menolong,” demikian
nasehat Aku kepada anak-anak aku.

Aku juga mendidik anak-anak aku agar mencintai


tanah air dan bangsa. Anak-anak aku, aku suruh untuk
banyak bergaul. “Dengan cara itu engkau akan dapat
mengenal masyarakat. Engkau akan dapat mengetahui
suka duka kehidupan mereka. Bersikaplah selalu rendah
hati. Jangan sombong dengan apa yang kau miliki.
Jangan sombong karena kepintaranmu. Tuhan marah
kepada orang yang sombong,” kata aku menasehati
anak-anak aku.

Anak-anak aku anjurkan supaya belajar bahasa asing.


Bahasa itu penting untuk pergaulan dan untuk
menambah ilmu pengetahuan. “Banyak yang akan
engkau ketahui kalau engkau pandai berbahasa asing.
Pikiranmu terbuka untuk mencapai kemajuan. Janganlah
menjadi orang yang berpandangan picik, seperti katak di
bawah tempurung.”

44
Dalam soal berpakaian, Aku tidak menekan kemauan
anak-anak aku. Mereka bebas memakai pakaian yang
mereka sukai. Karena itu anak-anak aku selalu mengikuti
mode. Tetapi aku menasehati mereka, “Pandanglah dulu
dirimu dan bertanyalah apakah hal itu cocok dengan
pribadimu.”

Perhatian aku terhadap pemuda sangat besar. Aku


menyadari bahwa nasib bangsa terletak di tangan
pemuda. Mereka harus mendapat kesempatan belajar
dengan sebaik-baiknya. Aku sangat kasihan dan risau
terhadap anak-anak aku yang tidak dapat meneruskan
sekolah mereka. Karena itu dalam tahun 1946 di Garut di
dirikan sebuah sekolah. Yang diberi nama “Tulun”.
Dalam sekolah itu ditampung anak-anak yang tidak
dapat bersekolah di tempat lain, atau karena orang tua
mereka tidak sanggup membiayainya.

Di kalangan teman-teman aku, aku dikenal sebagai


seorang yang selalu berpakaian rapi. Dalam bergaul aku
sangat memperhatikan sopan santun. Cara-cara bergaul
yang, baik aku praktekkan dengan sungguh-sungguh.
Kalau aku berjanji dengan seseorang, maka janji itu

45
harus aku tepati. Aku tidak mau mengecewakan orang
lain.

ABDUL MOEIS HIDUP SEBAGAI

ORANG BUANGAN

Sebagai seorang pemimpin rakyat, aku sering


berkunjung ke daerah-daerah. Aku berkunjung ke Bone,
ke Toli-toli, ke Sumatra Barat dan tempat- tempat lain di
pulau Jawa. Di tempat-tempat itu aku berpidato. Aku
membakar semangat rakyat agar berjuang untuk
memperoleh kemerdekaan. Aku mengatakan bahwa
kemerdekaan pasti akan tercapai.

Pemuda-pemudi aku ajak supaya berjuang dengan


gigih untuk membebaskan bangsa dan tanah air dari
penjajahan. Aku menceritakan bagaimana majunya
negara-negara Barat. Sebagai bukti, aku memperlihatkan
foto-foto yang aku bawah dari luar negeri. Aku berkata,
“Jika orang lain bisa, aku juga pasti bisa.

46
Kunjungan aku ke daerah-daerah itu banyak
bahayanya bagi diri aku. Tidak lama sesudah Aku
mengunjungi Toli-toli, terjadi huru-hara di situ. Seorang
ketua Belanda dibunuh oleh rakyat, sebab ketua belanda
itu bertindak terlalu kejam. Ketua belanda itu bernama
De Kat Angelino. Pemerintah menuduh Aku yang
menghasut rakyat untuk membunuh pembesar tersebut.
La menolak tuduhan terhadap dirinya. Selain itu ia juga
membela tindakan rakyat toli-toli. Aku mengatakan
bahwa rakyat itu tidak bersalah. Yang salah adalah
Pemerintah Belanda.

Penduduk Sumatra Barat sangat menderita akibat pajak


yang terlalu tinggi. Penderitaan itu menggugah hati Aku
untuk membela kepentingan rakyat di sana. Tetapi Aku
diusir dari Sumatra Barat, aku tidak boleh berkunjung
lagi ke daerah tersebut, daerah tempat aku dilahirkan.

Meskipun banyak cobaan yang aku derita, namun aku


tidak mau menghentikan kegiatan aku. Aku sudah
berjanji akan memperjuangkan kepentingan bangsa aku.
Janji itu akan aku tepati.

47
Pekerjaan aku bertambah lagi, sebab dalam tahun
1922 aku diangkat menjadi Ketua Pengurus Besar Buruh
Pegadaian. Waktu itu kaum buruh Indonesia hidup
menderita. Gaji mereka kecil. Karena itu mereka hidup
selalu dalam kekurangan. Mereka dipaksa bekerja keras
dan sering dihina, disamakan dengan binatang.

Dalam bulan Januari 1922, kaum buruh pegadaian


Yogyakarta melancarkan pemogokan. Yang menjadi
sebab pemogokan itu ialah, seorang pegawai Belanda
menghina seorang pegawai Indonesia. Pangkat pegawai
Belanda itu lebih rendah dari pangkat pegawai
Indonesia. Pemogokan itu pimpin oleh aku. Mula-mula
hanya buruh di Yogyakarta saja yang mogok, tetapi
kemudian menjalar ke tempat-tempat lain.

Akibat pemogokan itu, tiga ribu orang buruh dipecat.


Aku dan beberapa orang kawan aku ditangkap dan
kemudian diadili. Untuk menolong keluarga buruh yang
dipecat itu, Suryopranoto,yang juga seorang pernimpin
buruh, membentuk sebuah panitia yang disebut Komite
Hidup Mordeka.

48
Dalam tahun 1926 aku dijatuhi hukuman oleh
Pemerintah belanda. Aku dilarang melakukan kegiatan
politik. Sesudah itu aku dijatuhi pula hukuman buang.
Tetapi aku boleh memilih daerah yang aku sukai untuk
tinggal.

Tetapi sebenarnya aku tidak melepaskan pendirian


aku. Aku ingin memperlihatkan, bahwa sebagai orang
Indonesia, aku dapat juga bertindak keras terhadap
orang-orang Belanda.

Pada waktu itu di Garut banyak orang Belanda yang


tidak mematuhi peraturan Pemerintah. Mereka tidak mau
membayar pajak. Sewa listrik, air leiding, dan
sebagainya mereka sering tidak membayar. Orang-orang
seperti itulah yang menjadi sasaran aku, aku bertindak
tegas. Orang-orang itu aku paksa supaya memenuhi
kewajiban.

Akibatnya, aku dimusuhi oleh dua pihak. Orang-orang


Indonesia lawan politik aku, aku dituduh bahwa aku
sudah berkhianat. Aku dituduh sudah menjilat kepada
Pemerintah Belanda. Atasan aku mencari alasan bahwa

49
aku tidak sanggup menjalankan tugas aku. Semuanya itu
aku terima dengan lapang dada. Aku tidak marah kepada
orang-orang Indonesia yang mengeritik aku. Begitu pula
kepada atasan aku, sebab aku tahu bahwa aku bekerja
dengan baik.

Pada awal tahun 1939 Pemerintah Belanda mencabut


hukuman Aku. Aku dibebaskan Keputusan itu aku
terima dengan senyum kemenangan. Aku bersyukur
kepada Tuhan. Aku gembira sebab pada akhirnya
perjuangan aku berhasil juga.

SELESAI

Daftar Pustaka

50
Abdul Muis, Metode Penulisan novel dan Metode
Penelitian Hukum, Fak. Hukum USU, Medan, 1990.

A. Ridwan Halim, Tanya Jawab Hukum Pidana,


Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002. Bambang
Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Penerbit
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1978.

Departemen Kehakiman, Pedoman Pelaksanaan


KUHAP, Yayasan Pengayoman, Jakarta , 1981.

G.W, Bawengan, Pengantar Psikologi Kriminal, Pradnya


Paramita, Jakarta, 1991.

Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, Alumni,


Bandung, 1992.

H.M. Ridwan, dan Ediwarman, Asas-asas Kriminologi,


USU Press, Medan, 1994.

Martiman Prodjohamidjojo, Kedudukan Tersangka dan


Terdakwa Dalam Pemeriksaan, Seri Pemerataan
Keadilan.

R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia , PT.


Raja Grafindo, Jakarta, 1999.

51
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta
Penjelasannya, Politeia, Bogor, 2004.

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu


di Indonesia, Eresco, Bandung, 2006.

Yan Parmady, Kamus Hukum (Belanda – Indonesia, CV.


Aneka Ilmu, Semarang, 2002.

Zamnari Abidin, Hukum Pidana Dalam Skema, Ghalia


Indonesia, Jakarta, 2004.

Lampiran 1

52
Abdul Muis lahir pada tanggal 3 Juni 1883 di
Bukittinggi, Sumatra Barat. Ia adalah putra Datuk
Tumenggung Lareh, Sungai Puar. Seperti halnya orang
Minangkabau, Abdul Muis juga memiliki jiwa petualang
yang tinggi. Sejak masih remaja, ia sudah berani
meninggalkan kampung halamannya, merantau ke Puiau
Jawa. Bahkan, masa tuanya pun dihabiskannya di
perantauan.

53
Lampiran 2

BIOGRAFI PENULIS

Safiah, lahir di Meli tanggal 17 Juni 2006. Safiah


Merupakan siswi lulusan SDN 042 Meli. Lalu
melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 4 Masamba
dan saat ini sedang menempuh pendidikan Di SMA
Negeri 8 Luwu Utara yang duduk di bangku kelas XI
Mipa 3. Kegemarannya itu kemudian ia kembangkan
menjadi sebuah pengarang novel yang juga menjadi

54
salah satu tugas sekolahnya. Novelnya berjudul “Abdul
Muis Dengan Dunia Politik”.

55
56

Anda mungkin juga menyukai