PERTEMUAN KE-1
SKENARIO
• Uretra
• Prostat
• Vesica urinaria
• Ureter
• Ren
Regio Organ didalamnya
Hypochondriaca dextra Hepar, esophagus, kantung empedu.
Gaster pars pylorica, corpus pancreas, duodenum pars
Epigastrica
cranialis.
Hypochondriaca sinistra Lien, cauda pancreas, gaster pars corpus dan pars fundus.
Lumbalis dextra Colon ascenden, ren dextra.
Umbilicus Jejunum, ileum, colon tranversum, omentum.
Lumbalis sinistra Ren sinistra, colon descenden.
Caecum, ovarium, tuba valopi dextra (wanita), appendix
Illiaca dextra
vermiformis.
Hypogastrica Vesika urinaria, uterus (wanita), urethra, prostat (pria).
Illiaca dextra Colon sigmoid, ovarium (wanita).
Apa hubungan waktu penanganan pasien (2
jam yll) dengan kondisi pasien?
• Untuk menilai dan menangani bila terdapat syok. Pada pasien dengan
fraktur pelvis, darah yang hilang bisa mencapai 1– 6 liter, sedangkan pasien
mendapat pertolongan setelah 6 jam, maka pasien tersebut berpeluang
masuk menjadi pasien syok karena perdarahan oleh sebab fraktur pelvis.
Golden periode untuk penanganan perdarahanya yaitu antara 6 – 8 jam
untuk mencegah terjadinya syok akibat kehilangan banyak darah.
• Untuk menilai apakah ada komplikasi lain dari proses terbentur saat
kecelakaan, seperti torsio testis, konstriksi organ genitalia. Apabila terjadi
torsio pada testis makan golden periodnya adl 6 jam, apabila lebih dari 6
jam kemungkinan besar testis akan mengalami iskemik yang irreversibel.
Perkiraan Kehilangan Darah
Apakah boleh dokter melakukan kateterisasi
atas indikasi pasien tidak bisa BAK?
• Prosedur kateterisasi urin hanya boleh dilakukan bila terbukti tidak ada injury pada
uretra
• Biasanya ditemukan pada pasien dengan trauma atau fraktur pada pelvis yang ditandai
dengan adanya perdarahan pada meatus urethra, perineal hematoma/butterfly
hematom, dan prostat yang melayang/floating prostat. Jika dicurigai ada trauma pada
urethra perlu dilakukan urethroghrapy sebelum dilakukan kateterisasi. Selain itu pada
pasien dengan striktur urethra, pasca pembedahan urethra atau vesica urinaria, serta
pada pasien yang tidak kooperatif juga tidak disarankan untuk dilakukan pemasangan
kateter.
Pada skenario:
• Hasil pemeriksaan fisik pasien ditemukan adanya darah yang keluar dari orificium urethra
externum. Dari hasil tersebut dicurigai pasien mengalami trauma pada urethra yang
merupakan salah satu kontraindikasi pemasangan kateter sehingga dokter tidak boleh
melakukannya. (Ada trigger lain?)
Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan
dalam kasus ini?
• UR
• DR
• USG abdomen
• retrograde uretrography
• retrograde cystography
• Plain photo pelvis
• Urinalisa/UR, darah rutin dan kreatinin merupakan pemeriksaan
laboratorium yang penting. Urinalisa merupakan pemeriksaan dasar
untuk mengetahui adanya cedera pada ginjal. Hematuria mikroskopis
pada pasien trauma dapat didefinisikan sebagai adanya >5 sel darah
merah per-lapang pandang besar, sementara pada gross hematuria
telah dapat dilihat langsung pada urin.
• USG merupakan modalitas pencitraan yang populer untuk penilaian
awal suatu trauma abdomen. Namun penggunaan USG pada trauma
ginjal cukup banyak dipertanyakan, disamping pemakaiannya sangat
bergantung pada operator.
Syok berat. 1,75 – 2,25 liter TD Sistole 0 – 40 mmHg. Pucat, sudah mulai muncul
Takikardi/tidak teraba. sianotik, dingin, takipnea,
Irreversibel. Pembuluh darah anuria.
mulai kolaps.
Tatalaksana Lanjutan
• Pemeriksaan Radiologis, pemeriksaan ini di tujukan untuk
menegakkan diagnosis fraktur pelvis yang dicurigai terjadi pada
pasien.
• Pemeriksaan darah untuk persiapan transfusi jika diperlukan transfusi
darah pada tatalaksana lanjutan.
• Single shoot IVP, untuk menilai gangguan pada saluran kemih pasien
yang diduga ada masalah pada uretra, dan dilanjutkan kateterisasi
suprapubic (sistostomi). Sistostomi dilakukan karena dalam
pemeriksaan didapatkan neyri perut bawah yang diperkirakan karena
pengisian vesica urinaria yang telah penuh serta kontra indikasi
dilakukannya kateterisasi melalui uretra.
• Dalam secondary survey hal yang perlu dilakukan adalah anamnesis
terkait kejadian (kecelakaan) dan keluhan lain untuk menilai ada
tidaknya risiko cidera pada regio yang belum di periksa dengan
seksama.. Setelah semua penatalaksanaan UGD dilakukan selanjutnya
konsul kepada dokter spesialis terkait masalah yang di alami pasien.
Apakah kemungkinan diagnosis banding dari
pasien?
• Fraktur pelvis
• Ruptur uretra anterior
• Ruptur uretra posterior
• Ruptur buli
• Ruptur ureter
• Ruptur ginjal
Fraktur Pelvis
• Fraktur pelvis merupakan 5% dari seluruh fraktur, 2/3 fraktur pelvis
terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. 10% diantaranya disertai trauma
pada alat–alat dalam rongga panggul seperti uretra, buli – buli,
rektum serta pembuluh darah.
Mekanisme trauma
• Trauma biasanya terjadi secara langsung pada panggul karena
tekanan yang besar atau karena jatuh dari ketinggian.
TRAUMA GINJAL
Paling sering Penyebab :
1. Trauma tumpul
- K.L.L.
- Terjatuh dari ketinggian
- Olah raga, berkelahi
2. Trauma tajam
-Tusuk Tikam
-Tembak
D. Radiologis
- BNO – IVP
- CT – Scan
- Arteriografi
Terapi
-Resusitasi
-Konservatif
-Operatif
-Repair
-Nefrektomi
TRAUMA BULI
Etiologi :
- Iatrogenik operasi ginekologi, endoskopi
- Trauma
fraktur pelvis ruptur ekstraperitoneal buli penuh ruptur intra
peritoneal
Gejala Klinis :
- riwayat trauma
- jejas, hematom supra pubis/pubis - hematuria - peritonitis
Laboratorium : urin hematuria
Radiologis Intraperitoneal bladder rupture
Ruptur uretra posterior dalam terjadi secara komplit atau inkomplit. Pada
ruptur total, uretra terpisah seluruhnya dan ligamentum puboprostatikum
robek, sehingga buli dan prostat terlepas ke cranial