PROSEDUR DIAGNOSTIK
1. Anamnesis Umum
Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) atau organ
Malaise umum
Berat badan menurun >10% dalam waktu 3 bulan
K
husus:
Pembesaran KGB
Kelainan/pembesaran organ (hati/limpa
Performance status: ECOG atau WHO/Karnofsky
3. Pemeriksaan Diagnostik
Gamma GT
Serum Protein Elektroforesis (SPE)
Imunoelektroforesa (IEP)
Tes Coomb
B2 mikroglobulin
C. Aspirasi Sumsum Tulang (BMP) dan biopsi sumsum tulang dari 2 sisi
spina illiaca dengan hasil spesimen minimal panjang 1.5 cm, dan
disarankan 2 cm.
D. Radiologi
Untuk pemeriksaan rutin/standard dilakukan pemeriksaan CT Scan
thorak/abdomen. Bila fasilitas tersedia, dapat dilakukan PET CT Scan.
E. Konsultasi THT
Bila Cincin Waldeyer terkena dilakukan laringoskopi.
F. Cairan tubuh lain (Cairan pleura, cairan asites, cairan liquor
serebrospinal)
Jika dilakukan pungsi/aspirasi diperiksa sitologi dengan cara cytospin,
disamping pemeriksaan rutin lainnya.
G. Konsultasi jantung
Menggunakan echogardiogram untuk melihat fungsi jantung
2. LIMFOMA HODGKIN
PENDAHULUAN
Penyakit Hodgkin termasuk dalam keganasan limforetikular yaitu limfoma
malignum, yang terbagi dalam limfoma malignum Hodgkin dan limfoma
malignum non Hodgkin. Kedua penyakit tersebut dibedakan secara histopatologis,
di mana pada limfoma Hodgkin ditemukan sel Reed- Sternberg.
EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Di Amerika Serikat terdapat 7500 kasus baru Penyakit Hodgkin setiap
tahunnya,rasio kekerapan antara laki-laki dan perempuan adalah 1,3-1,4
berbanding 1. Terdapat distribusi umur bimodal,yaitu pada usia 15-34 tahun dan
usia di atas 55 tahun.
Faktor risiko untuk penyakit ini adalah infeksi virus;infeksi virus
onkogenik diduga berperan dalam menimbulkan lesi genetik,virus
memperkenalkan gen asing ke dalam sel target. Virus-virus tersebut adalah virus
Epstein-Barr, Sitomegalovirus, HIV dan Human Herpes Virus-6 (HHV-6). Faktor
risiko lain adalah defisiensi imun, misalnya pada pasien transplantasi organ
dengan pemberian obat imunosupresif atau pada pasien cangkok sumsum tulang.
Keluarga dari pasien Hodgkin (adik-kakak) juga mempunyai risiko untuk terjadi
penyakit Hodgkin.
RIWAYAT PENYAKIT
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening yang tidak nyeri. Gejala
sistemik yaitu demam (tipe Pel-Ebstein), berkeringat malam hari,penurunan berat
badan, lemah badan dan pruritus terutama pada jenis Nodular Sklerosis. Selain itu
terdapat nyeri di daerah abdomen akibat splenomegali atau pembesaran kelenjar
yang masif, nyeri tulang akibat destruksi lokal atau infiltrasi sumsum tulang
GEJALA KLINIS
Limfadenopati dengan konsistensi rubbery dan tidak nyeri
Demam, tipe Pel-Ebstein
Hepatosplenomegali
Neuropati
Tanda-tanda obstruksi seperti edema ekstremitas, sindrom vena kava,
kompresi medula spinalis, disfungsi hollow viscera.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan darah: anemi, eosinofilia, peningkatan laju endap darah, pada
flow cytometry dapat terdeteksi limfosit abnormal atau limfositosis dalam
sirkulasi.
Pada pemeriksaan faal hati terdapat gangguan faal hati yang tidak sejalan
dengan keterlibatan limfoma pada hati. Peningkatan alkali fosfatase dan adanya
ikterus kolestatik dapat merupakan gejala paraneoplastik tanpa keterlibatan hati.
Dapat terjadi obstruksi biliaris ekstrahepatik karena pembesaran kelenjar getah
bening porta hepatis.
Pemeriksaan faal ginjal: peningkatan kreatinin dan ureum dapat
diakibatkan obstruksi ureter. Adanya nefropati urat dan hiperkalsemi dapat
memperberat fungsi ginjal. Sindroma nefrotik sebagai fenomena paraneoplastik
dapat terjadi pada limfoma Hodgkin. Hiperurisemi merupakan manifestasi
peningkatan turn-over akibat limfoma. Hiperkalsemi dapat disebabkan sekunder
karena produksi limfotoksin (osteoclast activating factor) olen jaringan
limfoma.Kadar LDH darah yang meningkat dapat menggambarkan massa tumor
dan turn-over. Poliklonal hipergamaglobulinemi sering didapatkan pada limfoma
Hodgkin dan Non Hodgkin.
Biopsi Sumsum Tulang
Dilakukan pada stadium lanjut untuk keperluan staging, keterlibatan
sumsum tulang pada limfoma Hodgkin sulit didiagnosis dengan aspirasi sumsum
tulang.
Radiologis
Pemeriksaan foto toraks untuk melihat limfodenopati hilar dan
mediastinal, efusi pleura atau lesi parenkim paru. Obstruksi aliran limfotik
mediastinal dapat menyebabkan efusi chylous (seperti susu).
USG abdomen kurang sensitif dalam mendiagnosis adanya limfodenopati.
Pemeriksaan CT Scan toraks untuk mendeteksi abnormalitas parenkim paru
mediastinal sedangkan CT Scan abdomen memberi jawaban limfodenopati retro
peritoneal, mesenterik, portal, hepatosplenomegali atau lesi di ginjal.
PENTAHAPAN (STAGING)
Penentuan staging sangat penting untuk terapi dan menilai prognosis.
Staging dilakukan menurut Cotswolds (1990) yang merupakan modifikasi dari
klasifikasi Ann Arbor (1971).
Stadium I keterlibatan satu regio kelenjar getah bening atau struktur jaringan
limfoid (limpa, timus, cincin Waldeyer) atau keterlibatan 1 organ ekstralimfatik.
Stadium II Keterlibatan >2 regio kelenjar getah bening pada sisi diafragma yang
sama (kelenjar hilus bila terkena pada kedua sisi termasuk stadium II);
keterlibatan lokal 1 organ ekstranodal atau 1 tempat dan kelenjar getah bening
pada sisi diafragma yang sama (IIE). Jumlah regio anatomik yang terlibat ditulis
dengan angka (contoh :II).
Stadium III Keterlibatan regio kelenjar getah bening pada kedua sisi diafragma
(III), dapat disertai lien (Ills). atau keterlibatan 1 organ ekstranodal (IIIE) atau
keduanya (IIISE).
III1, Dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar getah bening splenik, hilar,seliak
atau portal.
III2, Dengan keterlibatan kelenjar getah bening paraaorta, iliaka dan mesenterika.
Stadium IV Keterlibatan difus/diseminata pada1 atau lebih organ ekstranodal
atau jaringan dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar getah bening.
SUMBER :
1. Nasional, Komite Penanggulangan Kanker. "Panduan Penatalaksanaan
LIMFOMA non Hodgkin’s." Kementrian Kesehat. Republik Indones (2016): 1-38.
2. Adiwijono. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing