Anamnesis
■ Keluhan Utama : benjolan di selangkanan dan leher
pasien datang ke Poli bedah RSUD Al – ihsan dengan keluhan benjolan di selangkangan
kanan dan leher kiri sejak 4 bulan SMRS. Benjolan di selangkangan dan leher awalnya berukuran
sebesar kacang tanah dan benjolan membesar menjadi berukuran telur ayam. Pasien
mengatakan keluhan benjolan tidak nyeri, konsistensi kenyal, tidak terdapat perubahan warna
menjadi kemerahan dan tidak ada nanah atau cairan yang keluar dari benjolan. Keluhan disertai
dengan pasien menjadi mudah lelah, lemas, penurunan BB ,pusing kepala, dan demam dan
pasien juga mengeluhkan sering berkeringat pada malam hari. Istri Pasien mengatakan mata
pasien menjadi kuning setelah dilakukan operasi benjolan di daerah leher dan selangkangan
sejak 2 minggu SMRS.
Pasien menyangkal pernah terdiagnosis TB sebelumnya, kontak atau keluarga dalam
pengobatan TB disangkal oleh pasien. Pasien menyangkal adanya nyeri telinga maupun gigi
bolong yang mendahului keluhan benjolan. Pasien menyangkal mengeluhkan adanya benjolan di
daerah tulang selangka, kedua ketiak. Pasien menyangkal pernah terbentur di daerah leher
sebelumnya. Pasien menyangkal adanya gelisah, jantung berdebar, kesulitan tidur, dan mudah
gemetar.
■ .
pasien memiliki riwayat benjolan di punggung sejak 1 tahun SMRS, dan telah
dilakukan operasi 3 bulan yang lalu. Benjolan awalnya berukuran sebesar telur puyuh
dan benjolan membesar menjadi berukuran telur ayam. Pasien mengatakan keluhan
benjolan tidak nyeri, konsistensi kenyal, tidak terdapat perubahan warna menjadi
kemerahan dan tidak ada nanah atau cairan yang keluar dari benjolan. Pasien
menyangkal adanya riwayat tumor pada keluarga, menyangkal memiliki keluhan yang
sama pada keluarga. Riwayat kemoterapi, sering terpapar radiasi di sangkal oleh
pasien. Pasien merupakan perokok aktif.
Pasien telah memeriksakannya kepada dokter bedah umum dan telah
dilakukan pemeriksaan biopsy di leher dan selamgkanan dengan hasil benjolan
mengarah keganasan.
Pemeriksaan Fisik
■ Perut :
Datar lembut, BU (+) normal, NT (-)
- Hati : tidak teraba
- Limpa : tidak teraba
■ Inguinal kanan: benjolan + (Status Lokalis)
■ Genital : Tidak dilakukan pemeriksaan
■ Ekstrimitas :
Atas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)
Bawah : status lokalis
Diagnosis Banding
■ - Lymfoma Non Hodgkin a/r tonsil sinistra dan inguinal dextra susp. Maligna
■ - Lymfoma Hodgkin a/r tonsil sinistra dan inguinal dextra susp. Maligna
Usulan pemeriksaan
KONSELING :
■ Menjelaskan penyakit yang dialami oleh pasien
■ Informed Consent rencana tindakan yang mungkin dilakukan apabila dirujuk ke
dokter spesialis bedah onkologi untuk terapi selanjutnya
Prognosis
Lymphoma Maligna
HODGKIN LYMPHOMA
■ EPIDEMIOLOGI
Insidensi 2.8 kasus per 100.000 individu
Laki-laki lebih sering terkena dibandingkan dengan perempuan (4:1)
Umumnya terjadi pada usia 15-24 tahun dan > 55 tahun
■ ETIOLOGI
Belum diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa faktor risiko :
1. Agen Infeksi berupa Ebstein Barr Virus, cytomegalovirus
2. HIV
3. Genetic predisposisi
■ KLASIFIKASI
Ada 5 tipe lymphoma hodgkin menurut WHO :
1. Nodular sclerosing
2. Mixed cellularity
3. Lymphocyte depleted
4. Lymphocyte rich
5. Nodular lymohocyte predominant
■ MANIFESTASI KLINIS
Pembesaran kelenjar
getang bening yang tidak Demam, keringat malam.
nyeri.
■ DIAGNOSA BANDING
Lymphoma non hodgkin, lymphadenitis TB, Kanker Paru
■ Staging (Ann Arbor Classification)
Stage Deskripsi
II Melibatkan 2 atau lebih area lymph node pada sisi yang sama
III Melibatkan lymph node di dua sisi tubuh (kiri dan kanan)
Stage Definition
I Involvement of a single lymph node region or lymphoid structure (e.g.,
spleen, thymus, Waldeyer's ring)
II Involvement of two or more lymph node regions on the same side of the
diaphragm (the mediastinum is a single site; hilar lymph nodes should
be considered "lateralized" and, when involved on both sides, constitute
stage II disease)
III Involvement of lymph node regions or lymphoid structures on both sides
of the diaphragm
III1 Subdiaphragmatic involvement limited to spleen, splenic hilar nodes,
celiac nodes, or portal nodes
III2 Subdiaphragmatic involvement includes paraaortic, iliac, or mesenteric
nodes plus structures in III1
■ ETIOLOGI
1. Translokasi kromosom 18q21 (tempat bcl-2 inhibitor oncogene)
2. Infeksi : EBV, HTLV-1, HCV, Kaposi sarkoma, dan infeksi akibat helicobacter pylori
3. Faktor lingkungan berupa paparan zat kimia seperti bahan organik kimia,
pestisida, kemoterapi, dan paparan radiasi
4. Penyakit imunodefisiensi
5. Inflamasi Kronis
■ EPIDEMIOLOGI
Insidensi 12-15 kaus per 100.000 individu
Laki-laki lebih sering dibanding perempuan (4:1)
Terjadi pada usia >50 tahun, rata-rata pada usia 65 tahun
■ KLASIFIKASI
Yang berasal dari sel limfosit B
1. Precursor B-cell neoplasma : lymphoblastic lymphoma
2. Peripheral B-cell lymphoma, co : follicular cell, Burkit cell, Hairy cell
Yang berasal dari sel limfosit T dn NK sel
1. Precursor T cell neoplasma : precursor T sel lymphoblastic lymhpoma
2. Peripheral T cell neoplasma, co : T cell granular LL, Extranodal T/NK cell
lymphoma, null cell lymphoma
■ Klasifikasi Lymhoma Working Formulation
1. Low Grade
Contohnya : small lymhocytic, follicular cell
Manifestasi : terdapat benjolan kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri, progresivitas lambat,
cytopenia, hepatosplenomegaly.
2. Intermediet Grade
Contohnya : follivular large cell, diffuse (small cleave cell)
3. High Grade
Contohnya : large cell imunoblastic, lymphoblastic smal, non cleave cell Burkitt.
Manifestasi klinis jenis intermediet dan high grade berupa terdapat benjolan kelenjar getah bening yang tidak
nyeri, demam, berkeringat di malam hari, penurunan berat badan >10% dalam 6 bulan, keterlibatan
extranodal.
■ DIAGNOSIS
1. Berdasarkan hasil anamnesis mengenai gejala yang terkait dan peneriksaan fisik
terkait keterlibatan organ seperti hepar, abdomen, thyroid, tulang.
2. Biopsi dan dilakukan pemeriksaan histo PA untuk mengetahui jenis lymphoma maligna
3. Pemeriksaan penunjang : cek darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, USG abdomen, CT
scan, pemeriksaan THT untuk mengetahui keterlibatan Waldeyer rings, bone scan,
gastroskopi
■ DIAGNOSA BANDING
Lymphoma hodgkin, lymphadenitis TB, Kanker Paru
■ MANAGEMENT
Pilihan terapi : kemoterapi, radioterapi, dan pembedahan (hanya pada kasus tertentu)
Low grade : kemoterapi obat (chlorambucil/ cyclophosphamid) per oral dan radioterapi palliativ
Intermediet grade : kemoterapi parenteral, radioterapi palliativ
High Grade : kemoterapi parenteraal kombinasi, radioterapi paliativ
Kombinasi kemoterapi :
1. CVP : prednison, cyclophosphamid
2. CHOP : donorubicin, prednison, cyclophophamide
■ KOMPLIKASI
Penekanan organ disekitar massa tumor, contohnya pada jalan nafas
Akibat radioterapi dapat menimbulkan keganasan sekunder.
Pemberian kemoterapi menimbulkan gejala mual muntah, cytopenia, neuropathy,
fatigue.
■ PROGNOSIS
Tergantung pada derajat keganasan dan pengobatan yang diberikan.
5 years survival rate pd seseorang yang melakukan pengobatan 30% (pada high grade)
>50% (pada low grade)
TERIMAKASIH