Luka Bakar
Presentan:
Bakti Gumelar 12100117113
Preceptor:
H. Dedi Kurniawan, dr., Sp.B
Kulit menutupi seluruh permukaan tubuh manusia dan merupakan bagian tubuh yang
terpapar dengan dunia luar. Kulit memiliki fungsi yaitu melindungi jaringan bagian dalam dari
trauma, radiasi, infeksi, mengatur suhu tubuh dengan cara berkeringat, vasokontriksi atau
vasodilatasi. Luka yang tidak dapat ditutup secara primer, dapat dilakukan penutupan dengan
berbagai cara diantaranya dengan melakukan skin graft.
Lapisan Kulit :
1. Epidermis
Epitelia gepeng berlapis yang terdiri dari keratinosit
Tidak ada pembuluh darah
Dipisahkan dengan dermis oleh membran basement
a) Stratum basal
Merupakan lapisan epidermis paling dalam yang mengandung keratinosit yang aktif
bermitosis, terdiri atas selapis sel kuboid atau kolumnar basofilik yang terletak diatas
membrane basal pada perbatasan epidermis-dermis.
Lapisan epidermis paling tebal yang terdiri atas sel-sel kuboid atau sedikit gepeng dengan inti
ditengah dengan nucleolus dan sitoplasma yang aktif mensintesis filament keratin.
c) Stratum Ganulosum
Terdiri atas 3-5 lapisan sel polygonal gepeng yang mengalami diferensiasi apoptosis.
Sitoplasmanya berisikan massa basofilik intens yag disebut keratohialin. Sel mengandung
granul keratohyalin yang terdiri dari :
d) Stratum Lusidum
Hanya dijumpai pada kulit tebal dan terdiri atas lapisan tipis translusen sel eosinofilik
yang sangat pipih. Organel dan inti telah menghilang dan sitoplasma mengandung filament
keratin padat.
e) Stratum Corneum
Tediri atas 15-20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti dengan sitoplasma yang
dipenuhi keratin lunak (korneosit). Startum corneum terbagi menjadi 2 lapisan lagi :
Bagian dalam sel mengandung sebagian besar keratin yang membantu stratum korneum
untuk melindungi lapisan yang berada didalam dari injury dan infeksi bakteri.
2. Dermis
– Collagen & Elastic fibers. Fiber ini berfungsi untuk skin tone dan juga
berperan untuk memperkeras dan memperkuat kulit.
Luka bakar
Definisi
Kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh peningkatan panas, electricity, radioactivity,
korosif kimia yang merubah protein di dalam sel-sel kulit. Dan dapat mengganggu
homeostasis, rusaknya barrier untuk proteksi pada microbial, dan terganggunya fungsi
termoregulator pada kulit.
Epidimiologi
■ Burn injuries are among the most devastating of all injuries and a major global public
health crisis
■ Burns are the fourth most common type of trauma worldwide, following traffic
accidents, falls, and interpersonal violence
1. Thermal
■ Scald burns
■ Flame burns
– Luka bakar yang biasanya tidak terkena pada seluruh tubuh, karena masih ada
bagian yang terlindungi oleh pakaian / celana.
■ Flash burns
– Sering terjadi ; oleh ledakan dari natural gas, propane, butane, petroleum
distillates, alcohol, dan cairan lainnya yang mudah terbakar.
– Biasanya luka bakar tidak terkena pada seluruh tubuh karena terlindungi oleh
pakaian.
■ Contact burns
– Tubuh kita (kulit) kontak dengan logam panas, plastic panas, glass panas, batu
bara.
– Contoh ; pada saat memasak terkena panic yang panas, kompor, oven.
2. Non thermal
■ Kimia injury
– Kontak langsung dengan substance yang toxic pada kulit, respiratory tract,
system pencernaan. Bahan kimia ; acid, alkali, organic agent.
■ Electric burns
■ Radioactive injury
Burn severity
■ Size (ukuran).
Shallow burns
– hanya epidermis
– contoh :sunburn
– Blister tidak terjadi sempai beberapa jam setelah injury tetapi telihat setelah 12-
24 jam
– Ketika blisternya diangkat lukanya menjadi berwarna pink dan basah, kemudian
jika dikipas diatas mejadi sakit. Luka menjadi hypersensitive
Deep Burn
– ada blister
– tapi permukaan luka biasanya menjadi mottled pink dan white colour, segera
setelah injury karena variasi suplai darah ke dermis (area white sedikit sampai
tidak ada aliran darah, area pink beberapa aliran darah)
– Beberapa full karena air mendidih dan terlihat merah menjadi biasanya suka
disamakan dengan superficial partion tapi beda penekan luka tidak pucat
■ d. 4th degree
– Tidak hanya lapisan kulit tapi juga sebcutan fat tapi struktur didalamnya
– Terlihat angus
Patofisiologi
Diagnosis
1) Assesment
■ Mekanisme Injury
– Burn yang terjadi pada ruangan yang tertutup, biasanya menghasilkan inhalasi
injury.
■ Associated Injuries
– Mungkin dapat terjadi pada korban yang terbakar karena ledakan, meloncat atau
jatuh fractures, abdominal organ injury, pulmonary contusion, and
pneumothorax.
■ Umur Pasien
■ Status Kesehatan
2) Pemeriksaan Fisik
Airway
• Supraglottic tissue edema dapat terjadi setelah 12 jam pertama akibatnya merusak
jalan napas dengan cepat
• Larynx melindungi supraglottic dari thermal injury secara langsung tetapi tidak pada
injury akibat inhalasi gas beracun.
- Stridor
- Facial burn
Breathing
• Evaluasi untuk
• Effort
• Kedalaman respirasi
• Carboxyhemoglobin levels
Circulation
• Dinilai untuk mengetahui adanya shock (cepat, lemah atau tidak ada denyutnya) dan
perfusi jaringan.
• Untuk mencegah terjadinya kebaran yang berlanjut dari bahan melted synthetic atau
kimia.
4) Depth of Burn
First-degree burn
Deep partial-thickness
Full-thickness : Third-degree
Fourth-degree
5)Percentage of BSA estimation
Small areas : palmar dari tangan pasien = 1 % BSA (body surface area).
Manajemen
Emergency Care
1. Resusitasi
■ Oksigen
■ Intravenous access
■ Fluid
– Resusitasi formula
■ A foley catheter
– Digunakan untuk memonitor produksi urin tiap jam sebagai indek dari adequate
tissue perfusion.
■ Nasogastric tube
2) Monitor
3) Laboratory exam
■ Meliputi :
– Arterial carboxyhemoglobin
– Urinalysis
4) Moist dressing
5) Analgesia
– Dapat diberikan secara IV line setiap 1-2 jam sekali untuk mengatur rasa sakit
tapi dalam dosis yang kecil untuk mencegah terjadinya hipotensi, oversedasi,
respiratory depression.
6) Early irrigation dan debridement
– Dapat dilakukan dengan menggunakan normal saline dan alat-alat yang steril
untuk membersihkan semua lapisan epidermal yang lepas.
– Setelah itu dapat dilanjutkan dengan pemberian topical antimicrobial agent dan
steril dressing.
■ Silver sulfadiazine
– Biasanya paling umum digunakan karena tidak iritasi dan efek samping yang
sedikit.
■ Mafenide acetate
– Memiliki efek lebih baik terhadap gram negative (P. aurigenosa) dan
anaerobic.
■ Polymyxin B sulfate
– Biasa digunakan pada facial burn dan tidak menimbulkan discolor skin yang
kadang-kadang terjadi pada silver sulfadiazine.
■ Tetanus prophylaxis
– Dapat diberikan sebagai tetanus toxoid, o,5 mL, i.m., jika dosis awal diberikan
lebih dari 5 tahun sebelum injury.
Wound menegement
■ Pada luka bakar derajat I & II diharapkan regenerasi spontan dari epitel, maka yang
terpenting adalah menjaga kebersihan luka atau mencegah infeksi. Pada luka bakar
derajat II yang terpenting adalah membuang jaringan mati, menutup lukka dengan
tandur kulit atau grafting skin disamping pencegahan infeksi.
■ Luka bakar akibat panas api yang tidak kotor tidak perlu dibersihkan. Bulla dibiarkan
utuh, cairan didalamnya disedot atau insisi. Bila tertahan oleh bahan kimia maka luka
dicuci dengan air bersih sebersih-bersihnya. Hindarkan pemakai heksaklorofen karena
bahan ini akan diserap melalui luka sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan
dan dapat menimbulkan gejala neurologis.
■ Pada luka bakar derajat III yang melingkari anggota gerak terdapat bahaya penekanan
(efek turniket) oleh eskar yang kurang elastis. Konstriksi ini akan menimbulkan statis
aliran vena dan bila edema berkembang lebih jauh dapat terjadi gangguan sirkulasi
arteri.
■ Dilakukan untuk luka bakar yang dalam (deep partial-thickness & full thickness burn),
eschar diangkat dengan surgical dan lukanya ditutup dengan tehnik grafting. Dengan
kecenderungan untuk membuang eschar secepatnya maka luka terbuka yang dihasilkan
sangat peka terhadap infeksi, juga penguapan air dan kehilangan energi menjdai
berlebihan, oleh karena itu penutupan luka dengan tehnik grafting sangat diperlukan.
Tetapi sering mendapatkan kesulitan dalam mendapatkan autograf pada luka bakar
luas.
■ Eksisi eschar sebaiknya sedini mungkin mumgkin sebelum eschar banyak ditumbuhi
bakteri. Kalau pasien telah melampaui masa kritis dalam fase akut, biasanya pada hari
ke 2-5 pasca injury. Tetapi ada juga bisa waktu yang baik untuk melakukan E&G dalam
3-7 hari sampai optimalnya 10 hari setelah injury. Penutupan luka dapat
dikerjakanlangsung setelah eksisi atau beberapa hari kemudian setelah pendarahan atau
hematoma tidak akan menghambat skin graft.
■ Technical consideration
■ Prosedur eksisi dapat dilakukan setelah pasien stabil, biasanya dalam 1 minggu
injury dan lukanya harus cepat ditutup sebelum terjadi infeksi.
b. fascial excision
■ Early Reconstruction
– Thick STSG (>0,0015inch) terlihat lebih bgus dari thin graft (<0,010inch)
■ Skin Grafting
– Area yang luka dan luruh sebelumnya telah di excise surgical, dan diberi wound
dress setiap hari hingga siap dilakukan skin graft
– Mengambil skin graft dengan menggunakan pisau biasanya dipaha tapi bisa
juga pada tempat lain.
– Prioritaskan skin graft ini dilakukan pada tempat-tempat vital dahulu seperti di
kelopak mata, wajah, skull, leher, tangan dan genital.
– Kasus deep burn injury yang diperkirakan akan mengalami penyembuhan lebih
dari 3 minggu
– Tersedia donor yang cukup untuk menutup luka permukaan yang terbuka (raw
surface)
komplikasi
■ Hipotensi
– Biasanya pada pasien dengan burn > 15%, jika terus-menerus bisa terjadi renal
failure. Diterapi dengan menggunakan resusitasi cairan melalui IV line
■ Infeksi
– Bisa terjadi pada permukaan burn injury yang sudah nekrosis barier kulit
hilang bisa terjadi infeksi local karena jaringan barier ikut dirusak bisa
terjadi septicemia
– Bisa juga terjadi akibat alat-alat bantu yang tidak steril, contoh pada
penggunaan kateter yang tidak steril bisa sebabkan infeksi di daerah urinary,
dan bisa terjadi pada alat bantu napas.
■ Bronchopneumonia
– Bisa terrjadi pada pasien dengan burn di wajah, leher atau dada
– Ataupun adanya inhalasi flame atau fumes bisa merusak epitel terjadi
infeksi sal. Pernapasan.
■ Renal failure
■ Hypoproteinemia
– kurangnya nutrisi
– Pada luka baker ada kehilangan air dan panas dari permukaan yang terbakar
sebabkan hypothermia dan dehidrasi.
DAFTAR PUSTAKA
3. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin FKUI Edisi Kelima Tahun 2007
4. Schwartz SI. 1999. Principles of Surgery 6th ed. United States. McGraw-Hill