Anda di halaman 1dari 20

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien NON HODGKIN LIMFOMA (NHL)”

Di Ruang Seruni

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah

Di Susun Oleh :

HARDI FIRMANSYAH

Nim : P1908089

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA

SAMARINDA

2019
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN NON HODGKIN LIMFOMA (NHL) DI RUANG SERUNI

RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Disusun oleh:

HARDI FIRMANSYAH

Nim : P1908089

Telah disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing akademik

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


1. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Penyakit limfoma non hodgkin adalah salah satu penyakit yang tergolong dalam
kasus interna/kasus penyakit dalam. Pada penyakit ini terjadi proliferasi abnormal
sistem limfoid dan struktur yang membentuknya terutama menyerang kelenjar getah
bening. LNH belum diketahui secara pasti penyebabnya. Oleh karena itu penelitian terus
dilakukan untuk mengembangkan kasus ini. (Lynn Cecily, 2009)
Limfoma Non-Hodgkin adalah suatu keganasan primer jaringan limfoid yang besifat
padat. Biasanya ditemukan pada klien dengan keadaan defisiensi imun dan yang
mendapat obat-obat imunosupresif, seperti pada klien dengan transplantasi ginjal dan
jantung (Santoso dam Krisifu, 2013).
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari
sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar keseluruh tubuh. Beberapa dari
limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lain
menyebar dengan cepat (Anies, 2011)

2. Etiologi
Etiologi sebagian besar LNH tidak diketahui. Namun terdapat beberapa fakkor resiko
terjadinya LNH, antara lain :
1. Imunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH
antara lain adalah : severe combined immunodeficiency, hypogammaglobulinemia, common
variable immunodeficiency, Wiskott Aldrich syndrome dan ataxia-telangiectasia. Limfoma
yang berhubungan dengan kelainankelainan tersebut seringkali dihubugkan pula dengan
Epstein Barr Virus (EBV) dan jenisnya beragam.
2. Agen infeksius : EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit sporadic. Karena tidak pada
semua kasus limfoma Burkit ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV terhadap
terjadinya limfoma Burkit belum diketahui.
3. Paparan lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan
resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan adanya
paparan herbisida dan pelarut organik.
4. Diet dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan
tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV.

3. Patofisiologi
Menurut Ronald A. Sacher (2004), proliferasi abnormal tumor dapat memberikan
kerusakan, penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang dengan gejala yang
bervariasi luas. Sering ada panas yang tidak jelas sebabnya, keringat malam, penurunan
berat badan. Abnormalitas sitogenetik dapat terjadi. Terjadi translokasi antara
kromosom 8 dan 14 atau translokasi yang lainnya.
Berdasarkan sistem tingkatan menurut Ann Arbor (Ann Arbor Staging Sysem) tahap
dari LNH adalah sebagai berikut:
Tahap I : melibatkan satu regio kelenjar getah bening atau lokasi ekstranodal tunggal.
Tahap II : melibatkan dua atau lebih regio kelenjar getah bening pada sisi yang sama
dari diafragma atau terlokalisir pada satu lokasi ekstranodal dan dua atau
lebih regio kelenjar getah bening pada sisi yang sama dari diafragma.
Tahap III : Melibatkan regio kelenjar getah bening pada kedua sisi diafragma. Bisa
melibatkan satu lokasi ekstranodal, limpa ata keduanya. Disni melibatkan
abdomen atas dan abodmen bawah.
Tahap IV:Difus atau diseminasi satu atau lebih organ ekstralimfatik atau jaringan
dengan atau tanpa ada hubungannya dengan kelenjar getah bening.

4. Manifestasi klinis
Terdapat lebih dari 30 sub-tipe NHL yang berbeda (90 persennya dari jenis sel B),
yang dapat dikelompokkan menurut beberapa panduan klasifikasi. Klasifikasi tersebut
mempertimbangkan beberapa faktor seperti penampakan di bawah mikroskop, ukuran,
kecepatan tumbuh dan organ yang terkena.

Secara umum dapat dikenali beberapa bentuk NHL yaitu amat agresif (tumbuh cepat),
menengah dan indolen (tumbuh lambat). Penentuan ini dilakukan dengan mikroskop
oleh dokter patologi di laboratorium.

Tanda dan gejala secara umum adalah :


Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :
- Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit
- Demam
- Keringat malam
- Rasa lelah yang dirasakan terus menerus
- Gangguan pencernaan dan nyeri perut
- Hilangnya nafsu makan
- Nyeri tulang
- Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang terkena. -
Limphadenopaty
Kemungkinan
Gejala Penyebab timbulnya gejala

 Gangguan Pembesaran kelenjar getah bening di dada 20-30%


pernafasan
 Pembengkakan wajah

 Hilang nafsu makan Pembesaran kelenjar getah bening di perut 30-40%


 Sembelit berat
 Nyeri perut atau perut
kembung

Pembengkakan tungkai Penyumbatan pembuluh getah bening di 10%


selangkangan atau perut
 Penurunan berat Penyebaran limfoma ke usus halus 10%>
badan Diare
 Malabsorbsi

Pengumpulan Penyumbatan pembuluh getah bening di dalam 20-30%


cairan di sekitar dada
paru-paru (efusi
pleura)
Daerah kehitaman dan Penyebaran limfoma ke kulit 10-20%
menebal di kulit yang
terasa gatal

 Penurunan berat badan Penyebaran limfoma ke seluruh tubuh 50-60%


 Demam
 Keringat di malam hari

Anemia  Perdarahan ke dalam saluran pencernaan 30%, pada


(berkurangnya  Penghancuran sel darah merah oleh limpa yang akhirnya bisa
jumlah sel darah membesar & terlalu aktif mencapai
merah)  Penghancuran sel darah merah oleh antibodi 100%
abnormal (anemia hemolitik)
 Penghancuran sumsum tulang karena
penyebaran limfoma
 Ketidakmampuan sumsum tulang untuk
menghasilkan sejumlah sel darah merah karena
obat atau terapi penyinaran
Anemia  Perdarahan ke dalam saluran pencernaan 30%,pada
(berkurangny  Penghancuran sel darah merah oleh limpa akhirnya bisa
a jumlah sel yang membesar & terlalu aktif mencapai
darah merah)  Penghancuran sel darah merah oleh antibodi 100%
abnormal (anemia hemolitik)
 Penghancuran sumsum tulang karena
penyebaran limfoma
 Ketidakmampuan sumsum tulang untuk
menghasilkan sejumlah sel darah merah
karena obat atau terapi penyinaran

5. Stadium Penyakit
Penetapan stadium penyakit harus selalu dilakukan sebelum pegobatan dan setiap
lokasi jangkitan harus didata dengan cermat, digambar secara skematik dan didata tidak
hanya jumlah juga ukurannya. Hal ini sangat penting dalam menilai suatu pengobatan.
Stadium berdasarkan kesepakatan Ann Arbor :

a. Stadium I : Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) hanya 1 regio.


• I E : jika hanya terkena 1 organ ekstra limfatik tidak difus/batas tegas.
b. Stadium II : Pembesaran 2 regio KGB atau lebih, tetapi masih satu sisi diafragma.
• II 2 : pembesaran 2 regio KGB dalam 1 sisi diafragma
• II 3 : pembesaran 3 regio KGB dalam 1 sisi diafragma
• II E : pembesaran 1 regio atau lebih KGB dalam 1 sisi diafragma dan 1 organ ekstra
limfatik tidak difus/batas tegas
c. Stadium III : Pembesaran KGB di 2 sisi diafragma
d. Stadium IV : Jika mengenai 1 organ ekstra limfatik atau lebih tetapi secara difus

Derajat klasifikasi histopatologis LNH berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologis


yang terdiri dari:
1. Keganasan rendah (Limfoma Malignum: limfositik kecil, folikular didominasi sel
berukuran kecil cleaved, folikular campuran sel berukuran kecil cleaved dan besar);
2. Keganasan menengah (Limfoma Malignum: folikular didominasi sel berukuran
besar, Difus sel berukuran kecil, difus campuran sel berukuran kecil dan besar, difus sel
berukuran besar);
3. Keganasan tinggi (Limfoma Malignum: sel imunoblastik berukuran besar, sel
limfoblastik, sel berukuran kecil noncleaved; lain-lain (komposit, mikosis fungoides,
histiosit, ekstramedular plasmasitoma, tidak terklasifikasi).
Ada 2 klasifikasi besar penyakit ini yaitu:

a. Limfoma non Hodgkin agresif

Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non Hodgkin
tumbuh cepat atau level tinggi.karena sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin
agresif ini tumbuh dengan cepat. Meskipun diaktegorikan “agresif”, limfoma ini sering
memberikan respon sangat baik terhadap pengobatan. Meskipun pasien yang
penyakitnya tidak berespon baik terhadap standar pengobatan lini pertama, sering
berhasil baik dengan kemoterapi dan transplantasi sel induk. Pada kenyataannya,
limfoma non Hodgkin agresif lebih mungkin mengalami kesembuhan total daripada
limfoma non Hodgkin indolen.

b. Limfoma non Hodgkin indolen


Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non Hodgkin
tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin
indolen tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal pada awalnya tidak menimbulkan
gejala, dan mereka sering tetap tidak terdeteksi untuk beberapa saat. Sering ditemukan
secara kebetulan, seperti ketika pasien mengunjungi dokter untuk sebab lainnya. Dalam
hal ini, dokter mungkin menemukan pembesaran kelenjar getah bening pada
pemeriksaan fisik rutin. Kadangkala, suatu pemeriksaan, seperti pemeriksaan darah,
atau suatu sinar-X, dada, mungkin menunjukkan sesuatu yang abnormal, kemudian
diperiksa lebih lanjut dan ditemukan terjadi akibat limfoma non Hodgkin. Gejala yang
paling sering adalah pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai
benjolan, biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga
mungkin mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena limfoma non
Hodgkin indolen tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkan stadium banyak
diantaranya sudah dalam stadium lanjut saat pertama terdiagnosis.

6. Prognosis
LNH dapat dibagi ke dalam 2 kelompok prognostik : indolen lymphoma dan agresif
lymphoma. LNH indolen memiliki prognosis yang relatif baik, dengan median survival
10 tahun, tetapi biasanya tidak dapat disembuhkan pada stadium lanjut. Sebagian besar
tipe indolen adalah noduler atau folikuler. Tipe limfoma agresif memiliki perjalanan
alamiah yang lebih pendek, namun lebih cepat disembuhkan secara signifikan dengan
kemoterapi kombinasi intensif. Resiko kambuh lebih tinggi pada pasien dengan
gambaran histologis ”divergen” baik pada kelompok indolen maupun agresif.

Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi prognosis berdasarkan International Prognostik


Index (IPI), yaitu usia, serum LDH, status performans, stadium anatomis, dan jumlah
ekstranodal. Tiap faktor memiliki efek yang sama terhadap outcome, sehingga
abnormalitas dijumlahkan untuk mendapatkan indeks prognostik. Skor yang didapatkan
antara 0-5.

Indeks Prognostik Pasien LNH untuk Seluruh Umur

Keterangan 0 1

Umur ≤ 60 tahun > 60 tahun

Tumor stage (Ann


I atau II III atau IV
Arbor)

LDH serum Normal Meningkat

Status performans Tak ada gejala Ada gejala

Keterlibatan
Tidak ada atau 1 > 1 tempat
ekstranodal
Key score : Low risk (0-1); Intermediate (2), High intermediate (3), High risk (4-5)

7. Komplikasi
Menurut Cecily Lynn (2009), komplikasi utama dari non-hodgkin limfoma adalah
sindrom lisis tumor (sebagai akibat pengobatan)
1. Hiperurisemia
2. Hiperkalemia
3. Hiperfosfatemia
4. Hipokalsemia

8. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis LNH ditegakkan dari hasil pemeriksaan histologi biopsi eksisi (excisional
biopsy) kelenjar getah bening atau jaringan ekstranodal.

1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik : ada tumor sistem limfoid, febris keringat malam,
penurunan berat badan, limfadenopati dann hepatosplenomegali
2. Pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah, faal hepar, faal ginjal,
LDH.
Pemeriksaan Ideal
1. Limfografi, IVP, Arteriografi. Foto organ yang diserang, bone- scan, CT- scan,
biopsi sumsum tulang, biopsi hepar, USG, endoskopi
2. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan histopatologi.
Untuk LH memakai krioteria lukes dan butler (4 jenis). Untuk LNH memakai
kriteria internasional working formulation (IWF) menjadi derajat keganasan rendah,
sedang dan tinggi
Penentuan tingkat/stadium penyakit (staging)
1. Stadium ditentukan menurut kriteria Ann Arbor (I, II, III, IV, A, B, E)
2. Ada 2 macam stage : Clinical stage dan pathological stage

9. Penatalaksaan Medis
Terapi yang dilakukan biasanya melalui pendekatan multidisiplin. Terapi yang dapat
dilakukan adalah :
1. Derajat Keganasan Rendah (DKR)/indolen :
Pada prinsipnya simtomatik
- Kemoterapi: obat tunggal atau ganda (per oral), jika dianggap perlu: COP
(Cyclophosphamide, Oncovin, dan Prednisone) - Radioterapi: LNH sangat
radiosensitif.
- Radioterapi ini dapat dilakukan untuk lokal dan paliatif.
- Radioterapi: Low Dose TOI + Involved Field Radiotherapy saja
2. Derajat Keganasan Mengah (DKM)/agresif limfoma
- Stadium I: Kemoterapi (CHOP/CHVMP/BU)+radioterapi
- CHOP (Cyclophosphamide, Hydroxydouhomycin, Oncovin, Prednisone)
- Stadium II - IV: kemoterapi parenteral kombinasi, radioterapi berperan untuk tujuan
paliasi.
3. Derajat Keganasan Tinggi (DKT)
DKT Limfoblastik (LNH-Limfoblastik)
- Selalu diberikan pengobatan seperti Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) - Revaluasi
hasil pengobatan dilakukan pada :
a. setelah siklus kemoterapi ke-empat
b. setelah siklus pengobatan lengkap
10. Pathway

Kelainan sistem imun, infeksi virus (HIV, EBV, HCV, Helitobacter Sp,
Hepatitis), toksin lingkungan, (herbisida, pengawet, pewarna kimia)

Kurang pengetahuan dan Abnormal limfosit


informasi tentang penyakit
yang tidak adekuat Pembengkakan kelenjar Terjadi respon
Proliferasi limfosit
getah bening di leher inflamasi

Klien khawatir Limfoma Non Hodgkin

Penampakan tubuh Mengaktifkan neutrofil


abnormal dan makrofag
Penyebaran limfoma
Ansietas ke kulit
Pelepasan pirogen dan
Gangguan Citra Tubuh endogen
Daerah yang terinfeksi
berubah warna menjadi
kehitaman dan terjadi Merangsang sel-sel di
penebalan hipotalamus untuk
memacu pengeluaran
Perbesaran kelenjar getah prostaglandin
bening di tonsil

Mempengaruhi kerja thermostat


Terjadi penekanan pada Penyebaran limfoma di hipotalamus
esofagus dan obstruksi gastrointestinal
faring
Suhu tubuh meningkat
Terjadi penekanan usus
Tidak mampu halus
memasukkan, mencerna Hipertermia
dan mengabsorbsi
makanan
Obstruksi pada usus Malabsorbsi

Nafsu makan dan intake


Penekanan
makanan menurun
Defisit Nutrisi saraf perasa
sehingga berat badan juga
nyer
menurun
Nyeri abdomen

Nyeri Akut
Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

A. Pengkajian

1. Aktifitas/istirahat
 Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
 Kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan.
 Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak.
 Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang me-nunjukkan
kelelahan.
2. Sirkulasi
 Palpitasi, angina (nyeri dada).
 Takikardia, disritmia.
 Sianosis wajah dan leher.
 Ikterus sklera dan ikterik umum.
 Pucat (anemia), diaforesis (keringat malam).
3. Pernafasan
 Dispnea saat kerja atau istirahat: nyeri dada.
 Takikardia.
 Batuk kering non produktif.
 Tanda distress pernafasan seperti peningkatan frekuensi pernafasan dan kedala-man,
penggunaan otot bantu, stridor dan sianosis.
4. Neuro Sensori
 Nyeri saraf (neuralgia).
 Kelemahan otot, parestesia.
 Status mental: letargi, menarik diri, kurang minat umum terhadap sekitar.
 Paraplegia.
5. Integritas Ego
 Faktor stress.
 Takut/ansietas.
 Masalah finansial.
 Status hubungan.
 Perilaku, seperti: marah, menarik diri dan pasif.
6. Eliminasi
 Perubahan karakteristik urine dan faeces.
 Obstruksi usus.
 Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali).
 Anuria, urine gelap/pekat.
 Disfungsi usus dan kandung kemih.
7. Makanan dan Cairan
 Anoreksia.
 Disfagia.
 Penurunan BB.
 Pembengkakkan wajah, leher, rahang atau tangan kanan.
 Edema ekstremitas bawah.
 Asites.
8. Nyeri/Kenyamanan.
 Nyeri tekan pada nodus limfa yang terkena.
 Nyeri punggung dan tulang.
 Nyeri pada area yang terkena setelah minum alkohol.
9. Keamanan
 Resiko infeksi.
10. Seksualitas.
 Fertilitas dan kehamilan akibat pengaruh pengobatan.
 Penurunan libido.
11. Penyuluhan/Pembelajaran
 Faktor resiko keluarga.
 Pekerjaan.
 Perawatan dan pengobatan, pemulangan

B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran: tidak terjadi penurunan kesadaran (compos mentis).
2. Pemeriksaan integument
Terdapat daerah kehitaman dan menebal di kulit yang terasa gatal akibat perluasan limfoma
ke kulit.
3. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala: bentuk normocephalik.
Wajah: normal.
Leher: biasanya terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening di leher. Pembesaran
terkadang terjadi juga pada tonsil sehingga mengakibatkan gangguan menelan.
4. Pemeriksaan dada
Apabila terjadi pembesaran kelenjar getah bening di dada, maka pasien akan merasakan
sesak nafas. Penyumbatan pembuluh getah bening di dada mengakibatkan penyumbatan
cairan di paru sehingga dapat mengakibatkan sesak nafas dan efusi pleura.
5. Pemeriksaan abdomen.
Apabila terjadi pembesaran kelenjar getah bening di perut maka akan menimbulkan hilang
nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut atau perut kembung.
6. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus.
Terkadang terdapat konstipasi akibat penekanan pada usus. Jika limfoma menyebar ke usus
halus maka akan terjadi penurunan berat badan Diare dan Malabsorbsi. Terdapat
pembengkakan pada skrotum.
7. Pemeriksaan ekstremitas.
Jika terjadi penyumbatan pembuluh getah bening di selangkangan atau perut maka akan
terjadi pembengkakan tungkai. Dan apabila terdapat penyumbatan pembuluh getah bening
pada daerah aksila maka akan terjadi pembengkakan pada daerah aksila.

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat diangkat dari klien dengan Limfoma Non-Hodgkin (LNH) adalah:
1. Ansietas kondisi klinis terkait proses infeksi
2. Defisit nutrisi kondisi klinis terkait infeksi
3. Hipertermia kondisi klinis terkait proses infeksi
4. Nyeri akut kondisi klinis terkait infeksi
5. Gangguan citra tubuh kondisi terkait psikiatrik
Rencana tindakan keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)


1. Ansietas Tingkat Ansietas Terapi relaksasi
Penyebab: Intervensi :
Kriteria hasil:
1. Krisis 1. Inditifikasi penurunan tingkat energi
situasional 1. Verbilisasi kebingungan ketidak mampuan berkonsentrasi, atau
2. Kebutuhan 2. Verbalisasi khawatir akibat gejala lain yang menggagu kemampuan
tidak terpenuhi kondisi yang dihadapi kognitif
3. Krisis 3. Perilaku gelisah 2. Indentifikasi Teknik relaksasi yang
maturasional 4. Perilaku tegang pernah efektif digunakam
4. Ancaman 5. Papitasi 3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
terhadap tanpa adanya pencahayaan dan suhu yang
konsep diri nyaman
5. Kekawatiran 4. Gunakan relaksasi sebagai strategi
mengalami penunjang dan analgetik atau tindakan
kegagalan medis lain, jika sesuai
5. Anjurkan mengambil posisi ynag nyaman
Gejala dan tanda
mayor
Subyektif :
1. Merasa
bingung
2. Merasa kawatir
dengan akibat
dari kondisi
yang dihadapi
3. Sulit
berkonsentrasi
Objektif :
1. Tampak
gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
Gejala dan tanda
minor
Subyektif :
1. Mengeluh
pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak
berdaya
Objektif :
1. Fruekensi
nafas tampak
meningkat
2. Fruekensi nadi
meningkat
3. Tekanan darah
meningkat
4. Muka tampak
pucat
Kondisi klinis terkait
1. penyakit akut
2. Defisit nutrisi Berat badan Manajemen nutrisi
Penyebab : Kriteria hasil : Intervensi :
Gejala dan tanda 1. Berat badan 1. Indentifikasi status nutrisi
mayor : 2. Tebal lipatan kulit 2. Indentifikasi alergi dan intoleransi
Subjektif : 3. Indeks massa tubuh makanan
(Tidak tersedia) 3. Indentifikasi kebutuhan kalori dan jenis
Objektif : nutrien
1. Berat badan 4. Monitor berat badan
menurun 5. Monitor asupan makanan
minimal 10%
dibawah
rentang ideal
Gejala dan tanda
minor :
Subjektif :
1. Cepat kenyang
setelah makan
2. Kram/ nyeri
abdomen
3. Nafsu makan
menurun
Objektif :
1. Bising usus
hiperaktif
2. Otot
pengunyah
lemah
3. Otot menelan
lemah
4. Membrane
mukosa pucat
Kondisi yang terkait
Infeksi

3. Hipertermia Status kenyamanan Majemen hipertemia


Penyebab : Interbensi :
Kriteria hasil :
1. Dehidrasi 1. indentifikasi penyebab hipertermia
2. Proses 1. Kesejahteraan fisik 2. monitor suhu tubuh
penyakit 2. Kesejahteraan psikologis 3. monitor kadar elektrolit
3. Terpapar 3. Perawatan sesuai dengan 4. sediakan lingkungan yang dingin
lingkungan kebutuhan 5. kaloborasi pemberian cairan dan
panas 4. rileks elektrolit intravena, jika perlu
4. Peningkatan
laju
metabolisme
Gejalan dan tanda
mayor :
Subjektif :
(Tidak tersedia)
Objektif :
1. Suhu tubuh di
atas nilai
normal
Gejala dan tanda
minor :
Subjektif :
(Tidak tersedia)
Objektif :
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa
hangat
Kondisi klinis yang
terkait
Proses infeksi
4. Nyeri akut Kontrol nyeri Manjeman nyeri
Penyebab : Intervensi :
Kriteria Hasil :
1. agen 1. Indentifikasi lokasi, karakteristik,
pancedera 1. Melaporkan nyeri terkontrol durasi frekuensi, kualitas dan
fisiologis 2. Kemampuan mengenali intensitas nyeri
2. agen penyebab nyeri 2. Indentifikasi sekala nyeri
pancendera 3. Kemampuan menggunakan 3. Berikan Teknik non farmakologis
kimiawi Teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
3. agen 4. Dukungan orang terdekat 4. Kontrol lingkungan yang
pancendera memperberat rasa nyeri
fisik 5. Jelaskan penyebab, periode, dan
Gejala dan tanda pemicu nyeri
mayor : 6. Anjurkan penggunaan analgetik
Subjektif : secara tepat
1. mengeluh
nyeri
Objektif :
1. tampak
meringis
2. bersikap
protektif
3. Gelisah
4. Fruekensi nadi
meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan tanda
minor :
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola napas
berubah
3. Nafsu makan
berubah
4. Proses berfikir
teganggu
5. Berfokus pada
diri sendiri
Kondisi klinis terkait
Infeksi
5. Gangguan citra tubuh Citra tubuh Promosi citra tubuh
Penyebab : Intervensi :
1. Perubahan 1. Indentifikasi harapan citra tubuh
struktur atau Kriteria Hasil : berdasarkan tahap perkembangan
bentuk tubuh 2. Diskusikan perbedaan penampilan
1. Melihat bagian tubuh
2. Perubahan fisik terhadap harga diri
2. Menyentuh bagian tubuh
fungsi tubuh 3. Diskusikan cara pengembangan
3. Verbalisasi kecacatan bagian
misalnya proses harapan citra tubuh secara realisitis
tubuh
penyakit 4. Jelaskan pada keluarga tentang
4. Respon non verbal pada
3. Perubahan perawatan perubahan citra tubuh
perubahan tubuh
fungsi kognitif 5. Anjurkan mengungkapkan
5. Hubungan sosial
4. Efek tindakan gambaran diri terhadap citra tubuh
atau pengobatan
misalnya
kemoterapi
Gejala dan tanda
mayor :
Subjektif :
1. Mengungkapka
n kecacatan
atau
kehilangan
bagian tubuh
Objektif :
1. Kehilangan
bagian tubuh
2. Fungsi atau
strukur tubuh
yang hilang
Gejala dan tanda
minor :
Subjektif :
1. Tidak mau
mengungkapka
n kecacatan
atau
kehilangan
bagian tubuh
2. Mengungkapka
n perasaan
negative
tentang
perubahan
tubuh
3. Mengungkapka
n kekawatiran
pada penolakan
/orang lain
Objektif :
1. Membunyikan/
menunjukan
bagian tubuh
secara
berlebihan
2. Menghindari
menyentuh
bagian tubuh
3. Focus
berlebihan
pada
perubahan
tubuh
Kondisi klinis terkait
Gangguan psikiatarik
DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2011. SUTET. Jakarta: Gramedia


Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC.
Lynn Betz, Cecily. 2009. Buku Saku Keperawatan Pedriatri Edisi 5. Jakarta: EGC
Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC
Santoso M dan Krisifu C. 2013. Diagnostik dan Penatalaksanaan Limfoma Non Hodgkin. Dexa
Media No. 4, Vol 17, Oktober-Desember.
Sacher, Ronald A., McPherson, and Richard A. (2004).Tinjauan Klinis HasilPemeriksaan
Laboratorium, EGC, Jakarta.
Merlyna,S., et.all. Asosiasi CA 125 dengan Respon Terapi Pada Penderita Limfoma Non-Hodgkin
Agresif yang Mendapat Kemoterapi Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincristine,
Prednisone (CHOP). Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Airlangga. 12 : 200-
209.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran (EGC)

Anda mungkin juga menyukai