Di Ruang Seruni
Di Susun Oleh :
HARDI FIRMANSYAH
Nim : P1908089
SAMARINDA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
HARDI FIRMANSYAH
Nim : P1908089
2. Etiologi
Etiologi sebagian besar LNH tidak diketahui. Namun terdapat beberapa fakkor resiko
terjadinya LNH, antara lain :
1. Imunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH
antara lain adalah : severe combined immunodeficiency, hypogammaglobulinemia, common
variable immunodeficiency, Wiskott Aldrich syndrome dan ataxia-telangiectasia. Limfoma
yang berhubungan dengan kelainankelainan tersebut seringkali dihubugkan pula dengan
Epstein Barr Virus (EBV) dan jenisnya beragam.
2. Agen infeksius : EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit sporadic. Karena tidak pada
semua kasus limfoma Burkit ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV terhadap
terjadinya limfoma Burkit belum diketahui.
3. Paparan lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan
resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan adanya
paparan herbisida dan pelarut organik.
4. Diet dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan
tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV.
3. Patofisiologi
Menurut Ronald A. Sacher (2004), proliferasi abnormal tumor dapat memberikan
kerusakan, penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang dengan gejala yang
bervariasi luas. Sering ada panas yang tidak jelas sebabnya, keringat malam, penurunan
berat badan. Abnormalitas sitogenetik dapat terjadi. Terjadi translokasi antara
kromosom 8 dan 14 atau translokasi yang lainnya.
Berdasarkan sistem tingkatan menurut Ann Arbor (Ann Arbor Staging Sysem) tahap
dari LNH adalah sebagai berikut:
Tahap I : melibatkan satu regio kelenjar getah bening atau lokasi ekstranodal tunggal.
Tahap II : melibatkan dua atau lebih regio kelenjar getah bening pada sisi yang sama
dari diafragma atau terlokalisir pada satu lokasi ekstranodal dan dua atau
lebih regio kelenjar getah bening pada sisi yang sama dari diafragma.
Tahap III : Melibatkan regio kelenjar getah bening pada kedua sisi diafragma. Bisa
melibatkan satu lokasi ekstranodal, limpa ata keduanya. Disni melibatkan
abdomen atas dan abodmen bawah.
Tahap IV:Difus atau diseminasi satu atau lebih organ ekstralimfatik atau jaringan
dengan atau tanpa ada hubungannya dengan kelenjar getah bening.
4. Manifestasi klinis
Terdapat lebih dari 30 sub-tipe NHL yang berbeda (90 persennya dari jenis sel B),
yang dapat dikelompokkan menurut beberapa panduan klasifikasi. Klasifikasi tersebut
mempertimbangkan beberapa faktor seperti penampakan di bawah mikroskop, ukuran,
kecepatan tumbuh dan organ yang terkena.
Secara umum dapat dikenali beberapa bentuk NHL yaitu amat agresif (tumbuh cepat),
menengah dan indolen (tumbuh lambat). Penentuan ini dilakukan dengan mikroskop
oleh dokter patologi di laboratorium.
5. Stadium Penyakit
Penetapan stadium penyakit harus selalu dilakukan sebelum pegobatan dan setiap
lokasi jangkitan harus didata dengan cermat, digambar secara skematik dan didata tidak
hanya jumlah juga ukurannya. Hal ini sangat penting dalam menilai suatu pengobatan.
Stadium berdasarkan kesepakatan Ann Arbor :
Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non Hodgkin
tumbuh cepat atau level tinggi.karena sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin
agresif ini tumbuh dengan cepat. Meskipun diaktegorikan “agresif”, limfoma ini sering
memberikan respon sangat baik terhadap pengobatan. Meskipun pasien yang
penyakitnya tidak berespon baik terhadap standar pengobatan lini pertama, sering
berhasil baik dengan kemoterapi dan transplantasi sel induk. Pada kenyataannya,
limfoma non Hodgkin agresif lebih mungkin mengalami kesembuhan total daripada
limfoma non Hodgkin indolen.
6. Prognosis
LNH dapat dibagi ke dalam 2 kelompok prognostik : indolen lymphoma dan agresif
lymphoma. LNH indolen memiliki prognosis yang relatif baik, dengan median survival
10 tahun, tetapi biasanya tidak dapat disembuhkan pada stadium lanjut. Sebagian besar
tipe indolen adalah noduler atau folikuler. Tipe limfoma agresif memiliki perjalanan
alamiah yang lebih pendek, namun lebih cepat disembuhkan secara signifikan dengan
kemoterapi kombinasi intensif. Resiko kambuh lebih tinggi pada pasien dengan
gambaran histologis ”divergen” baik pada kelompok indolen maupun agresif.
Keterangan 0 1
Keterlibatan
Tidak ada atau 1 > 1 tempat
ekstranodal
Key score : Low risk (0-1); Intermediate (2), High intermediate (3), High risk (4-5)
7. Komplikasi
Menurut Cecily Lynn (2009), komplikasi utama dari non-hodgkin limfoma adalah
sindrom lisis tumor (sebagai akibat pengobatan)
1. Hiperurisemia
2. Hiperkalemia
3. Hiperfosfatemia
4. Hipokalsemia
8. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis LNH ditegakkan dari hasil pemeriksaan histologi biopsi eksisi (excisional
biopsy) kelenjar getah bening atau jaringan ekstranodal.
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik : ada tumor sistem limfoid, febris keringat malam,
penurunan berat badan, limfadenopati dann hepatosplenomegali
2. Pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah, faal hepar, faal ginjal,
LDH.
Pemeriksaan Ideal
1. Limfografi, IVP, Arteriografi. Foto organ yang diserang, bone- scan, CT- scan,
biopsi sumsum tulang, biopsi hepar, USG, endoskopi
2. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan histopatologi.
Untuk LH memakai krioteria lukes dan butler (4 jenis). Untuk LNH memakai
kriteria internasional working formulation (IWF) menjadi derajat keganasan rendah,
sedang dan tinggi
Penentuan tingkat/stadium penyakit (staging)
1. Stadium ditentukan menurut kriteria Ann Arbor (I, II, III, IV, A, B, E)
2. Ada 2 macam stage : Clinical stage dan pathological stage
9. Penatalaksaan Medis
Terapi yang dilakukan biasanya melalui pendekatan multidisiplin. Terapi yang dapat
dilakukan adalah :
1. Derajat Keganasan Rendah (DKR)/indolen :
Pada prinsipnya simtomatik
- Kemoterapi: obat tunggal atau ganda (per oral), jika dianggap perlu: COP
(Cyclophosphamide, Oncovin, dan Prednisone) - Radioterapi: LNH sangat
radiosensitif.
- Radioterapi ini dapat dilakukan untuk lokal dan paliatif.
- Radioterapi: Low Dose TOI + Involved Field Radiotherapy saja
2. Derajat Keganasan Mengah (DKM)/agresif limfoma
- Stadium I: Kemoterapi (CHOP/CHVMP/BU)+radioterapi
- CHOP (Cyclophosphamide, Hydroxydouhomycin, Oncovin, Prednisone)
- Stadium II - IV: kemoterapi parenteral kombinasi, radioterapi berperan untuk tujuan
paliasi.
3. Derajat Keganasan Tinggi (DKT)
DKT Limfoblastik (LNH-Limfoblastik)
- Selalu diberikan pengobatan seperti Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) - Revaluasi
hasil pengobatan dilakukan pada :
a. setelah siklus kemoterapi ke-empat
b. setelah siklus pengobatan lengkap
10. Pathway
Kelainan sistem imun, infeksi virus (HIV, EBV, HCV, Helitobacter Sp,
Hepatitis), toksin lingkungan, (herbisida, pengawet, pewarna kimia)
Nyeri Akut
Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
A. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
Kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan.
Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak.
Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang me-nunjukkan
kelelahan.
2. Sirkulasi
Palpitasi, angina (nyeri dada).
Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher.
Ikterus sklera dan ikterik umum.
Pucat (anemia), diaforesis (keringat malam).
3. Pernafasan
Dispnea saat kerja atau istirahat: nyeri dada.
Takikardia.
Batuk kering non produktif.
Tanda distress pernafasan seperti peningkatan frekuensi pernafasan dan kedala-man,
penggunaan otot bantu, stridor dan sianosis.
4. Neuro Sensori
Nyeri saraf (neuralgia).
Kelemahan otot, parestesia.
Status mental: letargi, menarik diri, kurang minat umum terhadap sekitar.
Paraplegia.
5. Integritas Ego
Faktor stress.
Takut/ansietas.
Masalah finansial.
Status hubungan.
Perilaku, seperti: marah, menarik diri dan pasif.
6. Eliminasi
Perubahan karakteristik urine dan faeces.
Obstruksi usus.
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali).
Anuria, urine gelap/pekat.
Disfungsi usus dan kandung kemih.
7. Makanan dan Cairan
Anoreksia.
Disfagia.
Penurunan BB.
Pembengkakkan wajah, leher, rahang atau tangan kanan.
Edema ekstremitas bawah.
Asites.
8. Nyeri/Kenyamanan.
Nyeri tekan pada nodus limfa yang terkena.
Nyeri punggung dan tulang.
Nyeri pada area yang terkena setelah minum alkohol.
9. Keamanan
Resiko infeksi.
10. Seksualitas.
Fertilitas dan kehamilan akibat pengaruh pengobatan.
Penurunan libido.
11. Penyuluhan/Pembelajaran
Faktor resiko keluarga.
Pekerjaan.
Perawatan dan pengobatan, pemulangan
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran: tidak terjadi penurunan kesadaran (compos mentis).
2. Pemeriksaan integument
Terdapat daerah kehitaman dan menebal di kulit yang terasa gatal akibat perluasan limfoma
ke kulit.
3. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala: bentuk normocephalik.
Wajah: normal.
Leher: biasanya terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening di leher. Pembesaran
terkadang terjadi juga pada tonsil sehingga mengakibatkan gangguan menelan.
4. Pemeriksaan dada
Apabila terjadi pembesaran kelenjar getah bening di dada, maka pasien akan merasakan
sesak nafas. Penyumbatan pembuluh getah bening di dada mengakibatkan penyumbatan
cairan di paru sehingga dapat mengakibatkan sesak nafas dan efusi pleura.
5. Pemeriksaan abdomen.
Apabila terjadi pembesaran kelenjar getah bening di perut maka akan menimbulkan hilang
nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut atau perut kembung.
6. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus.
Terkadang terdapat konstipasi akibat penekanan pada usus. Jika limfoma menyebar ke usus
halus maka akan terjadi penurunan berat badan Diare dan Malabsorbsi. Terdapat
pembengkakan pada skrotum.
7. Pemeriksaan ekstremitas.
Jika terjadi penyumbatan pembuluh getah bening di selangkangan atau perut maka akan
terjadi pembengkakan tungkai. Dan apabila terdapat penyumbatan pembuluh getah bening
pada daerah aksila maka akan terjadi pembengkakan pada daerah aksila.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat diangkat dari klien dengan Limfoma Non-Hodgkin (LNH) adalah:
1. Ansietas kondisi klinis terkait proses infeksi
2. Defisit nutrisi kondisi klinis terkait infeksi
3. Hipertermia kondisi klinis terkait proses infeksi
4. Nyeri akut kondisi klinis terkait infeksi
5. Gangguan citra tubuh kondisi terkait psikiatrik
Rencana tindakan keperawatan