Anda di halaman 1dari 21

A.

LIMFOMA NON-HODGKIN (LNH)

Limfoma non-hodgkin adalah kelompok keganasan primer imfosit yang dapat berasal dari
limfosit B, limfosit T dan kadang (amat jarang) berasal dari sel NK (natural killer) yang berada
dalam sistem limfe; yang sangat heterogen, baik tipe histologist, gejala, perjalanan klinis, respon
terhadap pengobatan, maupun prognosis.

Pada LNH sebuah sel limfosit berproliferasi secara tak terkendali yang mengakibatkan
terbentuknya tumor. Seluruh sel LNH berasal dari satu sel limfosit, sehingga semua sel dalam
tumor pasien LNH sel B memiliki immunoglobulin yang sama pada permukaan selnya.

Kasus LNH terjadi sekitar 50.000 kasus/tahun dengan usia biasanya > 50 tahun dan predominan
pada laki-laki. Saat ini sekitar 1,5 juta orang di dunia saat ini hidup dengan LNH dan tiap tahun
sekitar 300.000 orang meninggal karena penyakit ini.

Etiologi

Etiologi sebagian besar LNH tidak diketahui. Namun terdapat beberapa fakkor resiko terjadinya
LNH, antara lain :

1. Imunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan dengan terjadinya


LNH antara lain adalah : severe combined immunodeficiency, hypogammaglobulinemia,
common variable immunodeficiency, Wiskott Aldrich syndrome dan ataxia-
telangiectasia. Limfoma yang berhubungan dengan kelainan-kelainan tersebut seringkali
dihubugkan pula dengan Epstein Barr Virus (EBV) dan jenisnya beragam.
2. Agen infeksius : EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit sporadic. Karena tidak pada
semua kasus limfoma Burkit ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV terhadap
terjadinya limfoma Burkit belum diketahui.
3. Paparan lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan
resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan
adanya paparan herbisida dan pelarut organik.
4. Diet dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi
makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV.
Jenis LNH

Terdapat lebih dari 30 sub-tipe NHL yang berbeda (90 persennya dari jenis sel B), yang dapat
dikelompokkan menurut beberapa panduan klasifikasi. Klasifikasi tersebut mempertimbangkan
beberapa faktor seperti penampakan di bawah mikroskop, ukuran, kecepatan tumbuh dan organ
yang terkena.

Secara umum dapat dikenali beberapa bentuk NHL yaitu amat agresif (tumbuh cepat), menengah
dan indolen (tumbuh lambat). Penentuan ini dilakukan dengan mikroskop oleh dokter patologi di
laboratorium.

Diagnosis

Dimulai dari anamnesis, keadaan penderita secara umum :

1. Pembesaran kelenjar getah bening dan malaise umum : Berat badan menurun 10% dalam
waktu 6 bulan, demam tinggi 38oC selama 1 minggu tanpa sebab, keringat malam.
2. Keluhan anemia.
3. Keluhan organ (misalnya lambung, nasofaring).

Pada pemeriksaan fisik didapati : Adanya pembesaran kelenjar getah bening,


kelainan/pembesaran organ. Tumor LNH dapat terjadi pada tulang, perut, hati, otak atau bagian
tubuh yang lain.

Stadium Penyakit

Penetapan stadium penyakit harus selalu dilakukan sebelum pegobatan dan setiap lokasi
jangkitan harus didata dengan cermat, digambar secara skematik dan didata tidak hanya jumlah
juga ukurannya. Hal ini sangat penting dalam menilai suatu pengobatan.

Stadium berdasarkan kesepakatan Ann Arbor :

 Stadium I      : Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) hanya 1 regio.


o IE : jika hanya terkena 1 organ ekstra limfatik tidak difus/batas tegas.
 Stadium II      : Pembesaran 2 regio KGB atau lebih, tetapi masih satu sisi diafragma.
o II 2 : pembesaran 2 regio KGB dalam 1 sisi diafragma
o II 3 : pembesaran 3 regio KGB dalam 1 sisi diafragma
o II E : pembesaran 1 regio atau lebih KGB dalam 1 sisi diafragma dan 1 organ
ekstra limfatik tidak difus/batas tegas
 Stadium III      : Pembesaran KGB di 2 sisi diafragma
 Staduium IV : Jika mengenai 1 organ ekstra limfatik atau lebih tetapi secara difus6

Faktor Prognostik

LNH dapat dibagi kedalam 2 kelompok prognostik : Indolent Limfoma dan Agresif Limfoma.
LNH Indolent memiliki prognosis yang relatif baik, dengan median survival 10 tahun, tetapi
biasanya tidak dapat disembuhkan pada stadium lanjut. Tipe Limfoma agresif memiliki
perjalanan alamiah yang lebih pendek, namun lebih dapat disembuhkan secara signifikan dengan
kemoterapi kombinasi intensif.

Pengobatan

Pengobatan inti LNH saat ini meliputi kemoterapi, terapi antibodi monoklonal, radiasi, terapi
biologik dan cangkok sum-sum tulang. Penentuan jenis terapi yang diambil amat bergantung
kondisi individual pasien dan bergantung pada 3 faktor utama :

1. Stadium
2. Ukuran
3. Derajat keganasan

Limfoma Agresif (intermediate/derajat keganasan tinggi) cepat tumbuh dan menyebar dalam
tubuh dan bila dibiarkan tanpa pengobatan dapat mematikan dalam 6 bulan. Angka harapan
hidup rata-rata berkisar 5 tahun dengan sekitar 30-40% sembuh. Pasien yang terdiagnosis dini
dan langsung diobati lebih mungkin meraih remisi sempurna dan jarang mengalami
kekambuhan. Karena ada potensi kesembuhan, maka biasanya pengobatan lebih agresif. Standar
terapi dahulu meliputi kemoterapi standar CHOP dan/atau kemoterapi dosis tinggi dan cangkok
sum-sum. Tetapi terapi tersebut dianggap masih memiliki tingkat kekambuhannya 31,5 %
sampai 56,8 % dimana Complete Response dan survival rate yang rendah. Pada saat ini sebagai
first line treatment digunakan rituximab yang dikombinasi dengan CHOP. Rituximab ( suatu
monoklonal antibodi/ antibodi anti CD20 ) yang bisa mengatasi kasus-kasus relaps LNH
terhadap agen kemoterapi. Sehingga baru-baru ini, penggunaan rituximab plus kemoterapi
standar telah direkomendasikan oleh para peneliti Eropa yang mengobati NHL agresif
berdasarkan uji klinisi yang menunjukkan perpanjangan harapan hidup pasien ketika diobati
dengan Rituximab ditambah CHOP dibandingkan hanya CHOP.

Limfoma Indolen (derajat keganasan rendah) tumbuh lambat sehingga diagnostik awal menjadi
lebih sulit. Pasien dapat bertahan hidup selama bertahun-tahun dengan penyakit ini, tetapi
standar pengobatan yang ada tidak dapat menyembuhkannya. Biasanya, pasien memberikan
respon yang baik pada terapi awal, tetapi sangat mungkin kanker tumbuh kembali. Pasien dengan
limfoma indolen bisa mendapatkan terapi sebanyak lima sampai enam kali sepanjang hidup
mereka. Meskipun demikian, pasien biasanya memberikan respon terapi yang semakin rendah.
Angka harapan hidup pada limfoma jenis ini, dimana seringkali pasien terkalahkan oleh penyakit
ini atau komplikasi yang timbul, berkisar antara enam tahun.

Gejala dan Tanda


Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :
-   Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit
-   Demam
-   Keringat malam
-   Rasa lelah yang dirasakan terus menerus
-   Gangguan pencernaan dan nyeri perut
-   Hilangnya nafsu makan
-   Nyeri tulang
-  Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang terkena.
-  Limphadenopaty
Gejala Limfoma Non-Hodgkin
Kemungkinan
Gejala Penyebab
timbulnya gejala
Gangguan pernafasan Pembesaran kelenjar getah bening di 20-30%
Pembengkakan wajah dada
Hilang nafsu makan Pembesaran kelenjar getah bening di 30-40%
Sembelit berat perut
Nyeri perut atau perut
kembung
Pembengkakan tungkai Penyumbatan pembuluh getah bening 10%
di selangkangan atau perut
Penurunan berat badan Penyebaran limfoma ke usus halus 10%>
Diare
Malabsorbsi
Pengumpulan cairan di Penyumbatan pembuluh getah bening 20-30%
sekitar paru-paru di dalam dada
(efusi pleura)
Daerah kehitaman dan Penyebaran limfoma ke kulit 10-20%
menebal di kulit yang
terasa gatal
Penurunan berat badan Penyebaran limfoma ke seluruh 50-60%
Demam tubuh
Keringat di malam hari
Anemia Perdarahan ke dalam saluran 30%, pada
(berkurangnya jumlah pencernaan akhirnya bisa
sel darah merah) Penghancuran sel darah merah oleh mencapai 100%
limpa yang membesar & terlalu aktif
Penghancuran sel darah merah oleh
antibodi abnormal (anemia hemolitik)

Penghancuran sumsum tulang karena


penyebaran limfoma
Ketidakmampuan sumsum tulang
untuk menghasilkan sejumlah sel
darah merah karena obat atau terapi
penyinaran
Mudah terinfeksi oleh Penyebaran ke sumsum tulang dan 20-30%
bakteri kelenjar getah bening, menyebabkan
berkurangnya pembentukan antibodi

B. LIMFOMA HODGKIN (HODGKIN DISEASE)

Penyakit Hodgkin termasuk dalam keganasan limforetikular yaitu : limfoma malignum yang
terbagi dalam limfoma malignum Hodgkin dan limfoma malignum non Hodgkin. Kedua
penyakit tersebut dibedakan secara histopatologis, dimana pada limfoma Hodgkin ditemukan sel
Reed Sternberg

Analisis PCR menunjukkan bahwa sel Reed Sternberg berasal dari folikel sel B yang mengalami
gangguan struktur pada immunoglobulin, sel ini juga mengandung suatu faktor transkripsi inti
sel. Kedua hal tersebut menyebabkan gangguan apoptosis.

Di Amerka Serikat terdapat 7500 kasus baru penyakit Hodgkin setiap tahunnya, rasio kekerapan
antara laki-laki dan perempuan adalah 1,3-1,4 berbanding 1. Terdapat distribusi umur bimodal,
yaitu pada usia 15-34 tahun dan usia diatas 55 tahun.

Etiologi

Penyebab yang pasti dari penyakit ini belum diketahui dengan pasti. Pada penyakit ini beberapa
faktor resiko yang diperkirakan dapat menyebabkan terjadinya limfoma Hodgkin adalah infeksi
virus; infeksi virus onkogenik diduga berperan dalam menimbulkan lesi genetik, virus
memperkenalkan gen asing ke dalam sel target. Virus-virus tersebut adalah Epstein-Barr,
Sitomegalovirus, HIV, HHV-6. Faktor yang lain adalah defisiensi imun, misalnya pada pasien
transplantasi organ dengan pemberian obat imunosupresif .
Klasifikasi

WHO mengklasifikasikan limfoma Hodgkin ke dalam 2 jenis yaitu :

1. Nodular Lymphobcyte predominance Hodhkin Lymphoma (Nodular LPHL) : Tipe ini


mempunyai sel limfosit dan histiosit, CD 20 positif tetapi tidak memberikan gambaran
sel Reed-Stenberg.
2. Classic Hodgkin Lymphoma .

Diagnosis

Diagnosis pada penderita dilihat dari riwayat penyakit, gejala klinis, dan pemeriksaan penunjang.
Pada riwayat penyakit didapati pada penderita umumnya terdapat pembesaran kelenjar getah
bening yang tidak nyeri. Gejala sistenik berupa demam, berkeringat malam hari, penurunan berat
badan, dan pruritus, terdapat hepatosplenomegali juga adanya neuropati.

Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap, fungsi
hati, fungsi ginjal, juga dilakukan pemeriksaan elektrolit. Selain itu dilakukan pemeriksaan
biopsi sumsum tulang juga pemeriksaan radiologis.

Stadium Penyakit

Penentuan staging sangat penting untuk terapi dan menilai prognosis.

 Stadium I    : Keterlibatan suatu region kelenjar geah bening atau struktur

jaringan limfoid (limpa, timus, cincin waldeyer) atau keterlibatan

satu organ ekstralimfatik.

 Stadium II    : Keterlibatan ≥ 2 regio kelenjar getah bening pada sisi diafragma

yang sama.
 Stadium III    : Keterlibatan regio kelenjar getah bening pada kedua sisi

diafragma.

 Stadium IV    : Keterlibatan difus/diseminata pada satu atau lebih organ

ekstranodal atau jaringan dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar

getah bening.

Pengobatan

Di dalam pengobatan Limfoma Hodgkin langkah pertama yang harus dilakukan adalah
penentuan stadium penyakit.

 Dipastikan dengan biopsi eksisi kelenjar getah bening.


 Anamnesis dan pemeriksaan fisik
 Evaluasi laboratorium: pemeriksaan darah lengkap, uji fungsi hati, uji fungsi ginjal,
urinalisis.
 Rontgen foto toraks, CTscan toraks, abdomen, dan pelvis.
 Biopsi sumsum tulang
 Laparotomi dengan splenektomi untuk menentukan stadium

Setelah dilakukan penentuan stadium barulah dilakukan pengobatan sesuai dengan stadium yang
ada. Stadium I dan IIA: dapat dilakukan radiasi, stadium III dan IV: kemoterapi (seperti:
“ABVD” – doksorubisin [Adriamisin], bleomisin, vinblastin.dan dakarbazin).

Prognosis

Pada penyakit ini ,jika masih terbatas maka memiliki angka kesembuhan ± 80%; sedang penyakit
lanjut memiliki angka kesembuhan 50-70% .
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam asuhan keperawatan ini penulis akan membahas dari pengkajian, diagnosa dan
rencana tindakan/ implementasi yang dapat timbul dari penyakit Hodgkin itu sendiri (Doengos,
1993: 605).
1.      Pengkajian
a.       Aktivitas/istirahat
1) Gejala:
a. Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum
b. Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi latihan
c. Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
2) Tanda:
a. Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan tanda yang lain yang
menunjukkan kelelahan.

b. Sirkulasi
1) Gejala:
a. Palpitasi, angina/ nyeri dada
2) Tanda:
a. Takikardia, disritmia
b. Sianosis wajah dan leher
c. Iterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obstruksi
duktus empedu oleh pembesaran nodus limfe
d. Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
e. Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan
f. Edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obstruksi vena kava inferior dari
pembesaran nodus limfa intraabdomial (non-hodgkin).
g. Asites
c. Integritas ego
1) Gejala:
a. Faktor stress, misalnya: sekolah, pekerjaan, keluarga.
b. Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut mati
c. Ansietas/takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan
(kemoterapi dan terapi radiasi)
d. Masalah finansial: biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan pekerjaan
sehubungan dengan kehilangan waktu kerja
e. Status hubungan: takut dan ansietas sehubungan dengan menjadi orang yang
tergantung pada keluarga.
2) Tanda:
a. Berbagai perilaku, misalnya: marah, menarik diri, pasif

d. Eleminasi
1) Gejala:
a. Perubahan karakteristik urine dan/atau feses
b. Riwayat obtruksi usus, contoh intususpensi atau sindrom malabsorpsi (infiltrasi dan
nodus limfa retroperitoneal)
2) Tanda:
a. Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali)
b. Nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan pembesaran pada palpasi
c. Penurunan keluaran urine, urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretral/gagal ginjal)
d. Disfungsi usus dan kandung kemih

e. Makanan/cairan
1) Gejala:
a. Anoreksia/kehilangan nafsu makan
b. Disfagia (tekanan pada esofagus)
c. Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau
lebih dari berat badan 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
2)      Tanda:
a. Membran mukosa dan konjungtiva pucat
b. Kelemahan otot yang digunakan untuk mengunyah dan menelan

f. Neurosensori
1) Gejala:
a. Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus
limfa pada brakhial, lumbar dan pleksus sakral
b. Kelemahan otot, parastesia
2) Tanda:
a. Status mental: letargi, menarik diri, kurang minat umum terhadap sekitar
b. Paraplegia.

g. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala:
a. Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang  terkena, misalnya pada sekitar
mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebral); nyeri tulang umum
(keterlibatan tulang limfomatus).
2) Tanda:
a. Fokus pada diri sendiri; perilaku berhati-hati

h. Pernapasan
1) Gejala:
a. Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada
2)      Tanda:
a. Dispnea: takikardia
b. Batuk kering non-produktif
c. Tanda distres pernapasan
d. Parau/paralisis laringeal
i. Keamanan
1)      Gejala:
a. Riwayat sering/adanya infeksi
b. Riwayat mononukleus (risiko tinggi penyakit hodgkin pada pasien dengan titer tinggi
virus Epstein-Barr). Riwayat ulkus/perforasi pendarahan gaster
c. Kemerahan/pruritus umum
2) Tanda:
a. Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38°C tanpa gejala infeksi
b. Nodus limfe simetris, tak nyeri, membengkak/membesar
c. Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan
d. Pembesran tonsil
e. Pruritus umum
f. Sebagaian area kehilangan pigmentasi melanin

j. Seksualitas
1) Gejala:
a. Majalah tentang fertilitas/kehamilan
b. Penurunan libido

2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif , resiko tinggi terhadap obstruksi trakeobronkial ; pembesaran nodus
mediastinal dan/atau edema jalan nafas (Hodgkin dan non-Hodgkin); sindrom vena kava
superior (non Hodgkin).
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia/ absorpsi nutrient yang
diperlukan
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan pembesaran organ nodus limfe.
4. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan; penurunan konsentrasi Hb dalam
darah,
5. Konstipasi berhubungan dengan; kelemahan otot abdomen, depresi, stres emosional,
Tumor/limfoma
b. Diagnosa Keperawatan 
1.Nyeri b.d agen cedera biologi
2.Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
3.Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
4.Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
5.Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal / edema
jalan nafas.

c. Intervensi
A. Nyeri b.d agen cedera biologi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien   berkurang/hilang
dengan KH :
 1. Skala nyeri 0-3
2. Wajah klien tidak meringis
3. Klien tidak memegang daerah nyeri
 Intervensi :
1.Kaji skala nyeri dengan PQRST
R : untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah dalam menentukan
intervensi selanjutnya
2.Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
R : teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu dalam
mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya
3.Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
R : obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh klien

B. Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien turun /
dalam keadaan normal dengan kriteria hasil :
1.suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat celcius)
Intervensi :
2.Observasi suhu tubuh klien
R : dengan memantau suhu tubuh klien dapat mengetahui keadaan klien dan juga dapat
mengambil tindakan dengan tepat
3.Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha
R : kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien
4.Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan kebutuhan cairan
tubuh klien)
R : dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan
dalam tubuh klien
5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
R : antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh

C. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi klien dapat terpenuhi dengan criteria hasil :
1.Menunjukkan peningkatan berat badan/berat badan stabil
2.Nafsu makan klien meningkat
3.Klien menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
mempertahankan berat badan yang sesuai
Intervensi :
1.Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
R : mengidentifikasi defisiensi nutrisi dan juga untuk intervensi selanjutnya
2.Observasi dan catat masukan makanan klien
R : mengawasi masukan kalori
3. Timbang berat badan klien tiap hari
R : mengawasi penurunan berat badan dan efektivitas intervensi nutrisi
4.Berikan makan sedikit namun frekuensinya sering
R : meningkatkan pemasukan kalori secara total dan juga untuk mencegah distensi gaster
5. Kolaborasi dalam pemberian suplemen nutrisi
R : meningkatkan masukan protein dan kalori

D. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan sela 1 x 24 jam diharapkan diharapkan
klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh klien dengan
criteria hasil :
1.Klien dan keluarga klien dapat memahami proses penyakit klien
2.Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakit yang
diderita oleh klien
3. Klien dan keluarga klien dapat mematuhi proses terapiutik yang akan dilaksanakan
Intervensi :
1.Berikan komunikasi terapiutuk kepada klien dan keluarga klien
R : memudahkan dalam melakukan prosedur terpiutuk kepada klien
2.Berikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien
R : klien dan keluarga klien dapat mengetahui proses penyakit yang diderita oleh klien

E. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal /
edema jalan nafas.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan bersihan
jalan nafas klien efektif/normal dengan criteria hasil :
1.Klien dapat bernafas dengan normal/efektif
2.Klien bebas dari dispnea, sianosis
3.Tidak terjadi tanda distress pernafasan
Intervensi :
1.Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
R : perubahan dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan/pengaruh pernafasn yang
membutuhkan upaya intervensi
2. Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur tinggi/atau
duduk tegak ke depan kaki digantung
R : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, dan menurunkan resiko
aspirasi
3. Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen bila
diindikasikan
R : membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil, memberikan klien
beberapa kontrol terhadap pernafasan, membantu menurunkan ansietas
4.Kaji respon pernafasan terhadap aktivitas
R : penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas

d. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan :
o    Nyeri klien berkurang/hilang
o    Suhu klien dalam batas normal suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat celcius)
o    Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
o    Klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh klien
o    Bersihan jalan nafas klien efektif/normaL
BAB VI
PENUTUP
A.     Kesimpulan          
Limfosit yang ganas (sel limfoma) dapat bersatu menjadi kelenjar getah bening tunggal
atau dapat menyebar di seluruh tubuh, bahkan hampir di semua organ. Penyakit Hodgkin
adalah suatu tumor yang menyerang kelenjar limpa. Belum diketahui jelas tentang penyebab
penyakit ini namun dicurigai disebabkan oleh virus. Gejala utama dari penyakit ini adalah
adanya pembesaran kelenjar limfe. Diagnosa yang sering muncul pertama kali adalah tidak
efektifnya pola nafas sehingga intervensi yang bisa dilakukan adalah mengatur posisi dan
pemberian O2. Diagnosa lain yang sering muncul, Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna sehingga intervensinya adalah pemberian
makan sedikit tapi sering. Selain itu diagnosa nyeri juga sering muncul sehingga
intervensinya adalah dengan memberikan obat jenis analgetik tergantung stadium
penyakitnya.
Berdasarkan penelitian yang ada penyakit Hodgkin ini biasanya lebih banyak menyerang
pria dibandingkan wanita. Penyakit ini memiliki cirri-ciri histopatologi yang dianggap khas,
yaitu karena adanya sel-sel Reed Steinburg atau variannya yang disebut sel Hodgkin.
B.     Saran
Mengingat begitu kompleksnya masalah yang ditemukan akibat dari penyakit Hodgkin,
maka diharapkan kepada seluruh pihak-pihak medis terkait dapat memperhatikan kondisi atau
gejala-gejala penyakit Hodgkin itu sendiri serta dapat segera melakukan pembangunan yang
tepat dalam memberikan terapi dan pengobatan yang sesuai bagi pasien yang terserang
penyakit tersebut. Kepada pihak rumah sakit diharapkan untuk lebih meningkatkan mutu dan
kualitas dari pelayanan kesehatan yang telah ada untuk memudahkan dalam penanganan
kasus tersebut.
Contoh Kasus
Tn. A (35) datang dengan keluhan berat badan menurun sekitar 10% tiap bulannya.
Tn.A di diagnosa menderita penyakit kelainan limfosit, Limfoma Hodgkin. Klien terlihat
kebiruan (Sianosis) pada wajah dan leher. Klien juga mengeluh nyeri pada sendi, dan sesak
nafas. Terdapat pembengkakan pada wajah, leher, rahang dan lengan.  Saat dilakukan foto
thorax, didapatkan hasil adanya pembesaran pada hati dan limfa (Hepatosplenomegali)
sebesar 65%. TD : 160/100 mmHg, HR : 96x/m, RR : 28x/m, T : 37oC.
Tn. A merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Ia mempunyai 2 adik perempuan.
Orang tua Tn. A telah meninggal dunia.  Ny. A merupakan anak tunggal. Orangtua Ny. A,
masih hidup. Tn. A memiliki 2 orang anak. Anak pertamanya, laki-laki dan anak keduanya,
perempuan.
PENGKAJIAN
A)    Identitas Klien
Nama                       :  Tn.A
Umur                                   :  35 tahun
Jenis Kelamin                      :  Laki-laki
Tanggal MRS                      :  -
Diagnosa Medis       :  Limfoma Hodgkin

C)    Keluhan utama


Klien mengeluh penurunan berat badan 10% setiap bulannya, sesak nafas nyeri pada sendi.
D)    Riwayat penyakit
-          Tn.A tidak mempunyai riwayat penyakit
E)     Pemeriksaan fisik
  Keadaaan umum                  :  normal
  Kesadaran                            :  compos mentis
  Tn.A tampak kurus, juga mengeluh nyeri pada sendi dan sesak nafas.
  Saat dilakukan foto thorax, didapatkan hasil adanya pembesaran hati dan limfa
(hepatosplenomegali) sebesar 65%.
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Limfoma Hodgkin Nyeri
Tn.A mengeluh nyeri pada
persendian

DO : Mutasi genetic sel limfosit


TD : 160/100 mmHg
HR : 96x/m
RR : 28x/m
T    : 37oC
Infiltrasi dalam sumsum
Hepatosplenomegali tulang
sebesar 65%

Pembesaran nodus limfe

Pengaktifan serotonin,
bradikinin, prostaglandin

nyeri

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Limfoma Hodgkin Sesak nafas
Tn.A mengeluh sesak
nafas

DO : Mutasi gen sel limfosit


TD : 160/100 mmHg
HR : 96x/m
RR : 28x/m
T    : 37oC
Obstruksi trakeaobronkial
Hepatosplenomegali
sebesar 65%

Pembesaran nodus
mediastinal/edema jalan
nafas

Hambatan jalan nafas

Sesak nafas

DIAGNOSA
1.      Nyeri  b/d pengaktifan serotonin, bradikinin, dan prostaglandin d/d klien mengeluh nyeri
pada sendi dengan TD : 160/100 mmHg, HR : 96x/m, RR : 28x/m, T : 37oC
2.      Sesak nafas b/d hambatan jalan nafas d/d klien mengeluh sesak nafas dengan TD : 160/100
mmHg, HR : 96x/m, RR : 28x/m, T : 37oC

INTERVENSI
1. Nyeri  b/d pengaktifan serotonin, bradikinin, dan prostaglandin d/d
klien mengeluh nyeri pada sendi.
Tindakan Rasional
1.      Selidiki keluhan nyeri. Perhatikan Membantu mengkaji kebutuhan untuk
intervensi ; dapat mengindikasi
perubahan pada derajat dan sisi.
terjadinya komplikas
(gunakan skala 0-10).
2.      Berikan obat analgetik sesuai indikasi. Mengurangi nyeri.

3.      Ubah posisi secara periodic dan Memperbaiki sirkulasi jaringan dan
berikan/bantu latihan rentang gerak mobilitas sendi
lembut

1.      Sesak nafas b/d pola nafas tidak efektif d/d klien mengeluh sesak nafas

Tindakan Rasional
Mandiri Membantu menigkatkan difusi gas dan
1.      Anjurkan dengan teknik nafas dalam ekspansi jalan nafas kecil, memberikan
dan/atau pernafasan bibir klien beberapa control terhadap
pernapasan, menurunkan ansietas
2.      Ubah posisi secara periodic dan Memperbaiki sirkulasi jaringan dan
berikan/bantu latihan rentang gerak mobilitas sendi.
lembut.
Kolaborasi Memaksimalkan sediaan oksigen untuk
Berikan oksigen tambahan kebutuhan seluluer.
IMPLEMENTASI

1.      Nyeri
a.       Menanyakan klien tentang rentang nyeri berada pada skala berapa (skala 0-10).
b.      Memberikan obat analgetik kepada klien sesuai indikasi.
c.       Mengubah posisi klien secara periodic.

2.      Sesak nafas


a.       Menganjurkan untuk melakukan teknik nafas dalam
b.      Mengubah posisi klien secara periodik
c.       Memberikan oksigen tambahan untuk memaksimalkan sediaan kebutuhan seluler.

Anda mungkin juga menyukai