Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PADA PASIEN KANKER

LEUKIMIA DAN LIMFOMA

Alan Adu
Ermelinda Sri Rejeki
Revista Taklal
Yuliana Kolo
Pengertian Leukimia
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya
proliferasi (pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang
abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya
leukosit dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat
menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia.
(Hidayat, 2006).
Leukimia dibagi menjadi :
1. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
2. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
4. Leukemia Mielositik Kronis (LMK)
Epidemiologi
Secara epidemiologi, Leukemia Akut merupakan 30-
40% dari keganasan pada anak, puncak kejadian pada
usia 2-5 tahun, angka kejadian anak di bawah usia 15
tahun rata-rata 4-4,5/100.000 anak pertahun.
Penyakit ini paling banyak di jumpai di antara semua
penyakit keganasan pada anak. Di negara berkembang
83% ALL, 17% AML, ditemukan pada anak kulit
putih dibandingkan kulit hitam . Sembilan puluh tujuh
persen adalah Leukemia Akut (82% LLA dan 18%
LMA) dan 3% LMK.
Etiologi
Terjadinya leukemia banyak hal yang mempengaruhi
diantaranya
1.Faktor Eksogen
2. Faktor Endogen
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia, perdarahan,
kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan. Purpura
merupakan hal yang umum serta hepar dan lienmembesar. Jika terdapat infiltrasi
kedalam susunan saraf pusat dapat ditemukan tanda meningitis. Cairan serebrospinal
mengandung protein yang meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya
juga terdapat beberapa hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme) :
1) Pucat
2) Malaise
3) Keletihan(letargi)
4) Perdarahan gusi
5) Mudah memar
6) Nyeri abdomen yang tidak jelas
7). Nyeri tulang pada anak.
Seringkali ditandai pada anak yang sudah dapat berdiri dan berjalan, tiba-tiba tidak
mau melakukannya lagi, anak lebih nyaman untuk digendong.
8) Berat badan turun
10) Muntah, Sakit kepala (pusing)
13). Pembesaran testis dengan konsistensi keras
PATOFISIOLOGI
Leukemia adalah jenis gangguan pada systemhemapoetik yang fatal dan terkait
dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya
proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertama-tama menggumpal pada
tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit di dalam limfenode)
dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut keorgan yang lebih besar
sehingga mengakibatkan hematomegali dan splenomegali. Limfosit
imaturberproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringaperifer serta mengganggu
perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesisnormal terhambat,
mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit, dan trobosit. Eritrosit dan
trombosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopoetik lainnya dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan sitopenia
atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun. Trombositopeni
mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie dan ekimosis atau
perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma dalam
membrane mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang
mungkin sakit dan lunak yang disebabkan oleh infark tulang.
Pemeriksaan penunjang
1. Hitung darah lengkap :
Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.
Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (kurang dari 50.000/mm ).
Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan peningkatan sel
darah putih imatur (mungkin menyimpang kekiri). Mungkin ada sel blast
leukemia.
2 .Pemeriksaan sel darah tepi :
Biasanya menunjukkan anemia dan trobositopenia, tetapi juga dapat
menunjukkan leucopenia, leukositosis tergantung pada jumlah sel yang beredar.
3. Asam urat serum / urine : mungkin meningkat
4. Biopsi sumsum tulang : Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari 50%
atau lebih dari sel darah putih pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari sel
blast, dengan prekusor eritrosit, sel matur, dan megakariositismenurun.
6. Biopsi nodus limfa : Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel
leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti limfosit
normal dan granulosit.
Tata laksana
1. Kemoterapi
2. Penanganan suportif
3. Transplamtasi stem sel hematopoetik
Konsep Asuhan Keperawatan Leukimia
A. Pengkajian Fokus
1. Demografi
a. Usia : Lebih sering terjadi pada anak yang berusia 2-5 tahun.
Jenis leukemia ( limfositikmyeloid akut ).lebih sering di
temukan pada anak umur 15th.
b. Ras : Lebih banyak terkena pada anak kulit putih
c. Lingkungan : Banyak polutan
d. Jenis kelamin : sering menyerang kaum laki-laki.
B. Data fokus
1. Aktivitas
Gejala : Kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas biasanya.
Tanda : Kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi
Tanda : Takikardi, membran mukosa pucat, dan tanda perdarahan
serebral.
3. Eliminasi
Gejala : Diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang pada tisu,feses
hitam, darah pada urin, penurunan haluaranurin
4 Integritas ego
Gejala : Perasaan tak berdaya / tidak ada harapan.
Tanda : Depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan alam perasaan.
6. Nutrisi dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah, penurunan berat
badan, faringitis disfagia.
Tanda : Distensi abdominal, penurunan bunyi usus, splenomegali,
hepatomegali, ikterik, hipertrofi gusi (infiltrasi gusi mengindikasikan
leukemia monositik.
7. Neuro sensori
Gejala : Penurunan koordinasi, perubahan alam perasaan, kacau, kurang
konsentrasi, kebas, kesemutan.
Tanda : Otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
8. Nyeri atau kenyamanaan
Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang atau sendi, nyeri
tekan eksternal, kram otot.
Tanda : Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah, focus pada diri sendiri.
9. Pernafasaan
Gejala : Nafas pendek dengan kerja minimal
Tanda : Dispnue, takhipnea, batuk, ronkhi.
10 Keamanan
Gejala : Riwayat saat ini / dahulu, jatuh, gangguan penglihatan,
perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda : Demam, infeksi, kemerahan, purpura, perdarahan gusi
epistaksis, pembesaran nodullimfe (sehubungan dengan invasi jaringan).
Diagnosa keperawatan
Nyeri Kronik berhubungan dengan Agen Infiltrasi tumor
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
faktor biologi
Resiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Sekunder
Inadekuat (penurunan Hb).
Resiko Kurang Volume Cairan berhubungan dengan
Kehilangan Berlebihan (muntah, perdarahan, diare),
penurunan pemasukan cairan (mual, anoreksia).
INTERVENSI
Pengertian Limfoma
Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening)
merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik yaitu
sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosis
sehingga muncul istilah limfoma maligna (maligna =
ganas).
Etiologi LM

1. Pada penyakit lymphoma maligna penyebab pasti


belum diketahui tetapi ada beberapa
kemungkinan penyebabnya yaitu :
Faktor keturunan
Kelainan system kekebalan
Infeksi virus atau bakteri ( HIV, virus human T-Cell
leukemia / lymphoma ( HTLV ), Epstein Barr Virus
( EBV ), Heli Cobacter SP )
Toksin lingkungan ( Herbisida, pengawet dan pewarna
kimia )
Tanda Dan Gejala LM

Gejala klinis dari penyakit limfoma maligna adalah sebagai


berikut :
1. Limfodenopati superficial.
2. Demam
3. Sering keringat malam
4. Penurunan nafsu makan
6. Kehilangan berat badan lebih dari 10 % selama 6 bulan
(anorexia)
7. Kelemahan, keletihan
8. Anemia, infeksi, dan pendarahan dapat dijumpai pada kasus
yang mengenai sumsum tulang secara difus
Klasifikasi LM
1. Klasifikasi Penyakit
Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma
malignum yaitu penyakit Hodgkin (PH) dan limfoma
non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala yang
mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan
pemeriksaan patologi anatomi dimana pada PH
ditemukan sel Reed Sternberg, dan sifat LNH lebih
agresif
2. Klasifikasi Patologi
Klasifikasi limfoma maligna telah mengalami perubahan
selama bertahun-tahun. Pada tahun 1956 klasifikasi
Rappaport mulai diperkenalkan. Rappaport membagi limfoma
maligna menjadi tipe nodular dan difus kemudian subtipe
berdasarkan pemeriksaan sitologi. Modifikasi klasifikasi ini
terus berlanjut hingga pada tahun 1982 muncul klasifikasi
Working Formulation yang membagi limfoma maligna
menjadi keganasan rendah, menengah dan tinggi berdasarkan
klinis dan patologis. Seiring dengan kemajuan imunologi dan
genetika maka muncul klasifikasi terbaru pada tahun 1982
yang dikenal dengan Revised European-American
classification of Lymphoid Neoplasms (REAL classification).
3. Stadium Limfoma Maligna
Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium.
Stadium I dan II sering dikelompokkan bersama sebagai
stadium awal penyakit, sementara stadium III dan IV
dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.
• Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu
kelompok yaitu kelenjar getah bening.
• Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau
lebih kelompok kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu
sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau perut.
• Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau
lebih kelompok kelenjar getah bening, serta pada dada dan
perut.
• Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar
getah bening setidaknya pada satu organ lain juga seperti
sumsum tulang, hati, paru-paru, atau otak
Patofisiologi LM
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau
penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah
bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah
digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat
dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini
dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi
di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil
perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi
selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal
selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan
lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma.
 
Penataksanaan Medis LM

Pengobatan pada Limfoma Non Hodgkin dapat


dilakukan melalui beberapa cara, sesuai dengan
diagnosis dari beberapa faktor seperti apakah pernah
kambuh, stadium berapa, umur, kondisi badan,
kebutuhan dan keinginan pasien. Secara garis besar
penyembuhan terjadi sekitar 93%, membuat penyakit
ini sebagai salah satu kanker yang paling dapat
disembuhkan.
Pemeriksaan Penunjang

Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening yang terkena dan
juga untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan
pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan
darah. Biopsi atau penentuan stadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk
membantu dokter mendiagnosis Limfoma. Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi
limfoma maligna yaitu :

1. Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening yang
membesar.
2. Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening dengan
jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau respon terhadap
pengobatan.
3. Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang panggul untuk
melihat apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang.
 
 
konsep Askep Limfoma

1. Pengkajian
a. Pengkajian identitas klien
1. Pasien (diisi lengkap) : nama, jenis kelamin, umur,
status perkawinan, agama, pekerjaan, alamat, tanggal
masuk rumah sakit.
2. Penanggung jawab ( diisi lengkap): (nama, jenis
kelamin, umur, status perkawinan, agama, pekerjaan,
alamat)
b. Pengkajian riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh sering mengalami kelelahan dan kecemasan, mengeluh nyeri
telan, klien kehilangan nafsu makan, suhu badan klien tinggi (demam),
kesulitan saat bernafas , penurunan berat badan, keringat di malam hari yang
terlalu banyak, nyeri telan pada daerah lymphoma.
 Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat hypertensi dan diabetes mellitus perlu dikaji dan riwayat pernah
masuk rumah sakit dan penyakit yg pernah di derita oleh pasien, pernah
mengalami diare, klien memiliki riwayat infeksi ( abnormalitas imunitas
selluler pencetus untuk infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau
infeksi bacterial)
 Riwayat kesehatan kelurga
Terdapat riwayat pada keluarga dengan penyakit vaskuler : HT, penyakit
metabolic : DM atau penyakit lain yang pernah di derita oleh keluarga pasien.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada daerah leher, ketiak dan
pangkal paha
Pada lymphoma secara fisik dapat timbul benjolan
yang kenyal tidak terasa nyeri, mudah di gerakan
( pada leher, ketiak, atau pangkal paha)
Inspeksi, tampak warna kencing campur darah,
pembesaran suprapubic bila tumor sudah besar
Palpasi, teraba tumor suprapubic, pemeriksaan
bimanual teraba tumor pada dasar buli-buli dengan
bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT.
Diagnosa
Nyeri b.d agen cedera biologi
Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi
sekunder terhadap inflamasi
Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan
tubuh b.d mual, muntah
Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
pembesaran nodus medinal / edema jalan nafas.
Intertvensi
EVIDENCE BASED PRACTICE NURSING

P: Populasi pasian kanker hematologi (Leeukimia &


Limfoma)
I: intervensi yang dilakukan menjalani rehabilitasi,
pemberian nutrisi pada pasien kanker, cara peningkatan
kualitas hidup pasien kanker dengan melakukan
kemoterapi. 
C: -
O: Outcome/ hasil-hasil yang diharapkan dapat
mengurangi prevelensi penyakit kanker
T: Time Frame (Batas waktu)
Jurnal 1
Judul penilitian : Gangguan Hematologi Akibat Kemoterapi
Pada Anak Dengan Leukemia Limfositik Akut Di Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah
Metode penilitian: Metode Penelitian yang dilakukan
merupakan jenis penelitian cross-sectional pada pasien anak
dengan LLA yang menjalani kemoterapi fase induksi dan
konsolidasi berdasarkan Indonesian Protokol 2006. Pasien yang
telah selesai menjalani kemoterapi berdasarkan protokol
tersebut dieksklusi dari penelitian. Penelitian dilakukan di
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Data Pasien
diambil dari periode bulan Mei 2011-April 2013.
Gangguan hematologi dinilai berdasarkan hasil laboratoriun
yaitu hemoglobin dan platelet berdasarkan CTCAE versi 4,0.
Hasil: Didapatkan 17 pasien yang memenuhi kriteria. Dari
17 pasien yang telah menjalani kemoterapi fase induksi dan
konsolidasi, diperoleh 8 pasien (47,1%) yang mengalami
anemia, 6 pasien(35,3%) mengalami anemia dan
trombositopenia, tidak ada pasien (0%) mengalami
trombositopenia saja, serta 3 pasien (17,6%) tidak
mengalami gangguan tersebut.
Pembahasan: Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
diperoleh ada gangguan hematologi pada pasien anak
dengan LLA yang menjalani kemoterapi di RSUP Sanglah
berdasarkan Indonesian Protocol 2006 fase induksi dan
konsolidasi. Gangguan hematologi yang terjadi yang
diamati yaitu anemia dan trombositopenia.
Jurnal 2.
Nama peneliti: Mursudarinah, Tika Wahyu Wardani
Tahun penilitian: -
Judul penilitian: Hubungan Efek Kemoterapi Fase Induksi dengan
Kepatuhan Pasien Kemoterapi Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) di
RSUD Dr. Moewardi
Metode penilitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengandesain cross sectional, jumlah sample 50 orang yang diambil
secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan check list melalui medical record pasien, kemudian data
penelitian dianalisis dengan uji statistik chi square  
Hasil: Sebanyak 23 responden (46%) mengalami efek ringan dan 27
responden (54%) mengalami efek berat. Sebanyak 38 responden (76%)
patuh terhadap pengobatan dan 12
responden (24%) tidak patuh terhadap pengobatan. Uji bivariat
menggunakan uji statistik Chi Square yaitu angka signifikan p value =
0,730 > 0.05.
Jurnal 3.
Nama Penilitian: Daniel Winarto, Ni Made Renny A Rena,
Wayan Losen Adnyana, Tjokorda Gede Dharmayuda, Ketut
Suega, Made Bakta
Tahun penelitian: 2013-2017.
Judul: Kadar hemoglobin awal sebagai faktor prognostik
penderita limfoma non-hodgkin (LNH) yang menjalani
kemoterapi.
Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kohort
retrospektif mulai bulan Januari 2013 sampai bulan September
2017 pada penderita LNH yang menjalani kemoterapi di RSUP
Sanglah Denpasar. Hubungan antara kadar Hb dengan skor R-IPI
dianalisis menggunakan uji Mann Whitney. Analisis kesintasan
menggunakan metode Kaplan Meier dan Cox Proportional
Hazard Mode dengan menggunakan software SPSS.
Hasil : Dari 88 penderita LNH, dieksklusi 31 penderita, sehingga total
sampel sebanyak 57 orang. Dengan menggunakan analisis komparatif
Mann Whitney didapatkan perbedaan signifikan pada skor R-IPI
antara pasien LNH dengan Hb ≥ 10 g/dl (md=1, n=46) dan kadar Hb
< 10 g/dl (md=3, n=11) (z= -2,106; p= 0,035; d= 0,28). Analisis
dengan Kaplan Meier, didapatkan penderita dengan kadar Hb<10
gram/dL memiliki kesintasan lebih pendek dibanding penderita
dengan kadar Hb≥10 gram/dL (± 255 vs ± 850 hari; p= 0,002; IK
95%) dan dengan analisis Cox Regression didapatkan Hazard ratio
sebesar 4.46 (p= 0,005).
Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien LNH
dengan kadar Hb awal < 10 g/dl memiliki prognostic lebih buruk
berdasarkan R-IPI. Pasien LNH dengan kadar Hb < 10 g/dl memiliki
resiko mortalitas hingga 4,5 kali dibandingkan Hb ≥ 10 g/dl. Dengan
demikian, kadar Hb awal dapat digunakan sebagai faktor prediktor
mortalitas pasienpasien LNH yang menjalani kemoterapi.
Jurnal 4.
Nama peneliti: Putu Dhidhi Pradnya Suryadiarsa, Ni Made Renny Anggraeni Rena,
Tjokorda Gde Dharmayuda
Tahun penilitian:2014
Judul penilitian: Tingkat Harapan Hidup Pasien Limfoma Non-Hodgkin
Berdasarkan Skor Ipi Yang Mendapatkan Kemoterapi Lini Pertama Di Rsup Sanglah
Denpasar Tahun 2014
Metode penilitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang
menggunakan rancangan retrospektif deskriptif study untuk mengetahui tingkat
harapan hidup pasien LNH berdasarkan skor IPI yang mendapatkan kemoterapi lini
pertama di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014.
 Subjek pada penelitian ini merupakan pasien di RSUP Sanglah Denpasar yang
didiagnosis oleh dokter telah menderita LNH dan diberikan pengobatan berupa
kemoterapi ini pertama selama tahun 2014.
Teknik pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total
sampling. Data yang digunakan adalah data rekam medis pasien yang
dicatat beberapa komponen, seperti data umum pasien dan kelima komponen
skorIPI,kemudian dimasukkan dalam tabel data frekuensi dan diakumulasi dengan
skor IPI.
Hasil : Gejala klinis penyakit LNH ditandai dengan adanya benjolan (100%), demam (80%),
penurunan berat badan (80%), lemas (80%), anemia (72%), dan keluhan organ (52%). Diffuse
Large B-Cell Lymphoma (DLBCL) merupakan gambaran histopatologi tersering di RSUP
Sanglah Denpasar dengan persentase 68%. Hasil skor IPI diantaranya empat pasien (16%)
kategori low risk, dua pasien (8%) kategori low-intermediate risk, dua pasien (8%) kategori
high-intermediate risk, dan 17 pasien (68%) kategori high risk. Sebagian besar kasus LNH di
RSUP Sanglah Denpasar memiliki prognosis yang buruk, sehingga memiliki tingkat harapan
hidup sebesar 34% dalam dua tahun dan 26% dalam lima tahun. Dalam penelitian ini, telah
diamati tingkat harapan hidup pasien LNH yang sudah menjalani kemoterapi lini pertama di
RSUP Sanglah Denpasar dan telah dikategorikan melalui skor IPI dengan beberapa komponen
didalamnya, seperti umur, stadium penyakit, kadar serum LDH, jumlah ekstranodul, dan skor
ECOG (status kinerja).
Pembahasan :
 Hasil studi menunjukkan hampir keseluruhan kasus LNH di RSUP Sanglah
Denpasar memiliki prognosis yang buruk (68%), dan memiliki tingkat harapan hidup sebesar
34% dalam dua tahun dan 26% dalam lima tahun. Tingkat harapan hidup pasien LNH di
RSUP Sanglah Denpasar yang rendah diperkirakan karena kurangnya kepatuhan pasien
terhadap penyakit dan pengobatannya, ketersediaan obat kemoterapi yang kurang, higienitas
buruk, serta waktu observasi penelitian yang kurang memadai. Penelitian ini sangat
membutuhkan penelitian lanjutan dengan waktu observasi yang lebih panjang, sehingga dapat
membahas lebih dalam mengenai tingkat harapan hidup pasien LNH di RSUP Sanglah
Denpasar. 
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai