BLOK ENDOKRIN
Oleh:
KELOMPOK 10
1. Sri Rejeki (K1A1 12 097)
2. Firman Riansyah Kasman (K1A1 13 113)
3. Nurlah Sari Abdullah (K1A1 15 035)
4. Sitti Nurjana Taiso (K1A1 16 019)
5. Yelsi Beatrice Patandianan (K1A1 16 028)
6. Dewi Fortuna Puspitasari (K1A1 16 029)
7. Wa Ode Rizki Amelia (K1A1 16 030)
8. Rizqi Khairunnisa Kibe (K1A1 16 049)
9. Muh. Alwahid Ramadhan (K1A1 16 050)
10. WD. Milhaerunnisa P.H (K1A1 16 051)
11. Fatimah Yuningsih (K1A1 16 052)
12. Adji harjianto (K1A1 16 053)
13. Sandhi Wirya Andrayuga (K1A1 16 054)
14. Muhammad Zulfikarhim (K1A1 16 085)
TUTOR :
1
MODUL 1
BB MENURUN
A. SKENARIO
Seorang wanita, umur 35 tahun berkunjung ke puskesmas dengan
keluhan berat badan menurunlebih dari 10 kg dalam 6 bulan terakhir. Ia
juga mengeluh jantung berdebar dan gelisah.
B. KATA SULIT
-
C. KALIMAT KUNCI
1. Seorang wanita umur 35 tahun
2. Berat badan menurun, 10kg dalam 6 bulan terakhir
3. Jantung berdebar dan gelisah
D. PERTANYAAN
1. Bagaimana Anatomi, Histologi dan Fisiolgi dari organ terkait?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan BB menurun?
3. Bagaimana patomekanisme dari gejala pada skenario?
4. Hormon apa saja yang menyebakan BB menurun?
5. Penyakit apa saja yang menyebabkan BB menurun?
6. Kemungkinan-kemungkinan penyakit dari scenario
7. Jelaskan komplikasi dari scenario
8. Bagaimana hubungan gejala jantung berdebar dengan gelisah?
9. Jelaskan langkah-langkah diagnosis
10. Bagaimana tatalaksana pada kasus?
11. Apa yang dimaksud dengan epsutalmus?
12. Jelaskan jenis-jenis organ hormon yang dihasilkan dan jelaskan
fungsinya
13. Jelaskan tentang DM (type 1 dan type 2), Hipertiroid dan Graves
disease
E. PEMBAHASAN
1. Bagaimana Anatomi, Histologi dan Fisiolgi dari organ terkait?
A. PANCREAS
ANATOMI
Kelenjar pankreas merupakan kelenjar endokrin yang terdapat di
cavum abdominis, dan terletak pada bagian retroperitoneal pada dinding
posterior rongga abdomen setinggi vertebra lumbalis ke-2 dan ke-3. Merupakan
kelenjar endokrin yang juga mempunyai fungsi sebagai kelenjar eksokrin, karena
mempunya duktus (ductus pancreaticus). Bagian dari pankreas yang berfungsi
sebagai kelenjar endokrin adalah pulau - pulau langerhans yang terdiri dari sel
yang menghasilkan hormonglucagon dan sel yang menghasilkan hormon insulin.
Bagian-bagiannya :
1. CAPUT PANCREATIS:
Regio epigastrium;
terletak pd lengkungan huruf C duodenum (pars
superior+descendens+horizontal)
dan sampai dengan batas incisura pancreatica.
2. CORPUS PANCREATIS:
Regio epigastrium;
mulai pada incisura pancreatica;
dan, sampai dengan batas lig.Lienorenale.
3. CAUDA PANCREATIS:
Regio hypochondrium sinistra;
dan, didalam lig.lienorenale, masuk hilus lienalis.1
3
Gambar 1.3 Kelenjar Pankreas
HISTOLOGI
MIKROSKOPIS :
4
a. Sel Alfa (sel A) :
- Sel PP menghasilkan
polipeptida pankreas.2
FISIOLOGI
5
Fungsiendokrin
a. Insulin. Efek insulin menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan penggunaan glukosa untuk produksi energi. Insulin
meningkatkan transport glukosa dari darah ke sel dengan
meningkatkan permeabilitas memebran sel terhadap glukosa (
namunotak,hati, dan sel-sel ginjal tidak bergantung pada insulin untuk
asupan glukosa ). Di dalam sel, glukosa digunakan pada respirasi sel
untuk menghasilkan energi. Hati dan otot rangka mengubah glukosa
menjadi glikogen (glikogenesis) yang disimpan untuk digunakan di
lain waktu. Insulin juga memungkinkan sel-sel untuk mengambil asam
lemak dan asam amino untuk digunakan dalamsintesis lemak dan
protein ( bukan untuk produksi energi). Insulin merupakan hormone
vital; kita tidak dapat bertahan hidup untuk waktuyang lama tanpa
hormontersebut. Sekresi insulin dirangsang oleh hiperglikemia .
keadaan ini terjadi setelah makan. Khusunya makanan tinggi
karbohidrat. Ketika glukosa diabsorbsi dari usus halus kedalamdarah ,
insulin disekresikan untuk memungkinkan sel menggunakan glukosa
untuk energi yang dibutuhkan segera.pada saat bersamaan,kelebihan
glukosa akandisimpan di hati dan otot sebagai glikogen.
Fungsi Eksokrin
Sel eksokrin pancreas mengeluarkan cairan elektrolit dan enzim
sebanyak 1500 2500 ml sehari dengan Ph 8-8,3. Cairan ini dikeluarkan
oleh sel sentroasiner akibat rangsangan hormon sekretin.
Enzim pencernaan sangat dipengaruhi oleh asam amino sehingga
defisiensi protein akan menyebabkan menurunya fungsi eksokrin. Enzim
proteolitik, lipolitik, amilolitik, an uklease juga terdapat dalam cairan
6
pancreas. Beberapa enzim tersebut dihasilkan dalam bentuk aktif,
sedangkan yang lain dalam bentuk tidak aktif. Enzim yang tidak aktif ini
menjadi aktif di duodenum. Enterokinase mengubah tripsinogen menjadi
tripsin dan tripsin ini mengubah kemotripsinogen menjadi kemotrtipsin.
Didalam usus, enzim proteolitik mengubah protein menjadi peptida, lipase
memecah lemak menjadi gliserol dan asam lemak, amilase mengubah zat
tepung menjadi disakarida dan dekstrin.3
7
Kelenjar pituitari, atau hipofisis, adalah kelenjar endokrin yang berbentuk
ovoid/kacang, terdpt INTRACRANIAL (ttp extradural) pada central fossa cranii
media,lanjutan dasar diencephalon/ventr.III dan dibungkus oleh capsula jaringan
ikat serta dikelilingi oleh circulus willisi. Vascularisasinya yaitu ;
a. hyphophyseus superior
a. hyphophyseus inferior
v. hyphophyseus superior
v. hyphophyseus inferior
3. Intrahyphophyseal terbentuk:
Anastomose
8
Kelenjar ini mempunyai dua lobus yang berasal dari sumber embrionik
yang berbeda, yaitu: (1) adenohipofisis yang berkembang dari evaginasi
ektoderm oral (kantong Rathke) yang melapisi rongga mulut primitif
(stomadeum ), dan (2) neurohipofisis yang berkembang dari ektoderm neural
yang merupakan pertumbuhan diensefalon ke bawah. Kemudian, adenohipofisis
dan neurohipofisis menyatu dan diselubungi kapsula, sehingga menjadi sebuah
kelenjar. Karena kedua bagian hipofisis berbeda asal embrioniknya, maka sel
penyusunnya dan fungsinya juga berbeda. Hipofisis terletak di bawah hipotalamus
yang merupakan bagian otak. Hipofisis berhubungan dengan hipotalamus, yang
menonjol dari diensefalon ke inferior. Hipofisis duduk di fosa hipofiseal, yang
merupakan lekukan pada sella tursika tulang sfenoid yang dilapisi oleh duramater.
Hipofisis diselubungi oleh bagian duramater yang disebut diafragma sellae.
Kelenjar ini berukuran sekitar 1 cm x 1 sampai 1,5 cm; tebalnya 0,5 cm, dan
beratnya sekitar 0.5 g pada laki-laki dan sedikit lebih berat pada perempuan.
HISTOLOGI
9
Pada tiap bagian hipofisis terdapat berbagai daerah yang mengandung sel
khusus yang melepaskan berbagai hormone. Adapun pembagiannya sebagai
berikut:
10
Adenohipofisis
Pars Distalis
Sel parenkimal pada pars distalis terdiri atas kromofil dan kromofob. Pars
distalis atau lobus anterior hipofisis dibungkus oleh kapsula fibrosa dan tersusun
atas deretan/ kelompokan sel parenkimal yang dikelilingi serat retikulin; serat
retikulin juga mengelilingi kapilar sinusoidal lebar pada pleksus kapilar sekunder.
Sedikit jaringan ikat terdapat terutama di sekitar arteri hipofiseal dan vena portal.
Endotel yang melapisi sinusoid berpori, sehingga memudahkan difusi faktor
penglepas ke sekitar sel parenkimal dan memudahkan masuknya sekret sel
11
parenkimal ke aliran darah. Sel parenkimal pada pars distalis yang mempunyai
afinitas terhadap zat warna disebut kromofil, sedangkan yang tidak mempunyai
afinitas terhadap zat warna disebut kromofob. Kromofil terdiri atas asidofil
(terwarna oleh zat warna asam) dan basofil (terwarna oleh zat warna basa), yang
merupakan sel sekretoris utama pada pars distalis. Akan tetapi, perlu diperhatikan
bahwa istilah di atas merujuk pada afinitas (terhadap zat warna) dari granula
sekretoris yang terdapat di dalam sel dan bukan sitoplasma sel parenkimal.
Kromofil
ASIDOFIL
Asidofil yang granulanya terwarna jingga-merah oleh eosin terdiri atas dua
macam: somatotrof dan mammotrof.
12
Ammotrof adalah jenis asidofil yang kedua, yang terutama tersusun
sebagai sel individual ketimbang membentuk kelompokan. Sel asidofil ini kecil,
berbentuk poligonal, dan mengandung populasi organel biasa yang tidak
mencolok; akan tetapi, selama laktasi, organelnya membesar dan kompleks
Golginya dapat menjadi sebesar inti. Sel ini dapat dikenali dari granula
sekretorisnya yang besar, yang terbentuk oleh fusi granula yang lebih kecil yang
dilepas oleh jalinan trans Golgi. Granula hasil fusi dapat mencapai diameter 600
nm dan mengandung hormon prolaktin, yang menyebabkan perkembangan
kelenjar mamma selama kehamilan dan masa menyusui setelah kelahiran. Selama
kehamilan, estrogen dan progesteron dalam peredaran darah menghambat sekresi
prolaktin. Sesudah melahirkan, kadar estrogen dan progesteron turun, sehingga
efek inhibisi menghilang. Jumlah mammotrof juga meningkat pada saat tersebut.
Saat masa menyusui berhenti, granula didegradasi dan jumlah mammotrof normal
kembali. Pelepasan prolaktin dari mammotrof dirangsang oleh prolactin-
releasing factor (PRH) dan oksitosin, terutama pada saat sedang menyusui, dan
dihambat oleh PIF.
BASOFIL
Basofil, yang granulanya terwarna biru oleh zat warna basa, terdiri atas tiga
macam, yaitu: kortikotrof, tirotrof, dan gonadotrof.
Basofil terwarna biru oleh zat warna basa (terutama dengan pewarnaan
asam periodat-Schiff) dan biasanya terletak di perifer pars distalis. Kortikotrof,
yang tersebar di seluruh pars distalis, adalah sel yang bentuknya bulat sampai
ovoid, letak inti-nya eksentrik, dan hanya memiliki sedikit organel. Granula
sekretorisnya berdiameter 250 sampai 400 nm. Kortikotrof mensekresi hormone
adrenokortikotropik (adrenocorticotropic hormone, ACTH) dan hormone
lipotropik (lipotropic hormone, LPH). Sekresinya dirangsang oleh CRH. ACTH
merangsang sel korteks suprarenal untuk melepaskan produk sekretorisnya.
Tirotrof terdapat di bagian dalam kelompokan sel parenkim dan jauh dari
13
sinudoid. Sel ini dapat dikenali dari granula sekretorisnya yang kecil (berdiameter
150 nm), yang mengandung TSH yang juga disebut tirotropin. Sekresinya
dirangsang oleh TRH dan dihambat oleh tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3)
(hormon tiroid) dalam darah. Gonadotrof adalah sel bulat yang mengandung
kompleks Golgi yang berkembang baik, dan banyak RER dan mitokondria.
Diameter granula sekretorisnya beragam, mulai dari 200 sampai 400 nm.
Gonadotrof terletak dekat sinus, sensekresi FSH dan LH; terkadang LH disebut
interstitial cell-stimulating hormone (ICSH), karena LH merangsang produksi
hormon steroid oleh sel interstisial pada testis. Masih belum jelas apakah terdapat
dua subpopulasi gonadotrof, yaitu yang mensekresi FSH dan yang mensekresi
LH, atau kedua hormon dihasilkan oleh sel yang sama, pada fase siklus sekretoris
yang berbeda. Sekresi dirangsang oleh LHRH dan dihambat oleh berbagai
hormon yang dihasilkan oleh ovarium dan testis.
Kromofob
Pars lntermedia
14
Pars intermedia terletak di antara pars distalis dan pars nervosa, dan
mengandung kista yang merupakan sisa kantong Rathke.
Pars intermedia dicirikan oleh banyak kista berisi koloid yang dilapisi oleh
sel kuboid (kista Rathke) yang merupakan sisa ektoderm dari kantong Rathke.
Pars intermedia, atau pada manusia dewasa lebih tepat disebut zona intermedia,
terkadang mengandung deretan basofil di sepanjang jalinan kapilar. Basofil
tersebut mensintesis prohormon pro-opiomelanokortin (pro-opiometanocortin,
POMC), yang mengalami pemotongan pasca-translasi untuk menjadi a-
melanocyte-stimulating hormone (a- MSH), kortikotropin, b-fipotropin, dan b-
endorfin. Akan tetapi, diduga bahwa POMC sebenarnya dihasilkan oleh sel
kortikotropin lobus anterior, sedangkan pars (zona) intermedia pada manusia
bersifat rudimenter. Walaupun a- MSH merangsang produksi melanin pada hewan
tingkat rendah, pada manusia a-MSH merangsang penglepasan prolaktin dan
karenanya disebut prolactin-releasing factor.
Pars Tuberalis
15
Pars tuberalis menyelubungi tangkai hipofisis dan tersusun atas sel basofil
kuboid sampai kolumnar rendah.
Pars tuberalis menyelubungi tangkai hipofisis, tetapi biasanya tidak sampai pada
bagian posterior tangkai hipofisis. Lapisan tipis jaringan ikat mirip pia araknoid
memisahkan pars tuberalis dari tangkai infundibulum. Pars tuberalis kaya arteri
dan pembuluh darah dari sistem portal hipofisis, dan di antaranya terdapat deretan
longitudinal sel epitel kuboid sampai kolumnar rendah. Sitoplasma sel epitel
basofilik tersebut mengandung granula kecil padat, tetes lemak diselingi tetes
koloid, dan glikogen. Walaupun pars tuberalis tidak menghasilkan hormon
tertentu, beberapa selnya mengandung granula sekretoris yang mungkin
mengandung FSH dan LH.
Neurohipofisis
16
Hipofisis posterior, atau neurohipofisis, berkembang dari pertumbuhan
hipotalamus ke bawah. Neurohipofisis terdiri atas eminensia mediana,
infundibulum (lanjutan hipotalamus), dan pars nervosa
Traktus Hipotalamohipofisis
Akson tak bermielin dari sel neurosekretoris, yang badan selnya terletak di
nucleus supraoptik dan paraventrikular hipotalamus, mencapai hipofisis
posterior dan berakhir di dekat kapilar. Akson tersebut membentuk traktus
hipotalamohipofisis dan merupakan bagian terbesar hipofisis posterior. Sel
neurosekretoris nukleus supraoptik dan paraventrikular mensistesis dua hormon,
yaitu: vasopressin (antidiuretic hormone [ADH]) dan oksitosin. Suatu protein
karier, yaitu neurofisin, juga dihasilkan oleh sel tersebut, dan terikat pada
masing-masing hormon saat hormon tersebut berjalan ke bawah lewat akson ke
hipofisis posterior, tempat hormon dilepaskan dari ujung akson ke dalam aliran
darah.
17
Pars Nervosa
18
Selain itu, oksitosin berfungsi untuk ejeksi air susu dari kelenjar mamma dengan
merangsang kontraksi sel mioepitel yang meliputi alveolus dan duktus kelenjar
mamma (lihat Bab 20). Pituisit menempati sekitar 25% volume pars nervosa. Sel
tersebut serupa dengan neuroglia dan membantu menyokong akson pada pars
nervosa dengan cara menyelubungi akson dan pelebarannya. Pituisit mengandung
tetes lemak, pigmen lipokrom, dan filamen intermedia. Sel tersebut mempunyai
banyak cabang sitoplasma yang saling berhubungan dan membentuk taut salur
satu sama lain. Selain menyokong elemen neural pada pars nervosa, fungsi lain
pituisit belum diketahui. Akan tetapi, sel tersebut diyakini berperan dalam fungsi
tropik demi kerja normal ujung akson neurosekretoris dan neurohipofisis.
- FISIOLOGI
C. GLANDULA THYROIDEA
ANATOMI
48
20
Glandula tyroidea adalah suatu kelenjar endokrin yang terdiri atas dua
buah lobus yang simetris, berbentuk konus dengan ujung di sebelah cranial kecil
dan ujung di sebelah caudal besar. Antara kedua lobus tersebut dihubungkan oleh
isthmus. Dari tepi superior isthmus berkembang ke arah cranial lobus pyramidalis,
yang dapat mencapai os hyoideum dan pada umumnya berada di sebelah kiri linea
mediana ( berasal dari ujung caudal ductus thyreoglossus ). Setiap lobus
berukuran kira-kira 5cm dibungkus oleh fascia pretrachoalis membentuk false
capsula
HISTOLOGI
21
Kelenjar tiroid di tandai oleh folikel dengan berbagai ukuran yang terisi
oleh koloid asidofilik. Folikel biasanya dilapisi oleh epitel selapis kuboid yang
terdiri dari sel folikular (prinsipalis). Folikel yang terpotong tangensial tidak
memperlihatkan lumen. Sel-sel folikular menyintesis dan menyekresi hormon
tiroid. Pada sediaan hstologik rutin, koloid sering teretraksi dari dinding folikel
Kelenjar tiroid juga mengandung jenis sel lainnya yaitu sel parafolikular.
Sel ini berupa tunggal atau berkelompok di tepi folikel. Sel parafolikular terpulas
pucat dan terlihat di tiroid. Sel parafolikular menyintesis dan menyekresi hormon
kalsitonin
22
Septum jaringan ikat dari kapsul kelenjar tiroid meluas kebagian dalam
kelenjar dan membagi kelenjar menjadi lobulus-lobulus. Banyak pembuluh
darah,arteriol,venula dan kapiler. Terlihat di septum jaringan ikat dan disekitar
folikel. Diantara masing-masing folikel terdapat sedikit jaringan ikat interfolikular
FISIOLOGI
1. HORMON TIROID
Meningkatkan produksi energi dari berbagai sember makanan
Meningkatkan sintesis protein
2. HORMON KALSITONIN
D. GLANDULA SUPRARENAL
ANATOMI
22
HISTOLOGI
24
dengan pembuluh darah berjalan dari kapsul ke medulla korteks. Septum jaringan
ikat lainnya membawa pembuluh darah ke medula. Kapiler sinusoid brfenestra
dan pembuluh darah besar di temukan di seluruh korteks dan medula
Lapisan sel ditengah dan paling lebar adalah zona fasciculata. Sel zona
fasciculata tersusun dalam kolom vertikal atau lempengan radial. Banyaknya
butiran lemak di dalam sitoplasma menyebabkan sel zona fasciculata terlihat
terang dan bervakuol pada sedian histologik normal.
Kapiler sinusoid dianatara kolom sel juga berjalan vertikal dan radial
Lapisan sel ketiga dan paling dalam adalah zona reticularis. Lapisan sel ini
berbatasan dengan medulla adrenal. Sel di zona reticularis membentuk pita
(korda) yang saling berhubungan dan dikelilingi oleh kapiler sinusoid
Medula juga mengandung neuron simpatis yang terlihat tunggal dan dalam
kelompok kecil. Neuron memperlihatkan inti vesikular dengan nukleolus nyata
dan sedikit kromatin perifer. Kapiler sinusoid mengalirkan isi medula ke dalam
pembuluh darah medula6&7
Jantungberdebar-debar
Gelisah
26
Hormon Insulin
Yaitu hormon yang berperan dalam metabolisme glukosa dalam
sel.Apabila ada gangguan pada sekresi pada insulin,seperti hiposekresi dan
resistensi insulin,maka akan menimbulkan hambatan dalam utilisasi
glukosa serta peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia).Hiposekresi insulin ini di sebabkan oleh rusaknya sel B
pankreas,sedangkan resistensi insulin disebabkan tidak adanya atau tidak
sensitifnya reseptor insulin yang berada di permukaan sel.Hiposekresi dari
resistensi insulin menyebabkan glukosa tidak masuk ke dalam sel,sehingga
tidak dihasilkan energi.Akibatnya,terjadi penguraian glikogen dalam otot
dan pemecahan protein sehingga menyebabkan berat badan menurun.
Hormon Kortisol
Apabila terjadi penurunan kortisol akan berakibat pada menurunnya
metabolisme dalam tubuh.Penurunan kortisol ini dapat di sebabkan oleh
destruksi korteks adrenal.Penurunan metabolisme dalam tubuh akan
megakibatkan penurunan jumlah energi yang di peroleh atau ATP
menurun.Penurunan produksi ATP menyebabkan otot tidak mendapatkan
cukup energi untuk bekerja,sehingga massa otot berkurang,penurunan
massa otot ini pada akhirnya akan menyebabkan berat nadan menurun.
Hormon Tiroid
Hormon ini metabolisme yang terjadi dalam tubuh.Kelebihan hormon
tiroid menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme basal yang terjadi
dalam tubuh.Apabila glukosa tidak mampu mencukui kebutuhan
metabolisme tubuh,maka tubuh akan menggunakan glikogen dan protein
sebagai bahan bakar penggantinya.Akibatnya massa otot menurun dan BB
ikut menurun.
Hormon Glukagon
Peningkatan hormon glukagon akan menyebabkan glukosa darah
meningkat,sehingga reabsorbsi glukosa dalam tubulus renal akan
dilampaui dan glukosa akan dieksresikan di urin akibatnya tubuh dapat
kehilangan kalori,maka terjadi lipolisis.
27
4. Kemungkinan-kemungkinan penyakit dari scenario
A. GRAVES DISEASE
a) Definisi
b) Epidemiologi
c) Etiologi
28
Penderita penyakit Graves dapat menunjukkan gejala seperti cemas,
mudah marah, mudah lelah atau kelemahan otot, tidak tahan terhadap suhu
panas, gangguan tidur, tremor pada tangan, denyut nadi yang cepat,
aktifitas usus yang meningkat atau diare, penurunan berat badan, serta
pembesaran kelenjar tiroid. Tanda yang paling mudah untuk mengenali
pasien dengan penyakit Graves adalah dengan adanya opthalmofati
Graves. Beberapa pasien dengan penyakit Graves juga menunjukkan
penebalan dan kemerahan pada kulit ekstremitas bawah mereka, keadaan
ini disebut dengan myxedema pretibialis atau dermofati Graves.
e) Penatalaksaan
Farmakologi
Non Farmakologi :
1. Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-
3000kl/hari baikdari makanan maupun dari suplemen.
29
2. konsumsi protein harus tinggi, yaitu 100-125gram (1,25gr/kg BB) per
hari untuk mengatasi proses pemecahan protein jaringan seperti susu
dan telur.
f) Komplikasi
2. krisis tirotoksik (badai tiroid), yang dapat terjadi secara spontan pada
pasien hipertiroidisme yang mengalami terapi atau selama
pembedahan kelenjar tiroid, atau dapat terjadi pada pasien yang tidak
terdiagnosis hipertitoidisme. Akibatnya adalah pelepasan TH dalam
jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardi, agitasi, tremor,
hipertermia (106 derajat F) dan apabila tidak diobati, terjadi kematian.
g) Prognosis
B. DIABETES MELITUS
a) Definisi
30
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolsme secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes mellitus ditandai
dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit
vaskuler angiopati, dan neuropati. Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya
sudah bertahun-tahun mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit
vaskularnya. Pasien dengan kelainan toleransi glukosa ringan ( gangguan glukosa
puasa dan gangguan toleransi glukosa) dapat tetap beresiko mengalami
komplikasi netabolik diabetes.
b) Epidemiologi
c) Etiologi
Obat-obatan tertentu yang dikeahui dapat memicu penyakit autoimun lain juga
dapat memulai proses autoimun pada pasien-pasien diabetes tipe 1 penapisan
imunologik dan pemeriksaan sekresi insulin pada orang-orang dengan resiko
tinggi terhadap diabetes tipe 1 akan memberi jalan untuk pengobatan
imunosupresif dini yang dapat menunda awitan manifestasi klinis defiiensi
insulin.
32
d) Klasifikasi
Diabetes tipe 1 dikenal sebagai tipe juvenileonset. Insidens diabetes tipe 1 dapat
dibagi dalam dua subtype
Diabetes tipe 2 dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset maturitas. Obesitas
sering dikaitkan dengan kasus ini.
e) Manifestasi klinis
33
superfisial,dan bahan luka yang buruk.riwayat sakit yang lengkap harus diperoleh
dengan penekanan khusus pada berat badan,olah raga,kebiasaan
merokok,minuman minuman keras (alcohol),riwayat diabetes dalam keluarga dan
factor resiko penyakit kardiovaskular.pada pasien dengan diagnosis Diabetes
Melitus yangsudah ditegakkan harus dilakukan pengkajian terhadap perawatan
diabetes sebelumnya,tingkat HbA1c,hasil pemeriksaan glukosa darah yang
dipantau sendiri,frekuensi hiponglisemia dan pengetahuan pasien tentang
Diabetes Melitus.perhatian khusus harus diberikan kepada pemeriksaan fisik
sampai pemeriksaan retina mata,tekanan darah ostostasti,pemeriksaan
kaki(termasuk sensasi getar dan tes monofilament), pemeriksaan nadi perifer, dan
tempat-tempat suntikan insulin. Komplikasih akut Diabetes Melitus yang biasa
ditemukan pada pemeriksaan meliputi ketoasidosis diabetik (DKA) dan keadaan
hiperglikemia hyperosmolar.
f) Komplikasi
1. Komplikasi Metabolik Akut
- Pada diabetes tipe 1 adalah ketoasidosis diabetic (KAD) : apabila kadar
insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemia dan glukosuria
berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis dan peningkatan
oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda keton.
- Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik (HHNK) komplikasi
metabolic akut lain dari diabetes yang sering terjadi pada penderita
diabetes tipe 2 bukan karena defisiensi absolut tetapi relative,
hiperglikemia muncu tanpa ketosis. Hiperglikemia menyebabkan
hiperosmolalitas, diuresis osmotik, dan dehidrasi berat.Komplikasi
metabolic lain yang sering dari diabetes adalah hipoglikemia (reaksi
insulin, syok insulin), terutama komplikasi terapi insulin.
2. Komplikasi Kronik Jangka Panjang
- Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler
dan arteriola retina ( retinopati diabetik ), glomerulus ginjal ( nefropati
diabetik), dan saraf-saraf perifer ( neuropati diabetic ), otot-otot serta kulit.
34
Menifestasi dini retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran secular
yang kecil) dari arteriola retina. Akibatnya, perdarahan, neovaskularisasi
dan jringan perut retina dapat mengakibatkan kebutaan.
g) Penatalaksanaan
Pasien dengan DM tipe 1 membutuhkan 0,5-1,0 U/kg per hari preparat insulin
yang dibagi menjadi beberapa kali penyuntikan (dosis multiple). Harus digunakan
preparat insulin kombinasi dengan saat mula timbul dan durasi penyuntikan yang
35
berbeda. Regimen yang sebaiknya digunakan terdiri dari suntikan insulin glargin
sebelum tidur dengan suntikan prapandial insulin lispro, glusilin, atau aspart atau
suntikan insulin secara kontinyu dengan menggunakan alat infus.
Pasien dengan DM tipe 2 bisa dikendalikan dengan diet dan olahraga saja atau
bersamaan dengan terapi obat hipoglisemik oral (OHO), insulin ataupun
kombinasi preparat oral dengan insulin. Algoritma pengelolaan yang logis untuk
terapi awal mengusulkan metformin sebagai terapi awal karena efikasinya
(penurunan HbA1c 1-2%). Kombinasi dua macam preparat oral bias digunakan
untuk memberikan efek aditif dengan tambahan penyuntikan insulin secara
bertahap sebelum tidur atau dengan pemberian preparat oral yang ketiga kalau
control glukosa yang memadai belum tercapai.
C. ADDISON
penyakit addison adalah penyakit yang jarang dan dapat terjadi pada pria
maupun wanita. Onset penyakit ini dapat terjadi pada semua usia. Frekuensi
penyakit addison pada populasi manusia di perkirakan 1 dari 100.00. beberapa
36
penelitian dan informasi mendapatkan 40-60 kasus dalam 1 juta populasi
pertahun di US dan di laporkan sekitar 8 dalam 1 juta populasi pertahun di UK.
Faktor etnis di sebutkan tidak signifikan dalam epidemiologi penyakit addison.
D. FEOKROMASITOMA
37
DEFENISI
Feokromasitoma adalah neoplasma yang terdiri atas sel kromafin
yang menghasilkan dan mengeluarkan katekolamin dan kadang-kadang
hormone peptida lain seperti halnya sel kromatin normal. Walaupun
jarang, tumor ini penting dan khusus oleh karena menyebabkan hipertensi.
ETIOLOGI
Sekitar 90 % tumor ini berasal dari sel kromafin medulla adrenal
dan 10 % sisanya dari ekstrakadrenal yang terletak di area retroperitoneal.
Pasien dengan Neoplasia Endokrin Multiple (MEN) II telah meningkatkan
sekresi katekolamin dengan manifestasi klinik feokromasitoma akibat
hyperplasia medulla adrenal bilateral.
EPIDEMIOLOGI
Feokromasitoma dapat menyerang laki-laki dan perempuan dalam
perbandingan yang sama dan mempunyai insiden puncak 30-50 tahun .
Angka kejadian feokromasitoma di Amerika Serikat sangat bervariasi
antara 0,05-0,1% dan sering pasien meninggal tanpa diduga
feokromasitoma jadi mungkin angka kejadian feokromasitoma lebih
tinggi.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis berhubungan dengan overproduksi katekolamin
seperti sakit kepala, berkeringat, berdebar-debar, kadang-kadang
hipertensi dan diabetes dengan atau tanpa gejala menjadi manifestasi awal
atau dapat juga teraba massa tumor diperut. Hipertensi yang terjadi dapat
labil atau menetap.
DIAGNOSIS
Berdasarkan keluhan dan gejala klinis dan membutuhkan
konfirmasi laboratorium dengan mengukur katekolamin darah atau urin
atau hasil metabolitnya.
Laboratorium yang khas adalah peningkatan kadar katekolamin 5-
10 kali normal, bila kadar katekomin tidak terlalu tinggi, belum tentu
bukan feokromasitoma. Perlu dilakukan tes klonidin dimana akan terjadi
penekanan kadar norefenefrin(menjadi normal).
TERAPI
Bila tumor sudah ditegakkan dan dilokalisasi, pasien disiapkan
untuk operasi. Persiapan sebelum operasi perlu dilakukan untuk
38
mengontrol tekanan darah, memakan alfa dan beta blocker. Pasca operasi
dapat terjadi hipotensi atau hipoglikemia. Umumnya terjadi penurunan
tensi pasca operasi. Follow up harus dilakukan sepanjang hidup karena
tumor sisa sering menimbulkan gejala klinis. Operasi tumor adalah pilihan
terapi dengan tingkat kesembuhan mencapai 90%.
PROGNOSIS
5 Tahun cukup baik untuk feokromasitoma malignan
Rekuren setelah operasi kurang dari 10% non feokromasitoma
malignan
Setelah operasi 75% pasien dapat bebas dari obat hipertensi,
sisanya 25% hanya membutuhkan minimal anti hipertensi.10
KomplikasiMikrovaskular
Nefropati
Retinopati
Neuropati
39
ditandai dengan adanya pertumbuhan pembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan
adanya hipoksia retina.
Pada stadium awal retinopati dapat diperbaiki dengan control gula darah
yang baik, sedangkan pada kelainan sudah lanjut hamper tidak dapat diperbaiki
hanya dengan control gula darah, malahanan akan menjadi lebih buruk apa bila
dilakukan penurunan kadar gula darah yang terlalu singkat.Nefropati diabetika
Diabetes mellitus tipe 2, merupakan penyebab nefropati paling banyak, sebagai
penyebab terjadinya gagal ginjal terminal. Kerusakan ginjal yang spesifik pada
DM mengaikibatkan perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul-molekul
besar seperti protein dapat lolos kedalam kemih (mis. Albuminuria) akibat
nefropat idiabetika dapat timbul kegagalan ginjal yang progresif.
KomplikasiMakrovaskular
Penyakitkardiovaskuler/ Strok
Dislipidemia
Penyakitpembuluhdarahperifer
Hipertensi
Neuropati
Umumnya berupa polineuropati diabetika, kompikasi yang sering terjadi
pada penderita DM, lebih 50 % diderita oleh penderita DM. Manifestasi klinis
dapat berupa gangguan sensoris, motorik, dan otonom. Proses kejadian
neuropati biasanya progresif di mana terjadi degenerasi serabut-serabut saraf
dengan gejala-gejala nyeri atau bahkan baal yang terserang biasanya adalah
serabut saraf tungkai atau lengan. neuropati disebabkan adanya kerusakan dan
disfungsi pada struktur syaraf akibat adanya peningkatan jalur polyol,
penurunan pembentukan myoinositol, penurunan Na/K ATP ase, sehingga
menimbulkan kerusakan struktur syaraf, demyelinisasiseg mental, atau atrofi
axonal.9
40
Bila terjadi peningkatan produksi hormon oleh kelenjar tiroid,
maka akan terjadi peningkatan kecepatan metabolisme tubuh.
Meningkatnya metabolisme dalam jaringan mempercepat pemakaian
oksigen dan memperbanyak jumlah produk akhir dari metabolisme yang
dilepaskan dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi pada sebagian
besar jaringan tubuh, sehingga meningkatkan aliran darah.
Sebagai akibat dari meningkatnya aliran darah, maka curah jantung
juga akan meningkat, seringkali meningkat sampai 60 persen atau lebih di
atas normal. Aktifitas jantung pun menjadi meningkat, sehingga pasien
merasakan dadanya berdebar-debar, karena hiperaktivitas dari jantung.
Meningkatnya produksi hormon tiroid juga menyebabkan
terjadinya aktivitas berlebihan dari saraf simpatis . Pada umumnya,
hormon tiroid meningkatkan kecepatan berpikir, tetapi juga sering
menimbulkan dissosiasi pikiran, dan sebaliknya. Penderita hipertiroid
cenderung menjadi sangat cemas dan psikoneurotik, seperti kompleks
ansietas, kecemasan yang sangat berlebihan.
41
Figure 2 :
Letak
kelenjar
Pineal
2. Kelenjar HIPOFISIS/PITUITARY/MASTER OF
GLANDS
LOBUS ANTERIOR/ADENOHYPOPHYSIS :
Hipersekresi
42
Bila kelebihan hormon ini terjadi pada masa
pertumbuhan akan mengakibatkan pertumbuhan yang
tidak terkendali/menjadi lebih cepat. Pertumbuhan yang
seperti ini dikenal dengan gigantisme. Sedangkan bila
kelebihan hormon ini terjadi pada masa dewasa akan
mengakibatkan pertumbuhan yang tidak normal
pada beberapa bagian organ tubuh. Hal yang paling
terlihat adalah pertumbuhan jari tangan yang tidak
normal, seperti membesar seperti bengkak serta raut
wajah yang kelihatan lebih tebal kulitnya, dagu
memanjang. Pertumbuhan yang seperti ini dikenal
dengan akromegali. Pertumbuhan akromegali biasaya
terjadi diatas usia 25 tahun.
Hiposekresi
:
4. ACTH (Adrenocorticotropic
Hormone)/ADRENOTROPIN/Corticotropin:
5. GONADOTROPIC/HORMON KELAMIN :
LOBUS INTERMEDIA
LOBUS POSTERIOR/NEUROHIPOPHYISIS
2. OKSITOSIN/OXYTOCIN :
44
- Merangsang kontraksi otot polos dinding uterus
saat persalinan.
- Merangsang kontraksi sel-sel kontraktil kelenjar
susu.
2. VASOPRESIN :
3. ADH :
3. kelenjar THYROID
45
Kelenjar ini merupakan kelenjar yang kaya akan pembuluh
darah dan merupakan sepasang kelenjar yang terletak
berdampingan di sekitar leher.
2. Hormon Calsitonin.
Hiperthyroidisme :
46
a. Jika terjadi pada usia pertumbuhan, maka akan
menyebabkan penyakit morbus basedowi dengan cirri-
ciri : meningkatnya metabolisme tubuh, meningkatnya
denyut jantung, gugup, mudah berkeringat, sulit
meningkatkan berat badan, emosional, mata melebar,
lidah terjulur keluar, frekuensi BAB cenderung meningkat.
Hipothyroidisme :
47
4. kelenjar PARATHYROID
Berfungsi :
Hipersekresi :
Hiposekresi :
5. Kelenjar THYMUS
6. Kelenjar ADRENAL/SUPRARENALIS
BAGIAN KORTEX
Hiposekresi :
2. Hormon Glukokortikoid
Hipersekresi :
49
Bila penghasilan hormon ini berlebihan akan
dapat menyebabkan Cushing syndrome
3. Hormon Cortisol
Berfungsi :
Hipersekresi :
4. Hormon Aldosterone
Berfungsi :
5. Hormon Corticosterone
Berfungsi :
6. Hormon Mineralokortikoid
Berfungsi :
50
a. Mengatur keseimbangan air dan elektrolit dalam
tubuh. b. Merangsang reabsorbsi Na+ dan Cl-
dalam tubulus ginjal.
Hiposekresi :
BAGIAN MEDULLA
1. Hormon Adrenalin/Epinefrin
e. Mempercepat glikolisis.
Hiposekresi :
2. Hormon Androgen
Berfungsi :
Hipersekresi :
52
Gejala Cushing syndrome :
7. Kelenjar VENTRICULUS
8. Kelenjar USUS
1. Hormon Sekretin
2. Hormon Kolesistokinin
9. Kelenjar LANGERHANS/PANKREAS
1. Hormon Insulin
53
Bersifat antagonis dengan hormon adrenalin.
Hiposekresi :
2. Hormon Glukagon
54
Figure 6 : Struktur morfologi danletak kelenjar
Pankreas
1. Sel Testis
2. Sel Ovarium
a. Hormon Estrogen
55
b. Hormon Progesteron
c. Hormon Relaksin
56
57
DAFTAR PUSTAKA
1
F.Paulsen &J.Waschke. 2012. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 23. Jakarta : EGC.
2
dr. Robby N, Lianury 2015. Buku Ajar Histologi Biomedik 2. Fakultas
Kedokteran. Makassar : UniversitasHasanuddin
3
Sherwoon,lauralrr.2014.fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 8.jakarta:EGC
4
Sumber: sherwood,lauralee.2014.fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 8.jakarta:EGC
5
Gardtner leslie.p dan james l. hiatt.2007.color textbook off histology.edisi 3.USA:
universitas of Maryland Baltimore
6
Departemen anatomi.2016.buku ajar biomedik 2. Makassar : fakultas kedokteran
Universitas Hasanuddin
7
Victor P. Eroschenko.2007.Atlas Histologi Difiore Edisi 11.Jakarta: EGC
8
guyton and hall buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11 halaman 984)
9
Mahler RJ and Adler ML. Type 2diabetes mellitus: Update on diagnosis,jurnal
pathophysiology andtreatment. J ClinEndocrinolMetab 1999; 84 (4):1165-71;
padjadjaranuniversitymedical school, bandung
10
Price, Sylvia Anderson. 2013. Patofisiologi Volume 1 Ed. 6. Jakarta: Kedokteran
Setiati, Siti. 2015. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Ed. 6. Jakarta Pusat : Interna Publishing.
11
e jurnal kedokteran indonesia-journalUI-universitasindonesia
58
58