Disusun Oleh :
Kelompok I
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR
September 2020
Kelompok 1
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………..… 1
Daftar Isi…………………………………………………………….... 2
BAB I Pendahuluan………………………………………………….. 3
1.1 Latar Belakang……………………….....……………………….…. .3
1.2 Rumusan Masalah…………………………………….….………... 3
1.3 Tujuan……………………………………………………...………. 4
BAB II Pembahasan………………………….……………………….. 5
2.1 Kelenjar Hipofisis dan Hipotalamus………......................………… 5
2.2 Hormon Hipofisis………..……………………..……..……….....… .5
2.3 Hormon Hipotalamus …………...……………..…..……................. .9
2.4 Hubungan Hormon Hipofisis dengan Hipotalamus.….................... 11
2.5 Sistem Kerja Hipofisis dan Hipotalamus…………......................... 12
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelenjar pituitari, atau hipofisis, adalah kelenjar produsen hormon-hormon
tertentu yang bertindak sebagai pengedali berbagai aspek tubuh manusia. Hormon
yang diproduksi oleh hipofisis membantu mengatur pertumbuhan, tekanan darah,
produksi dan pembakaran energi, dan berbagai fungsi organ tubuh lainnya.
Kelenjar ini sering dijuluki “kelenjar master” karena hormon yang disekresi
olehnya mengatur fungsi kelenjar lain juga. Hormon-hormon ini dapat diproduksi
baik dari depan (anterior) atau bagian belakang (posterior) dari kelenjar tersebut.
Sistem endokrin mengkoordinasi tubuh dengan memproduksi dan mengeluarkan
hormon. Pada bagian kepala,terdapat salah satu sistem endokrin yang dikenal
dengan nama hipotalamus. Pada bagian kepala,terdapat salah satu sistem endokrin
yang dikenal dengan nama hipotalamus.Hipotalamus merupakan bagian kecil otak
yang menerima input, baik langsungmaupun tidak dari semua bagian otak.
Hipotalamus juga pengendali utamahipofisis posterior dan anterior. Hipotalamus
berhubungan dengan hipofisismelalui pembuluh darah, sedangkan berhubungan
dengan hipofisis posteriormelalui sistem persyarafan. Dengan demikian,
hipotalamus menjadi pengendali global semua sistem endokrin.
3
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang kelenjar hipofisis dan kelenjar hipotalamus
2. Mengetahui tentang hormon hipofisis
3. Mengetahui tentang hormon hipotalamus
4. Mengetahui hubungan antara hipofisis dan hipotalamus
5. Mengetahui bagaimana sistem kerja hipofisis dan hipotalamus untuk
menghasilkan hormone
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
emenensia mediana dan kemudian menuju neurohipofisis. Akson-akson dari
SCN dan PVN disebut sebagai tractus supraopticopara ventriculohypophysial.
Kelenjar hipofisis terletak di dasar otak, di bawah ventrikel tiga, pada dasar
tengkorak (sella turcica). Kelenjar hipofisis manusia dibedakan menjadi dua
bagian yaitu anterior hipofisis (adenohipofisis) dan posterior hipofisis
(neurohipofisis). Kelenjar hipofisis manusia dewasa mempunyai berat sekitar 0,6
gr dengan dimensi 13mm (transversal); 6,9mm (vertikal) dan 9mm
(anterioposterior). Kelenjar hipofisis dibatasi bagian durameter dan berada di
fossa hipofiseal (Sella tursica), bagian yang berada di tulang sphenoid. Di
dalam sella tursica ini, kelenjar hipofisis dipisahkan dari bagian sinus sphenoid
oleh lempengan tulang yang tipis. Sella tursica melindungi bagian bawah
anterior dan posterior hipofisis. Bagian tuberculum sella merupakan bagian
pertulangan yang berada di ceruk anterior hipofisis, sementara di bagian tengah
dan anterior tonjolan clinoid berada di bagian anterolateral di dalam tulang
sphenoid.
Sementara bagian sisi posterior sella tursica ditandai adanya sella dorsum dan
posterior clinoid yang berada di kedua sisi. Di bagian akhiran teratas, hipofisis
dilindungi oleh diafragma sella (perluasan dari durameter dengan bagian terbuka
di sebelah transversal oleh tangkai hipofisis) dari tekanan cairan serebrospinal
(cerebro spinal fluid = CSF). Chiasma opticus berada di anterior tangkai hipofisis
(pituitary stalk). Sementara di kedua sisi akhiran lateral hipofisis terdapat sinus
6
cavernosus, jaringan luas Pembuluh darah vena berdinding tipis yang
dibatasi tulang temporalis, tulang sphenoid, dan dura lateral sella tursica.
7
bagian hipotalamus memainkan peranan utama ini disebut sebagai Aksis
Hipotalamus-Pituitari.
8
6. PIF (Prolactine Inhibitory Factor), hormon ini berfungsi menghambat sekresi
prolaktin
7. Somatostatin, hormon ini berfungsi menghambat sekresi Growth Hormone
9
Selanjutnya, estrogen akan menghambat produksi FSH melalui mekanisme
umpan balik. FSH juga didapatkan pada pria untuk merangsang
perkembangan tubulus seminiferus dalam memproduksi spermatozoa.
e. Hormon Prolaktin
Hormon ini terlibat dalam stimulasi dan mempertahankan laktasi payudara
dengan cara meningkatkan pertumbuhan payudara dan merangsang sekresi air
susu ibu.
2. Lobus Posterior
Lobus posterior kelenjar hipofisis tampaknya tidak membuat hormon sendiri
tetapi menyimpan hormon-hormon yang dihasilkan oleh sel-sel saraf yang berasal
dari hipotalamus. Ada dua macam hormon yang telah diisolasi dari lobus posterior
kelenjar hipofisis, yaitu:
a. Oksitosin
Suatu polipeptida yang merangsang kontraksi otot polos, terutama otot polos
yang melapisi uterus. Hormon ini menyebabkan kontraksi otot polos pada
uterus yang hamil, menambah kontraksi pada proses kelahiran dan membantu
uterus kembali ke ukuran normalnya setelah melahirkan. Hormon ini juga
menyebabkan pelepasan ASI dari payudara yang menyusui dengan
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Penghisapan pada puting
menyebabkan pelepasan refleks oksitosin oleh stimulasi puting susu.
10
b. Hormon Antidiuretik (ADH)
Hormon ini menyebabkan dinding otot arteriol berkontraksi, sehingga
mempersempit rongga pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.
ADH juga merangsang reabsorbsi air dari tubulus ginjal. Hormon ADH akan
meningkat pada saat tekanan osmotik darah meningkat. Peningkatan ADH
akan meningkatkan permeabilitas air dari tubulus distal dan koligentes,
menyebabkan air mengalir dari filtrat glomerolus hipotonik ke dalam
interstisium medular hipertonik. Sebagai akibatnya, urin secara progresif
konsentrasinya meningkat dan volumenya menurun. Air akan tetap kembali
ke dalam aliran darah sehingga tekanan osmotik darah akan turun.
11
(GAP) dari eminensia mediana juga berpotensi sebagai penghambat sekresi
prolaktin.
12
sekresi oleh hipotalamus anterior. Fungsi MSH ini kalaupun ada, masih belum
jelas. Hormon FSH dan LH terikat pada reseptor ovarium dan testis serta
mengatur fungsi gonad dengan merangsang produksi streroid seksual dan
gametogenesis. Pada pria, LH akan merangsang produksi testosteron dari sel
interstisial testis (se Leydig). Pematangan spermatozoa memerlukan LH dan FSH
merangsang pertumbuhan testis dan mempertinggi produksi androgen-binding-
protein oleh sel Sertoli, yang merupakan komponen tubulus testis yang berguna
menyokong pemtangan spermatozoa. Androgen-binding protein ini menyebabkan
konsentrasi testosteron yang tinggi pada spermatozoa, suatu factor penting pada
pembentukan spermatogenesis normal.
Perbedaan antara hipofisis anterior dan posterior juga terdapat pada hormon
yang mereka hasilkan. Hipofisis anterior mensintesis sendiri hormonnya,
sedangkan hipofisis posterior tidak menghasilkan hormon apa-apa, tetapi hanya
menyimpan dan mengeluarkan hormon yang telah disintesis oleh hipotalamus,
yaitu hormon antidiuretik (ADH).
13
Poros hipotalamus-hipofisi digambarkan sebagai suatu jeram, Pengaturan
umpan balik balik negatif, alur panjang dan pendek dalam upaya lebih aktif yang
paling akhir yaitu yang dipengaruhi oleh hipofisi anterior.
Secara strukturala hormon-hormon hipofisis pars distalis seperti GH,
prolaktin (PRL) dan somatomamotropin korionok (CS/laktogen plasenta)
merupakan hormon protein, yang memiliki sekitar 190-199 asam amino. Masing-
masing hormon tersebut memiliki stu residu triptofan tunggal yaitu G H dan CS
pada posisi asam amino 85 sedangkan PRL pada posisi asam amino 91, 2 ikatan
disulfida yang homolog. Asam amino homolog antara GH dan CS terdapat 85%
dan antara GH dan PRL sebanyak 35%. Ketiga hormon tersebut mempunyai
faktor antigen yang sama, memiliki aktivitas laktogenik menstimulasi
pertumbuhan, selain itu memiliki perbedaan ketiga hormon tersebut memiliki
reseptor jaringan yang masing-masing spesifik. Produksi GH dan PRL di hipofisis
anterior sedangkan CS di plasenta, melalui mekanisme poros hipotalamus dan
hipofisis.
Hormon lain yang mekanisme kerjanya dipengaruhi oleh poros hipotalamus-
hipofisis adalah golongan hormon glikoprotein/gonadotropin, meliputi TSH, LH,
FSH dan hCG . Semua hormon ini mempengaruhi berbagai proses biologik.
Hormon ini berinteraksi dengan reseptor permukaan sel dan mengaktifkan
adenilat siklase serta hormon-hormon tersebut menggunakan cAMP sebagai
mesenger intrasel. Masing-masing hormon terdiri dari 2 subunit yaitu α dan β
yang dihubungkan oleh ikatan non-kovalen. Pada sub-unit β sangat menentukan
aktivitas biologis yang spesifik yang dikenali oleh reseptor. Tiap sub-unit
disintesis dari mRNA yang unik. Hormon-hormon ini awalnya berkembang dari
gen sel yang sama, selanjutnya subunit β mengalami evolusi lebih lanjut untuk
menghasilkan hormon yang spesifik.
Setiap hormon glikoprotein, pada sub-unit α mengandung 2 oligosakarida
berikatan dengan aspargin, memiliki 5 jembatan disulfida yang bebas ditemukan
dalam kelenjar hipofisis dan plasenta. Pada sub-unit β mempunyai 1 atau 2
oligosakarida berikatan dengan aspargin dan memiliki 6 jembatan disulfida. Sub-
unit α dan β di translokasikan dari mRNA dengan sintesis kontrol yang berbeda,
kecenderungan sub unit β sintesisnya dibatasi guna membatasi produk yang tidak
14
berlebihan. Semuanya disintesis sebagai preprohormon dan akan mengalami
proses posttranslasi dalam sel dan menghasilkan protein yang terglikosilasi.
Kelompok gonadotropin ini bertanggungjawab atas proses gametosis dan
steroidogenesis di dalam kelenjar gonad. Hormon glikoprotein dengan berat
molekul + kDa, hormon gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis anterior.
Kelompok peptida proopiomelanokortin (POMC) yang terdiri atas beberapa
peptida antara lain ACTH, LPH, MSH bekerja sebagai hormon dan endorfin
sebagai neurotransmiter datau neuromodulator. POMC ini disintesis sebagai
molekul prekusor dengan 285 asam amino dan diproses secara berbeda dalam
berbagai regio kelenjar hipofisis. Gen POMC diskresikan dalam lobus anterior
dan lobus intermedius hipofisis. Rangkaian yang paling dilindungi yaitu fragmen
N-terminal, regio ACTH dan regio endorfin-β. POMC adalah produk yang ada
hubungannya dijumpai dalam jaringan otak, plasenta, traktus gastrointestinal,
saluran reproduksi, paru dan limfosit. Protein POMC diproses secara berbeda di
dalam lobus anterior dibandingkan dengan lobus intermedius.lobus intermedius
hipofisis bersifat rudimenter pada saat dewasa, tetapi merupakan lobus yang
bekerja aktif pada janin dan wanita hamil. Kelompok peptida dasar dari ACTH
menghasilkan MSH dan cortotropin like intermediate lobe protein (CLIP), dari β-
lipoprotein yang menhasilkan γlipoprotein, β-MSH, β-endorfin dan α-γ endorfin;
serta peptida besar dengan ujung N-terminal menghasilkan γMSH
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Kelenjar pituitary (hipofisis) merupakan suatu kelenjar kompleks yang
mensekresi hormone peptida. Hormon peptida tersebut sangat
mempengaruhi hampir seluruh fungsi tubuh. Seluruh sekresi kelenjar
pituitari dikontrol oleh hipotala mus. Hipotalamus merupakan bagian kecil
otak yang menerima input baik langsung maupun tidak dari semua
bagian otak. Hipofisis dan hipotalamus dihubungkan oleh sebuah tangkai
kecil, infundibulum, yang mengandung serat saraf dan pembuluh darah.
2) Hormon Yang Dihasilkan Kelenjar Hipofisis
Lobus Anterior:
a) Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)
b) Hormon Perangsang Tiroid (Thyroid Stimulating Hormone)
c) Hormon Adrenocorticotropin (ACTH)
d) Hormon Gonadotropin
e) Hormon Prolaktin
Lobus Posterior
a) Oksitosin
b) Hormon Antidiuretik (ADH)
3) Hormon hipotalamus adalah sumber peptida yang menstimulasi atau
menghambat pelepasan hormon oleh kelenjar hipofisis anterior.
16
DAFTAR PUSTAKA
Uinsa. 2014. “Kelenjar Hipofisis”, http://digilib.uinsby.ac.id/15869/17/Bab
%2014.pdf, diakses pada 17 September 2020
Dini, S. 2017. “Aksis Hipotalamus Hipofisis”,
http://www.academia.edu/download/56477986/AKSIS_HIPOTALAMUS_
HIPOFISIS.pdf, diakses pada 17 September 2020
Wulandari, E. “Hormon Hipotalamus Dan Hipofisis”,
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38258/5/%285%
29%20BAB%20II%20Hormon%20hipotalamus%20dan%20Hipofisis.pdf,
diakses pada 17 September 2020
Ika. 2017. “Pubertas Prekoks”, http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-
content/uploads/2017/04/EN11_Pubertas-Prekoks.pdf, diakses pada 17
September 2020
Sukmawati, M, dkk. 2019. “Remaja pria 18 tahun dengan
hipogonadotropikhipogonadisme dan postur tubuh pendek: Sebuah laporan
kasus”, https://isainsmedis.id/index.php/ism/article/viewFile/465/373,
diakses pada 17 September 2020
Suastika, K, dkk. 2016. Endocrinology and Beyond. Denpasar: PT. Percetakan
Bali.
Decroli, E., Kam A, 2017, “Dampak Klinis Thyroid Stimulating Hormone”.
Jurnal kesehatan andalas, Vol. 6(1),
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/674/539, diakses pada
21 September 2020
Nugroho, Rudy Agung. 2016. “Dasar – Dasar Endokrinologi”. Samarinda :
Mulawarman University Press, https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUK
Ewjbipenw_nrAhUP6nMBHZu0AoY4ChAWMAd6BAgIEAE&url=http
%3A%2F%2Frepository.unmul.ac.id%2Fassets%2Fupload%2Fbuku
%2Ffile_1021900033.pdf&usg=AOvVaw31k4g_cYTE3_uj2s_QBOQJ,
diakses pada 21 September 2020
17