Anda di halaman 1dari 57

FARMAKOLOGI OBAT

SISTEM RESPIRASI
SALURAN NAPAS

■ Saluran nafas berfungsi untuk mengambil oksigen yang penting bagi


kehidupan dan mengeluarkan karbon dioksida
2
BATUK

3
Definisi

■ Proses eksipirasi yang eksplosif yang memberikan


mekanisme proteksi normal untuk membersihkan saluran
pernafasan dari adanya sekresi atau benda asing yang
mengganggu
■ Bukan penyakit, tetapi merupakan gejala atau tanda
adanya gangguan pada saluran pernafasan
■ Di sisi lain, batuk juga merupakan salah satu jalan
menyebarkan infeksi

4
Fase Batuk

5
Etiologi
■ Iritan yang terhirup (asap, asap rokok, debu, dll) atau teraspirasi (postnasal drip,
benda asing, isi lambung)
■ Semua gangguan yang menyebabkan inflamasi, konstriksi, infiltrasi, dan kompresi
jalan nafas
■ Asma
■ TBC
■ Kanker paru-paru
■ Interstitial lung disease, pneumonia, and lung abscess
■ Congestive heart failure
■ Ace-Inhibitor drugs (captopril)

6
Patogenesis
■ Melibatkan suatu kompleks rangkaian refleks yang bermula dari
stimulasi terhadap reseptor iritan
■ Sebagian besar reseptor diduga berlokasi di sistem pernafasan, sedangkan
pusat batuk diduga berada di medula
■ Batuk yang efektif tergantung pada kemampuan untuk mencapai aliran
udara yang tinggi dan tekanan intrathoraks, sehingga meningkatkan
proses pembersihan mukus pada saluran nafas
■ Komplikasi batuk : symptoms of insomnia, hoarseness, musculoskeletal
pain, exhaustion, sweating, and urinary incontinence

7
Klasifikasi Berdasarkan Durasi

1. Akut,yaitu batuk yang terjadi kurang dari 3 minggu


2. Sub akut,batuk yang terjadi selama 3-8 minggu
3. Kronis, batuk yang berlangsung lebih dari 8 minggu

8
1. Akut
Penyebab tersering adalah:
■ ISPA (especially the common cold, acute bacterial sinusitis, dan
pertussis), Namun bisa juga karena pneumonia, pulmonary embolus,
atau congestive heart failure

2. Sub Akut
■ Jika batuk terjadi setelah kejadian ISPA yang tidak terkomplikasi
pneumonia (chest X-ray normal) post infectius cough
■ Jika pasien melaporkan adanya post-nasal drip, diatasi dengan obat
common cold, tetapi batuk masih bertahan (dugaan sinusitis bakterial)

9
3. Kronis
■ Pada perokok: mungkin disebabkan oleh COPD atau bronchogenic carcinoma
■ Pada non-perokok yang hasil foto thoraxnya normal dan tidak sedang
menggunakan ACEi nhibitor, penyebab yang mungkin : postnasal drip, asthma, dan
gastroesophageal reflux.
■ Evaluasi perlu dilakukan dengan melihat riwayat penyakit/obat--menentukan
penyebab yang paling terkait
■ Selain itu, secara empirik dapat dilakukan:
1. Hindari “racun” paru-paru : smoking, occupational exposure
2. Hentikan obat-obat yang mungkin menyebabkan batuk : ACE inhibitor, beta
blocker
3. Identifikasi adanya bronkitis kronis : chest X-ray, Lung function test, TBC
4. identifikasi ada/tidaknya penurunan BB atau gejala penyakit serius lain: demam,
menggigil (TBC paru),hemoptysis (darah di sputum), BB turun (kanker
paru),dyspnea,atau pedal edema (CHF)
10
Klasifikasi Berdasarkan Tanda Klinis

1. Batuk kering
Seringkali sangat menganggu, tidak dimaksudkan untuk
membersihkan saluran nafas, pada kondisi tertentu berbahaya
(pasca operasi)

2. Batuk berdahak
mekanisme pengeluaran sekret atau benda asing di saluran
nafas
11
Terapi
■ Tujuan terapi :
1. Menghilangkan gejala batuk
2. Menghilangkan penyakit/kondisi penyebab batuk

■ Strategi terapi :
1. Menggunakan obat-obat antitusif atau ekspektoran
2. Menggunakan obat-obat sesuai dengan penyebabnya
3. Menghentikan penggunaan obat-obat penyebab batuk
12
Antitusif
■ Untuk menekan batuk kering
■ Kurang memberi manfaat klinis, kecuali untuk batuk yang sangat
mengganggu
■ Mekanisme kerja: aksi sentral pada pusat batuk di medulla.
■ Dapat menyebabkan retensi sputum bahaya pada bronkitis kronis dan
bronkiektasis
■ contoh obat :
1. kodein
2. noskapin
3. Dekstrometorfan
13
Ekspektoran
■ Dimaksudkan untuk memudahkan ekspektorasi (batuk)
■ Digunakan sebagai ekspektoran pada batuk berdahak,
■ Mekanisme kerjanya dg cara meningkatkan volume dan menurunkan
viskositas dahak di trakea dan bronki, kemudian merangsang pengeluaran
dahak menuju faring.
■ Efek samping: mual, muntah, batu ginjal.
■ Contoh :
1. Gliseril guaiakolat / guafenesin
2. Succus Liquiriteae
3. Ammonium chloride
14
Mukolitik
■ Mempercepat ekspektorasi dan mengurangi viskositas sputum
■ Contoh obatnya:
1. Asetilsistein
2. Karbosistein
3. Ambroksol
4. Bromheksin

15
Mukolitik (Ambroxol)
■ Digunakan sebagai mukolitik pada batuk berdahak.
■ Merupakan metabolit dari bromheksin
■ Efek samping: efek samping ringan pada saluran pencernaan, reaksi
alergi.
■ Selain utk obat batuk, ambroxol juga memiliki sifat pereda nyeri pada
sakit tenggorokan/faringitis, shg dikembangkan tablet hisap ambroxol.
■ Sifat mukolitik lebih baik daripada bromheksin
■ Efek samping ringan, biasanya hanya di saluran cerna.

16
Mukolitik (Asetilsistein)
■ Digunakan sebagai mukolitik, dan mencegah keracunan
parasetamol
■ Efek samping: bronkospasme, gangguan saluran cerna
■ Asetilsistein memecah ikatan disulfida pada dahak

17
Mukolitik (Bromheksin)
■ Merupakan derivat sikloheksil yang berkhasiat mukolitik pada dosis
yang cukup tinggi.
■ Obat ini digunakan di bronkus secara lokal untuk
mempermudahpengeluaran dahak dengan mengurai viskopsitas
dengan jalan depolimerisasi serat mukopolisakaridanya.
■ Bila digunakan inhalasi efeknya setelah 20 menit. Sedangkan oral
efeknya setelah beberapa hari dengan berkurangnya rangsangan
batuk.
■ Dalam hati zat ini dirombak menjadi metabolit aktif ambroksol dan
juga digunakan sebagai mukolitik.
■ Efek samping: gangguan saluran cerna, pusing, berkeringat. Pada
inhalasi dapat terjadi bronchokontriksi ringan.
18
COMMON COLD

19
• Definisi :Common cold adalah infeksi virus yang mengenai saluran pernapasan
atas (hidung, dan tenggorokan)
• Tidak berbahaya dan bersifat self limited
• Risiko tertinggi dijumpai pada anak usia prasekolah

• Etiologi:
• Rhinovirus (40 %)
• Coronavirus (10%)
• Virus parainfluenza, sinsitial respirasi, influenza & adenovirus

Gejala dan Tanda


Hidung gatal dan berair, Nasal congestion, Bersin, Nyeri tenggorokan,
Batuk, Sakit kepala ringan. Subfebril, Badan pegal

20
Penatalaksanaan
• Tidak ada terapi spesifik, terapi bersifat simptomatik
• Antibiotik : tidak diberikan kecuali terdapat infeksi sekunder
• Antivirus : tidak terbukti ampuh mengurangi gejala flu
• Antihistamin
• Dekongestan
• NSAIDs
• Vitamin C
• Zinc

21
■ Antihistamin
•Antagonis reseptor H1 → otot polos, sel endotel, otak
• Mekanisme Kerja
• Otot polos → relaksasi
• Endotel → vasokonstriksi, mencegah ↑ permeabilitas
• Otak → dosis terapetik : depresi
■ overdosis : eksitasi
• Mencegah triple respon (red spot, flare, wheal) →
merah dan gatal

22
■ Dekongestan
• Golongan simpatomimetik → agonis reseptor α
• Mekanisme kerja : aktivasi reseptor α otot polos pembuluh darah
mengakibatkan vasokonstriksi,
■↑resistensi perifer, ↑ Tekanan darah
•Phenylephrine → α1 selektif reseptor agonis
• Efedrine → Agonis reseptor α dan β
• ↑ denyut jantung
• ↑ cardiac output
• ↑ Tekanan darah
• Aktivasi reseptor β mengakibatkan bronkodilatasi
• Stimulasi CNS
23
■ Others
• NSAIDs: parasetamol, ibuprofen
• Vitamin C : obat yang populer pada Common Cold
• Tidak terbukti mencegah flu,
• Bukti empiris menunjukan gejala flu menjadi lebih ringan,
durasi sakit memendek
• Zinc → menurunkan resiko Common Cold

24
ASMA

25
DEFINISI

■ Gangguan inflammatori kronik dari saluran pernafasan


dimana terdapat banyak sel dan elemen selular yang
memainkan peranan terutama: sel mast, eosinofil,
makrofag, neutropil, dan sel epitelial
National Asthma Education and Prevention Programme (NAEPP)

26
KARAKTERISTIK ASMA

1.Peningkatan respon saluran pernafasan terhadap berbagai


stimulus
2.Kerusakan saluran nafas yg bersifat reversible
3.Inflamasi saluran pernafasan

 Penyakit yg dapat diturunkan, erat kaitannya dengan


Interaksi gen-lingkungan

27
KARAKTERISTIK ASMA

28
PREVALENSI

■ Dalam 30 tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi asma di negara


maju maupun negara berkembang
■ Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan
menggunakan kuesioner ISAAC menunjukkan prevalensi asma tahun
1993 masih 2,1% dan meningkat menjadi 5,2% tahun 2003
■ Prevalensi tertinggi terjadi pada anak-anak usia 5-17 tahun yaitu 9,6 %
■ Asma menyebabkan 1,6 % kunjungan ambulatori (kunjungan ke praktek
dokter 13, 7 juta dan 1 juta kunjungan rumah sakit) dan menghasilkan
lebih dari 497.000 rawat inap dan 1,8 juta kunjungan ke UGD

29
EPIDEMIOLOGI
 Faktor usia
Dapat diderita pada semua usia terutama anak-anak

 Faktor jenis kelamin


Usia Prevalensi
Anak-anak Laki-laki:Perempuan (2:1)
Dewasa Sama
Lansia Wanita lebih besar

 Faktor lingkungan
Tingkat prevalensi di kawasan industri lebih tinggi  kualitas udara yang buruk

30
TANDA & GEJALA ASMA
■ Episode dyspnea (kesulitan bernafas)
■ Dada terasa sesak
■ Batuk, terutama malam hari
■ Wheezing (nafas berbunyi)
■ Nafas pendek
■ Cemas
■ Gelisah
■ Hipoksemia

31
KLASIFIKASI ASMA

Perlu diketahui sebagai pendekatan untuk pengobatan asma

Klasifikasi penyebab
organ yang diserang
waktu gejala
keparahan

32
KLASIFIKASI ASMA
■ Berdasarkan penyebab:
a. Asma alergi  sejarah penyakit alergi diri sendiri atau keluarga,
memberi reaksi kulit positif pada pemberian antigen secara
intradermal, peningkatan IgE dalam serum, serta memberikan
reaksi positif pada uji inhalasi antigen spesifik.
b. Asma non-alergi (idiosinkrasi)  seseorang tanpa sejarah alergi,
uji kulit negatif, dan kadar IgE dalam serumnya normal.
c. Campuran asma alergi dan non-alergi  tidak dapat secara jelas
dikelompokkan tetapi memiliki penyebab diantara kedua kelompok
tersebut.

33
KLASIFIKASI ASMA
■ Berdasarkan organ yg diserang:
a. Asma bronkial
serangan gangguan pernafasan dan terjadi kesulitan ekspirasi
karena penyempitan spesifik bronkus dan pembengkakan mukosa
yang disertai pengeluaran lendir kental dari kelenjar bronkus
b. Asma kardiak
serangan gangguan pernafasan pada pasien penyakit jantung akibat
tidak berfungsinya bilik kiri jantung dan bendungan paru-paru yang
disebabkannya.

34
KLASIFIKASI ASMA
■ Berdasarkan waktu gejala:
a. Asma musiman
muncul pada musim tertentu musim hujan atau musim semi
b. Asma kronik
gejala timbul terus menerus
c. Asma intermitten
gejala timbul secara berkala (dapat dalam hitungan minggu, bulan, tahun)

35
KLASIFIKASI ASMA
Klasifikasi Gejala per hari Gejala (malam) FEV1 PEFv
Asma < sekali seminggu tak ≤ 2x sebulan ≥ 80 % > 20 %
intermitten ada gejala dan PEF
normal diantara
serangan
Asma Sekali seminggu tapi < > 2 x sebulan ≥ 80 % 20-30%
persisten sekali sehari. Serangan
ringan dapat mempengaruhi
aktifitas

Asma Setiap hari. Serangan > Sekali seminggu 60-80% >30 %


persisten mempengaruhi aktifitas
sedang
Asma Berkelanjutan. Aktifitas Sering ≤ 60 % > 30 %
persisten fisk terbatas
parah

36
ETIOLOGI

masih belum jelas.


■ Dugaan:reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus yang
dikarenakan adanya hambatan sebagian sistem adrenergik,
kurangnya enzim adenil siklase dan peningkatan tonus
parasimpatik.

37
STIMULUS ASMA
a. Infeksi respiratori
 Virus syncytial respiratori, rhinovirus, infuenza, parainfluenza, Mycoplasma pneumonia
Respon inflamatori terhadap infeksi viral diperkirakan berhubungan langsung dengan
peningkatan hiperreaktivitas bronkus.
b. Allergen
 Serbuk sari, debu rumah tangga, kecoa, spora jamur, bulu binatang.
Menyebabkan peningkatan hiperreaktivitas bronkial dengan peningkatan terkenanya alergen
Asma alergi tergantung pada respon IgE: adanya pelepasan mediator kimia akibat degranulasi
sel mast setelah terjadi reaksi antigen-IgE.
c. Lingkungan
 Udara dingin, kabut, dioksida nitrogen, asap tembakau.
Mekanisme yang terjadi diperkirakan akibat kerusakan epitel dan inflamasi mukosa saluran
nafas.
38
STIMULUS ASMA
d. Emosi
 Kecemasan, stress, tertawa
bronkokonstriksi dari faktor psikologis tampaknya dimediasi utamanya
melalui input parasimpatik yang berlebihan.
e. Obat atau pengawet
■ Aspirin/obat NSAID menghambat jalur siklooksigenase
■ ACE inhibitor: menyebabkan batuk
■ Beta bloker: menghambat adrenalin yang dibutuhkan untuk bronkodilator
■ Obat yang menyebabkan alergi: penisilin, sulfonamida
■ Pengawet mengandung sulfit dapat menghambat jalur siklooksigenase

39
STIMULUS ASMA
f. Stimulus pekerjaan
 pemanggang roti (tepung), petani & berkebun (serbuk sari, debu),
pekerja kimia (pewarna azo, antrakuinon, etilendiamin), pekerja kayu
(serbuk kayu)
Mekanisme: pelepasan mediator akibat degranulasi sel mast

g. Asma nokturnal
Selama tidur pada malam hari.
Kegagalan fungsi paru-paru yang signifikan antara waktu tidur dan
bangun
 diurnal sekresi endogen kortison dan sirkulasi epinefrin
40
STIMULUS ASMA
h. Olahraga
Beratnya olahraga yang dilakukan, temperatur udara,
kelembapan udara, & keadaan obstruksi saluran nafas

41
PENANGANAN ASMA
Terapi Terapi Non Farmakologi

Mengidentifikasi &
menghindari stimulus asma

Edukasi Pasien

Periodic Assessment
& Monitoring

Terapi Farmakologi

42
TERAPI FARMAKOLOGI

■ 6 kelas agen terapetik yang saat ini diindikasikan untuk


penanganan asma:
1. Agonis reseptor  adrenergik
2. Glukokortikoid
3. Inhibitor leukotrien
4. Hormon
5. Metil xantin
6. Inhibitor IgE

43
AGONIS  ADRENERGIK

■ MK: stimulasi reseptor beta mengaktivasi jalur adenyl siklase cAMP


sehingga menyebabkan reduksi tonus otot halus. Stimulasi ini juga
meningkatkan konduktansi gerbang besar Ca2+ yang sensitif K+ pada
otot polos saluran pernafasan, mengarah pada hiperpolarisasi membran
dan relaksasi
■ Indikasi: asma akut parah, profilaksis asma, mengurangi gejala
■ Efek samping: tremor, takikardia, palpitasi, sakit kepala, gugup
■ Penggunaan oral agonis  reseptor tidak memperoleh penerimaan yang
luas

44
AGONIS  ADRENERGIK

Terdapat 2 kondisi penggunaan oralnya:


a. Terapi oral singkat pada anak < 5 tahun yang tak dapat menggunakan inhaler
namun memiliki sesekali nafas berbunyi dengan infeksi virus pada bagian atas
saluran pernafasan.
b. Pasien dengan asma parah yang lebih berat
■ Untuk penanganan asma  agonis selektif reseptor 2 (kerja cepat & kerja
lambat)
a. Agonis kerja cepat untuk mengurangi gejala simptomatik asma
 albuterol, terbutalin

45
AGONIS  ADRENERGIK

b. Agonis kerja lama untuk penanganan profilaktik


 salmeterol xinofoat, formoterol
■ Penggunaan kronik sering mengarah ke desensitisasi reseptor dan
pengurangan efek
■ Desensitisasi pada reseptor yang terdapat pada sel mast dan limfosit
■ Penggunaan agonis 2 adrenergik kerja lama dan inhalasi steroid lebih
efektif dari doubling dosis steroid sehingga 2 agonis dapat ditambahkan
jika masih terdapat gejala pada steroid dosis rendah atau medium.

46
AGONIS  ADRENERGIK
Obat Berinteraksi dengan Efek
Salbutamol Metildopa  Tekanan darah
(albuterol) tetap tinggi
1 bloker adrenergik  Bronkospasmus,
mengurangi
ventilasi paru-paru
Ipratropium bromida
 Glaukoma akut,
peningkatan
tekanan intraokular
Fenelzin (MAOIs)  Takikardia, gelisah
Obat yang mengurangi  Meningkatkan
kalium (kortikosteroid, diuretik, hipokalemia
teofilin)

47
GLUKOKORTIKOID
■ MK: menginhibisi respon inflamasi secara menyeluruh
■ Indikasi: inflamasi, mengurangi gejala asma
■ Efek samping: penurunan sistem imun, moonface, osteoporosis
a.Inhalasi kortikosteroid
Obat langsung menarget pada tempat inflamasi yang relevan  memperbaiki
indeks terapeutik obat dan secara berarti mengurangi efek samping
Digunakan untuk terapi profilaktik asma
 beklometason dipropionat, triamnisolon asetonid, budesonid
b. Glukokortikoid sistemik
Digunakan pada asma akut yang lebih berat dan asma kronik yang parah
Terapi selama periode singkat (5-10 hari) menyebabkan toksisitas yang
berhubungan dengan dosis relatif kecil.
48
GLUKOKORTIKOID
Golongan Berinteraksi dengan Efek
obat
Kortikosteroid Glisirizin, makrolida Peningkatan kadar
kortikostreroid
Aminoglutemid, antasid, Penurunan kadar
barbiturat, ketokonazol, kortikosteroid
kontrasepsi oral Meningkatkan
NSAID perdarahan GI &
ulcer
Efek antidiabetes
berkurang
Antidiabetes
Efek antikoagulan
antikoagulan
berkurang

49
METIL XANTIN

■ MK: Inhibisi fosfodiesterase sehingga menghambat


pengubahan cAMP menjadi AMP yang selanjutnya
meningkatkan bronkodilasi
■ Efek samping: Vasokonstriksi serebral
■ Penggunaan menurun karena resiko toksisitas parah yang
mengancam nyawa dan beragam interaksi obat
 kafein, teobromin, teofilin

50
METIL XANTIN
Obat Berinteraksi dengan Efek
Teofilin Asiklovir, simetidin, kontrasepsi oral, Metabolisme teofilin
antibiotik makrolida, siprofloksasin, terhambat sehingga
zafirlukast, zileuton kadarnya meningkat
Karbamazepin, rifampisin
Menurunkan kadar teofilin
Antasid dalam darah
Absorpsi teofilin dihambat
Hipokalemia, kerja jantung
Agonis 2 adrenergik
meningkat pada
penggunaan dosis tinggi
Antagonis dengan teofilin,
 1 bloker menghambat metabolisme
teofilin

51
KROMOLIN DAN NEDOKROMIL

■ MK: memblok saluran kalsium dalam sel mast


■ Indikasi: profilaktik asma kronik, asma alergi
■ Efek samping: iritasi, batuk, mual
■ Hanya efektif pada inhalasi
■ Tidak lebih dari atau kurang efektif dibanding teofilin, atau
antagonis leukotrien pada asma persisten

52
LEUKOTRIEN RESEPTOR ANTAGONIS
& INHIBITOR SINTESIS LEUKOTRIEN
■ MK: Antagonis reseptor yang berpengaruh terhadap
bronkokonstriksi, inhibisi pembentukan leukotrien
■ Indikasi: Pengobatan jangka panjang simptomatik asma ringan
hingga sedang
■ Efek samping: Efek pada hati dan kulit, infeksi, efek GI
 zafirlukast, montelukast, zileuton

53
LEUKOTRIEN RESEPTOR
ANTAGONIS
& INHIBITOR
Obat SINTESIS
Berinteraksi dengan Efek
LEUKOTRIEN
Zafirlukast Warfarin Peningkatan kadar
warfarin
Eritromisin Menurunkan
bioavaibilitas zafirlukast

Peningkatan kadar
Teofilin, aspirin
zafirlukast

54
ANTIBODI MONOKLONAL ANTI IgE

■ MK: mengikat IgE pada Fc sehingga tak dapat berikatan dengan reseptor
IgE pada sel mast dan basofil sehingga mencegah reaksi alergi
■ Indikasi: untuk dewasa dan remaja lebih dari 12 tahun dengan alergi dan
asma persisten sedang hingga parah
■ Efek samping: anafilaktik
■ Efektif dalam mengurangi ketergantungan pada kortikosteroid dan
mengurangi frekuensi asa yang lebih berat.
■ Diberikan secara subkutan  Omalizumab

55
ANTIKOLINERGIK

■ MK: mengurangi respon bronkokonstriksi melalui mekanisme


refleks vagus
■ Indikasi: Bronkospasmus, terapi penunjang asma bronkial,
asma akut
■ Efek samping: Takikardia, agitasi, retensi urin
 atropin sulfat, ipratorium bromida

56
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai