Anda di halaman 1dari 2

Diatas adalah patofisiologi asma komplikasi yang dapat terjadi jika terdapat faktor-faktor pencetus

yaitu, bronkokonstriksi, edema mukosa, hipersekresi mucus. Ketiga pencetus tersebut diakibatkan oleh
inflamasi. Edema mukosa terjadi pada asma disebabkan oleh peran histamin yang menyebabkan
permeabilitas vaskuler pada sel endotel vaskuler yang mengakibatkan cairan plasma yang ada di
instraseluler berpindah ke ekstraseluler, jika terjadi terus-menerus akan terjadi akumulasi cairan di
ekstraseluler yang dinamakan edema.

Dari ketiga faktor pencetus tersebut apabila terjadi terus menerus akan mengakbiatkan obstruksi jalan
nafas atau penyumbatan jalan nafas. Apabila sudah terjadi obstruksi jalan nafas dapat mengakibatkan
hal-hal yang lebih parah pada penderita asma yaitu mengakibatkan atelectasis (paru kolaps), ventilasi
tidak seragam, dan hiperinflasi paru (pengembangan paru berlebih).
Obstruksi jalan nafas pada penderita asma tidak terjadi di semua lapang paru hanya terjadi di beberapa
bagian baru sehingga pada beberapa bagian paru yang tidak terjadi obstruksi jalan nafas proses ventilasi
dan perfusi akan berjalan baik-baik saja tetapi pada bagian paru yang terjadi obstruksi jalan nafas proses
ventilasi dan perfusi akan terganggu sehingga obstruksi jalan nafas yang tidak menyeluruh menyebabkan
ventilasi dan perfusi tidak padu-paduan/tidak menyeluruh pada semua bagian paru. Akibat dari ventilasi
yang tidak padu-paduan/seragam menyebabkan hipoventilasi alveolar dimana O2 yang masuk tidak
banyak ke dalam paru-paru dan CO2 yang ingin dikeluarkan tidak banyak pula yang diakibatkan oleh
hipoventilasi dan obstruksi jalan nafas sehingga kadar PO2 dalam tubuh kurang tetapi kadar PCO2 dalam
tubuh semakin banyak yang menyebabkan pH darah yang awalnya normal akan menjadi asam atau
dinamakan asidosis. Asidodis yang terjadi pada darah akan menyebabkan vasokontriksi pulmonal dan
akan berdampak pada penurunan produksi surfaktan oleh alveolus. Surfaktan memiliki beberapa fungsi
yaitu : 1) menjaga kesamaan tegangan setiap alveolus. 2) meningkatkan compliance(usaha paru untuk
mengembang) paru sehingga menurunkan usaha tubuh untuk mengembangkan paru. 3) menjaga alveolus
untuk tidak mengembang secara berlebih dan menjaga alveolus tidak mengecil secara berlebihan untuk
menghindarkan alveolus dari kolaps. Jadi apabila terjadi penurunan produksi surfaktan pada alveolus
dapat menyebabkan paru-paru atelectasis (kolaps) dan mengembang secara berlebih (hiperinflasi).

Jika sudah terjadi atlektasis pada beberapa bagian paru akan menyebabkan ventilasi tidak seragam
lalu menyebabkan hipoventilasi alveolar lalu terjadi peningkatan kadar PCO2 selanjutnya terjadi asidosis
lalu vasokontriksi pulmonal lalu penurunan surfaktan lalu atelectasis dan akan berputar seperti itu terus-
menerus. Dan apabila terjadi peningkatan kadar PCO2 pada vaskuler akan mengakibatkan langsung
vasokontriksi pulmonal.

Hiperinflasi paru (pengembangan paru yang berlebih) yang terjadi pada asma mengakibatakan
gangguan compliance / penurunan compliance pada paru sehingga menyebabkan peningkatan kerja nafas
untuk dapat mengembangkan paru akibat dari hiperinflasi. Peningkatan kerja nafas yang terjadi
mengakibatkan hiperventilasi alveolar dimana kadar PO2 dalam tubuh akan meningkat sebaliknua kadar
PCO2 dalam tubuh akan menurun lalu menyebabkan alkalosis dimana pH tubuh akan menjadi basa.
Penurunan kadar PCO2 dalam vaskuler akan menyebabkan pula penurunan surfaktan lalu akan terjadi
lagi atelectasis. Siklus patofisiologi ini akan berputar-putar seperti yang sudah dijelaskan apabila tidak
segera ditangani dengan baik.

REFERENSI : BUKU AJAR RESPIROLOGI ANAK IDAI

Anda mungkin juga menyukai