OLEH : KELOMPOK 1
1. SEKAR SARI
2. ANNISA KEMALA FONA
3. ISNAINI RADA NUR
4. MAIDA SARI
5. YUSRA
6. AINUN MARDIAH
7. MUHAMMAD ILHAM AL-QUDRI
8. KHAIDIR ALI
DOSEN PEMBIMBING :
T.A 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
Agama Samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari
langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim ada 3, yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam.
Ketiga agama ini mempunyai beberapa kesamaan dan perbedaan yang beberapa di antaranya
sangat mendasar. Yahudi adalah agama tribal/kesukuan yang hanya bisa dianut oleh bangsa
Yahudi. Agama ini tidak bisa disebarkan ke luar dari suku Yahudi. Oleh karena itu jumlahnya
tidak berkembang. Hanya sekitar 14 juta pemeluknya di seluruh dunia. Sementara agama Nasrani
dan Islam karena disebarkan ke seluruh manusia dipeluk oleh milyaran pengikutnya.
C. Tujuan
PEMBAHASAN
1. Aqidah
Aqidah adalah sistem keyakinan yang mendasari seluruh aktivitas muslim. Ajaran Islam
berisikan tentang apa saja yang mesti dipercayai, diyakini, dan diimani oleh setiap muslim.
Karena agama Islam bersumber kepada kepercayaan dan keimanan kepada Allah swt, maka
aqidah merupakan sistem kepercayaaan yang mengikat manusia kepada Islam. Seorang manusia
disebut muslim jika dengan penuh kesadaran dan ketulusan bersedia terikat dengan sistem
kepercayaan Islam. Karena itu, aqidah merupakan ikatan dan simpul dasar dalam Islam yang
pertama dan utama.
Aqidah dibangun atas 6 dasar keimanan yang lazim disebut Rukun Iman. Rukun iman
meliputi : iman kepada Allah swt, para malaikat, kitab – kitab, para Rasul, hari akhir, dan Qodlo
dan Qodar. Allah berfirman dalam QS.An-Nisa’, ayat 136 yang artinya “ Wahai orang yang
beriman, tetaplah beriman kepaada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang diturunkan
kepada rasul-Nya serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-Nya, Rasul-Nya, hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh- jauhnya”.
Berdasarkan 6 fondasi tersebut, maka keterikatan setiap muslim yang semestinya ada
pada jiwa setiap muslim adalah :
a. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang terakhir, mengandung syariat yang
menyempurnakan syariat – syariat yang diturunkan Allah sebelumnya.
b. Meyakini bahwa Islam adalah satu- satunya agama yang benar di sisi Allah. Islam dating
dengan membawa kebenarana yang bersifat absolute guna menjadi pedoman hidup dan
kehidupan manusia selaras dengan fitrahnya.
c. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang universal serta berlaku untuk semua manusioa
dalam segala lapisan masyarakat dan sesuai dengasn tuntutan budaya manusia.
2. Syari’ah
Komponen Islam yang kedua adalah syari’ah yang berisi peraturan dan perundang-
undangan yang mengatur aktifitas yang seharusnya dikerjakan manusia. Syari’at adalah sistem
nilai yang merupakan inti ajaran Islam. Syari’ah aatau sistem nilai Islam yang diciptakan oleh
Allah sendiri. Dalam kaitan ini, Allah disebut Syaari atau pencipta hukum.
Sistem nilai Islam secara umum meliputi 2 bidang :
a. Syari’at yang mengatur hubungan manusia secara vertikal dengan Allah (ibadah
mahdah / khusus). Disebut ibadah mahdah karena sifatnya yang khas dan sudah
ditentukan secara pasti oleh Allah dan dicontohkan secara rinci oleh Allah. Dalam
konteks ini, syari’at berisikan ketentuan tentang tata cara peribadatan manusia kepada
Allah, seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, haji.
b. Syari’at yang mengatur hubungan manusia secara horizontal dengan sesama dan makhluk
lainnya ( mu’amalah ). Mu’amalah meliputi ketentuan perundang- undangan yang
mengatur segala aktivitas hidup manusia dalam pergaulan dengan sesamanya dan alam
sekitarnya.
Adanya sistem mu’amalah ini membuktikan bahwa Islam tidak meninggalkan urusan dunia,
bahkan tidak pula melakukan pemisahan terhadap persoalan dunia maupuu akhirat. Bagi Islam,
ibadah yang diwajibkan Allah atas hambanya bukan sekedar bersifat formal belaka, melainkan
disuruhnya agar semua aktivitas hidup dijalankan manusia hendaknya bernilai ibadah. Ajaran ini
sesuai dengan ajaran Islam tentang tujuan diciptakannya manusia supaya beribadah. Allah
berfirman dalam QS. Az-Zarariyat, ayat 56
“ Dan tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya beribadah kepada- Ku “
Hubungan horizontal ini disebut pula dengan ibadah gairu mahdah / umum karena sifatnya
umum, di mana Allah atau Rasul-Nya tidak memerinci macam dan jenis perilakunya, tetapi
hanya memberikan prinsip dasarnya saja.
3. Akhlaq
Akhlaq merupakan komponen dasar Islam yang ketiga yang berisi ajaran tentang perilaku
atau sopan santun. Akhlaq maupun syari’ah pada dasarnya membahas perilaku manusia, tetapi
yang berbeda di antaranya adalah obyek materia. Syari’ah melihat perbuatan manusia darin segi
hukum yaitu : wajib, sunah, mubah, makruh, dan haram. Sedangkan aklaq melihat perbuatan
manusia dari segi nilai / etika, yaitu perbuatan baik ataupun buruk.
Akhlaq merupakan sistematika Islam, sebagai sistem, akhlaq memiliki spektrum yang
luas, mulai sikap terhadap dirinya, orang lain, dan makhluk lain, serta terhadap Allah SWT.
1.
1. Pengertian Aqidah
Aqidah secara bahasa berasal dari kata ( )عقدyang berarti ikatan. Secara istilah
adalah keyakinan hati atas sesuatu. Kata ‘aqidah’ tersebut dapat digunakan untuk ajaran
yang terdapat dalam Islam, dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam.
Sehingga ada istilah aqidah Islam, aqidah nasrani; ada aqidah yang benar atau lurus dan
ada aqidah yang sesat atau menyimpang.
Dalam ajaran Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas
sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan
kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta taqdir
baik dan buruk. Hal ini didasarkan kepada Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim dari Shahabat Umar bin Khathab r.a. yang dikenal dengan ‘Hadits Jibril’.
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah
dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa
pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau
badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan
tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.
Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan
diterimanya suatu amal. Allah swt berfirman,
.ش ِر ُك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه أَ َحدًا َ ًفَ َمنْ َكانَ يَ ْر ُجوا لِقَآ َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َم ْل َع َمال
ْ ُصالِ ًحا َوالَي
Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul
mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang
lainnya. Rasulullah saw berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah
dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup
panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum
muslimin yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang
sangat berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat,
sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam
selanjutnya.
A Pengertian Aqidah
Aqidah secara bahasa berasal dari kata ( )عقدyang berarti ikatan. Secara istilah adalah
keyakinan hati atas sesuatu. Kata ‘aqidah’ tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang terdapat
dalam Islam, dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Sehingga ada istilah
aqidah Islam, aqidah nasrani; ada aqidah yang benar atau lurus dan ada aqidah yang sesat atau
menyimpang.
Dalam ajaran Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas
sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta taqdir baik dan buruk. Hal ini
didasarkan kepada Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Shahabat Umar bin
Khathab r.a. yang dikenal dengan ‘Hadits Jibril’.
1. Kedudukan Aqidah dalam Islam
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan,
aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq, adalah
sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan
yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau
menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.
Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya
suatu amal.
Aqidah Islam adalah sesuatu yang bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran yang hanya dapat
ditetapkan dengan adanya dalil dari Allah dan Rasul-Nya. Maka, sumber ajaran aqidah Islam
adalah terbatas pada al-Quran dan Sunnah saja. Karena, tidak ada yang lebih tahu tentang Allah
kecuali Allah itu sendiri, dan tidak ada yang lebih tahu tentang Allah, setelah Allah sendiri,
kecuali Rasulullah saw.
1. Metode Memahami Aqidah Islam dari Sumber-sumbernya Menurut Para Shahabat
Generasi para shahabat adalah generasi yang dinyatakan oleh Rasululah sebagai generasi
terbaik kaum muslimin. Kebaikan mereka terletak pada pemahaman dan sekaligus
pengamalannya atas ajaran-ajaran Islam secara benar dan kaffah. Hal ini tidak mengherankan,
karena mereka adalah generasi awal yang menyaksikan langsung turunnya wahyu, dan mereka
mendapat pengajaran dan pendidikan langsung dari Rasulullah saw. Setelah generasi shahabat,
kualifikasi atau derajat kebaikan itu diikuti secara berurutan oleh generasi berikutnya dari
kalangan tabi’in, dan selanjutnya diikuti oleh generasi tabi’ut tabi’in. Tiga generasi inilah yang
secara umum disebut sebagai generasi salaf. Rasulullah bersabda tentang mereka,
BAB. III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Aqidah
2. Syariah
3. Akhlaq
Merupakan keyakinan atas sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman,
yaitu keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta
taqdir baik dan buruk.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan - kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.