Anda di halaman 1dari 30

Fakultas Kedokteran

Program Studi Pendidikan Profesi Dokter


Universitas Malikussaleh

Pemeriksaan Fisik
Gastrointestinal
1. Inspeksi abdomen
2. Auskultasi
3. Perkusi
4. Palpasi
Inspeksi
• Kulit: luka atau bekas luka, parut, striae, dilatasi vena, perubahan
warna, deformitas, atau lesi lainnya.
• kontur abdomen: datar, buncit, skafoid, atau terdapat benjolan pada
lokasi tertentu.
• Umbilikus: bulging yang dicurigai ke arah hernia, atau adanya tanda-
tanda inflamasi.
• Perhatikan apakah nampak gerakan peristaltic dan pulsasi aorta pada
epigastrium.
Auskultasi
• Peristaltik usus: bising usus yang patologis seperti metallic sound.
• Bising arteri dan aorta, seperti pada penyempitan ataupun aneurisma
aorta abdominalis.
Perkusi
1. Perkusi superfisial
• Letakkan tangan kiri di atas permukaan
abdomen, jari tengah tangan kanan mengetuk
bagian dorsal dari ruas kedua jari tengah tangan
kanan.
• Lakukan perkusi di setiap region abdomen.
• Nilai perubahan suara dan nyeri ketok pada
permukaan abdomen.
2. Perkusi Hepar
Lakukan perkusi pada garis midklavikularis kanan.
• Batas bawah hepar: perkusi dari bawah umbilikus ke arah
hepar,perpindahan bunyi dari timpani ke pekak.
• Batas atas hepar: perkusi sejajar garis midkavikula ke arah hepar,
perpindahan bunyi sonor paru ke bunyi pekak.
• Peranjakan hepar: setelah mendapatkan perubahan batas atas hepar,
pasien diminta untuk menarik napas dan menahan. Lakukan perkusi
untuk menilai pergeseran batas paru-hepar dalam keadaan inspirasi.
Normal: 2-3 cm.
Palpasi
• Palpasi permukaan dengan
menggunakan jari-jari tangan dengan
lembut, agar pasien tetap rileks.
• Palpasi dilakukan di seluruh lapang
abdomen untuk menilai apakah terdapat
massa, distensi, spasme otot abdomen,
atau nyeri tekan.
• Minta pasien untuk menekuk lutut. Lakukan
palpasi dalam dengan menggunakan jari-jari
tangan, untuk menilai setiap organ di dalam
abdomen.
• Identifikasi adanya massa: lokasi, ukuran,
bentuk, konsistensi, pulsasi, fiksasi dan nyeri
tekan.
• Jika pasien mengeluhkan nyeri, minta pasien batuk untuk menentukan
letak nyeri, kemudian lakukan palpasi menggunakan satu jari untuk
menentukan lokasi nyeri.
• Tentukan lokasi nyeri jika terdapat nyeri tekan atau nyeri lepas, lakukan
dengan menekan area nyeri secara perlahan, kemudian lepaskan
dengan cepat.
• Perhatikan wajah pasien dan dengarkan suara pasien untuk melihat
apakah pasien kesakitan saat dilakukan pemeriksaan.
Palpasi hepar: nilai lobus kanan hepar dengan meletakkan tangan kiri
pemeriksa di bawah tulang iga ke-11 dan 12 kanan.
• Minta pasien untuk menarik napas panjang secara periodik, kemudian
palpasi dengan menggunakan tangan kanan ke arah superior setiap
pasien melakukan inspirasi hingga teraba pinggir hepar.
• Nilai pinggir hepar (tajam atau tumpul), permukaan hepar (rata,
berbenjol, atau terdapat nodul), konsistensi (keras atau lunak), ukuran
hepar (dengan menilai jarak pinggir hepar dari arcus costae pada lobus
kanan atau jarak dari prosesus xifoideus pada lobus kiri), dan nyeri
tekan.
Limpa:
• letakkan tangan kiri di bawah tulang iga kiri, sehingga teraba jaringan lunak,
kemudian dorong ke atas agar limpa terangkat.
• Tangan kanan melakukan palpasi dimulai pada daerah SIAS kanan menuju
arcus costae kiri atau ke arah tangan kiri. Tekan secara lembut pada saat pasien
inspirasi.
• Nilai ukuran limpa dengan proyeksi garis Schuffner yang terbentang dari arcus
costae kiri hingga SIAS kanan.
• Pembersaran limpa yang teraba hingga umbilikus setara dengan Schuffner IV,
sedangkan pembesaran limpa hingga SIAS kanan setara dengan Schuffner VIII.
Kemudian lakukan penilaian konsistensi dan nyeri tekan.
Pemeriksaan Shifting Dullness dan
Undulasi
Tujuan: Menilai ada tidaknya asites
1. Shifting dullness:
• Lakukan perkusi dari daerah medial
(umbilikus) ke arah lateral kanan.
Tentukan dan tandai batas peralihan
bunyi timpani ke redup.
• Minta pasien untuk miring ke arah
kontralateral,tunggu selama ±30 detik,
lakukan perkusi kembali dari peralihan
bunyi dari batas yang telah kita tandai
sebelumnya.
2. Undulasi:
• Minta orang lain atau pasien sendiri
untuk meletakkan kedua tangannya di
tengah abdomen, vertikal sejajar garis
tengah tubuh.
• Pemeriksa meletakan tangan di kedua sisi
abdomen pasien.
• Lakukan ketukan pada satu sisi, dan
tangan yang lain merasakan apakah
terdapat gelombang cairan (undulasi)
yang datang dari arah ketukan.
Pemeriksaan Fisik untuk Mendiagnosis
Apendisitis
• Minta pasien untuk menunjuk bagian yang terasa nyeri. Kemudian minta
pasien untuk batuk dan tentukan asal dan penjalaran nyeri.
• Cari daerah yang mengalami nyeri lokal.
• Raba untuk menilai adanya rigiditas muscular
• Lakukan pemeriksaan rektum
• Periksa daerah yang mengalami nyeri lepas.
Pemeriksaan Rovsing’s sign
• Lakukan palpasi dalam pada kuadran kiri bawah abdomen.
• Lepas tekanan dengan cepat.
Pemeriksaan Psoas sign
• Letakkan tangan pemeriksa diatas lutut kanan pasien.
• Minta pasien untuk mengangkat pahanya melawan tangan pemeriksa, atau;
Minta pasien untuk berbaring miring ke kiri.
• Ekstensikan tungkai kanan (sendi panggul kanan) pasien.
• Fleksi tungkai pada panggul membuat m. psoas berkontraksi; ekstensi
meregangkan m. psoas.
Pemeriksaan obturator sign
• Fleksikan paha kanan pasien pada panggul, dengan lutut ditekuk, dan rotasi
internal tungkai pada panggul.
• Maneuver ini meregangkan m. obturator.
Analisis
1. Nyeri appendisitis biasanya dimulai pada daerah umbilicus, kemudian
bergerak ke kuadran kanan bawah. Batuk meningkatkan rasa nyeri.
2. Nyeri setempat pada kuadran kanan bawah, bahkan pada regio flank
kanan, mengindikasikan appendisitis.
3. Nyeri lepas menandakan inflamasi peritoneum, seperti pada
appendisitis.
4. Rovsing’s sign positif: Nyeri pada kuadran kanan bawah saat menekan
kuadran kiri bawah menandakan appendisitis.
5. Psoas sign positif menandakan iritasi muskulus psoas karena appendiks
yang inflamsi.
6. Nyeri hipogastrik kanan juga menandakan obturator sign positif yang
disebabkan oleh inflamasi appendiks.
Pemeriksaan Inguinal (Hernia)
• Pasien dalam posisi berdiri dan pemeriksa duduk di
depan pasien dengan nyaman.
• Bebaskan daerah inguinal dan genital untuk
pemeriksaan.
• Perhatikan apakah ada benjolan atau keadaan asimetris
di kedua area inguinal.
• Pemeriksaan hernia inguinal kanan, gunakan ujung jari
telunjuk kanan untuk mencari batas bawah sakus
skrotalis, kemudian telunjuk di dorong ke atas menuju
kanalis inguinalis.
• Telusuri korda spermatikus sampai ke ligamentum inguinal.
• Temukan cincin inguinal eksterna tepat di atas dan lateral dari tuberkel
pubis. Palpasi cincin inguinal eksterna dan dasarnya.
• Minta pasien untuk mengedan atau melakukan valsava maneuver. Cari
apakah terdapat benjolan di atas ligamentum inguinal sekitar tuberkel
pubis.
• Cincin eksterna cukup lebar untuk jari pemeriksa dapat terus masuk
sampai ke cincin inguinal interna.
• Minta pasien untuk kembali mengedan atau melakukan valsava
maneuver, cari apakah terdapat benjolan di kanalis inguinalis dan
dorong benjolan menggunakan ujung jari telunjuk.
• Pemeriksaan hernia inguinalis kiri menggunakan ujung jari telunjuk kiri.
• Menilai hernia femoralis: letakkan jari di bagian anterior dari kanalis
femoralis. Minta pasien untuk mengedan, perhatikan apakah terdapat
pembengkakan atau nyeri.
• Jika pada pemeriksaan tampak massa pada skrotum, minta pasien untuk
berbaring, lakukan penilaian apakah massa menghilang bila pasien
berbaring.
• Jika massa tetap ada saat pasien berbaring, lakukan palpasi pada massa,
dan dengarkan menggunakan stetoskop apakah terdapat bising usus
pada massa.
Analisis Hasil Pemeriksaan
• Terdapat benjolan saat inspeksi dapat dicurigai adanya hernia.
• Teraba benjolan disekitar cincin inguinal eksterna kemungkinan
adalah direct inguinal hernia
• Teraba benjolan disekitar cincin inguinal interna kemungkinan adalah
indirect inguinal hernia
• Bila terdapat massa, perlu analisa kemungkinan diagnosis banding
hernia.
Pemeriksaan Colok Dubur
Tujuan
1. Mengetahui kelainan yang mungkin terjadi di bagian anus dan
rektum.
2. Mengetahui kelainan yang mungkin terjadi di prostat pada laki-laki.
• Jelaskan kepada pasien prosedur dan tujuan pemeriksaan
• Minta pasien berbaring menghadap ke kiri, membelakangi pemeriksa dengan
tungkai ditekuk.
• Inspeksi: benjolan, luka, inflamasi, kemerahan, atau ekskoriasi di daerah sekitar anus.
• Gunakan sarung tangan, oleskan lubricating gel pada ujung jari telunjung pemeriksa
dan di sekitar anus pasien.
• Sampaikan kepada pasien bahwa pemeriksaan akan dimulai dan minta pasien untuk
tetap rileks.
• Sentuhkan ujung jari telunjuk tangan kanan ke anus kemudian masukkan ujung jari
secara lembut dan perlahan ke dalam anus, perhatikan apakah pasien kesakitan, bila
pasien kesakitan, berhenti sesaat, kemudian lihat apakah ada luka di sekitar anus.
Lanjukan pemeriksaan saat pasien sudah merasa rileks.
• Nilai tonus sfingter ani, terdapat nyeri atau tidak, indurasi, ireguleritas, nodul, atau
lesi lain pada permukaan dalam sfingter
• Masukkan jari ke dalam rektum sedalam mungkin, putar jari searah jarum jam
dan berlawanan arah jarum jam untuk meraba seluruh permukaan rektum,
rasakan apakah terdapat nodul, iregularitas, atau indurasi, dan nyeri tekan. Bila
didapatkan nyeri tekan, tentukan lokasi nyeri tersebut. Nilai apakah ampula
vateri normal atau kolaps.
• Pada laki-laki, setelah seluruh jari telunjuk masuk, putar jari ke arah anterior.
Dengan begitu kita dapat merasakan permukaan posterior dari kelenjar prostat.
• Periksa seluruh permukaan kelenjar prostat, nilai kutub atas, lobus
lateralis, dan sulkus median. Tentukan ukuran, bentuk, dan
konsistensinya, permukaan, serta nilai apakah ada nodul.
• Keluarkan jari secara perlahan.
• Amati sarung tangan, apakah terdapat feses, darah, atau lendir.
• Apabila terdapat feses pada sarung tangan dan diperlukan pemeriksaan
feses, maka masukkan sampel feses tersebut ke dalam kontainer untuk
analisis feses selanjutnya.
Analisis Hasil Pemeriksaan
1. Secara normal, kulit perianal orang dewasa akan tampak lebih gelap
disbanding kulit sekitarnya dan teksturnya lebih kasar.
2. Pada kondisi normal, sfingter ani akan menjepit jari pemeriksa
dengan pas, jika tonusnya meningkat mungkin akibat kecemasan
pasien, inflamasi, atau ada skar.
3. Prostat normal teraba kenyal dan permukaan rata, kutub atas, sulkus
median, dan lobus lateralis dapat diraba dan ditentukan.
4. Apabila ampula vateri teraba kolaps dapat mengarahkan kecurigaan
ke arah obstruksi.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai