Anda di halaman 1dari 42

Laporan Kasus

PERFORASI GASTER

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia

Oleh :
Maulana Arya Jimbaran, S.Ked
2006112023

Preseptor :
dr. Syafruddin, Sp. B

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RSUD CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya dengan rahmat, karunia dan izinNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Perforasi Gaster” sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit
Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada dr. Syafruddin, Sp. B sebagai pembimbing yang telah
meluangkan waktunya memberi arahan kepada penulis selama mengikuti KKS di
bagian/SMF Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten
Aceh Utara.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
lapkas ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan lapkas ini. Semoga
lapkas ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Lhokseumawe, 14 Juli 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB 2 LAPORAN KASUS...................................................................................2
2.1 Identitas Pasien...................................................................................2
2.2 Anamnesis...........................................................................................2
2.3 Pemeriksaan Fisik...............................................................................4
2.4 Pemeriksaan Penunjang......................................................................6
2.5 Resume.............................................................................................13
2.6 Penatalaksanaan................................................................................13
2.7 Follow Up.........................................................................................15
BAB 3 PEMBAHASAN.......................................................................................30
3.1 Tinjauan Pustaka Perforasi Gaster.................................................30
3.2 Analisis kasus.................................................................................35
BAB 4 KESIMPULAN........................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Nyeri akut abdomen merupakan salah satu kondisi yang sering terjadi,
dimana keadaan ini menduduki 5% kasus dari seluruh total kasus sebagai
penyebab kunjungan pasien ke instalasi gawat darurat (IGD) di rumah sakit (1).
Penyebab nyeri akut abdomen sendiri bervariasi, mulai dari penyebab ringan
sampai keadaan mengancam jiwa yang memerlukan penanganan segera, salah
satunya yaitu peritonitis. Peritonitis merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai
dengan inflamasi pada selaput serosa (peritoneum) dan organ yang terkandung di
dalamnya (2). Peritonitis dapat dibagi menjadi peritonitis bakterial (terbagi lagi
menjadi peritonitis primer, sekunder, dan tersier), peritonitis kimia, peritonitis
alergi, peritonitis bilier, peritonitis traumatik, peritonitis iskemik, dan peritonitis
penyebab lain (3,4). Peritonitis sekunder dihasilkan oleh perforasi secara langsung
dari organ solid maupun organ berongga di gastrointestinal maupun organ traktus
urogenital ke peritoneum, sehingga terjadi infeksi polimikrobial.
Perforasi gastrointestinal merupakan penyebab umum dari akut abdomen
dan salah satu kondisi emergensi yang sering terjadi di seluruh dunia dengan
angka kematian mencapai 30% dan angka kesakitan sampai 50%. Perforasi gaster
dapat disebabkan secara spontan ataupun melalui proses traumatik. Ulkus
peptikum merupakan penyebab terbanyak yang mengakibatkan perforasi gaster.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. W
Usia : 37 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
No Rekam Medis : 168033
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 167 cm
Agama : Islam
Alamat : Dusun Suka Jaya, Syura Jadi, Weh Pesam, Bener
Meriah
Suku : Aceh
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Buruh petik kopi
Tanggal Masuk : 23 Juni 2021
Tanggal Keluar :-
Tanggal Pemeriksaan : 24 Juni 2021

2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Nyeri di seluruh quadran abdomen disertai muntah terus menerus bewarna
kuning sejak 4 hari yang lalu.
2.2.2 Keluhan Tambahan
Mual, tidak bisa kentut dan BAB sejak 4 hari yang lalu, urin bewarna
pekat.
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. W, laki-laki, 37 tahun, datang ke RSUD Muyang Kute pada
tanggal 23 Juni 2021 pukul 18:00 WIB dengan keluhan nyeri di seluruh
quadran abdomen disertai dengan muntah hebat yang terus menerus sejak

2
3

4 hari yang lalu. Pasien juga merasakan adanya mual dan diketahui pasien
juga belum BAB sejak 4 hari yang lalu dan urin bewarna pekat. Kemudian
pasien dirujuk dari RSUD Muyang Kute ke IGD RSUD Cut Meutia
Lhokseumawe pada tanggal 23 Juni 2021 pukul 20:30 WIB, dalam
keadaan umum lemas dan nyeri di seluruh quadran abdomen.
2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu (termasuk operasi)
Riwayat gejala serupa : disangkal
Penyakit lain : pasien memiliki riwayat gout arthritis yang
telah terjadi dari beberapa tahun yang lalu.
Operasi sebelumnya : telah menjalani 2 kali pembedahan untuk
pengangkatan untuk Gout Arthritis.
Hipertensi : disangkal
Diabetes Mellitus : disangkal
Keganasan : disangkal
Trauma : pernah mengalami riwayat trauma akibat
kecelakaan lalu lintas beberapa tahun yang
lalu
2.2.5 Riwayat Penyakit di Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan dan penyakit serupa, tetapi Ibu
pasien merupakan pasien diabetes melitus selama 8 tahun.
2.2.6 Riwayat Penggunaan Obat
Berdasarkan keterangan keluarga, pasien sering mengonsumsi banyak obat
yang didapatkan dari apotik dan mantri, dan obat yang sering dikonsumsi
yaitu obat asam urat beserta obat anti nyeri.
2.2.7 Riwayat Pekerjaan, Sosial, dan Ekonomi
Pasien hidup bersama istri dan dua orang anak. Diketahui sebelum menjadi
buruh pemetik kopi, pasien pernah bekerja sebagai buruh bebas
pengangkat barang selama beberapa tahun.
2.2.8 Riwayat Kebiasaan
Merokok (+), pasien merokok selama ±20 tahun, dan mengonsumsi ±2
bungkus rokok per hari. Selama pasien bekerja menjadi buruh bebas
4

pengangkat barang, pasien memiliki kebiasaan untuk mengonsumsi


minuman extrajoss untuk meningkatkan energi.
2.2.9 Riwayat Alergi
Obat : disangkal
Makanan : disangkal
2.3 Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada 23 tanggal Juni 2021
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6
Vital Sign : TD : 130/90
RR : 22 x/menit
Nadi : 88 x/menit
SpO2 : 98%
Temp : 32,1°C
Status Generalis
1. Kulit
Warna : Cokelat
Oedema : (-)
Sianosis : (-)
Icterus : (-)
Anemia : (-)
Pigmen : (-)
2. Kepala
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut dan distribusi merata
Wajah : simetris, tidak ada deformitas
Mata : conjunctiva anemis (+/+), sklera ikterik (+/+)
Telinga : normoaurikula, sekret (-/-), serumen (-/-), deformitas (-/-)
Hidung : septum deviasi (-), sekret (-/-), konka hipertrofi (-/-),
mukosa hiperemis (-/-)
5

Mulut : sianosis (-), ulcer oral (-), mukosa pucat (+), selaput
mukosa
kering (+), lidah kotor (-), karies gigi (-/-)
3. Leher
KGB : tidak ada pembesaran
Tiroid : tidak ada pembesaran
JVP : tidak ada pembesaran
4. Thorax
Jantung
I : Ictus cordis dapat terlihat di ICS V
P : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicularis sin.
P : Batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternal dex.
Batas jantung kiri pada ICS V line midclavicularis sin.
A : BJ I/II normal, regurgitasi mitral (-), gallop (-)
Paru
I : pernapasan cepat, simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P : tidak ada retraksi dinding dada, simetris, tidak ditemukan
adanya nyeri tekan dan massa, taktil fremitus kanan=kiri
P : sonor pada kedua lapang paru
A : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
5. Abdomen
I : distensi (+), organomegali (-)
P : soepel, nyeri tekan (+)
P : timpani
A : bising usus (-)
6. Ekstremitas
+ +
Akral hangat :
+ +

+ +
Tofus :
+ +
-

Oedema : - -

- -

7. Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan.

2.4 Pemeriksaan Penunjang


2.4.1 Pemeriksaan Laboratorium
7

Pemeriksaan Laboratorium (23 Juni 2021, H+1)


Nama Tes Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 11.32 13.0 – 18.0 g/dl
Eritrosit 4.58 4.5 – 6.5 Juta/μL
Hematokrit 32.14 37.0 – 47.0 %
MCV 70.19 79 – 99 fL
MCH 24.71 27.0 – 31.2 pg
MCHC 35.21 33.0 – 37.0 g/dl
Leukosit 9.81 4.0 – 11.0 ribu/μL
Trombosit 272 150 – 450 ribu/μL
RDW-CV 13.18 11.5 – 14.5 %
Hitung Jenis Leukosit
Basophil 2.72 0 – 1.7 %
Eosinophil 0.17 0.60 – 7.30 %
Nitrofil Segmen 90.03 39.3 – 73.7 %
Limfosit 1.44 18.0 – 48.3 %
Monosit 5.64 4.40 – 12.7 %
NLR 62.52 0 – 3.13 Cutoff
ALC 141.26 0 – 1500 Juta/L
Golongan Darah O -
Bleeding Time 2’15” 1–3 Menit
Clothing Time 8’ 9 – 15 Menit
Kimia Darah
Fungsi Ginjal
Ureum 208 <50 mg/dl
Kreatinin 6.97 0.6 – 1.1 mg/dl
Asam Urat 10.1 3.4 – 7.0 mg/dl
Fungsi Hati
SGOT 14 ≤37 μ/L
SGPT 10 ≤42 μ/L
Bilirubin Total 3.54 <1.0 mg/dl
Bilirubin Direct 1.88 0.0 – 0.5 mg/dl
Bilirubin Indirect 1.66 0.0 – 0.7 mg/dl
Fosfatase Alkali 223 35 – 105 μ/L
8

Pemeriksaan Laboratorium (24 Juni 2021, H+2, POD+0)


Nama Tes Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 9.48 13.0 – 18.0 g/dl
Eritrosit 3.78 4.5 – 6.5 Juta/μL
Hematokrit 27.76 37.0 – 47.0 %
MCV 73.50 79 – 99 fL
MCH 25.09 27.0 – 31.2 pg
MCHC 34.13 33.0 – 37.0 g/dl
Leukosit 15.01 4.0 – 11.0 ribu/μL
Trombosit 113 150 – 450 ribu/μL
RDW-CV 14.33 11.5 – 14.5 %
Kimia Darah
Fungsi Ginjal
Ureum 202 <50 mg/dl
Kreatinin 5.38 0.6 – 1.1 mg/dl
Asam Urat 7.0 3.4 – 7.0 mg/dl
Protein Total 3.7 6.6 – 8.7 g/dl
Albumin 2.2 3.4 – 4.8 g/dl
Globulin 1.5 3.2 – 3.9 g/dl
Elektrolit
Na 129 136 – 146 mmol/l
K 5.9 3.5 – 5.0 mmol/l
Cl 108 98 – 106 mmol/l
Ca 0.45 1.12 – 1.32 mmol/l
Analisis Gas Darah
PCO2 33 35 – 45 mmHg
PO2 71 80 – 105 mmHg
pH 7.27 7.35 – 7.45 -
HCO3 15 22 – 26 mmol/l
TCO2 16 23 – 27 mmol/l
BEecf -12 (-2) -3 mmol/l
HCO3S 16 mmol/l
Serologi/Imunologi
Hepatitis
HBsAg qualitative Negatif Negatif -
9

Pemeriksaan Laboratorium (27 Juni 2021, H+5, POD+3)


Nama Tes Hasil Nilai Rujukan Satuan
Kimia Darah
Protein Total 5.61 6.6 – 8.7 g/dl
Albumin 3.30 3.4 – 4.8 g/dl
Globulin 2.31 3.2 – 3.9 g/dl

Pemeriksaan Laboratorium (28 Juni 2021, H+6, POD+4)


Nama Tes Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Kimia Darah
Fungsi Ginjal
Ureum 177 <50 mg/dl
Kreatinin 2.11 0.6 – 1.1 mg/dl
Asam Urat 12.1 3.4 – 7.0 mg/dl
Glukosa Darah
Glukosa sewaktu 116.0 <180 mg/dl

Pemeriksaan Laboratorium (02 Juli 2021, H+10, POD+8)


Nama Tes Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 10.94 13.0 – 18.0 g/dl
Eritrosit 4.40 4.5 – 6.5 Juta/μL
Hematokrit 32.81 37.0 – 47.0 %
MCV 74.47 79 – 99 fL
MCH 24.83 27.0 – 31.2 pg
MCHC 33.34 33.0 – 37.0 g/dl
Leukosit 21.43 4.0 – 11.0 ribu/μL
Trombosit 302 150 – 450 ribu/μL
RDW-CV 15.39 11.5 – 14.5 %
Kimia Darah
Fungsi Ginjal
Ureum 160 <50 mg/dl
Kreatinin 1.65 0.6 – 1.1 mg/dl
10

Asam Urat 9.8 3.4 – 7.0 mg/dl


Protein Total 5.8 6.6 – 8.7 g/dl
Albumin 3.2 3.4 – 4.8 g/dl
Globulin 2.6 3.2 – 3.9 g/dl
Glukosa Darah
Glukosa sewaktu 153.0 <180 mg/dl

Pemeriksaan Laboratorium (05 Juli 2021, H+13, POD+11)


Nama Tes Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 9.26 13.0 – 18.0 g/dl
Eritrosit 3.70 4.5 – 6.5 Juta/μL
Hematokrit 27.46 37.0 – 47.0 %
MCV 74.25 79 – 99 fL
MCH 25.05 27.0 – 31.2 pg
MCHC 33.73 33.0 – 37.0 g/dl
Leukosit 17.75 4.0 – 11.0 ribu/μL
Trombosit 401 150 – 450 ribu/μL
RDW-CV 14.68 11.5 – 14.5 %
Kimia Darah
Fungsi Ginjal
Protein Total 7.5 6.6 – 8.7 g/dl
Albumin 3.2 3.4 – 4.8 g/dl
Globulin 4.3 3.2 – 3.9 g/dl
Glukosa Darah
Gula stik 167 70 – 125 mg/dl

2.4.2 EKG
11

2.4.3 BOF (Buick Oversic Foto)


12

2.5 Resume
Pasien datang ke IGD RS Cut Meutia dengan keluhan keluhan nyeri di
seluruh quadran abdomen disertai dengan muntah hebat yang terus menerus sejak
4 hari yang lalu. Pasien juga merasakan adanya mual dan diketahui pasien juga
belum BAB sejak 4 hari yang lalu, dan urin bewarna pekat. Pemeriksaan fisik
pada pasien menunjukkan keadaan umum lemah dengan kesadaran compos mentis
(E4V5M6), dengan tekanan darah 130/90 mmHg, rasio respirasi 22 x/menit, nadi
88 x/menit, SpO2 98% dan suhu tubu 32,1°C. pemeriksaan fisik abdomen
didapatkan adanya distensi abdomen yang disertai dengan nyeri tekan pada
seluruh lapang abdomen dan bising usus tidak terdengar. Pada ekstremitas atas
dan bawah juga ditemukan tofus.
13

2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Pre OP
Non medikamentosa
Pasien dipuasakan
Pasang NGT
Pasang Kateter
EKG
Foto BFO
Persiapkan darah 2 kolf
Konsul Internist dan Anestesi
Rencana Laparotomi eksolorasi
Medikamentosa
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Fosmicin 1 A/12 j
Inj. Ranitidine 1A/12 j
Inj. Ketorolac 1A/8 j
Omperazole 40 mg/12 J

2.6.2 Post Op
Rawat ICU
Drain/24 jam
IVFD RL 30 gtt/i
Inj. Meropenem 1 g/8j
Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
Inj. Tramadol/8 jam
Inj.Paracetamol 1 fls/8 jam
Inj. Fentanyl 4 A dalam 50 cc NaCl 0,9%/24 jam

Laporan Operasi
1. Insisi midline lapis demi lapis
14

2. Reptroperitoneum dibuka dan terlihat cairan gastric juice ±1000 cc


3. Tampak adhesive berat seluruh abdomen
4. Dilakukan adhesiolisis
5. Eksplor ke arah gaster tampak perforasi di spinchter pylory ±2 cm
6. Dilakukan repair gaster
7. Cairan abdomen dikeluarkan
8. Pasang 2 buah drain
9. Luka operasi ditutup

2.7 Follow Up
Hari Rawatan SOAP Terapi
Rabu, 23 Juni 2021 S: nyeri seluruh lapang abdomen IVFD RL 20 gtt/i
H+1, Pre operative O: Inj. Fosmicin 2 gr/12 jam
TD: 130/90 Inf. metronidazole 500 mg/8 j
RR: 22 x/menit Inj omeprazole 40 mg/12 jam
Nadi: 88 x/menit Drip paracetamol 1 fls/8 jam
SpO2: 98% Inj. Ceftriaxone/12 j
Temp: 32,1°C Inj. Kalnex/8 j
s/l ar abdomen: Inj ketorolac/8 j
I: distensi (+)
P: soepel
P: timpani
A: Bising Usus (-)
A: Peritonitis generalisata ec
perforasi gaster
P:
15

Puasakan
Pasang kateter
Konsul anestesi dan penyakit
dalam
Persiapan darah 2 kolf
Operasi besok, 24 Juni 2021
S: nyeri seluruh perut, muntah ↓
O: s/l ar abdomen,
I: distensi (+)
P: soepel
P: timpani
A: Bising Usus (-)
Input: RL 540 cc, metronidazole
200 cc, paracetamol 200 cc
Output:
Urin: 1200 cc + 2000 cc
Drain A: -
Drain B: 250 cc IVFD RL 30 gtt/i
NGT A: 250 cc Inj. Meropenem 1 g/8j
Kamis, 24 juni 2021 NGT B: - cc Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
H+2, Post operative A: post op laparotomi Inj. Tramadol/8 jam
ICU eksplorasi+adhesiolisis+repair Inf.Paracetamol 1 fls/8 jam
gaster a.i peritonitis ec perforasi Inj. Fentanyl 4 A dalam 50 cc
gaster + adhesive berat + sepsis+ NaCl 0,9%/24 jam
AKI
P:
Rawat ICU
Drain/24 jam
IVFD RL 30 gtt/i
Inj. Meropenem 1 g/8j
Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
Inj. Tramadol/8 jam
Inj.Paracetamol 1 fls/8 jam
Inj. Fentanyl 4 A dalam 50 cc
NaCl 0,9%/24 jam
Jum’at, 25 Juni 2021 S: gangguan rasa nyaman IVFD RL 30 gtt/i
H+3, POD+1 O: Inf. Metronidazole 1 fls/8 j
ICU TD: 137/70 mmHg Inf. Paracetamol 1 fls/8 jam
RR: 25x/i Inj. Meropenem 1 g/8j
T: 36.7°C Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
SpO2: 102% Inj. Ondancetron 1A/12 j
Intubasi ETT (+), extubasi pukul Inj. Lasix 1A/12 j
12:00 Inj. Tramadol/8 jam
Pagi Inj. Santagesik 1A: aff
Input: RL 540 cc Inj. Fenitoin 4 A dalam 50 cc
Output: NaCl 0,9%/24 jam
16

Urin: 800 cc
Drain A: -
Drain B: 50 cc
NGT A: 150 cc
NGT B: 100 cc
Sore
Input: RL 300 cc, metronidazole
100 cc, paracetamol 100 cc
Output:
Urin: 900 cc
Drain A: -
Drain B: 50 cc
NGT A: 100 cc
NGT B: 20 cc
Malam
Input: RL 760 cc
Output:
Urin: 800 cc
Drain A: 80 cc
Drain B: 200 cc
NGT A: 200 cc
NGT B: 200 cc
A: post op laparotomi
eksplorasi+adhesiolisis+repair
gaster a.i peritonitis ec perforasi
gaster + adhesive berat + sepsis+
AKI
P:
(Bedah)
Awasi KU
Balance Cairan
Terapi medikamentosa
dilanjutkan

(Konsul Penyakit Dalam)


IVFD albumin 1 fls/24 jam
Inf. Kidmin 1 fls/24 jam
17

Sabtu, 26 Juni 2021 S: nyeri perut IVFD RL 30 gtt/I


H+4, POD+2 O: IVFD albumin 1 fls/24 jam
ICU KU sedang Inf.Paracetamol 1 fls/8 jam
TD: 155/87 mmHg Inf. Kidmin 1 fls/hari
HR: 73 x/i Inf. Metronidazole 1 fls/8 j
RR: 18 x/i Inj. Meropenem 1 g/12 j
T: 37°C Inj. Ketorolac 1A: aff
s/l ar abdomen Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
I: kesan tampak distensi Inj. Ondancetron 1A/12 j
abdomen Inj. Lasix 1A/12 j
P: nyeri tekan (+) Inj. Tramadol/8 jam: aff
P: timpani Inj. Fentanil 4 A dalam 50 cc
A: peristaltic usus (+) NaCl 0,9%/24 jam
Pagi
Input: RL 500 cc
Output:
Urin: 800 cc
Drain A: -
Drain B: - cc
NGT A: 100 cc
NGT B: 100 cc
Sore
Input: RL 500 cc, metronidazole
100 cc, paracetamol 100 cc
Output:
Urin: 1000 cc
Drain A: -
Drain B: - cc
NGT A: 100 cc
NGT B: - cc
Malam
Input: RL 600 cc
Output:
Urin: 800 cc
Drain A: - cc
Drain B: - cc
NGT A: 50 cc
NGT B: - cc
A: post op laparotomi
eksplorasi+adhesiolisis+repair
gaster a.i peritonitis ec perforasi
gaster + adhesive berat + sepsis+
AKI
P:
Puasakan pasien
Diet basah bibir
18

Evaluasi produksi drain dan NGT,


urine output
19

Minggu, 27 Juni S: nyeri perut berkuran IVFD RL:D5% 30 gtt/I


2021 O: IVFD albumin 1 fls/24 jam
H+5, POD+3 KU sedang Inf. Metronidazole 1 fls/8 j
ICU TD: 144/70 mmHg Inf. Paracetamol 1 fls/8 jam
HR: 92 x/i Inf. Kidmin 1 fls/hari
RR: 20 x/i Inj. Meropenem 1 g/12 j
T: 37°C Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
s/l ar abdomen Inj. Ondancetron 1A/12 j
I: distensi abdomen Inj. Lasix 1A/12 j
P: nyeri tekan (+) Inj. Fentanil 4 A dalam 50 cc
P: timpani NaCl 0,9%/24 jam
A: peristaltic usus (+)
Pagi
Input: RL 540 cc
Output:
Urin: 500 cc
Drain A: -
Drain B: 200 cc
NGT A: 300 cc
NGT B: 350 cc
Sore
Input: RL 360 cc, metronidazole
100 cc, paracetamol 100 cc,
kidmin 200 cc
Output:
Urin: 400 cc
Drain A: 50 cc
Drain B: - cc
NGT A: 150 cc
NGT B: - cc
Malam
Input: RL 720 cc, metronidazole
100 cc, paracetamol 100 cc
Output:
Urin: 1000 cc
Drain A: - cc
Drain B: 200 cc
NGT A: 500 cc
NGT B: 300 cc
A: post op laparotomi
eksplorasi+adhesiolisis+repair
gaster a.i peritonitis ec perforasi
gaster + adhesive berat + sepsis+
AKI
P:
Mobisisasi
20

GV
21

Senin, 28 Juni 2021 S: nyeri perut berkurang, BAB (+) IVFD RL:D5% 30 gtt/I
H+6, POD+4 O: Inf. Metronidazole 1 fls/8 j
ICU KU sedang Inf. Paracetamol 1 fls/8 jam
TD: 144/73 mmHg Inf. Kidmin 1 fls/hari
HR: 95 x/i Inj. Meropenem 1 g/12 j
RR: 20 x/i Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
T: 37°C Inj. Ondancetron 1A/12 j
s/l ar abdomen Inj. Tramadol 1A/12 j
I: distensi abdomen Inj. Lasix 1A/12 j
P: nyeri tekan (+)
P: timpani
A: peristaltic usus (+)
Pagi
Input: RL 540 cc, m/m: 10 cc
Output:
Urin: 300 cc
Drain A: -
Drain B: - cc
NGT A: 100 cc
NGT B: 30 cc
Sore
Input: RL 360 cc, metronidazole
100 cc, paracetamol 100 cc,
kidmin 200 cc, m/m 10 cc
Output:
Urin: 900 cc
Drain A: 10 cc
Drain B: - cc
NGT A: 300 cc
NGT B: 200 cc
Malam
Input: RL 500 cc, metronidazole
200 cc, paracetamol 100 cc, m/m
60 cc
Output:
Urin: 700 cc
Drain A: 400 cc
Drain B: 300 cc
NGT A: 350 cc
NGT B: 150 cc
A: post op laparotomi
eksplorasi+adhesiolisis+repair
gaster a.i peritonitis ec perforasi
gaster + adhesive berat + sepsis+
AKI
P:
22

Diet clean water


Cek lab
23

S: nyeri perut (+), kentut (+),


BAB (-)
O:
KU lemah IVFD D5% 30 gtt/I
s/l ar abdomen Inf. Metronidazole 1 fls/8 j
I: distensi abdomen (-) Inf. Paracetamol 1 fls/8 jam
P: nyeri tekan (+) Inf. Kidmin 1 fls/hari
Selasa, 29 Juni 2021
P: timpani Inj. Meropenem 1 g/12 j
H+7, POD+5
A: peristaltic usus (+) Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
HCU Marwah
A: post op laparotomi Inj. Ondancetron 1A/12 j
eksplorasi+adhesiolisis+repair Inj. Tramadol 1A/12 j
gaster a.i peritonitis ec perforasi Inj. Lasix 1A/12 j
gaster + adhesive berat + sepsis+
AKI
P:
Pantau KU
S: nyeri perut berkurang
O:
KU lemah
s/l ar abdomen
IVFD D5% 30 gtt/I
I: distensi abdomen (-)
Inf. Metronidazole 1 fls/8 j
P: nyeri tekan (+)
Inf. Paracetamol 1 fls/8 jam
P: timpani
Inf. Kidmin 1 fls/hari
Rabu, 30 juni 2021 A: peristaltic usus (+)
Inj. Meropenem 1 g/12 j
H+8, POD+6 A: post op laparotomi
Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
HCU Marwah eksplorasi+adhesiolisis+repair
Inj. Ondancetron 1A/12 j
gaster a.i peritonitis ec perforasi
Inj. Tramadol 1A/12 j
gaster + adhesive berat + sepsis+
Inj. Lasix 1A/12 j
AKI
P:
Pantau KU, diet air gula 4x50 cc,
bilas sucralfate sirup pada NGT,
GV
24

S: nyeri perut berkurang.


O: IVFD RL:D5%:Kabiven 1:1:1
KU sedang Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 j
Drain 1: 1000 cc Inj. Ventoline 1 A/8 j (pasien
Drain 2: 400 cc menolak)
A: post op laparotomi Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
Kamis, 01 Juli 2021
eksplorasi+adhesiolisis+repair Inj. Ondancetron 1A/12 j
H+9, POD+7
gaster a.i peritonitis ec perforasi Inj. Lasix 1A/12 j
HCU Marwah
gaster + adhesive berat + sepsis+ Amlodipine 1x5 mg
AKI Candesartane 1x8 mg
P: Codein 2x1
ACC pindah ruangan Arafah I Cetirizine 2x1
Pantau KU Digoxin 1x0.5 mg
Diet susu 4x100 cc Clopidrogel 1x75 mg
GV/hari
S: nyeri perut di tempat operasi
(+)
O:
TD: 105/75 mmHg
HR: 80 x/i
RR: 18 x/i
T: 35.1°C
Drain NGT 1: 180 cc
IVFD RL:D5%:Kabiven 1:1:1
Drain NGT 2: 120 cc
IVFD metronidazole 1 fls/8j
Jum’at, 02 Juli 2021 Drain A: 1000 cc
Inj. Meropenem/8 j
H+10, POD+8 Drain B: 300 cc
Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
Arafah I Urine output: 300 cc
Inj. Ondancetron 1A/12 j
A: post op laparotomi
Inj. Lasix 1A/12 j
eksplorasi+adhesiolisis+repair
Inj. Tramadol/12 j
gaster a.i peritonitis ec perforasi
gaster + adhesive berat + sepsis+
AKI
P:
Guyur RL 1 kolf
Evaluasi urine output
Cek darah rutin, elektrolit,
albumin, ur/cr
25

S: nyeri perut (-)


O:
TD: 110/70 mmHg
HR: 78 x/i
RR: 18 x/i
T: 35.8°C
Drain NGT 1: 100 cc
IVFD RL:D5%:Kabiven 1:1:1
Drain NGT 2: 800 cc
IVFD metronidazole 1 fls/8j
Sabtu, 03 Juli 2021 Drain A: 600 cc
Inj. Meropenem/8 j
H+11, POD+9 Drain B: 100 cc
Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
Arafah 1 Urine output: 500 cc
Inj. Ondancetron 1A/12 j
A: post op laparotomi
Inj. Lasix 1A/12 j
eksplorasi+adhesiolisis+repair
Inj. Tramadol/12 j
gaster a.i peritonitis ec perforasi
gaster + adhesive berat + sepsis+
AKI
P:
Guyur RL 1 kolf
Susul hasil lab
Diet susu Peptamen 6x200 cc
S: Tidak ada BAB
O:
TD: 70/40 mmHg
HR: 122x/i
IVFD RL:D5%:Kabiven 1:1:1
RR: 22x/i
Drip metronidazole 1 fls/8 j
T: 36.4°C
Minggu, 04 Juli Inj. Meropenem/8j
SpO2: 98%
2021 Inj. Omeprazole/12 j
A: post op laparotomi
H+12, POD+10 Inj. Tramadol/12 jam: aff
eksplorasi+adhesiolisis+repair
RBP Inj. Lasix 1 A/12 j
gaster a.i peritonitis ec perforasi
Inj. Ondan/12 j
gaster + adhesive berat + sepsis+
Inj. Ketorolac 1g/8 j
AKI
P:
Evaluasi prroduksi drain, NGT
Guyur RL 1 kolf
26

S: Tidak ada BAB, kentut pagi


(+), BAK (+)
O:
TD: 110/70 mmHg
HR: 107x/i
T: 36.3°C
SpO2: 98%
NGT A: 200 cc
NGT B: 100 cc
Drain A: -
Drain B: - IVFD RL:D5%:Kabiven 1:1:1
Pukul 20:30 WIB, pasien Drip metronidazole 1 fls/8 j
Senin, 05 Juli 2021
mengalami penurunan kesadaran Inj. Meropenem/8j
H+13, POD+11
disertai dengan dehidrasi Inj. Omeprazole/12 j
RBP
A: post op laparotomi Inj. Lasix 1 A/12 j
eksplorasi+adhesiolisis+repair Inj. Ondan/12 j
gaster a.i peritonitis ec perforasi
gaster + adhesive berat + sepsis+
AKI
P:
Guyur RL 2 kolf
Perbaiki KU
Pukul 20:30 WIB:
Pindah HCU
Cek KGDS
Guyur RL 2 Kolf
27

S: BAB (+), BAK (+), sadar


penuh, kentut (+)
O:
TD: 92/58 mmHg
HR: 108x/i
RR: 19x/i
T: 26.2°C
SpO2: 94%
NGT A: 700 cc
NGT B: 400 cc
Drain A: 300 cc
Drain B: 200 cc IVFD RL:D5%:Kabiven 1:1:1
Selasa, 06 Juli 2021 s/l ar abdomen Drip metronidazole 1 fls/8 j
H+14, POD+12 I: distensi (-) Inj. Meropenem/8j
HCU Arafah P: peristaltik (+) Inj. Omeprazole/12 j
P: soepel, nyeri tekan Inj. Lasix 1 A/12 j
A: timpani Inj. Ondancetron/12 j
A: post op laparotomi
eksplorasi+adhesiolisis+repair
gaster a.i peritonitis ec perforasi
gaster + adhesive berat + sepsis+
AKI
P:
Evaluasi produksi drain
Guyur RL 1 kolf
Puasa sementara
Aff NGT, pasang ngt dekompresi
Cek DR dan elektrolit
Rabu, 07 Juli 2021 S: IVFD RL:D5%:Kabiven 1:1:1
H+15, POD+13 Nyeri perut (+), KU lemah, stoma Drip metronidazole 1 fls/8 j
HCU Arafah bocor, mata ikterik, BAB (-), Inj. Meropenem/8j
Kentut (+) Inj. Omeprazole/12 j
O: Inj. Lasix 1 A/12 j
TD: 99/45 mmHg Inj. Ondan/12 j
HR: 107x/i
RR: 38x/i
T: 22.7°C
SpO2: 99%
Urin output: 700 cc
Drain A: 350 cc
Drain B: 70 cc
s/l ar abdomen
I: distensi (-)
P: peristaltic (+)
P: soepel, nyeri tekan
A: timpani
28

A: post op laparotomi
eksplorasi+adhesiolisis+repair
gaster a.i peritonitis ec perforasi
gaster + adhesive berat + sepsis+
AKI
P:
Susul hasil lab
Ganti kateter urin
Cek albumin
Cek elektrolit
Evaluasi urin output
Diet lunak via oral
S:
Lemas (+)
BAB (-), BAK (+)
O:
TD: 103/47
HR: 111 x/i
RR: 29x/i
SpO2: 96%
T: 26.5°C
Urine output: 1550 cc IVFD RL:D5%:Kabiven 1:1:1
Drain A: 500 cc Drip metronidazole 1 fls/8 j
Selasa, 08 Juli 2021
Drain B: 30 cc Inj. Meropenem/8j
H+16, POD+14
A: post op laparotomi Inj. Omeprazole/12 j
HCU Arafah
eksplorasi+adhesiolisis+repair Inj. Lasix 1 A/12 j
gaster a.i peritonitis ec perforasi Inj. Ondan/12 j
gaster + adhesive berat + sepsis+
AKI
P:
Rujuk ke RSUD ZA dengan
indikasi general peritonitis ec
perforasi gaster+adhesi intestinal
berat, post post op laparotomi
eksplorasi+adhesiolisis+repair
gaster
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Tinjauan Pustaka Perforasi Gaster


3.1.1 Definisi
Perforasi gaster merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan destruksi
pada dinding pada organ gaster yang mengakibatkan adanya hubungan antara
lumen gaster dan kavitas peritoneum. Jika perforasi terjadi secara akut, maka
reaksi inflamasi tidak menimbulkan keluhan klinis yang khas, berbeda jika
perforasi terbentuk secara kronis, maka pasien akan mengeluhkan gejala lokal
yang menandakan adanya proses inflamasi. Perforasi yang terjadi pada dinding
gaster, menyebabkan keluarnya cairan lambung menuju ke kavum peritoneum dan
mengakibatkan peritonitis kimiawi (5).

3.1.2 Epidemiologi
Perforasi gaster merupakan salah satu penyakit kegawatdaruratan yang
rumit di bidang bedah. Perforasi gaster dapat terjadi pada semua kelompok usia,
dimana trauma merupakan penyebab terbanyak dari perforasi gaster yang terjadi
pada anak. Sedangkan pada orang dewasa, riwayat ulkus peptikum merupakan
penyebab utama dari perforasi gaster (5). Perforasi gaster di Indonesia
berdasarkan data dari BPPK departemen kesehatan pada tahun 2008 merupakan
penyebab kematian terbanyak nomor 10 dari laki-laki berusia 45 – 54 tahun (6).
Angka kejadian perforasi gaster pada negara berkembang dipengaruhi oleh faktor-
faktor sosiodemografi, dimana pada negara berkembang, angka kejadian perforasi
gaster cenderung terjadi pada laki-laki usia muda disertai dengan riwayat merokok
(7).

3.1.3 Etiologi dan Faktor risiko


Penyebab perforasi gaster terbagi menjadi dua proses, yaitu:
Spontan

29
30

a. Ulkus peptikum: merupakan penyebab terbanyak dari perforasi gaster,


dimana setidaknya terdapat 10 – 15% pasien ulkus peptikum yang
berlanjut menjadi perforasi gaster (6). Ulkus peptikum dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penggunaan OAINS (obat anti
inflamasi non steroid). Mekanisme terapetik dari OAINS yaitu
menghambat biosintesis derivat prostanoid yang dihasilkan melalui
konversi isoenzim siklooksigenase (COX). OAINS menghambat
biosintesis COX-1 dan 2 yang mengakibatkan penurunan sekresi
prostaglandin serta efek sitoprotektifnya yang mengakibatkan cedera
pada mukosa gaster (8). Hal ini dapat terjadi dalam 4 fase. Fase pertama
dimulai dengan penurunan sekresi mukus dan bikarbonat oleh sel epitel
gaster yang mengakibatkan berkurangnya fungsi protektif pada gaster
dan duodenum. Fase kedua, OAINS meningkatkan sekresi asam
lambung dan proliferasi sel mukus. Fase ketiga mulai terjadi penurunan
aliran darah kepada gaster akibat berkurangnya sekresi COX-1.
Penurunan sekresi COX-1 menyebabkan vasokontriksi dan
berkurangnya aliran darah dan nekrosis sel epitel. Fase terakhir, yaitu
fase kerusakan mikrovaskular akibat agregasi platelet dan mekanisme
koagulasi (6).
b. Merokok: menyebabkan peningkatan produksi asam lambung, refleks
gastroduodenal dan menurunkan produksi prostaglandin di
gastroduodenum dan produksi bikarbonat di pankreatikoduodenal. Hal
ini meningkatkan risiko kejadian ulkus peptikum (9). Faktor risiko lain
yang dapat menimbulkan ulkus peptikum meliputi (10):
Faktor risiko
Infeksi H. pylori
Ulkus marginal setelah tindakan pembedahan bariatrik
Pengguna kokain dan metamfetamin
Gastrinoma
Pasien dengan penyakit kritis
Steroid
Diet tinggi garam
Alkohol
Kemoterapi dengan bevacizumab

30
31

c. Perforasi tumor
d. Volvulus gaster
e. Hiatus pada hernia strangulate
f. Keadaan atau penyakit yang mengakibatkan proses iskemia.
Trauma
a. Pasca tindakan pembedahan
b. Komplikasi endoskopi/percutaneous endoscopy gastrotomy (PEG)
c. Ventriculoperitoneal (VP) shunt
d. Benda asing
e. Luka tusuk
f. Trauma tumpul abdominal

3.1.4 Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis harus meliputi pertanyaan terkait gejala klinis pada pasien,
riwayat nyeri abdomen dan dada, riwayat pemasangan alat medis
sebelumnya (NGT, endoskopi), riwayat trauma dan pembedahan, riwayat
pernah atau tidaknya ingesti benda asing, dan riwayat penggunaan obat.
Secara umum, pasien dengan perforasi gaster akan mengeluhkan adanya
distensi abdomen disertai dengan nyeri abdomen dan/atau dada yang
timbul secara mendadak, muntah, hematemesis atau hematochezia,
demam, dan beberapa mengeluhakan gejala ileus. Perforasi gaster yang
terjadi juga dapat menimbulkan iritasi pada diafragma yang
mengakibatkan terdapat penjalaran nyeri sampai ke bagian bahu. Pasien
juga dapat disertai dengan sepsis, terutama pada pasien dengan keadaan
immunosupresi, usia lanjut, dan pasien dengan komorbid penyakit lain
(5,11).

31
32

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien akan menunjukkan takikardi, takipnea,
demam, abdominal generalized tenderness. Suara peristaltik dapat
menurun ataupun tidak terdengar sama sekali (5).

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis perforasi gaster
yaitu dapat dilihat melalui gambaran udara bebas di gaster, dan
berkurangnya udara bebas di bagian distal usus. Pemeriksaan meliputi
a. Pemeriksaan laboratorium pada pasien perforasi gaster terutama yang
diakibatkan oleh ulkus peptikum dilakukan untuk menyengkirkan
diagnosis banding, seperti pankreatitis akut, dan bukan digunakan
sebagai pertimbangan untuk penegakkan diagnosis utama. Pemeriksaan
laboratorium pada pasien perforasi gaster yang diakibatkan oleh ulkus
peptikum akan menunjukkan peningkatan yang tidak terlalu tinggi dari
serum amilase. Sedangkan pada pankreatitis akut, peningkatan serum
amilase dapat mencapai lebih dari 4 kali nilai normal (12).
b. Foto polos abdomen memiliki sensitivitas sebesar 50 – 70% untuk
menilai dan menegakkan diagnosis pneumoperitoneum (rigler’s sign).
c. USG
d. CT-Scan akan memperlihatkan gambaran pneumoperitoneum, udara di
mesenterium, diskontinuitas dinding organ berongga di abdomen,
cairan bebas di intraabdomen, penebalan dinding dan edema saluran
cerna, dan hematoma mesenterium (5).

3.1.5 Tatalaksana
Tatalaksana awal meliputi resusitasi cairan, terapi oksigen, cairan
intravena, dan pemberian antibiotik spektrum luas. Tatalaksana lain yang dapat
diberikan pada pasien diantaranya pemasangan NGT dan kateter urin yang
bertujuan untuk pemantauan output cairan pasien. Pemberian analgetik dan terapi
pump proton inhibitor dapat diberikan pada pasien atas indikasi yang tepat.

32
33

Antibiotik yang diberikan merupakan antibiotik spektrum luas, mencakup


metronidazole, sefalosporin, atau golongan aminoglikosida.
Tindakan pembedahan emergency merupakan tindakan utama dan
diindikasikan pada sebagian besar kasus perforasi. Tindakan pembedahan yang
dapat dilakukan terbagi atas (5):
a. Primary repair: defek biasanya akan ditutup melalui jahitan, biasanya
dilakukan pada perforasi gaster akibat suatu proses traumatik.
b. Graham patch repair: defek ditutup dengan bagian omentum yang
memiliki vaskularisasi yang baik.
c. Modified graham patch repair: defek ditutup terlebih dahulu dengan
jahitan, kemudian di flap dengan omentum.
d. Wedge resection: bagian yang mengalami perforasi akan direseksi dan
kemudian dipisahkan dari jaringan yang sehat. Biasanya dilakukan pada
perforasi yang besar dan melebihi tautan gastroesofagus atau pilorus
gaster.
Tindakan pembedahan rekonstruksi pada gaster dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa pilihan, seperti:
a. Billroth I: gastroduodenostomi, yaitu membentuk anastomosis antara
bagian gaster yang tersisa dan duodenum.
b. Billroth II: gastrojejunostomi, yaitu membentuk anastomosis dari
masing-masing sisi dari bagian gaster yang tersisa dan jejenum dengan
penutupan ujung duodenum.
c. Roux-en-Y gastrojejunostomy

3.1.6 Prognosis
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis dan risiko
mortalitas pada pasien dengan perforasi gaster, beberapa diantara (5,13):
a. Pasien dengan penyakit komorbid lain (contoh: gagal ginjal akut,
diabetes)
b. Usia lanjut
c. Komplikasi penyerta lain

33
34

d. Tipe dan lokasi perforasi


e. Pasien dengan skor ASA 3 – 5
f. Pasien dengan nilai albumin yang rendah
g. NSAID dan steroid
h. Pasien yang disertai dengan syok

3.1.7 Komplikasi
Komplikasi meliputi infeksi pada tempat penyembuhan luka, sepsis,
abnormalitas metabolit dan elektrolit, hipoksia yang mengakibatkan sebagian
besar pasien perforasi gaster akan distress pernapasan akut, dan komplikasi
intraoperative lain. Sepsis yang terjadi pada pasien pasca tindakan pembedahan,
dapat dilakukan penatalaksanaan menurut World Surgery Emergency Society
(WSES) dengan menganut pola manajemen sepsis yaitu melakukan resusitasi,
pemberian terapi antimikroba spektrum luas (seperti ceftriaxone dan
metronidazole), dan jika diperlukan kendali infeksi dengan .operasi laparotomi
(5,14,15).

3.2 Analisis kasus


Kasus Teori
1. Anamnesis a. Pasien berjenis kelamin laki-laki sesuai
Pasien laki-laki, 37 tahun, dengan data yang dikeluarkan oleh
datang ke dengan keluhan nyeri BPPK departemen kesehatan pada
di seluruh quadran abdomen tahun 2008 dimana perforasi gaster
disertai dengan muntah hebat cenderung terjadi pada laki-laki.
yang terus menerus sejak 4 hari Dimana pada negara berkembang
yang lalu. Pasien juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
merasakan adanya mual dan sosiodemografi, dimana pada negara
diketahui pasien juga belum berkembang, angka kejadian perforasi
BAB sejak 4 hari yang lalu, dan gaster cenderung terjadi pada laki-laki
urin bewarna pekat. usia muda disertai dengan riwayat
merokok.
b. Meskipun kejadian perforasi gaster
cenderung terjadi pada usia lanjut, usia
pasien 37 tahun juga merupakan salah
satu faktor risiko kejadian perforasi
gaster di negara berkembang. Hal ini
sesuai dengan teori dimana angka

34
35

kejadian perforasi gaster pada negara


berkembang cenderung terjadi pada
laki-laki usia muda, hal ini dipengaruhi
oleh faktor sosiodemografi.
c. Keluhan nyeri perut hebat dan muntah
yang dirasakan pasien sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mathur
et.al (2017). Hal ini sesuai teori yang
menjelaskan manifestasi tersering
perforasi gaster adalah nyeri perut hebat,
distensi abdomen, ileus, distres
pernapasan, demam, muntah, dan BAB
berdarah. Berdasarkan penelitian
Abdullah et al (2015), nyeri perut adalah
gejala yang paling umum dan ditemukan
pada semua pasien diikuti dengan muntah
yang terjadi pada 29 pasien (52,7%), dan
8 pasien (14,5%) mengalami distensi
abdomen.
2. Etiologi a. Salah satu terapi yang diberikan pada
a. Pasien memiliki riwayat gout arthritis merupakan OAINS.
gout arthritis yang telah OAINS diketahui mengakibatkan
terjadi dari beberapa tahun kejadian ulkus peptikum. Hal ini terjadi
yang lalu. Pasien sering akibat mekanisme terapetik dari
mengonsumsi obat-obatan OAINS yaitu menghambat biosintesis
yang dibeli sendiri di derivat prostanoid yang dihasilkan
apotik dan diberikan oleh melalui konversi isoenzim
mantri untuk menurunkan siklooksigenase (COX). OAINS
asam urat serta penghilang menghambat biosintesis COX-1 dan 2
nyeri. yang mengakibatkan penurunan sekresi
b. Merokok (+), pasien prostaglandin serta efek
merokok selama ±20 sitoprotektifnya yang mengakibatkan
tahun, dan mengonsumsi cedera pada mukosa gaster dan berakhir
±2 bungkus rokok per terbentuknya ulkus peptikum yang
hari. merupakan etiologi terbanyak dari
kejadian perforasi gaster.
b. Kebiasaan merokok pada pasien dengan
kejadian perforasi gaster sesuai dengan
teori yang menjelaskan kebiasaan
merokok mengakibatkan peningkatan
produksi asam lambung, refleks
gastroduodenal dan menurunkan
produksi prostaglandin di
gastroduodenum dan produksi
bikarbonat di pankreatikoduodenal. Hal
ini meningkatkan risiko kejadian ulkus
peptikum.

35
36

3. Manifestasi Klinis Keluhan yang terjadi pada pasien sesuai


Pasien mengeluhkan nyeri di dengan teori yang menjelaskan bahwa
seluruh quadran abdomen yang pasien dengan perforasi gaster akan
disertai dengan muntah hebat mengeluhkan adanya distensi abdomen
yang terus menerus sejak 4 hari disertai dengan nyeri abdomen dan/atau
yang lalu. Pasien juga dada muntah.
merasakan adanya mual dan
diketahui pasien juga belum
BAB sejak 4 hari yang lalu, dan
urin bewarna pekat.

4. Penatalaksanaan Hal ini sesuai dengan teori, dimana


Pada pasien dilakukan tindakan tindakan pembedahan emergency
merupakan tindakan utama dan
pembedahan laparotomi
diindikasikan pada sebagian besar kasus
eksplorasi, adhesiolisis, dan peritonitis yang disebabkan oleh perforasi
gaster. Tindakan pembedahan yang dapat
repair gaster (omental patch).
dilakukan terbagi atas:
- Primary repair: defek biasanya akan
ditutup melalui jahitan, biasanya
dilakukan pada perforasi gaster
akibat suatu proses traumatik.
- Graham patch repair: defek ditutup
dengan bagian omentum yang
memiliki vaskularisasi yang baik.
- Modified graham patch repair: defek
ditutup terlebih dahulu dengan
jahitan, kemudian di flap dengan
omentum.
- Wedge resection: bagian yang
mengalami perforasi akan direseksi
dan kemudian dipisahkan dari
jaringan yang sehat. Biasanya
dilakukan pada perforasi yang besar
dan melebihi tautan gastroesofagus
atau pilorus gaster.
5. Komplikasi Hal ini sesuai dengan teori dimana pasien
Komplikasi sepsis yang terjadi dengan perforasi gaster cenderung untuk
pada pasien yaitu diakibatkan mengalami beberapa komplikasi seperti
oleh peritonis e.c perforasi infeksi pada daerah luka, sepsis,
gaster. abnormalitas metabolit dan elektrolit, serta
hipoksia.
BAB IV
KESIMPULAN

36
37

Perforasi gaster merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan destruksi


pada dinding pada organ gaster yang mengakibatkan adanya hubungan antara
lumen gaster dan kavitas peritoneum. Hubungan tersebut jika tidak segera
dilakukan tatalaksana mengakibatkan keluarnya cairan asam lambung menuju
kavitas peritoneum yang kemudian merangsang proses inflamasi dan
mengakibatkan kejadian peritonitis. Penegakkan diagnosis peritonitis yang
disebabkan oleh perforasi pada gaster dapat ditegakkan melalui ananmesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Kasus ini melaporkan pasien laki-laki, berusia 37 tahun datang dengan
keluhan nyeri di seluruh quadran abdomen disertai dengan muntah hebat yang
terus menerus sejak 4 hari yang lalu. Pasien juga merasakan adanya mual dan
diketahui pasien juga belum BAB sejak 4 hari yang lalu, dan urin bewarna pekat.
Setelah melalui pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien kemudian dijadwalkan
untuk dilakukan tindakan laparotomi eksplorasi. Pada saat tindakan pembedahan
ditemukan adanya adhesi berat disertai dengan perforasi gaster, sehingga
dilakukan tindakan adhesiolisis dan repair gaster (omental patch). Sampai saat ini
pasien masih dalam perawatan di RSU Cut Meutia Aceh Utara, dan direncanakan
untuk dirujuk ke RSUD Dr. Zainoel Abidin untuk mendapatkan penatalaksanaan
lebih lanjut.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Cartwright SL, Knudson MP. Evaluation of acute abdominal pain in


adults. Am Fam Physician. 2008;77(7):971–8.

2. Mananna A, Tangel SJC, Prasetyo E. Diagnosis Akut Abdomen akibat


Peritonitis. e-CliniC. 2021;9(1):33–9.

3. William NS, Bulstrode CJK, O’connell PR. Bailey and Love’s Short
Practice of Surgery. 26th ed. Vol. 84, CRC Press. London; 2013. 193–193
p.

4. Freitas C, Rodrigues A, Carvalho MJ, Cabrita A. Chemical Peritonitis in A


Patient Treated with Icodextrin and Intraperitoneal Vancomycin.
Nefrologia. 2011 Sep 1 [cited 2021 Jun 27];31(5):625–6.

5. Sigmon DF, Tuma F, Kamel BG, Cassaro S. Gastric Perforation.


StatPearls. 2020. 405–410 p.

6. Koto K, Asrul A, A M. Characteristic of Gastric Perforation Type and The


Histopathology at Haji Adam Malik General Hospital Medan-Indonesia.
Bali Med J. 2016 Oct 14;5(1):186.

7. Sayuti M. Profil Perforasi Gaster di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh
Utara Periode Januari 2017-Desember 2018. J Kedokt Nanggroe Med.
2020;3(1):1–5.

8. Drina M. Peptic ulcer disease and non-steroidal anti-inflammatory drugs.


Aust Prescr. 2017/06/01. 2017 Jun 1;40(3):91–3.

9. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Kao LS, et
al. Schwartz’s Principles of Surgery. 11th ed. McGraw Hill; 2015. 392–
400 p.

10. Brown SP, Paterson HM. Core Topics in General and Emergency Surgery.
6th ed. Elsevier; 2019.

11. Malhotra A, Mathur AK, Gupta S. Early enteral nutrition after surgical
treatment of gut perforations: a prospective randomised study. J Postgrad
Med. 2004;50(2):102–6.

12. Weledji EP. An Overview of Gastroduodenal Perforation. Front Surg.


2020 Nov 9;7(November):1–10.

13. Søreide K, Thorsen K, Harrison EM, Bingener J, Møller MH, Ohene-

38
39

Yeboah M, et al. Perforated Peptic Ulcer. Lancet (London, England). 2015


Sep 26;386(10000):1288–98.

14. Sreelaxmi T, Badrinath T. Clinical Study and Management of Gastric


Perforation. Int J Contemp Med Res. 2018;5(1):5–8.

15. Jaya GI, Nurdin H, Hartomuljono A, Anestesi DI, Intensif P. Tatalaksana


Pasien Sepsis Pascaperforasi Gaster dengan Intra Abdominal Infection dan
Congestive Heart Failure Septic Patient Management Post Gastric
Perforation with Intra Abdominal Infection and Congestive Heart Failure.
Anesth Crit Care. 2017;35(3):184–90.

Anda mungkin juga menyukai