PERFORASI GASTER
Oleh :
Maulana Arya Jimbaran, S.Ked
2006112023
Preseptor :
dr. Syafruddin, Sp. B
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya dengan rahmat, karunia dan izinNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Perforasi Gaster” sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit
Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada dr. Syafruddin, Sp. B sebagai pembimbing yang telah
meluangkan waktunya memberi arahan kepada penulis selama mengikuti KKS di
bagian/SMF Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten
Aceh Utara.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
lapkas ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan lapkas ini. Semoga
lapkas ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB 2 LAPORAN KASUS...................................................................................2
2.1 Identitas Pasien...................................................................................2
2.2 Anamnesis...........................................................................................2
2.3 Pemeriksaan Fisik...............................................................................4
2.4 Pemeriksaan Penunjang......................................................................6
2.5 Resume.............................................................................................13
2.6 Penatalaksanaan................................................................................13
2.7 Follow Up.........................................................................................15
BAB 3 PEMBAHASAN.......................................................................................30
3.1 Tinjauan Pustaka Perforasi Gaster.................................................30
3.2 Analisis kasus.................................................................................35
BAB 4 KESIMPULAN........................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri akut abdomen merupakan salah satu kondisi yang sering terjadi,
dimana keadaan ini menduduki 5% kasus dari seluruh total kasus sebagai
penyebab kunjungan pasien ke instalasi gawat darurat (IGD) di rumah sakit (1).
Penyebab nyeri akut abdomen sendiri bervariasi, mulai dari penyebab ringan
sampai keadaan mengancam jiwa yang memerlukan penanganan segera, salah
satunya yaitu peritonitis. Peritonitis merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai
dengan inflamasi pada selaput serosa (peritoneum) dan organ yang terkandung di
dalamnya (2). Peritonitis dapat dibagi menjadi peritonitis bakterial (terbagi lagi
menjadi peritonitis primer, sekunder, dan tersier), peritonitis kimia, peritonitis
alergi, peritonitis bilier, peritonitis traumatik, peritonitis iskemik, dan peritonitis
penyebab lain (3,4). Peritonitis sekunder dihasilkan oleh perforasi secara langsung
dari organ solid maupun organ berongga di gastrointestinal maupun organ traktus
urogenital ke peritoneum, sehingga terjadi infeksi polimikrobial.
Perforasi gastrointestinal merupakan penyebab umum dari akut abdomen
dan salah satu kondisi emergensi yang sering terjadi di seluruh dunia dengan
angka kematian mencapai 30% dan angka kesakitan sampai 50%. Perforasi gaster
dapat disebabkan secara spontan ataupun melalui proses traumatik. Ulkus
peptikum merupakan penyebab terbanyak yang mengakibatkan perforasi gaster.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Nyeri di seluruh quadran abdomen disertai muntah terus menerus bewarna
kuning sejak 4 hari yang lalu.
2.2.2 Keluhan Tambahan
Mual, tidak bisa kentut dan BAB sejak 4 hari yang lalu, urin bewarna
pekat.
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. W, laki-laki, 37 tahun, datang ke RSUD Muyang Kute pada
tanggal 23 Juni 2021 pukul 18:00 WIB dengan keluhan nyeri di seluruh
quadran abdomen disertai dengan muntah hebat yang terus menerus sejak
2
3
4 hari yang lalu. Pasien juga merasakan adanya mual dan diketahui pasien
juga belum BAB sejak 4 hari yang lalu dan urin bewarna pekat. Kemudian
pasien dirujuk dari RSUD Muyang Kute ke IGD RSUD Cut Meutia
Lhokseumawe pada tanggal 23 Juni 2021 pukul 20:30 WIB, dalam
keadaan umum lemas dan nyeri di seluruh quadran abdomen.
2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu (termasuk operasi)
Riwayat gejala serupa : disangkal
Penyakit lain : pasien memiliki riwayat gout arthritis yang
telah terjadi dari beberapa tahun yang lalu.
Operasi sebelumnya : telah menjalani 2 kali pembedahan untuk
pengangkatan untuk Gout Arthritis.
Hipertensi : disangkal
Diabetes Mellitus : disangkal
Keganasan : disangkal
Trauma : pernah mengalami riwayat trauma akibat
kecelakaan lalu lintas beberapa tahun yang
lalu
2.2.5 Riwayat Penyakit di Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan dan penyakit serupa, tetapi Ibu
pasien merupakan pasien diabetes melitus selama 8 tahun.
2.2.6 Riwayat Penggunaan Obat
Berdasarkan keterangan keluarga, pasien sering mengonsumsi banyak obat
yang didapatkan dari apotik dan mantri, dan obat yang sering dikonsumsi
yaitu obat asam urat beserta obat anti nyeri.
2.2.7 Riwayat Pekerjaan, Sosial, dan Ekonomi
Pasien hidup bersama istri dan dua orang anak. Diketahui sebelum menjadi
buruh pemetik kopi, pasien pernah bekerja sebagai buruh bebas
pengangkat barang selama beberapa tahun.
2.2.8 Riwayat Kebiasaan
Merokok (+), pasien merokok selama ±20 tahun, dan mengonsumsi ±2
bungkus rokok per hari. Selama pasien bekerja menjadi buruh bebas
4
Mulut : sianosis (-), ulcer oral (-), mukosa pucat (+), selaput
mukosa
kering (+), lidah kotor (-), karies gigi (-/-)
3. Leher
KGB : tidak ada pembesaran
Tiroid : tidak ada pembesaran
JVP : tidak ada pembesaran
4. Thorax
Jantung
I : Ictus cordis dapat terlihat di ICS V
P : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicularis sin.
P : Batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternal dex.
Batas jantung kiri pada ICS V line midclavicularis sin.
A : BJ I/II normal, regurgitasi mitral (-), gallop (-)
Paru
I : pernapasan cepat, simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P : tidak ada retraksi dinding dada, simetris, tidak ditemukan
adanya nyeri tekan dan massa, taktil fremitus kanan=kiri
P : sonor pada kedua lapang paru
A : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
5. Abdomen
I : distensi (+), organomegali (-)
P : soepel, nyeri tekan (+)
P : timpani
A : bising usus (-)
6. Ekstremitas
+ +
Akral hangat :
+ +
+ +
Tofus :
+ +
-
Oedema : - -
- -
7. Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan.
2.4.2 EKG
11
2.5 Resume
Pasien datang ke IGD RS Cut Meutia dengan keluhan keluhan nyeri di
seluruh quadran abdomen disertai dengan muntah hebat yang terus menerus sejak
4 hari yang lalu. Pasien juga merasakan adanya mual dan diketahui pasien juga
belum BAB sejak 4 hari yang lalu, dan urin bewarna pekat. Pemeriksaan fisik
pada pasien menunjukkan keadaan umum lemah dengan kesadaran compos mentis
(E4V5M6), dengan tekanan darah 130/90 mmHg, rasio respirasi 22 x/menit, nadi
88 x/menit, SpO2 98% dan suhu tubu 32,1°C. pemeriksaan fisik abdomen
didapatkan adanya distensi abdomen yang disertai dengan nyeri tekan pada
seluruh lapang abdomen dan bising usus tidak terdengar. Pada ekstremitas atas
dan bawah juga ditemukan tofus.
13
2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Pre OP
Non medikamentosa
Pasien dipuasakan
Pasang NGT
Pasang Kateter
EKG
Foto BFO
Persiapkan darah 2 kolf
Konsul Internist dan Anestesi
Rencana Laparotomi eksolorasi
Medikamentosa
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Fosmicin 1 A/12 j
Inj. Ranitidine 1A/12 j
Inj. Ketorolac 1A/8 j
Omperazole 40 mg/12 J
2.6.2 Post Op
Rawat ICU
Drain/24 jam
IVFD RL 30 gtt/i
Inj. Meropenem 1 g/8j
Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
Inj. Tramadol/8 jam
Inj.Paracetamol 1 fls/8 jam
Inj. Fentanyl 4 A dalam 50 cc NaCl 0,9%/24 jam
Laporan Operasi
1. Insisi midline lapis demi lapis
14
2.7 Follow Up
Hari Rawatan SOAP Terapi
Rabu, 23 Juni 2021 S: nyeri seluruh lapang abdomen IVFD RL 20 gtt/i
H+1, Pre operative O: Inj. Fosmicin 2 gr/12 jam
TD: 130/90 Inf. metronidazole 500 mg/8 j
RR: 22 x/menit Inj omeprazole 40 mg/12 jam
Nadi: 88 x/menit Drip paracetamol 1 fls/8 jam
SpO2: 98% Inj. Ceftriaxone/12 j
Temp: 32,1°C Inj. Kalnex/8 j
s/l ar abdomen: Inj ketorolac/8 j
I: distensi (+)
P: soepel
P: timpani
A: Bising Usus (-)
A: Peritonitis generalisata ec
perforasi gaster
P:
15
Puasakan
Pasang kateter
Konsul anestesi dan penyakit
dalam
Persiapan darah 2 kolf
Operasi besok, 24 Juni 2021
S: nyeri seluruh perut, muntah ↓
O: s/l ar abdomen,
I: distensi (+)
P: soepel
P: timpani
A: Bising Usus (-)
Input: RL 540 cc, metronidazole
200 cc, paracetamol 200 cc
Output:
Urin: 1200 cc + 2000 cc
Drain A: -
Drain B: 250 cc IVFD RL 30 gtt/i
NGT A: 250 cc Inj. Meropenem 1 g/8j
Kamis, 24 juni 2021 NGT B: - cc Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
H+2, Post operative A: post op laparotomi Inj. Tramadol/8 jam
ICU eksplorasi+adhesiolisis+repair Inf.Paracetamol 1 fls/8 jam
gaster a.i peritonitis ec perforasi Inj. Fentanyl 4 A dalam 50 cc
gaster + adhesive berat + sepsis+ NaCl 0,9%/24 jam
AKI
P:
Rawat ICU
Drain/24 jam
IVFD RL 30 gtt/i
Inj. Meropenem 1 g/8j
Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
Inj. Tramadol/8 jam
Inj.Paracetamol 1 fls/8 jam
Inj. Fentanyl 4 A dalam 50 cc
NaCl 0,9%/24 jam
Jum’at, 25 Juni 2021 S: gangguan rasa nyaman IVFD RL 30 gtt/i
H+3, POD+1 O: Inf. Metronidazole 1 fls/8 j
ICU TD: 137/70 mmHg Inf. Paracetamol 1 fls/8 jam
RR: 25x/i Inj. Meropenem 1 g/8j
T: 36.7°C Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
SpO2: 102% Inj. Ondancetron 1A/12 j
Intubasi ETT (+), extubasi pukul Inj. Lasix 1A/12 j
12:00 Inj. Tramadol/8 jam
Pagi Inj. Santagesik 1A: aff
Input: RL 540 cc Inj. Fenitoin 4 A dalam 50 cc
Output: NaCl 0,9%/24 jam
16
Urin: 800 cc
Drain A: -
Drain B: 50 cc
NGT A: 150 cc
NGT B: 100 cc
Sore
Input: RL 300 cc, metronidazole
100 cc, paracetamol 100 cc
Output:
Urin: 900 cc
Drain A: -
Drain B: 50 cc
NGT A: 100 cc
NGT B: 20 cc
Malam
Input: RL 760 cc
Output:
Urin: 800 cc
Drain A: 80 cc
Drain B: 200 cc
NGT A: 200 cc
NGT B: 200 cc
A: post op laparotomi
eksplorasi+adhesiolisis+repair
gaster a.i peritonitis ec perforasi
gaster + adhesive berat + sepsis+
AKI
P:
(Bedah)
Awasi KU
Balance Cairan
Terapi medikamentosa
dilanjutkan
GV
21
Senin, 28 Juni 2021 S: nyeri perut berkurang, BAB (+) IVFD RL:D5% 30 gtt/I
H+6, POD+4 O: Inf. Metronidazole 1 fls/8 j
ICU KU sedang Inf. Paracetamol 1 fls/8 jam
TD: 144/73 mmHg Inf. Kidmin 1 fls/hari
HR: 95 x/i Inj. Meropenem 1 g/12 j
RR: 20 x/i Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
T: 37°C Inj. Ondancetron 1A/12 j
s/l ar abdomen Inj. Tramadol 1A/12 j
I: distensi abdomen Inj. Lasix 1A/12 j
P: nyeri tekan (+)
P: timpani
A: peristaltic usus (+)
Pagi
Input: RL 540 cc, m/m: 10 cc
Output:
Urin: 300 cc
Drain A: -
Drain B: - cc
NGT A: 100 cc
NGT B: 30 cc
Sore
Input: RL 360 cc, metronidazole
100 cc, paracetamol 100 cc,
kidmin 200 cc, m/m 10 cc
Output:
Urin: 900 cc
Drain A: 10 cc
Drain B: - cc
NGT A: 300 cc
NGT B: 200 cc
Malam
Input: RL 500 cc, metronidazole
200 cc, paracetamol 100 cc, m/m
60 cc
Output:
Urin: 700 cc
Drain A: 400 cc
Drain B: 300 cc
NGT A: 350 cc
NGT B: 150 cc
A: post op laparotomi
eksplorasi+adhesiolisis+repair
gaster a.i peritonitis ec perforasi
gaster + adhesive berat + sepsis+
AKI
P:
22
A: post op laparotomi
eksplorasi+adhesiolisis+repair
gaster a.i peritonitis ec perforasi
gaster + adhesive berat + sepsis+
AKI
P:
Susul hasil lab
Ganti kateter urin
Cek albumin
Cek elektrolit
Evaluasi urin output
Diet lunak via oral
S:
Lemas (+)
BAB (-), BAK (+)
O:
TD: 103/47
HR: 111 x/i
RR: 29x/i
SpO2: 96%
T: 26.5°C
Urine output: 1550 cc IVFD RL:D5%:Kabiven 1:1:1
Drain A: 500 cc Drip metronidazole 1 fls/8 j
Selasa, 08 Juli 2021
Drain B: 30 cc Inj. Meropenem/8j
H+16, POD+14
A: post op laparotomi Inj. Omeprazole/12 j
HCU Arafah
eksplorasi+adhesiolisis+repair Inj. Lasix 1 A/12 j
gaster a.i peritonitis ec perforasi Inj. Ondan/12 j
gaster + adhesive berat + sepsis+
AKI
P:
Rujuk ke RSUD ZA dengan
indikasi general peritonitis ec
perforasi gaster+adhesi intestinal
berat, post post op laparotomi
eksplorasi+adhesiolisis+repair
gaster
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.2 Epidemiologi
Perforasi gaster merupakan salah satu penyakit kegawatdaruratan yang
rumit di bidang bedah. Perforasi gaster dapat terjadi pada semua kelompok usia,
dimana trauma merupakan penyebab terbanyak dari perforasi gaster yang terjadi
pada anak. Sedangkan pada orang dewasa, riwayat ulkus peptikum merupakan
penyebab utama dari perforasi gaster (5). Perforasi gaster di Indonesia
berdasarkan data dari BPPK departemen kesehatan pada tahun 2008 merupakan
penyebab kematian terbanyak nomor 10 dari laki-laki berusia 45 – 54 tahun (6).
Angka kejadian perforasi gaster pada negara berkembang dipengaruhi oleh faktor-
faktor sosiodemografi, dimana pada negara berkembang, angka kejadian perforasi
gaster cenderung terjadi pada laki-laki usia muda disertai dengan riwayat merokok
(7).
29
30
30
31
c. Perforasi tumor
d. Volvulus gaster
e. Hiatus pada hernia strangulate
f. Keadaan atau penyakit yang mengakibatkan proses iskemia.
Trauma
a. Pasca tindakan pembedahan
b. Komplikasi endoskopi/percutaneous endoscopy gastrotomy (PEG)
c. Ventriculoperitoneal (VP) shunt
d. Benda asing
e. Luka tusuk
f. Trauma tumpul abdominal
3.1.4 Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis harus meliputi pertanyaan terkait gejala klinis pada pasien,
riwayat nyeri abdomen dan dada, riwayat pemasangan alat medis
sebelumnya (NGT, endoskopi), riwayat trauma dan pembedahan, riwayat
pernah atau tidaknya ingesti benda asing, dan riwayat penggunaan obat.
Secara umum, pasien dengan perforasi gaster akan mengeluhkan adanya
distensi abdomen disertai dengan nyeri abdomen dan/atau dada yang
timbul secara mendadak, muntah, hematemesis atau hematochezia,
demam, dan beberapa mengeluhakan gejala ileus. Perforasi gaster yang
terjadi juga dapat menimbulkan iritasi pada diafragma yang
mengakibatkan terdapat penjalaran nyeri sampai ke bagian bahu. Pasien
juga dapat disertai dengan sepsis, terutama pada pasien dengan keadaan
immunosupresi, usia lanjut, dan pasien dengan komorbid penyakit lain
(5,11).
31
32
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien akan menunjukkan takikardi, takipnea,
demam, abdominal generalized tenderness. Suara peristaltik dapat
menurun ataupun tidak terdengar sama sekali (5).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis perforasi gaster
yaitu dapat dilihat melalui gambaran udara bebas di gaster, dan
berkurangnya udara bebas di bagian distal usus. Pemeriksaan meliputi
a. Pemeriksaan laboratorium pada pasien perforasi gaster terutama yang
diakibatkan oleh ulkus peptikum dilakukan untuk menyengkirkan
diagnosis banding, seperti pankreatitis akut, dan bukan digunakan
sebagai pertimbangan untuk penegakkan diagnosis utama. Pemeriksaan
laboratorium pada pasien perforasi gaster yang diakibatkan oleh ulkus
peptikum akan menunjukkan peningkatan yang tidak terlalu tinggi dari
serum amilase. Sedangkan pada pankreatitis akut, peningkatan serum
amilase dapat mencapai lebih dari 4 kali nilai normal (12).
b. Foto polos abdomen memiliki sensitivitas sebesar 50 – 70% untuk
menilai dan menegakkan diagnosis pneumoperitoneum (rigler’s sign).
c. USG
d. CT-Scan akan memperlihatkan gambaran pneumoperitoneum, udara di
mesenterium, diskontinuitas dinding organ berongga di abdomen,
cairan bebas di intraabdomen, penebalan dinding dan edema saluran
cerna, dan hematoma mesenterium (5).
3.1.5 Tatalaksana
Tatalaksana awal meliputi resusitasi cairan, terapi oksigen, cairan
intravena, dan pemberian antibiotik spektrum luas. Tatalaksana lain yang dapat
diberikan pada pasien diantaranya pemasangan NGT dan kateter urin yang
bertujuan untuk pemantauan output cairan pasien. Pemberian analgetik dan terapi
pump proton inhibitor dapat diberikan pada pasien atas indikasi yang tepat.
32
33
3.1.6 Prognosis
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis dan risiko
mortalitas pada pasien dengan perforasi gaster, beberapa diantara (5,13):
a. Pasien dengan penyakit komorbid lain (contoh: gagal ginjal akut,
diabetes)
b. Usia lanjut
c. Komplikasi penyerta lain
33
34
3.1.7 Komplikasi
Komplikasi meliputi infeksi pada tempat penyembuhan luka, sepsis,
abnormalitas metabolit dan elektrolit, hipoksia yang mengakibatkan sebagian
besar pasien perforasi gaster akan distress pernapasan akut, dan komplikasi
intraoperative lain. Sepsis yang terjadi pada pasien pasca tindakan pembedahan,
dapat dilakukan penatalaksanaan menurut World Surgery Emergency Society
(WSES) dengan menganut pola manajemen sepsis yaitu melakukan resusitasi,
pemberian terapi antimikroba spektrum luas (seperti ceftriaxone dan
metronidazole), dan jika diperlukan kendali infeksi dengan .operasi laparotomi
(5,14,15).
34
35
35
36
36
37
37
DAFTAR PUSTAKA
3. William NS, Bulstrode CJK, O’connell PR. Bailey and Love’s Short
Practice of Surgery. 26th ed. Vol. 84, CRC Press. London; 2013. 193–193
p.
7. Sayuti M. Profil Perforasi Gaster di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh
Utara Periode Januari 2017-Desember 2018. J Kedokt Nanggroe Med.
2020;3(1):1–5.
9. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Kao LS, et
al. Schwartz’s Principles of Surgery. 11th ed. McGraw Hill; 2015. 392–
400 p.
10. Brown SP, Paterson HM. Core Topics in General and Emergency Surgery.
6th ed. Elsevier; 2019.
11. Malhotra A, Mathur AK, Gupta S. Early enteral nutrition after surgical
treatment of gut perforations: a prospective randomised study. J Postgrad
Med. 2004;50(2):102–6.
38
39