Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

LOW BACK PAIN


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menjalankan Kepanitraan Klinik Senior
Bagian/SMF Ilmu Saraf
RSUD Meuraxa Banda Aceh

Pembimbing:
dr. Cut Diana Maya, M.Ked (N), Sp. S

Disusun Oleh:
Harliadi
21174053

BAGIAN SMF ILMU SARAF RSUD MEURAXA BANDA ACEH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA
UNIVERSITAS ABULYATAMA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan yang Maha Esa, karena atas anugerah
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul “LBP”. Laporan
kasus ini penulis susun sebagai bagian dari proses belajar penulis selama masa kepaniteraan
klinik di SMF Ilmu Saraf RSUD Meuraxa.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar besarnya
kepada dr. Cut Diana Maya (Neu), Sp. S selaku pembimbing karena telah meluangkan waktu
untuk membimbing penulis sehingga dapat meyelesaikan laporan kasus ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa masih ada keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dalam
penulisan tugas laporan kasus ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun supaya karya penulis dapat bermanfaat bagi kita semua kedepannya. Terima
Kasih.

Banda Aceh, 01 Juni 2022

Harliadi
18171028

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
LAPORAN KASUS...................................................................................................................2
2.1 IDENTITAS PASIEN.................................................................................................2
2.2 HASIL ANAMNESA..................................................................................................2
2.3 PEMERIKSAAN FISIK..............................................................................................3
2.4 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................9
2.5 Diagnosa....................................................................................................................10
2. 6 Penatalaksanaan.........................................................................................................10
2.7 Prognosis....................................................................................................................10
2.8 Followup ruangan......................................................................................................10
BAB III....................................................................................................................................15
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................15
3.1 Anatomi.....................................................................................................................15
3.2 Definisi......................................................................................................................16
3.3 Etiologi......................................................................................................................17
3.4 Patofisiologi...............................................................................................................19
3.5 Manifestasi Klinis......................................................................................................20
3.6 Diagnosis...................................................................................................................21
3.7 Diagnosis Banding....................................................................................................27
BAB IV....................................................................................................................................29
KESIMPULAN........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................30

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Low back pain merupakan gejala yang paling sering timbul di masyarakat kita.
Sekitar 60-80% dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu periode
nyeri    punggung bawah tanpa mengenal perubahan selama hidupnya tanpa mengenal
perbedaan umur dan jenis kelamin. 1  Low back  Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah
punggung antara sudut bawah kosta sampai lumbosakral. Nyeri bisa menjalar ke daerah lain
seperti punggung bagian atas dan pangkal  paha.  Low back pain (LBP) merupakan salah satu
gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Gejala
yang dirasakan pada penderita low back pain  bermacam-macam seperti nyeri rasa terbakar,
nyeri tertusuk, hingga kelemahan  pada tungkai.1
 Low back pain dapat menyebabkan penderita mengalami suatu disabilitas atau
keterbatasan fungsional dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan banyak kehilangan jam
kerja terutama dalam usia produktif.2 Dibeberapa negara maju, low back pain  merupakan
penyebab terbesar hilangnya  produktifitas  pada pekerja. Di Amerika Serikat LBP
merupakan keluhan yang sangat t umum dikeluhkan 4 dari 5 orang yang merupakan salah
satu penyebab dari ketidak hadiran pekerja.1
Di Indonesia prevalensi low back pain  belum diketahui secara pasti, berdasarkan
penelitian  di 14 rumah sakit pendidikan Indonesia pada bulan Mei 2002 jumlah penderita
nyeri sebanyak 4.456 orang (25% dari total kunjungan), dimana 1.589 orang (35,86%)
diantaranya adalah penderita low back pain. Data di RSUP Prof. R. D. Kandou Manado  pada
periode periode 1 Januari Januari 2017 sampai dengan 31 Desember Desember 2017
memperlihatkan memperlihatkan jumlah  penderita low back pain  sebanyak 2.409 dari total
13.055 pasien yang datang di Instalasi Rehabilitasi RSUD. Prof. Dr. R. D. Kandou pada
tahun 2017.2  
Low back pain  menjadi insiden kedua terbanyak dengan prevalensi 25%. Penelitian
mengemukakan bahwa low back pain  adalah konsekuensi logis dari  perkembangan  
manusia dari kuadriplegia menjadi bipedal sehingga walaupun etiologi low back pain  dapat
bervariasi dari yang paling ringan, misalnya kelemahan otot sampai yang  paling  paling berat
misalnya tumor ganas tetapi sebagian sebagian besar low back pain  dalam masyarakat adalah
akibat adanya faktor mekanik yang tidak menguntungkan tulang punggung bagian  bawah
dalam fungsinya untuk untuk menjaga posisi tegak tubuh maupun selama pergerakan tubuh.2

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Rusmawati
Usia : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lung Bata, Banda Aceh
Agama : Islam
Suku : Aceh
No RM : 021714
Masuk Rumah Sakit : 23 Mei 2022

2.2 HASIL ANAMNESA


1. Keluhan Utama
Nyeri Pingang kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
▫ Pasien datang ke RS Meuraxa dengan keluhan nyeri pinggang kiri yang dikeluhkan
memberat dalam beberapa hari ini, menjalar hingga ke tungkai kiri. Keluhan sudah
mulai dirasakan sejak 1 bulan lalu, keluhan setiap harinya memberat dan membaik
jika istirahat tetapi muuncul kembali saat beraktivitas, terkadang mengatur posisi tidur
juga terasa nyeri, pasien tidak mengeluhkan adanya riwayat trauma, keluhan lainnya
seperti nyeri bagian tubuh lain disangkal, tidur kadang terganggu, nafsu makan
menurun (-), demam (-).
2. Riwayat Penyakit Dahulu :
Disangkal
3. Riwayat Penyakit keluarga
 Hipertensi : disangkal
 Stroke : disangkal
 Penyakit Jantung : disangkal
 Diabetes : disangkal
4. Riwayat penggunaan obat (-)
5. Riwayat Kebiasaan
Makan kurang teratur, aktivitas fisik kurang

2
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
A. Status generalis
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 M6 V5
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 132/81 mmHg
- Nadi : 70 x/i
- Suhu : 36  C
- Respirasi Rate : 20 x/i
- Saturasi O2 : 90 %
B. Status Internus
- Kepala/leher
 Normocephali
 Wajah tidak simetris
 Deformitas (-)
 Bengkak (-)
 Pembesaran KGB -/-
 Pembesaran kelenjar tiroid -/-
- Mata
 Konjungtiva anemis -/-
 Sklera ikterik -/-
 Reflek Cahaya +/+
 Pupil isokor +/+
- Telinga/hidung
 Deformitas (-)
 nyeri (-)
 Secret/ darah (-)
 Septum nasi berada ditengah
- Mulut/faring
 Mukosa tidak pucat, hiperemis
 Tonsil T1/T1

3
 Uvula ditengah
- Thorax
 Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal,pergerakan kedua dada simetris
Palpasi : Tactile fremitus simetris, sama kuat
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-

 Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba,
Perkusi : Pekak, batas jantung normal
Auskultasi : BJ I >BJ II, murmur, (-) gallop (-)
 Ekstremitas
Akral ekstremitas atas bawah hangat (+)
Kekuatan motoric : 5555|5555
5555|5555

C. Status Neurologis
 Pemeriksaan N. Cranialis

N. I (Oculomotorius)
Pemeriksaan Saraf
Kanan Kiri
Kranialis

Daya Penghidu Normosomia Normosomia

N. II ( Opticus)
Pemeriksaan Saraf
Kanan Kiri
Kranialis
Ketajaman Penglihatan
Normal Normal
(visus)
Lapangan pandang Normal Normal
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

4
Pengenalan Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N. III (Okulomotorius)
Pemeriksaaan Saraf Kranial Mata Kanan Mata Kiri
Ptosis (-) (-)
Pupil
- Bentuk
- Diameter Bulat, isokor Bulat, isokor
- Reflek Cahaya 3 mm 3 mm
a. Langsung (RCL)
b. Tidak langsung (+) (+)
(RCTL) (+) (+)

Gerakan Bola Mata


- Atas (+) (+)
- Bawah (+) (+)
- Medial (+) (+)
- Medial Atas (+) (+)

N.IV (Throklearis)
Pemeriksaan Saraf kranialis Mata Kanan Mata Kiri
Posisi bola mata
(+) (+)
(strabismus divergen)
Gerakan bola mata
(+) (+)
- Medial ke bawah

N.V (Trigeminus)
Pemeriksaan Saraf Kranialis Kanan Kiri
Sensibilitas
- Oftalmikus (+) (+)
- Maksila (+) (+)
- Mandibula (+) (+)
Mengunyah (+) (+)

5
Reflek Kornea (+) (+)

N. VI (Abdusens)
Pemeriksaan Saraf
Mata Kanan Mata Kiri
Kranialis
Posisi bola mata
(+) (+)
(strabismus divergen)
Gerakan bola mata
(+) (+)
- Lateral

N. VII (Facialis)
Pemeriksaan Saraf Kranialis Kanan Kiri
Motorik
- Mengangkat alis (+) (+)
- Menyeringai (+) (+)
- Meniup (+) (+)
- Memperlihatkan gigi (+) (+)
- Sudut bibir (+) (+)
Sensorik
- Daya kecap lidah 2/3 Tidak dilakukan Tidak dilakukan
anterior
- Sekresi air mata Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N. VIII (Vestibulotrochlearis)
Pemeriksaan Nervus
Kanan Kiri
Kranialis
Nervus cochlearis
- Gesekan Jari Normal Normal
- Tes rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Tes Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus vestibularis
(+) (+)
- Nystagmus

6
N. IX (Glossofaringus) dan N. X (Vagus)
Uvula Simetris
Reflex muntah (+/+)
Daya kecap lidah 1/3 posterior Tidak dilakukan

N. IX (Aksesorius)
Pemeriksaan Nervus
Kanan Kiri
Kranialis
Memalingkan Kepala (+) (+)
Meangkat bahu (+) (+)

N. XII (Hypoglosus)

Deviasi Lidah (-)

Atrofi Lidah (-)

Kekuatan otot lidah Normal

 Pemeriksaan Motorik, Sensorik, Reflex


Anggota Gerak Atas
Pemeriksaan Anggota Gerak Atas Kanan Kiri
Motorik
 Pergerakan Normal Normal
 Kekuatan 55555 55555
 Tonus Normal Normal
Sensibilitas
 Taktil (+) (+)
 Nyeri (-) (-)
Refleks fisiologis
 Biseps (+) (+)

7
 Triceps (+) (+)
 Brachioradialis (+) (+)
Refleks patologis
 Tromner (-) (-)
 Hoffman (-) (-)

Anggota Gerak Bawah


Kanan Kiri
Motorik
 Pergerakan Normal Normal
 Kekuatan 5555 5555
 Tonus Normal Normal
Sensibilitas
 Taktil (raba) (+) (+)
 Nyeri (-) (-)
Refleks fisiologis
 Patella (+) (+)
 Achilles (+) (+)
Refleks patologis
 Oppenheim (-) (-)
 Babinski (-) (-)
 Chaddock (-) (-)
 Schaeffer (-) (-)
 Gordon (-) (-)
 Gonda (-) (-)
 Bing (-) (-)
 Rosolimo (-) (-)

 Pemeriksaan Koordinasi gait keseimbangan:


▪ Cara berjalan : Tidak dilakukan pemeriksaan
▪ Romberg-Tes : Tidak dilakukan pemeriksaan
▪ Dysmetria : Tidak dilakukan pemeriksaan

8
▪ Tes tunjuk hidung :Tidak dilakukan pemeriksaan
 Pemeriksaaan Saraf Otonom:
 Miksi : Normal
 Defekasi : Normal
 Sekresi Keringat : Normal
 Pemeriksaan Ransangan Meningeal:
 Kaku kuduk : (-)
 Lasegue sign : (+/+)
 Kernig sign: (+/+)
 Brudzinski I : (-)
 Brudzinksi II : (-)
2.4 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium

DARAH RUTIN HASIL


Hemoglobin 11.9 g/dl (L)
Eritrosit 3.97 uL
Hematokrit 35.2% (L)
MCV 89.2 fl
MCH 28,8 PG
MCHC 30 g/dL
Leukosit 6.8 10^3/ul
Eusinofil 3.7 %
Basofil 0.7 %
Neutrofil 60.4 %
Limfosit 23.1 %
Monosit 8.3 % (H)
Trombosit 320 10^3/ul

Hasil Pemeriksaan Kimia Klinis


Kimia klinik Hasil
Ureum 23 mg/ dl
Creatinin 0.8 mg/dl

9
Glukosa ad random 84 mg/dl
Natrium 140 mmol/L
Kalium 3.8 mmol/L
Chlorida 110 mmol/L (H)

2.5 Diagnosa
a. Diagnosa klinis : Low Back pain
b. Diagnosa topis : Vertebrae Lumbal
c. Diagnosa etiologi : Osteofit vertebrae lumbalis
d. Diagnosis Kerja : Radiculopathy Lumbalis

2. 6 Penatalaksanaan
a. IVFD Ringer Lactat 2gtt/i
b. Inj. Mecobalamin 500 mg/12 jam
c. Inj. Omeprazole vial/24 jam
d. Inj. Ketorolac 1A/ 8 jam
e. Eperison 2x1
f. Pregabalin 2x75

2.7 Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : bonam

2.8 Follow up ruangan

23/5/22 S : keluhan nyeri pinggang kiri (+) Th/


- Berdenyut (+)
- Kebas kedua tangan(+), pusing  IVFD RL Iv 20 gtt/i
(+), mual muntah (-)  Inj. Ketorolac 1 A/8 j
- Susah duduk (+)  Inj. Omeprazole iv/12 j
- Nafsu makan menurun  Eperison 2x1
O :  Pregabalin 2x75 mg

10
 / K/U Baik
 TD : 120/80 mmHg
 RR : 22 x/i
 N : 75 x/i
 T : 36,5oC
 GCS : E4 V5 M6 (CM)
 Motorik: 5555 | 5555
5555 | 5555

A : Radiculopathy Lumbalis

24/5/22 S : keluhan nyeri pinggang kiri (+) Th/


- Berdenyut (+)
- Kebas kedua tangan(+), pusing  IVFD RL Iv 20 gtt/i
(+), mual muntah (-)  Inj. Ketorolac 1 A/8 j
- Susah duduk (+)  Inj. Omeprazole iv/12 j
 Eperison 2x1
O :  Pregabalin 2x75 mg
 K/U Sedang
 TD : 120/80 mmHg
 RR : 22 x/i
 N : 75 x/i
 T : 36,6oC
 GCS : E4 V5 M6 (CM)
 Motorik:
5555 | 5555
5555 | 5555

A : Radiculopathy Lumbalis

11
25/5/22 S : - keluhan nyeri pinggang kiri (+) Th/
- Berdenyut (+) IVFD RL 20 gtt/I
- Kebas kedua tangan (+), pusing Inj. Ketorolac 1 A /8j
(-), mual muntah (-) Inj. Mecobalamin /8 j
- Susah duduk (+) Inj. Ranitidin 1 A
O : Eperison 2x1
 K/U Baik Pregabalin 2x75 mg
- TD : 116/69 mmHg
- RR : 22 x/i
- N : 68 x/i
- T : 36,6oC
- GCS : E4 V5 M6 (CM)
- Motorik: 5555 | 5555
4444| 5555
A : Radiculopathy Lumbalis

26/5/22 S : - keluhan nyeri pinggang kiri (+) Th/


- Berdenyut (+) IVFD RL 20 gtt/i
- Kebas kaki kir (+), kenbas Inj. Ketorolac 1 A/8j
kedua tangan (+) pusing Inj. Omeprazole 1 vial/12 j
(-), mual muntah (-) Inj. Mecobalamin /8j
- Susah duduk (+) Inj. Ranitidin 1 A
O : Epirison 2x1
K/U Baik Pregabalin 2x75
- TD : 130/73mmHg
- RR : 19 x/i
- N : 67 x/i
- T : 36,6 oC
- GCS : E4 V5 M6 (CM)
- Motorik: 5555 | 5555

12
5555 | 5555
A : Radiculopathy Lumbalis

27/5/22 S : - keluhan nyeri punggung kiri (+) Th/


- Lemas tungkai inferior (+)
- pusing (-), mual muntah (-) IVFD RL 20 gtt/i
- Susah duduk (+) Inj. Ketorolac 1 A/8j
Inj. Omeprazole 1 vial/12 j
O : Inj. Mecobalamin /8j
• KU : Baik Inj. Ranitidin 1 A
- TD : 130/76 mmHg Eperison 2x1
- RR : 20 x/i Pregabalin 2x75
- N : 69 x/i Maprotilin 1x1/2 tab malam
- T : 36,8oC Atorvastatin 1x20 mg
- GCS : E4 V5 M6 (CM) Methylprednisolon 3x8 mg
- Motorik : 5555 | 5555
5555 | 4444
A : Radiculopathy Lumbalis
P : Pantau TTV

13
Resume

Pasien datang ke RS Meuraxa dengan keluhan nyeri pinggang kiri yang dikeluhkan
memberat dalam beberapa hari ini, menjalar hingga ke tungkai kiri. Keluhan sudah mulai
dirasakan sejak 1 bulan lalu, keluhan setiap harinya memberat dan membaik jika istirahat
tetapi muuncul kembali saat beraktivitas, terkadang mengatur posisi tidur juga terasa nyeri,
pasien tidak mengeluhkan adanya riwayat trauma, keluhan lainnya seperti nyeri bagian tubuh
lain disangkal, tidur kadang terganggu, nafsu makan menurun (-), demam (-). Dari hasil
pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya keluhan dan kelainan lainnya, pemeriksaaan
penunjang dilakuan pemeriksaan darah lengkap ditemukan : Hb 11.9 g/dl (L), hematokrit
35.2% (L), monosit 8.3 % (H), pada pemeriksaan Ct-Scan ditemukan: kesan spondylosis
vertebrae lumbal.

14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
 Kollumna Vetebralis
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari :
 Segmen Anterior
Berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh korpus vertebra yang dihubungkan
satu dengan yang lainnya oleh diskus intervertebra. Struktur ini masih diperkuat oleh
ligamen longitudinal posterior   dan ligamen longitudinal anterior . Ligamen
longitudinal posterior   mempunyai arti penting dalam  patofisiologi penyakit justru
karena bentuknya bentuknya yang unik. Sejak dari oksiput, oksiput, ligamen ini
menutup seluruh permukaan belakang diskus intervertebral. Mulai L1 ligamen ini
menyempit, hingga pada daerah L5-S 1  lebar ligamen hanya tinggal separuh separuh
asalnya. Dengan d asalnya. Dengan demikian pada daerah emikian pada daerah ini
terdapat daerah ini terdapat daerah lemah yakni lemah yakni  bagian postero-
lateral  kanan dan kiri diskus intervertebra, daerah tak terlindung oleh ligamen
longitudinal posterior . Akan nyata terlihat, bahwa tingkat L5-S1 merupakan daerah
paling rawan.2
 Segmen Posterior
Bagian ini dibentuk oleh arkus prosesus transversus dan  prosesus  prosesus spinosus
spinosus. Satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan
diperkuat oleh ligamen serta otot. Ditinjau dari sudut kinetika tubuh (diluar kepala
dan leher), maka akan tampak bahwa gerakan yang paling banyak dilakukan tubuh
ialah fleksi kemudian ekstensi. Dalam kenyataannya gerakan fleksi-ekstensi
merupakan tugas persendian daerah lumbal dengan pusat sendi L5-S1. Hal ini
dimungkinkan oleh bentuk dan letak bidang sendi yang sagital. Lain halnya dengan
bidang sendi daerah torakal yang terletak frontal, bidang sendi ini hanya
memungkinkan gerakan rotasi dan sedikit latero-fleksi.2

15
Gambar 1. Segmen Anterior dan Posterior Columna Vertebralis

 Diskus Intervetebra
Berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut.  Diskus  Diskus intervertebra
intervertebra dibentuk oleh anulus fibrosus  yang merupakan anyaman serat-serat
fibroelastik hingga membentuk struktur mirip gentong. Tepi atas dan bawah gentong
melekat  pada “end plate” vertebra sedemikian rupa hingga terbentuk rongga antar
vertebra. Rongga ini berisi nukleus pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental
yang banyak mengandung air. Menjelang usia dekade kedua, mulailah terjadi
perubahan-perubahan erjadi perubahan-perubahan  baik menyangkut menyangkut
nukleus nukleus pulposus pulposus maupun anulus fibrosus. fibrosus. Pada beberapa
beberapa tempat serat-serat fibroelastik terputus, sebagian rusak dan sebagian diganti
jaringan ikat. Proses ini akan berlangsung secara kontinu hingga dalam anulus
terbentuk ronggarongga.
3.2 Definisi
Low back pain (LBP) merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan gejala
utama  berupa  berupa rasa nyeri atau perasaan perasaan lain yang tidak enak yang
terjadi terjadi di daerah punggung punggung  bagian  bagian bawah dan dapat
menjalar menjalar ke kaki terutama terutama bagian belakang belakang dan samping
samping luar, umumnya merupakan masalah yang terjadi karena umumnya
merupakan masalah yang terjadi karena gangguan pada otot bagian belakang. uan
pada otot bagian belakang. Keluhan ini dapat demikian hebatnya sehingga seringkali
pasien mengalami kesulitan dalam setiap pergerakan dan pasien harus beristirahat.
LBP termasuk salah satu gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat
dari mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan timbulnya rasa pegal, linu, ngilu, atau
tidak enak pada daerah lumboskaral dan sakroiliaka yang dapat ditimbulkan oleh
berbagai sebab, kadang-kadang disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan

16
kaki. Nyeri punggung bawah lebih sering terjadi pada pekerja yang sehari-harinya
melakukan kegiatan mengangkat, memindahkan, mendorong atau menarik benda
berat.2
3.3 Etiologi
Dalam klinik, LBP dibagi menjadi 4 Dalam klinik, LBP dibagi menjadi 4 kelompok :
a. LBP oleh Faktor Mekanik
 LBP oleh mekanik mekanik akut. Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba,
rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu.
Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. LBP oleh mekanik akut dapat disebabkan
karena luka traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang
sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain merusak jaringan, juga dapat melukai otot,
ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah
lumbal dan spinal masih dapat sembuh sendiri. Sampai saat ini  penatalaksanaan
penatalaksanaan awal nyeri pinggang akut pinggang akut terfokus terfokus pada
istirahat istirahat dan pemakaian pemakaian analgesic.3
 LBP oleh mekanik kronik (menahun). Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3
bulan atau rasa nyeri yang berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya
memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. LBP oleh
mekanik kronik dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis,  proses
degenerasi discus intervertebralis dan tumor.3
b. LBP oleh Faktor Organik
1. LBP Osteogenik, terdiri atas :
 Radang
 Trauma. Merupakan penyebab utama LBP. Pada orang yang tidak biasa melakukan
pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat, dapat menderita
nyeri punggung bagian bawah yang akut. Gerakan bagian  punggung  punggung yang
kurang baik dapat menyebabkan menyebabkan kekakuan kekakuan dan spasme yang
tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga
menimbulkan sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cend nyeri. Kekakuan otot
cenderung dapat sembuh deng erung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka
waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis
agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut. Tidak jarang LBP merupakan
keluhan utama pada fraktur vertebra lumbal. Terutama fraktur spontan akibat

17
osteoporosis pada penderita usia lanjut. Jenis fraktur ini sering disertai spondilolistesis
L5-S1 dan L4-L5.4
 Keganasan. Dapat  bersifat  bersifat primer, primer, multiple multiple myeloma
myeloma atau sekunder sekunder akibat metastasis.5
2. LBP diskogenik, Dalam hal ini proses primer terletak pada diskus intervertebralis.
Bentuk dan gangguan yang sering dijumpai ialah . Bentuk dan gangguan yang sering
dijumpai ialah :6
 Spondilosis, Proses degenerasi progresif diskus intervertebra
 Hernia Nukleus Pulposus. Yaitu keluarnya nukleus pulposus dari diskus
intervertebra melalui robekan anulus fibrosus keluar ke arah belakang/dorsal menekan
medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga
menimbulkan gangguan.  Hernia  Hernia Nukleus Nukleus Pulposus Pulposus ( HNP)
paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada dekade ke4 dan
ke-5. Kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak
membungkuk dan mengangkat.
 Spondilitis ankilosa. Biasanya dimulai dari sendi sakroiliaka, lalu menjalar ke atas
daerah leher. Gejala permulaan bersifat ringan, sering hanya berupa kaku. Keluhan
terutama dirasakan pada waktu pagi bangun tidur, membaik setelah melakukan
pergerakan.
 LBP neurogenik. Neoplasma, Arakhnoiditis, Stenosis kanal.
c. Nyeri Rujukan
 Nyeri Rujukan Somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada
dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat
dirasakan di bagian lebih superfisial.7
 Nyeri Rujukan Visero Somatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitoneum, intraabdomen atau dalam ruangan
panggul dapat dirasakan di daer ruangan panggul dapat dirasakan di daerah
pinggang.7

d. Nyeri Psikotik
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom
dengan reaksi wajah yang sering berlebihan. Nyeri punggung bawah berdasarkan sumber:8

18
 Nyeri punggung bawah Spondilogenik 
 Nyeri yang disebabkan disebabkan karena kelainan kelainan vertebra, vertebra, sendi,
dan jaringan jaringan lunaknya. lunaknya. Antara lain spondylosis, osteoma,
osteoporosis, dan nyeri punggung miofasial.
  Nyeri punggung  Nyeri punggung bawah Viserogenik 
7  Nyeri yang disebabkan disebabkan karena kelainan kelainan pada organ dalam,
misalnya misalnya kelainan kelainan ginjal, kelainan ginekologi, dan tumor
retroperitoneal.8
 Nyeri punggung bawah vaskulogenik 
Nyeri yang disebabkan karena kelainan pembuluh darah, misalnya aneurisma, dan
misalnya aneurisma, dan gangguan peredaran darah.
 Nyeri punggung bawah Psikogenik 
Nyeri yang disebabkan disebabkan karena gangguan gangguan psikis seperti seperti
neurosis, neurosis, ansietas ansietas dan depresi. Nyeri ini tidak menghasilkan definisi
yang jelas, juga tidak menimbulkan gangguan anatomi dari akar saraf atau saraf tepi.
Nyeri ini superficial  tetapi dapat  juga dirasakan pada bagian dalam  juga dirasakan
pada bagian dalam secara nyata at secara nyata atau tidak nyata, radikuler au tidak
nyata, radikuler maupun non radikuler, berat atau ringan. Lama keluhan tidak
mempunyai pola yang jelas, dapat dirasakan sebentar ataupun bertahun-tahun.
3.4 Patofisiologi
 Low back pain (LBP) sering terjadi pada daerah L4-L5 atau L5-S1, dimana
pada daerah tersebut terdapat dermatomal. Apabila dermatomal kehilangan refleks
sensoriknya maka refleks tendon dalam berkurang dan kelemahan otot terjadi. LBP
mekanik banyak disebabkan oleh rangsang mekanik yaitu penggunaan otot yang
berlebihan. Hal ini dapat terjadi pada saat tubuh dipertahankan dalam posisi statis atau
postur tubuh yang salah untuk jangka waktu yang cukup lama dimana otot-otot di
daerah punggung akan  berkontraksi  berkontraksi untuk mempertahankan
mempertahankan postur tubuh yang normal atau pada saat aktivitas aktivitas yang
menimbulkan beban mekanik yang berlebihan pada otot-otot punggung bawah.
Penggunaan otot yang berlebihan dapat menimbulkan iskemi atau inflamasi. Setiap
gerakan otot akan menimbulkan nyeri dan menambah spasme otot sehingga gerak
punggung  punggung bawah menjadi menjadi terbatas. terbatas. Faktor mekanik

19
mekanik juga berperan berperan menyebabkan menyebabkan LBP mekanik,
diantaranya postur tubuh yang buruk, fleksibilitas yang buruk dan otot  penyusun
vertebra  penyusun vertebra yang lemah, yang lemah, dan exercise
technique dan lifting technique yang kurang tepat. Postur tubuh yang buruk seperti
sikap berdiri membungkuk ke depan, tidak tegak, kepala menunduk, dada datar,
dinding perut menonjol dan punggung bawah sangat lordotik dapat memperparah
kejadian LBP mekanik. Keadaan ini membuat titik berat  badan akan jatuh ke depan,
sehingga sehingga punggung punggung harus di tarik ke belakang belakang dan akan
menimbulkan hiperlordosis lumbal.9.10
Fleksibilitas yang buruk karena kurangnya olahraga membuat fleksibilitas
sendi-sendi dan ekstensibilitas jaringan ikat menjadi kurang baik sehingga mudah
sekali mengalami  penarikan dan peregangan pada pergerakan yang sebenarnya
kurang berarti. Otot penyusun vertebra lumbal yang merupakan otot perut, otot
punggung, gluteus maksimus dan otot iliopsoas adalah otot yang sangat penting dalam
mempertahankan sudut lumbosacral pada posisi yang optimal, yaitu sebesar 30
derajat. Apabila otot pada daerah ini lemah, dapat menimbulkan pembesaran sudut
lumbosakral.  Exercise technique dan lifting technique yang kurang tepat seperti
latihan yang salah atau teknik mengangkat yang salah dapat meningkatkan tekanan
ekstra pada punggung  bawah dan berpotensi menimbulkan keluhan LBP mekanik
terutama pada daerah  punggung   bawah karena nyeri menjalar ke daerah lut bawah,
paha dan pantat.10
3.5 Manifestasi Klinis
Penderita LBP memiliki keluhan yang beragam tergantung dari
patofisiologi, perubahan kimia atau biomekanik dalam diskus intervertebralis, dan umumnya
mereka mengalami nyeri. Nyeri miofasial khas ditandai dengan nyeri dan nyeri tekan pada
daerah yang bersangkutan (trigger points), kehilangan ruang gerak kelompok otot yang
tersangkut (loss of range of motion) dan nyeri radikuler yang terbatas pada saraf tepi.
Keluhan nyeri sendiri sering hilang bila kelompok otot tersebut diregangkan. Menurut
McKenzie, LBP mekanik ditandai dengan gejala sebagai berikut:11
1 Nyeri terjadi secara intermitten atau terputus-putus.
2 Sifat nyeri tajam dipengaruhi oleh sikap atau gerakan yang bisa meringankan ataupun
memperberat keluhan.
3 Membaik setelah istirahat dalam waktu yang cukup dan memburuk setelah digunakan
beraktivitas.
20
4 Tidak ditemukan tanda-tanda radang seperti panas, warna kemerahan ataupun
pembengkakan.
5 Terkadang nyeri menjalar ke bagian pantat atau paha.
6 Dapat terjadi morning stiffness.
7 Nyeri bertambah  Nyeri bertambah hebat bil hebat bila bergerak ekste bergerak
ekstensi, fleksi, fleksi, rotasi, rotasi, berdiri, berjal berdiri, berjalan maupun duduk.
8 Nyeri berkurang bila berbaring.
3.6 Diagnosis
Pendekatan diagnosis dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.

 Anamnesis
1 Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak?
2 Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu? Apakah pekerjaan
seharihari? Adakah riwayat trauma?
3 Dimana letak nyeri? (Sebaiknya pasien sendiri yang disuruh menunjukkan
dimana letak nyerinya). Apakah ada penjalaran?
4 Bagaimana sifat nyeri? Apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh tertentu?
Apakah  bertambah pada kegiatan tertentu?
5 Apakah nyeri berkurang pada waktu istirahat?

 Palpasi
 Inspeksi Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk. Inspeksi daerah punggung
perhatikan lurus tidaknya tulang belakang, lordosis, kifosis, gibus, deformitas,
ada tidak jalur spasme otot paravertebral .11
 Palpasi Palpasi sepanjang kolumna vertebralis ada tidaknya nyeri tekan pada
salah satu  prosessus  prosessus spinosus spinosus, atau gibus/deformitas kecil
dapat teraba pada palpasi atau adanya spasme otot paravertebral .
 Pemeriksaan Neurologik Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan
apakah kasus nyeri punggung  bawah adalah benar karena adanya gangg
bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf at uan saraf atau karena
sebab yang lain. au karena sebab yang lain.
 Pemeriksaan Motorik Apakah ada kelumpuhan, atrofi fasikulasi. Jika ada
kelumpuhan segmen mana yang terganggu.

21
 Tes Provokasi
 Tes Laseque
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf
ischiadiscus akan tertarik. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf
ini 10 maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai
dari pantat sampai ujung kaki.11

Gambar 2. Tes Laseque


 Tes Petrick
Pada tes ini pasien berbaring, tumit dari salah satu kaki diletakkan pada sendi
lutut tungkai yang lain. Setelah itu dilakukan penekanan pada sendi lutut
hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri, maka hal ini berarti ada
suatu sebab yang non neurologik misalnya coxitis. Tes ini dilakukan pada
kedua kaki.12

22
Gambar 3. Tes Petric
 Tes Kontra Petrick
Tes kontra Patrick dilakukan saat pasien tidur terlentang, sama halnya dengan
melakukan tes Patrick akan tetapi kaki dirotasi kedalam (internal). Tangan
pemeriksa  pemeriksa memegang memegang pergelangan pergelangan kaki
dan bagian lateral lateral dari lutut. Setelah Setelah itu lakukan penekanan
pada sendi lutut ke rotasi dalam. Apabila nyeri timbul (+) menunjukkan
sumber nyeri di sacroiliaka.13

Gambar 4. Kontra Petrick


 Tes Bragard
Modifikasi yang lebih sensitif dari tes Laseque. Caranya sama seperti tes
Laseque dengan ditambah dorso fleksi kaki. Bila nyeri punggung dikarenakan
iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan
saraf ini, mulai dari  pantat sampai ujung kaki.14

Gmabar 5. Tes Bragard

23
 Tes Sicard
Sama seperti tes Laseque namun ditambah dorsofleksi dari ibu jari kaki. Bila
nyeri  punggung  punggung dikarenakan dikarenakan iritasi iritasi pada saraf
ini maka nyeri akan dirasakan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini,
mulai dari pantat sampai ujung kaki.14
 Tes Femoral Nerve Stretch Test (FNST)
Tes ini bertujuan untuk menilai iritasi pada saraf femoralis (dibentuk oleh
radiks L2,  L3, dan L4) dengan cara pasien berbaring miring pada sisi yang
tidak sakit dengan sendi paha dan sendi lutut yang sakit sedikit fleksi,
pinggang dan  punggung  punggung lurus dan kepala difleksikan. difleksikan.
Secara perlahan-lahan perlahan-lahan fleksi lutut ditambah dan sendi paha
diekstensikan. Tes positif bila terasa nyeri yang menjalar sepanjang
permukaan paha bagian anterior.15

Gambar 6. Tes FNST


 Valsava Test
Tes ini mengakibatkan naiknya tekanan intratekal sehingga muncul nyeri
radikuler. Pasien diminta mengejan dan menahan napas kemudian dinilai
apakah ada nyeri atau tidak.16

Gambar 7. Valsava Test

24
 Pemeriksaan penunjang
Beberapa macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk memastikan penyebab
low back pain.
 Foto polos
Pada pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah, dianjurkan berdiri saat
pemeriksaan  pemeriksaan dilakukan dilakukan dengan posisi anteroposterior,
anteroposterior, lateral lateral dan oblique. oblique. Gambaran radiologis yang
sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai  penyempitan
penyempitan ruang diskus intervertebral, intervertebral, osteofit osteofit pada
sendi facet, penumpukan penumpukan kalsium pada vertebra, pergeseran
korpus vertebra (spondilolistesis), dan infiltrasi tulang oleh tumor.
Penyempitan ruangan intervertebral terlihat bersamaan dengan suatu posisi
yang tegang, melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot  paravertebral.
 MRI ( Magnetic Resonance Imagin  Magnetic Resonance Imaging )
MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta melihat
jaringan lunak. Pada pemeriksaan dengan MRI bertujuan untuk melihat
vertebra dan level neurologis yang belum jelas, kecurigaan kelainan patologis
pada medulla spinalis atau jaringan lunak, menentukan kemungkinan herniasi
diskus pada kasus post operasi, kecurigaan karena infeksi atau neoplasma.
 CT-Mielografi CT-mielografi
Merupakan alat diagnostik yang sangat berharga untuk diagnosis LBP untuk
menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adanya sekuester
diskus yang lepas dan mengeksklusi suatu tumor. 10,18,21

25
3.7 Diagnosis Banding

3.8 Tatalaksana
Pada prinsipnya penanganan low back pain terdiri dari :
 Farmakologis
Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk mengurangi nyeri tanpa
menghiraukan penyebab dasar low back pain. Obat yang diberikan berupa golongan
analgetik dimana golongan ini terdiri dari analgetik antipiretik dan analgetik narkotik.
Yang umum digunakan analgetik antipiretik yang bekerja menghambat sintesa dan
pelepasan endogenous pain substance sehingga mencegah sensitisasi reseptor nyeri.
Disamping itu dikenal pula obat yang mempunyai potensi anti-inflamasi disamping
analgetik misalnya pirasolon dan derivat-derivat asam organik lainya dikenal sebagai non
steroidal antiinflamatory drugs  (NSAID). Selain itu juga dapat digunakan tranquilizer
minor yang bekerja sentral menurunkan respon terhadap rangsangan nyeri, mengurangi
kegelisahan dan untuk relaksasi otot.8
 Program Rehabilitasi Medik

26
 Low back pain oleh faktor mekanik akut
Tirah baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah, kompres
air hangat, bantal panas. Biasanya kesembuhan 4-5 hari.8
 Low back pain oleh faktor mekanik kronis Pada keadaan ini hiperlordosis
mendasari patofisiologi nyeri. Karena itu tatalaksana ditujukan pada latihan-
latihan untuk menghilangkan hiperlordosis tersebut.8
 Tujuan pemberian latihan, yaitu
- Mengurangi hiperlordosis, memperbaiki postur tubuh.
- Membiasakan diri untuk melakukan gerakan-gerakan yang sesuai dengan
biomekanik tulang pung  biomekanik tulang punggung.
 Prinsip pemberian latihan, yaitu
- Latihan penguatan dinding perut otot gluteus maksimus.
- Latihan peregangan otot yang memendek, terutama otot punggung dan
hamstring.
 Teknik latihan:
- Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi.
Dengan kekuatan otot perut, tekan pinggang hingga menempel dasar.
Kemudian angkat pinggul keatas sementara posisi pinggang tetap
dipertahankan melekat pada dasar. Hal ini dimungkinkan oleh kontraksi
otot gluteus maksimus.
- Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi.
Dengan kedua belah tangan di dada, angkatlah kepala dan bahu hingga
dagu menempel di dada.
- Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi.
Tarik salah satu lutut ke arah perut sambil mengangkat kepala dan bahu
seolah-olah hendak mencium lutut. Lakukan bergantian dengan tungkai
satunya.
- Sama seperti latihan sebelumnya tetapi dilakukan pada dua lutut sekaligus.
- Berdiri membelakangi dinding dengan jarak kurang lebih 15 cm dari
dinding. Tekan pinggang kearah dinding hingga tidak lagi ada celah antara
pinggang dan dind  pinggang dan dinding.

27
BAB IV
KESIMPULAN
Nyeri punggung bagian bawah kronis didefinisikan sebagai nyeri yang dirasakan di
bagian punggung bawah selama lebih dari 12 minggu. Nyeri kronis ini dipengaruhi oleh
faktor anatomis, fisiologis dan psikologis. Mayoritas (>70%) penyebabnya nonspesifik,
sekitar 27% karena gangguan mekanikal dan hanya sedikit persentase karena nyeri alih atau
penyakit berat.

Evaluasi diagnostik harus lengkap dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
penunjang seperti radiologis dan laboratorium hanya dapat membantu di beberapa kasus.
Perhatikan tanda bahaya (red flags) seperti nyeri punggung yang disertai demam, nyeri tekan
fokal, atau hilangnya sensasi perianal (saddle anesthesia), untuk dapat mendeteksi dini
kemungkinan penyebab nyeri punggung yang serius, seperti abses epidural, osteomielitis,
atau sindrom kauda equina.
Tata laksana nyeri punggung bawah kronis dapat dibagi menjadi invasif dan
noninvasif; ada banyak sekali modalitas pilihan, mulai dari obat-obatan
hingga akupuntur dan terapi kognitif. Sedikit persentase pasien yang memerlukan tindakan
operasi, dan hasil manfaat bervariasi pada setiap pasien.

28
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwili I. Hubungan beban kerja perawat terhadap Sarwili I. Hubungan beban kerja
perawat terhadap angka kejadian LBP ( gka kejadian LBP ( Low Back Pain). [Journal]
2018 ;5:25-33.
2. Kalangi P, Angliadi E, Gessal J. Perbandingan Kecepatan Berjalan pada Pasien Nyeri
Punggung Bawah Mekanik Subakut dan Kronik Menggunakan Timed Up And Go Test.
Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Manado: FKUNSRAT. 20122; (3):143-9.
3. Perdani P , The effect of body posture and body position in development of low back
pain. [Artikel]Universitas Diponegoro Fakultas Kedokteran UniversitasDiponegoro
2022; h.1- 18
4. Nurazizah S, Widayanti, Rukanta D. Hu  Nurazizah S, Widayanti, Rukanta D.
Hubungan Kebias bungan Kebiasaan Olahraga Dengan aan Olahraga Dengan Low
Back P  ain Disability. Prosiding Pendidikan Dokter. 2018Hal 968-74.
5. Basuki K. Faktor Risiko Kejadian Low Back Pain Pada Operator Tambang Sebuah
Perusahaan Tambang Nickel Di Sulawesi Selatan. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia
Vol.4;no.2. 2018, 115-121.
6. Sari NP, Mogi TI, Angliadi E. Sari NP, Mogi TI, Angliadi E. Hubungan lama duduk d
Hubungan lama duduk dengan kejadian Low engan kejadian Low Back Pain pada
operator komputer perusahaan Back Pain pada operator komputer perusahaan travel di
manado. eCl. 2015;3:687-94. di manado. eCl. 2015;3:687-94.
7. Docking RE, Fleming J, Brayne C, et al. Epidemiology of back paon in older adults:
prevalence and risk factors for back pain and risk factors for back pain onset.
Rheumatology onset. Rheumatology 2021;50:164-1653. 2011;50:164-165
8. Angliadi L.S, Sengkey L, Gessal J, Mogi Th. I.  Low Back Pain. Ilmu Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi. Manado: FKUNSRAT. 2016:79-90.
9. Snell’s R. Clinical Neuroanatomy Spasm. Edisi ke-7, Philadelphia: Wolters Kluwer
Lippincott & Wilkins; 2019. h.136.
10. Huldani. Referat Nyeri Punggung. FK Universitas Huldani. Referat Nyeri Punggung.
FK Universitas Lambung Mangkurat bung Mangkurat Banjarmasin. 2012:19-24. 1
11. Miguel AJ. Dor lombar –  como previnir. Diunduh dari: Diunduh
dari: http://www.medicinageriatrica.com.brhttp://www.medicinageriatrica.com.br/tag/
sinal-de- /tag/sinal-de-lasegue
12. Anonim. Physical therapy management of hip OA.. Diunduh dari: .. Diunduh
dari: http://morphopedics.w http://morphopedics.w ikidot.com/physical-therapy-
management-of-hip-oa

Anda mungkin juga menyukai