NEURALGIA TRIGEMINAL
Oleh :
Preseptor :
dr. Basli Muhammad, Sp.S
BAGIAN/SMF NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena hanya dengan rahmat, karunia dan izinNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Neuralgia
Trigeminal” sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepanitraan
Klinik Senior (KKS) di bagian Ilmu Neurologi Rumah Sakit Umum
Daerah Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada dr. Basli Muhammad Sp.S sebagai
pembimbing yang telah meluangkan waktunya memberi arahan kepada
penulis selama mengikuti KKS di bagian/SMF Neurologi Rumah Sakit
Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi
kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 4
BAB II LAPORAN KASUS........................................................................ 6
2.1 Identitas Pasien................................................................................ 6
2.2 Anamnesis........................................................................................ 6
2.3 Pemeriksaan Fisik............................................................................ 8
2.4 Pemeriksaan Neurologis.................................................................. 10
2.5 Pemeriksaan Penunjang................................................................... 14
2.6 Resume............................................................................................. 16
2.7 Diagnosa........................................................................................... 16
2.8 Terapi............................................................................................... 16
2.9 Prognosis.......................................................................................... 17
BAB III TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 20
3.1 Definisi............................................................................................. 20
3.2 Epidemiologi.................................................................................... 20
3.3 Etiologi............................................................................................. 21
3.4 Klasifikasi ....................................................................................... 21
3.5 Patofisiologi..................................................................................... 25
3.6 Diagnosis.......................................................................................... 28
3.7 Penatalaksanaan............................................................................... 32
BAB IV ANALISA KASUS........................................................................ 39
BAB V KESIMPULAN............................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 42
3
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Nyeri pipi sebelah kiri.
2.2.2 Keluhan tambahan
Nyeri seperti di tusuk-tusuk dan terasa panas pada wajah sebelah
kiri.
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Obat : disangkal
Makanan : disangkal
7
Leher
Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran
Arteri karotis : dalam batas normal
Kelenjar tiroid : dalam batas normal
Kaku leher (-)
Spasme (-)
8
Thorax Cor
Inspeksi : Dalam batas normal, scar (-), massa (-)
Palpasi : Dalam batas normal, ketertinggalan gerak (-).
Perkusi :
Batas atas kiri: ICS II garis parasternal
sinsitra dengan bunyi redup
Batas atas kanan: ICS II garis parasternal
dekstra dengan bunyi redup
Batas bawah kiri: ICS V ± 1cm
medial garis midklavikula sinistra dengan
bunyi redup
Batas bawah kanan: ICS IV garis
parasternal dekstra dengan bunyi redup
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop(-)
Pulmo
Inspeksi : Dinding toraks simetris pada saat statis maupun
dinamis, retraksi otot-otot pernapasan (-)
Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
Abdomen
Inspeksi : simetris, distensi abdomen (-) scar (-), massa (-)
Ekstremitas
Ekstremitas Superior Inferior
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Clubbing finger -/- -/-
Muntah :-
Sakit kepala :-
Kejang :-
3. Nervus Kranialis
A. N-I (Olfaktorius)
Normosmia.
B. N-II (Optikus)
a. Visus : 6/6
b. Warna : dalam batas normal
10
5. N-VII (Facialis)
a. Sensorik (indra pengecap) : +
b. Motorik
Angkat alis : +/+
Mengerutkan dahi : +
Menutup mata : -/+
Menggembungkan pipi : +
Lipatan nasolabialis : Asimetris
6. N. VIII (Vestibulocochlearis)
a. Keseimbangan
Nistagmus : (+) horizontal
Tes Romberg : Tidak dapat diperiksa
c. Pendengaran : Dalam batas normal
Tes Rinne : Tidak dapat diperiksa
Tes Schwabach : Tidak dapat diperiksa
Tes Weber : Tidak dapat diperiksa
Tinnitus : Tidak dapat diperiksa
7. N-IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
a. Reflek menelan :+
b. Reflek batuk :+
c. Reflek muntah :+
d. Posisi uvula : Normal, Deviasi (-)
e. Posisi arkus faring : Simetris
8. N-XI (Akesorius)
a. Kekuatan M. Sternokleidomastoideus : Normal
b. Kekuatan M. Trapezius : Normal
c. Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : dalam batas
normal
9. N-XII (Hipoglosus)
a. Tremor lidah : (-)
b. Atrofi lidah : (-)
c. Deviasi lidah : (-)
d. Fasikulasi : (-)
e. Ataksia : (-)
13
5. Pemeriksaan Motorik
1. Tonus otot
Dbn Dbn
Dbn Dbn
2. Kekuatan Otot
5555 5555
5555 5555
6. Refleks
a. Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biceps : +2 +2
Triceps : +2 +2
Achiles : +2 +2
Patella : +2 +2
b. Refleks Patologis Kanan Kiri
Babinski : - -
Oppenheim : - -
Chaddock : - -
Gordon : - -
Scaeffer : - -
Hoffman-Trommer : - -
14
7. Sensorik
Ekteroseptif : dalam batas normal
Propioseptif : dalam batas normal
8. Fungsi Otonom
Miksi :+
Defekasi :+
Hidrosis : dalam batas normal.
Laboratorium
Laboratorium tanggal 21 Maret 2022
15
Ct-Scan
Ct-Scan tanggal 23 Maret 2022
16
17
18
2.6 Resume
Tn R dibawa ke RSU Cut Meutia oleh keluarganya pada hari
Minggu, 20 Maret 2022 pukul 17.30 wib dengan keluhan nyeri pipi
sebelah kiri. Nyeri dirasakan sejak empat bulan yang lalu dan semakin
memberat dalam tiga hari ini. Nyeri dirasakan pasien seperti di tusuk-
tusuk dan terasa panas pada wajah sebelah kiri terutama jika tersentuh.
Nyeri dirasakan hilang timbul, lamanya serangan nyeri dirasakan ±15-30
menit. Nyeri juga dirasakan menjalar pada pipi, sekitar area mata, rahang
bawah dan dagu sebelah kiri. Bibir pasien tidak simetris miring ke kiri dan
mata kiri pasien tidak dapat menutup dengan sempurna. Riwayat timbul
lesi pada wajah berupa bintik-bintik berisi cairan tidak ada. Berdasarkan
anamnesis, Pasien mengeluh nyeri ketika berbicara, makan, menggosok
gigi, juga jika tersentuh. Serta pasien juga mengaku nyeri saat terkena air.
Nyeri dirasakan pasien terus menerus hampir setiap hari. Keluhan pada
wajah sebelah kanan disangkal. Pasien mengaku lima bulan yang lalu
pernah terjatuh dan terbentur kayu Pasien datang dengan kesadaran (GCS
E4M6V5).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum sakit ringan,
kesadaran compos mentis, TD 114/70 mmHg, nadi 69 x/menit, pernapasan
20 x/menit, suhu 36,0 C. Pada pemeriksaan neurologi didapatkan pupil
isokor 2mm / 2 mm, reflek cahaya langsung (+/+) dan tidak langsung
(+/+). Pada pemeriksaan neurologis pada pipi dan dagu kiri ditemukan
hiperestesia. Pemeriksaan fungsi motorik memperlihatkan kekuatan
motorik pada lengan kanan dan kiri bernilai 5555 dan kaki baik kanan
maupun kiri bernilai 5555.
2.7 Diagnosa
Diagnosa klinis : Hiperestesi wajah sebelah kiri, nyeri seperti
di tusuk-tusuk dan panas pada wajah sebelah kiri
Diagnosa topis : Nervus trigeminus
Diagnosa etiologi : Neuralgia trigeminal
19
2.8 Terapi
Infus :
- IVFD Ringer Laktat 20tts/i
Injeksi :
- Citocolin 500mg/12 j
- Mecobalamin 1 ampul/12 j
- Ketorolac 1 ampul/8 j
Oral :
-Carbamazepin 2 x1
-Asam Folat 2x 1
-Capcam B2 2x 1
-Nopres 20 mg 1 x 1
2.9 Prognosis
Quo Ad Vitam : dubia et bonam
Quo Ad Fungsionam : dubia et bonam
Quo Ad Sanationam : dubia et bonam
20
2.10 Follow up
Tgl S O A P
20/03/2022 Os masuk dengan Kesadaran : Neuralgia
Infus :
keluhan nyeri pipi Somnolen Trigeminal
- IVFD Ringer
sebelah kiri. Bibir TD : 114/70 Laktat 20tts/i
tidak simetris miring mmHg Nadi : Injeksi :
ke arah kiri. Mata
69x/menit - Citocolin
kiri tidak dapat 500mg/12 j
RR : 20x/menit
menutup sempurna. - Mecobalamin 1
Suhu : 36,0 oC
Kondisi umum ampul/12 j
Motorik
pasien lemah - Ketorolac 1
5555 ampul/8 j
5555 Oral :
-Capcam B2 2 x1
5555 5555
-Carbamazepin 2x
1
-Nopres 20 mg 1x 1
-AS. Folat 2 x 1
5555 5555
Oral :
5555 5555
-Capcam B2 2 x1
-Carbamazepin 2x1
-Nopres 20 mg 1x 1
-AS. Folat 2 x 1
ampul/12 j
- Ketorolac 1
ampul/8 j
-Ranitidine
Oral :
-Capcam B2 2 x1
-Carbamazepin 2x
1
-Nopres 20 mg 1x 1
-AS. Folat 2 x 1
-Prednison 4x3
-Domperidone 3x1
23
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Trigeminal neuralgia adalah suatu peradangan pada saraf
trigeminal yang menyebabkan rasa sakit yang hebat dan kejang otot di wajah.
Serangan intens, nyeri wajah seperti kejutan listrik dan dapat terjadi secara
mendadak atau dipicu dengan menyentuh area tertentu dari wajah. Namun hingga
saat ini penyebab pasti dari trigeminal neuralgia masih belum dipahami
sepenuhnya.
Trigeminal neuralgia menurut IASP (International Association for the
study of Pain) ialah nyeri di wajah yang timbulnya mendadak, biasanya unilateral.
Nyerinya singkat dan berat seperti ditusuk disalah satu atau lebih cabang nervus
trigeminus. Sementara menurut International Headache Society trigeminal
neuralgia nyeri adalah nyeri wajah yang menyakitkan, nyeri singkat seperti
tersengat listrik pada satu atau lebih cabang nervus trigeminus. Nyeri biasanya
muncul akibat stimulus ringat seperti mencuci muka, bercukur, gosok gigi,
berbicara.
kasus neuralgia trigeminal pada anak laki-laki usia 9 tahun. Pada wanita sedikit
lebih banyak dibandingkan dengan laki- laki dengan perbandingan 1,6 : 1. Faktor
ras dan etnik tampaknya tidak terpengaruh terhadap kejadian Neuralgia
Trigeminal. Prevalensi lebih kurang 155 per 100.000 penduduk dan insidensi 40
per 1.000.000. Angka prevalensi maupun insidensi untuk Indonesia belum pernah
dilaporkan. Bila insidensi dianggap sama dengan Negara lain maka terdapat ±
8000 penderita baru pertahun. Akan tetapi mengingat harapan hidup orang
Indonesia makin tinggi maka diperkirakan prevalensi penderita Neuralgia
Trigeminal akan meningkat (8).
2.3 Etiologi
Ada banyak pendapat yang berbeda tentang etiologi dari trigeminal
neuralgia, namun beberapa dari mereka masih kontroversial karena
kurangnya bukti objektif. Saat ini ada tiga etiologi yang paling populer.
Teori pertama berdasarkan pada penyakit yang berhubungan, kedua adalah
trauma langsung pada saraf dan teori ketiga merambat asal polyetiologic
penyakit (5).
Penyakit yang berhubungan seperti gangguan dari vaskularisasi,
multipel sclerosis, diabetes melitus, rematoid, dan lain-lain. Pada trauma
langsung pada saraf dibagi menjadi dua bagian yaitu trauma pada bagian
perifer dan sentral. Teori yang ketiga yaitu polyetiologic, faktor yang
mungkin dapat berpengaruh dan menimbulkan demielinisasi dan
disatrofi(5)
2.4 Patogenesis
Neuralgia Trigeminal dapat terjadi akibat berbagai kondisi yang
melibatkan sistem persarafan trigeminus ipsilateral. Pada kebanyakan kasus,
tampaknya yang menjadi etiologi adalah adanya kompresi oleh salah satu arteri di
dekatnya yang mengalami pemanjangan seiring dengan perjalanan usia, tepat pada
pangkal tempat keluarnya saraf ini dari batang otak. Lima sampai delapan persen
kasus disebabkan oleh adanya tumor benigna pada sudut serebelo-pontin seperti
meningioma, tumor epidermoid, atau neurinoma akustik. Kira-kira 2-3% kasus
karena sklerosis multipel. Ada sebagian kasus yang tidak diketahui sebabnya.
25
2.5 Klasifikasi
IHS (International Headache Society) membedakan Neuralgia Trigeminal
menjadi NT klasik dan NT simptomatik. Termasuk NT klasik adalah semua kasus
yang etiologinya belum diketahui (idiopatik). Sedangkan NT simptomatik dapat
diakibatkan karena tumor, multipel sklerosis atau kelainan di basis kranii.
Perbedaan neuralgia trigeminus idiopatik dan simptomatik.
Trigminal Neuralgia Idiopatik:
27
2.7 Diagnosis
Trigeminal neuralgia dapat dibedakan dengan nyeri wajah yang lainnya.
Pemeriksaan kesehatan dan riwayat gejalanya harus dilakukan bersama-sama
pemeriksaan lainnya untuk mengesampingkan masalah yang serius. Diagnosa
ditegakkan berdasarkan anamnesa yang akurat, pemeriksaan klinis dan uji klinis
untuk mengetahui secara pasti stimulus pencetus dan lokasi nyeri saat
pemeriksaan.
Kriteria diagnosis trigeminal neuralgia menurut International Headache
Society adalah sebagai berikut:
A. Serangan-serangan paroxysmal pada wajah, nyeri di frontal yang berlangsung
beberapa detik tidak sampai 2 menit.
B. Nyeri setidaknya bercirikan 4 sifat berikut:
1. Menyebar sepanjang satu atau lebih cabang N trigeminus, tersering pada
cabang mandibularis atau maksilaris.
2. Onset dan terminasinya terjadi tiba-tiba, kuat, tajam, superfisial, serasa
menikam atau membakar.
3. Intensitas nyeri hebat, biasanya unilateral, lebih sering disisi kanan.
4. Nyeri dapat timbul spontan atau dipicu oleh aktifitas sehari seperti
makan, mencukur, bercakap cakap, mambasuh wajah atau menggosok
gigi, area picu dapat ipsilateral atau kontralateral.
5. Diantara serangan , tidak ada gejala sama sekali.
29
menetap, sering kali unilateral pada rahang atas (walaupun dapat menyebar ke
bagian lain kepala dan leher) dan biasanya dihubungkan dengan manifestasi
ansietas kronik dan depresi. Tanda-tanda fisis tidak ditemukan dan pemberian
analgetika tidak mempan. Perbaikan biasanya diperoleh dengan penggunaan
antidepresan dan obat penenang oleh karena itu, penentuan diagnosis harus sebaik
mungkin.
Neuralgia migrainosa (nyeri kepala sebelah) dapat menyebabkan nyeri
paroksismal berat pada daerah persarafan trigeminal tetapi dapat dibedakan
berdasarkan periode, ketiadaan faktor pencetus dan durasi tiap nyeri paroksismal
yang lebih lama
Tabel 2. Diagnosis Banding Neuralgia Trigeminal
Faktor yang
Diagnosis
Persebaran Karakteristik Klinis Meringankan/
Banding
Memperburuk
2.9 Tatalaksana
Seperti diketahui terapi dari trigeminal neuralgia ada 2 macam yaitu terapi
medikamentosa dan terapi pembedahan.
Telah disepakati bahwa penanganan lini pertama untuk trigeminal neulalgia adalah
terapi medikamentosa. Tindakan bedah hanya dipertimbangkan apabila terapi
medikamentosa mengalami kegagalan
a. Terapi Farmakologi
valproat.
Karbamazepine merupakan pengobatan lini pertama dengan dosis
pemberian 200-1200 mg/hari dan oxcarbamazepin dengan dosis pemberian 600-
1800 mg/hari sesuai dengan pedoman pengobatan. Tingkat keberhasilan dari
karbamazepin jauh lebih kuat dibandingkan oxcarbamazepin, namun
oxcarbamazepin memiliki profil keamanan yang lebih baik. Sementera
pengobatan lini kedua dapat diberikan lamotrgine dengan dosis 400 mg/ hari,
baclofenac 40 – 80 mg/hari, dan pimizoid 4 – 12 mg/hari.
Selain itu ada juga pilihan pengobatan alternative, yaitu dengan
memberikan obat antiepilepsi yang telah dipelajari dalam kontrol kecil dan
studi terbuka yang disarankan untuk menggunakan fenitoin, clonazepam,
gabapentin, pregabalin, topiramate, levetiracetam, dan valproate.
Karbamazepine
Karbamazepine bekerja dengan cara menghambat aktivitas neuronal pada
kanal natrium, sehingga dapat mengurangi rangsangan neuron. Karbamazepine
memperlihatkan efek analgesik yang selektif misalnya pada tabes dorsalis dan
neuropati lainnya yang sukar diatasi dengan analgesik biasa. Sebagian besar
penderita trigeminal neuralgia mengalami penurunan sakit yang berarti dengan
menggunakan obat ini. Karena potensi untuk menimbulkan efek samping sangat
luas, khususnya gangguan darah seperti leukopeni, anemia aplastik dan
agranulositosis maka pasien yang akan diterapi dengan obat ini dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan nilai basal dari darah dan melakukan pemeriksaan ulang
selama pengobatan.
Pemberian karbamazepine dihentikan jika jumlah leukosit abnormal
(rendah). Jika efek samping yang timbul parah, dosis karbamazepine perhari dapat
dikurangi 1-3 perhari, sebelum mencoba menambah dosis perharinya lagi.
Karbamazepine diberikan dengan dosis berkisar 200-1200 mg, dimana hampir
70% memperlihatkan perbaikan. Dosis dimulai dengan dosis minimal 1-2 pil
perhari, secara bertahap dapat ditambah hingga rasa sakit hilang atau mulai timbul
efek samping. Selama periode remisi dosis dapat dikurangi secara bertahap.
33
b. Terapi Pembedahan
Terapi farmakologik umumnya efektif akan tetapi ada juga pasien yang
tidak bereaksi atau timbul efek samping yang tidak diinginkan maka diperlukan
terapi pembedahan.
Beberapa situasi yang mengindikasikan untuk dilakukannya terapi
35
2.10 Prognosis
Setelah serangan awal, trigeminal neuralgia dapat muncul kembali selama
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun berikutnya. Setelah itu serangan bisa
menjadi lebih sering, lebih mudah dipicu, dan mungkin memerlukan pengobatan
jangka panjang. Meskipun neuralgia trigeminal tidak terkait dengan hidup singkat,
morbiditas yang terkait dengan nyeri wajah kronis dan berulang dapat
dipertimbangkan jika kondisi tidak cukup terkontrol. Kondisi ini dapat
berkembang menjadi sindrom nyeri kronis, dan pasien dapat menderita depresi
dan kehilangan fungsi sehari-hari. Pasien dapat memilih untuk membatasi
kegiatan yang memicu rasa sakit, seperti mengunyah, sehingga pasien mungkin
kehilangan berat badan dalam keadaan ekstrim.
36
BAB IV
ANALISA KASUS
Rasa nyeri disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf Trigeminal sesuai dengan
daerah distribusi persarafan salah satu cabang saraf Trigeminal yang diakibatkan
oleh berbagai penyebab. Serangan neuralgia Trigeminal dapat berlangsung dalam
beberapa detik sampai semenit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang
terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup kerap, berat,
seperti nyeri saat kena setrum listrik.(2)
darah 114/70 mmHg, nadi 69x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,0 oC. Pada status
generalis didapatkan pemeriksaan dalam batas normal. Pada pemeriksaan
neurologi didapatkan:
N. Trigeminus Kanan Kiri
Motorik
- Menggigit Tidak ada kelainan Tidak ada kelianan
- Trismus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Refleks kornea Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Sensorik
- Dahi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Pipi Tidak ada kelainan Hiperestesia
- Dagu Tidak ada kelainan Hiperestesia
Dari keluhan utama dan kronologi penyakit maka kita dapat mengarahkan
diagnosis bahwa penderita mengalami trigeminal neuralgia. Banyak literatur yang
menyebutkan bahwa 60% penderita neuralgia adalah wanita. Insidensi kejadian
untuk wanita sekitar 5,9 per 100.000 wanita; untuk pria sekitar 3,4 kasus per
100.000 pria. Kejadian juga berhubungan dengan usia, dimana neuralgia banyak
diderita pada usia antara 50 sampai 70 tahun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum baik, tidak terdapat kelainan
pada pemeriksaan fisik umum dan spesifik. Pada pemeriksaan neurologi tidak
ditemukan kelainan. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
dapat disimpulkan bahwa pasien menderita trigeminal neuralgia. Penatalaksanaan
pada kasus ini dengan cara medikamentosa, t e r a p i m e d i k a m e n t o s a y a n g
d i b e r i k a n a d a l a h IVFD Ringer Laktat 20tts/menit, Citocolin 500mg/12 jam,
Mecobalamin 1 ampul/12 jam, Ketorolac 1 ampul/8 jam, Ranitidine, Capcam B2 2
x1, Carbamazepin 2x 1, Nopres 20 mg 1x 1, Asam Folat 2 x 1, Prednison 4x3,
Domperidone 3x1 .
BAB V
KESIMPULAN