Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

KISTA OVARIUM

Disusun Oleh:
Ratu Miranda
1102016182

Dosen Pembimbing:
dr. KM Aditya Fitrandi, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DR. SLAMET GARUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 22 NOVEMBER 2021 – 01 JANUARI 2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

Disusun oleh:
Ratu Miranda 1102016182

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik


Obstetri dan Ginekologi RSU dr. Slamet Garut

Telah dibimbing dan disahkan pada


Garut, 13 Desember 2021
Pembimbing

dr. KM Aditya Fitrandi, Sp.OG


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kista Ovarium”. Salawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda Rasullulah yaitu Nabi Muhammad
SAW yang diharapkan syafa’atnya di akhirat kelak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada para dosen klinis RSUD Slamet
Garut, Kabupaten Garut, khususnya dr. KM Aditya Fitrandi, Sp.OG yang telah
membimbing dan mengajarkan selama penulis melakukan pembuatan makalah ini.
Tidak lupa, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman karena
telah bersedia untuk berdiskusi bersama dalam rangka menyelesaikan makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca agar nantinya dapat menjadi
lebih bermanfaat. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih.

Garut, 13 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................iv
BAB I STATUS PASIEN ..................................................................................................1

1.1 IDENTITAS PASIEN..............................................................................................1


1.2 ANAMNESIS ..........................................................................................................1
1.3 PEMERIKSAAN FISIK ..........................................................................................3
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG .............................................................................5
1.5 RESUME .................................................................................................................7
1.6 DIAGNOSA ........................................................... Error! Bookmark not defined.
1.7 RENCANA PENATALAKSANAAN .....................................................................7
1.8 LAPORAN OPERASI LAPARATOMI ..................................................................8
1.9 PROGNOSIS ...........................................................................................................9
1. 10 FOLLOW UP........................................................................................................9

BAB II ANALISA KASUS ............................................................................................. 11

2.1 Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini? ................................................. 11


2.2 Apakah pengelolaan kasus ini sudah tepat? ........................................................... 11
2.3 Bagaimana prognosis pada pasien ini? ................................................................... 12

BAB III ............................................................................................................................ 13

3.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI OVARIUM ........................................................... 13


3.2 DEFINISI .............................................................................................................. 15
3.3 EPIDEMIOLOGI ................................................................................................... 15
3.4 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO5 ................................................................. 17
3.5 KLASIFIKASI....................................................................................................... 18
3.6 MANIFESTASI KLINIS ....................................................................................... 23
3.7 DIAGNOSIS KISTA OVARIUM ......................................................................... 25
3.8 TATALAKSANA KISTA OVARIUM ................................................................. 31
3.9 KOMPLIKASI KISTA OVARIUM ...................................................................... 33
3.10 PROGNOSIS KISTA OVARIUM ...................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 36


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 USG Kista Ovarium…………………………………………… 29


BAB I

STATUS PASIEN

1.1 IDENTITAS PASIEN

• Nama : Nn. RH
• Usia : 22 tahun
• Alamat : Kampung Dayeuh Manggung
• Status : Belum Menikah
• Pendidikan : Mahasiswi
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Belum Bekerja
• No.CM : 012845**
• Tanggal Masuk RS : 30 November 2021
• Rujukan : Puskesmas Cilawu

1.2 ANAMNESIS

Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 01 Desember 2021 jam 08.30 WIB

Keluhan Utama
Benjolan di daerah perut bagian bawah

Keluhan Tambahan
Nyeri saat menstruasi sejak kurang lebih 1 tahun terakhir

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien wanita berusia 22 tahun datang ke poliklinik kebidanan RSU dr.
Slamet Garut dengan keluhan terdapat benjolan di daerah perut bagian bawah
sejak 4 bulan yang lalu, benjolan awalnya dirasa hanya sebesar bola pimpong
dan semakin lama dirasa semakin membesar. Pasien juga mengeluh terkadang
merasakan nyeri saat menstruasi pada hari ke 2 menstruasi sejak kurang lebih
1 tahun terakhir yang sebelumnya tidak pernah dirasakan pasien. Nyeri
tersebut menjalar hingga ke punggung bawah dan bersifat hilang timbul dengan
intensitas sedang hingga berat sampai mengganggu aktivitas pasien. Riwayat
haid teratur tiap bulan namun pasien mengaku menstruasi lebih sedikit dan
lama haid hanya 3 hari sejak 3 bulan terakhir. Pasien mengaku pertama kali
haid usia 11 tahun.
Pasien juga merasa perutnya terasa penuh. Pasien menyangkal adanya
rasa panas saat berkemih, warna urin yang pekat ataupun adanya bau yang
menyengat pada urin dan adanya darah pada urin. Keluar darah dari kemaluan
diluar masa haid, adanya penurunan berat badan yang drastis, demam, mual,
muntah disangkal. Keluhan buang air besar dan buang air kecil disangkal.
Nafsu makan biasa dan tidak ada penurunan berat badan. Riwayat merokok dan
minum-minuman alkohol disangkal. Riwayat minum obat-obatan saat haid
disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan serupa. Riwayat
keputihan abnormal (-), Hipertensi (-), DM (-), jantung (-), paru (-), ginjal (-),
kelainan darah dan riwayat alergi (-).

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga pasien yang mempunyai penyakit kista ovarium,
endometriosis, kanker ataupun tumor. Hipertensi (-), DM (-), jantung (-), paru
(-), ginjal (-), kelainan darah dan riwayat alergi (-).

Riwayat Sosial, Ekonomi dan Status Gizi


Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pasien dirumah
tinggal bersama kedua orangtua dan dua adik. Kegiatan pasien sehari-hari

2
kuliah online dan membantu pekerjaan dirumah. Pasien memiliki berat badan
45kg dan tinggi badan 153cm dengan IMT 19,23 (normoweight).

Riwayat Pengobatan
Awalnya pasien berobat ke puskesmas cilawu pada tanggal 02 September
2021 dan dilakukan USG lalu pasien dirujuk ke RSU dr. Slamet Garut.

Riwayat Menstruasi

- Menarche : 11 tahun
- Siklus haid : teratur, setiap bulan
- Lamanya haid : 3 hari
- Banyaknya : ± 20-30 cc (ganti pembalut 1-2x perhari)
- Keluhan saat haid : Nyeri dengan intensitas sedang hingga berat sampai
mengganggu aktivitas pasien

Riwayat Operasi Sebelumnya


Tidak ada

Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital
• Tekanan darah : 110/80 mmHg
• Frekuensi Nadi : 93x/menit
• Frekuensi Napas : 20x/menit
• Suhu : 36,7˚C

3
• SpO2 : 98%
• Skala nyeri :8
TB : 153 cm
BB : 45 kg
IMT :19,23 (Normoweight)

Status Generalis
Kepala : Normosefali, tidak tampak lesi, tidak ada massa.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Palpebra edem (-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (-/-), secret (-/-)

Telinga : Sekret (-/-)

Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)

Paru : Suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru, ronkhi (-/-),


wheezing (-/-)

Jantung : BJ I/BJ II reguler murni, Gallop (-), Murmur (-)


Abdomen:

• Inspeksi : Tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-), terlihat


massa menonjol pada regio bawah sampai tengah abdomen. Pembesaran
perut (-), striae gravidarum (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Perkusi : Redup pada massa kista
• Palpasi : Supel, Teraba massa kistik berukuran ±8 x 8 x 6 cm pada regio
abdomen bawah sampai tengah, mobile, permukaan rata, licin, berbatas tegas
(+), konsistensi kenyal, nyeri tekan (+), defans muscular (-), shifting dullnes
(-)

Ekstremitas: Akral hangat, edema tungkai (-/-), CRT <2 detik, Varises (-/-)

4
Status Ginekologi

a. Pemeriksaan Genitalia Eksterna


Rambut pubis (+), hematoma (-), flux (-), fluor (-), massa (-), ulkus (-),
vulva tidak ada kelainan

b. Pemeriksaan Genitalia Interna


Tidak dilakukan

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

• LABORATORIUM
(25 November 2021)
HEMATOLOGI
Masa Perdarahan/BT 2’ Menit 1-3
Masa Pembekuan/CT 7’30” Menit 5 - 11
Darah Rutin
Hemoglobin 11.9 g/dL 12.0 - 16.0
Hematokrit 36 % 35 - 47
Leukosit 6,350 /mm3 3,800 - 10,600
Trombosit 347,000 /mm3 150,000 – 440,000
Eritrosit 4.26 juta/mm3 3.6 – 5.8
KIMIA KLINIK
AST (SGOT) 18 U/L 0 - 50
ALT (SGPT) 12 U/L 0 - 50
Ureum 17 mg/dL 15 - 40
Kreatinin 0.9 mg/dL 0.5 – 1.50
Kolesterol Total 168 mg/dL <200
Glukosa Darah 82 mg/dL <140
Sewaktu

5
(02 Desember 2021)
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin 12.5 g/dL 12.0 - 16.0
Hematokrit 38 % 35 - 47
Leukosit 13,140 /mm3 3,800 - 10,600
Trombosit 278,000 /mm3 150,000 – 440,000
Eritrosit 4.57 juta/mm3 3.6 – 5.8

• RADIOLOGI
USG ABDOMEN BAWAH ( 02/09/2021)

Uterus : Ukuran normal, kontur normal, tekstur parenkin homogen.


Tampak massa kistik didaerah posterior uterus berukuran 8,7 x 8,4 x 6 cm.
Kesan : Massa kistik ovarium didaerah posterior uterus (ukuran 8,7 x 8,4 x
6 cm) curiga perlengketan dengan fundus uteri.

1.5 RESUME

Telah diperiksa Nn. R usia 22 tahun dengan keluhan terdapat benjolan di


daerah perut bagian bawah sejak 4 bulan yang lalu, benjolan awalnya dirasa hanya
sebesar bola pimpong dan semakin lama dirasa semakin membesar. Pasien juga
mengeluh terkadang merasakan nyeri saat menstruasi pada hari ke 2 menstruasi

6
sejak kurang lebih 1 tahun terakhir yang sebelumnya tidak pernah dirasakan pasien.
Nyeri tersebut menjalar hingga ke punggung bawah dan bersifat hilang timbul
dengan intensitas sedang hingga berat sampai mengganggu aktivitas pasien. Pasien
mengaku menstruasi lebih sedikit dan lama haid hanya 3 hari sejak 3 bulan terakhir

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada bagian abdomen terdapat massa


menonjol pada regio bawah sampai tengah abdomen, Teraba massa kistik
berukuran ±8 x 8 x 6 cm pada regio abdomen bawah sampai tengah, mobile,
permukaan rata, licin, berbatas tegas (+), konsistensi kenyal, nyeri tekan (+). Pada
pemeriksaan laboratorium pada tanggal 25/11/2021 didapatkan Hemoglobin 11.9
g/dL dan pemeriksaan USG abdomen bawah pada tanggal 02/09/2021 didapatkan
kesan terdapat massa kistik ovarium didaerah posterior uterus yang berukuran 8,7
x 8,4 x 6 cm.

1.6 DIAGNOSA

Diagnosis Pre-Operatif :
Kista Ovarium

Diagnosis Post-Operatif :
Kista Ovarium unilokuler non papilliform post SO kanan

1.7 RENCANA PENATALAKSANAAN

- Rawat Inap
- Observasi KU, tanda-tanda vital, dan perdarahan
- IVFD RL 20 tpm
- Rencana Tindakan operasi Laparatomi
- Edukasi pasien mengenai penyakitnya, prosedur laparatomi, serta rekurensi
penyakitnya
- Pemeriksaan PA

7
1.8 LAPORAN OPERASI LAPARATOMI

• Diagnosa Pre-Operative : Kista Ovarium


• Diagnosa Post-Operative : Kista Ovarium unilokuler non
papilliform post Salpingoovarektomi Dextra
• Nama Operasi : Salpingoovarektomi
• Jenis Operasi : Besar
• Posisi Operasi : Supine
• Jenis Pembiusan : General Anestesi
• Tanggal Operasi : 02 Desember 2021
• Jam Operasi Mulai : 11.00 WIB
• Jam Operasi Selesai : 12.00 WIB
• Lama Operasi : 1 jam
• Uraian Operasi
Dilakukan Tindakan a dan antiseptik Setelah peritoneum dibuka
tampak massa kistik berasal dari ovarium kanan. Dilakukan reduksi massa.
Dilakukan Salpingoovarektomi kanan. Ligamentum infundibulopelvikum
kanan, sebagian mesosalpinx diklem, digunting sehingga massa dapat

8
diangkat seluruhnya. Dilakukan penjahitan dari dengan benang chromic no
1 setelah tidak ada perdarahan. Permukaan ditutup dengan PGA no 1

1.9 PROGNOSIS

• Quo ad vitam : ad bonam


• Quo ad functionam : ad bonam
• Quo ad sanactionam : dubia

1.10 FOLLOW UP

Tanggal Assesment Medis Rawat Inap


03/12/2021 S/ nyeri luka post op, POD I
O/
KU : TSS
Kes : Composmentis
TD : 100/80 mmHg
HR : 102x/menit
RR : 20x/menit
T : 36.3 oC
SpO2 : 99%
Skala nyeri : 3
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Abdomen : Simetris, nyeri tekan (+), BU (+)
Luka operasi tertutup verban, rembesan (-)
A/ Kista Ovarium unilokuler non papilliform post SO
kanan
P/
Cefotaxime 2x1 gr IV
Ketorolac 2x1 gr IV

9
Metronidazole 2x500 gr
04/12/2021 S/ nyeri luka post op, BAK (+), POD II
O/
KU : TSS
Kes : Composmentis
TD : 100/50 mmHg
HR : 100x/menit
RR : 20x/menit
T : 36.5 oC
SpO2 : 99%
Skala nyeri : 2
Abdomen : datar supel, luka tertutup verban (+), basah (-),
BU (+), Nyeri tekan (+), Pekak berpindah (-)
Luka operasi tertutup verban, rembesan (-)
A/ Kista Ovarium unilokuler non papilliform post SO
kanan
P/
Cefadroxyl 3 x 50 mg PO
Asam mefenamat 3 x 50 mg PO
BLPL

10
BAB II

ANALISA KASUS

1. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini?

Penegakan diagnosis pada kasus ini didapatkan dari anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis diketahui
bahwa penderita mempunyai keluhan benjolan yang dirasa semakin lama
semakin membesar pada perut bagian bawah sejak 4 bulan yang lalu. Pasien
juga mengatakan nyeri pada perut setiap kali menstruasi dan hilang saat
menstruasi selesai. Pasien mengaku menstruasi lebih sedikit dan lama haid
hanya 3 hari sejak 3 bulan. Pada pemeriksaan abdomen teraba massa kistik
berukuran ±8 x 8 x 6 cm pada regio abdomen bawah sampai tengah, mobile,
permukaan rata, licin, berbatas tegas (+), konsistensi kenyal, nyeri tekan
(+). Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan
teori mengenai tanda dan gejala kista ovarium.
Pada kasus ini hasil pemeriksaan USG ditemukan adanya massa
berukuran 8,7 x 8,4 x 6 cm. USG perlu dilakukan untuk menentukan letak
dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam rongga perut yang bebas dan
tidak. USG adalah alat diagnostik imaging yang utama untuk kista ovarium.

2. Apakah pengelolaan kasus ini sudah tepat?

Pada kasus ini penatalaksanaan yang diberikan yaitu laparatomi. Hal


ini sesuai dengan teori. Berdasarkan teori, jika kista membesar, maka
dilakukan tindakan pembedahan, yaitu dilakukan pengambilan kista dengan
tindakan laparoskopi atau laparotomi. Biasanya kista yang ganas tumbuh
dengan cepat dan pasien mengalami penurunan berat badan yang
signifikan.

11
Pasien dipulangkan pada perawatan hari ke 3 setelah dilakukan
operasi dengan kondisi pasien yang membaik, tidak ditemukan adanya
tanda-tanda infeksi serta dianjurkan untuk melakukan kontrol sehingga
proses penyembuhan menjadi lebih terkontrol.

3. Bagaimana prognosis pada pasien ini?

Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam jika


penatalaksanaannya sesuai prosedur. Quo ad vitam pada pasien ini ad
bonam karena pada pasien ini setelah dilakukan salphingo ooforektomi
dengan laparotomi, keadaan pasien semakin membaik. Hasil pemeriksaan
lain dalam batas normal dan luka jahit kering terawat. Quo ad functionam
pada pasien ini dubia karena pasien masih memiliki satu lagi organ
reproduksinya, Quo ad sanactionam pada pasien ini ad bonam karena
apabila sudah dilakukan operasi, angka kejadian kista berulang cukup kecil
yaitu 13%.

12
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI OVARIUM


Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri
dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum kiri
dan kanan. Ovarium berukuran sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang
kira- kira 4 cm, lebar dan tebal kira- kira 1,5 cm.1
Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat
ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk
ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya ke atas dan
belakang, sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan. Ujung yang
dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat dengan
uterus, dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum.
Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan
ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi
satu dengan yang ada di ligamentum rotundum. Embriologi kedua ligamentum
berasal dari gubernakulum.1
Struktur ovarium terdiri atas :1
1. Korteks ovarium ; terletak di sebelah luar yang diliputi oleh epitelium
germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta
folikel- folikel primordial
2. Medulla ; terletak di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma
dengan pembuluh- pembuluh darah, serabut – serabut saraf dan sedikit otot
polos.
Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer.
Tiap bulan satu folikel akan keluar, kadang- kadang dua folikel yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de Graff. Folikel – folikel ini

13
merupakan bagian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat di korteks ovarii
dalam letak yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat- tingkat
perkembangan dari satu sel telur dikelilingi oleh satu lapisan sel- sel saja
sampai menjadi folikel de Graff yang matang terisi dengan likour folikulli,
mengandung estrogen dan siap untuk berovulasi.1
Folikel de Graff yang matang terdiri atas :1
1. Ovum : yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm yang mempunyai
nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus pula
2. Stratum granulosum yang terdiri atas sel- sel granulisa, yakni sel- sel bulat
kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum ; pada
perkembangan lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likour
folikuli
3. Teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan sel
sel yang lebih kecil daripada sel granulosa
4. Teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak Pada ovulasi,
folikel yang matang dan yang mendekati permukaan ovarium pecah dan
melepaskan ovum ke rongga perut. Sel- sel granulosa yang melekat pada ovum
yang membentuk korona radiata bersama- sama ovum ikut dilepas. Sebelum
dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam dua tahap sebagai
persiapan untuk dapat dibuahi.1
Setelah ovulasi, sel- sel stratum granulosum di ovarium mulai
berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likour folikuli.
Demikian pula jaringan ikat dan pembuluh- pembuluh darah kecil yang ada di
situ. Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel
diberi nama korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya sebentar. Di dalam
sel- selnya timbul pigmen kuning, dan korpus rubrum menjadi korpus luteum.
Sel- selnya membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler dan
jaringan ikat diantaranya.1
Di tengah- tengah masih terdapat bekas perdarahan. Jika tidak ada
pembuahan ovum, sel- sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan
menjadi atrofik, sedangkan jaringan ikatnya bertambah. Korpus luteum lambat

14
laun menjadi korpus albikans. Jika pembuahan terjadi, korpus luteum tetap
ada, malahan menjadi lebih besar, sehingga mempunyai diameter 2,5 cm pada
kehamilan 4 bulan.
Pusat reproduksi ada pada hipotalamus, hipotalamus mempunyai
hormon gonadripine-releasing hormone (GnRH) yang mempunyai 2 hormon
yaitu follicle stimulating hormone relesting hormon (FSHRH) dan luteinizing
hormone relesting hormone (LHRH), dimana hormon tersebut merangsang
hipopisis anterior untuk merangsang follicle-stimulating hormone (FSH) dan
luteinezing hormone (LH). FSH dan LH mereproduksi estrogen dan
progesteron, pada ovarium akan ada pembentukan folikel de graf
menghasilkan estrogen sedangkan korpus luteum akan menghasilkan estrogen
dan progesteron, setelah itu adanya umpan balik postif dan umpan balik negatif
bergantung pada konsentrasi estrogen.2

3.2 DEFINISI

Kista adalah pertumbuhan berupa kantung (pocket, pouch) yang


tumbuh dibagian tubuh tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung yang
berisi cairan atau materi semisolid yang tumbuh dalam ovarium.3 Kista
ovarium merupakan pertumbuhan kistik di dalam ovarium dan umumnya
timbul dari komponen epitel dan paling sering jinak. 4
Secara histologis, kista ovarium sering dibagi menjadi kista yang
berasal dari pertumbuhan neoplastik, neoplasma kistik ovarium, dan kista
ovarium fungsional yang terbentuk oleh karena gangguan ovulasi.3

3.3 EPIDEMIOLOGI

Deteksi kista ovarium menyebabkan kecemasan substansial pada wanita


karena ketakutan akan keganasan, tetapi sebagian besar kista ovarium jinak.
Kista ini dapat berkembang pada wanita di setiap tahap kehidupan, dari periode
neonatal hingga pasca-menopause. Namun, sebagian besar kista ovarium

15
muncul selama masa remaja, yang aktif secara hormon. Kista ovarium juga
umum terjadi pada wanita pascamenopause. Prevalensi pasti tidak diketahui
karena jumlah data yang dipublikasikan terbatas. Namun, penelitian telah
memperkirakan kejadian antara 5% dan 17%.5
Kebanyakan kista bersifat fungsional dan sembuh tanpa pengobatan.
Namun, kista ovarium dapat menandai proses keganasan yang mendasari atau,
mungkin, mengalihkan perhatian dokter dari kondisi yang lebih tidak aman,
seperti apendisitis, torsi ovarium, atau kehamilan ektopik. Lebih dari 75%
massa ovarium pada wanita usia reproduksi adalah kista fungsi dan kurang dari
25% adalah neoplasma nonfuctional. Meskipun kista ovarium fungsional dapat
ditemukan pada wanita dari segala usia, mereka paling sering terjadi antara
pubertas dan menopause. Wanita yang merokok memiliki peningkatan dua kali
lipat untuk kista fungsional.6
Kista ovarium terdapat disekitar 18% yang sudah postmenopause.
Sebagian besar kista yang ditemukan merupakan kista jinak, dan 10% sisanya
adalah kista yang mengarah ke keganasan. Kista ovarium fungsional umumnya
terjadi pada usia produktif dan relatif jarang pada wanita postmenopause.
Secara umum, tidak ada persebaran umur yang spesifik mengenai usia
terjadinya ovarium.7
Pada wanita usia muda (biasanya kurang dari 40 tahun) resiko
pertumbuhan menjadi ganas berkurang, oleh karena itu kista dapat dikontrol
dengan USG pelvik. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko
terjadinya karsinoma terutama pada wanita-wanita yang mulai menopause.1
Angka kejadian kista ovarium di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak
23.400 orang dan meninggal sebanyak 13.900 orang. Angka kematian tertinggi
ini disebabkan karena penyakit ini pada awal bersifat asimptomatik dan baru
menimbulkan keluhan apakah sudah terjadi metastasis sada sehingga 60-70%
Pasien datang pada stadium lanjut.8
Sebagai gambaran di RSU Dharmais Jakarta, ditemukan penderita kista
ovarium sebanyak 30 kasus setiap tahun. Studi epidemiologi menyatakan
beberapa faktor resiko. Melahirkan pertama kali pada usia diatas 35 tahun dan

16
wanita yang memepunyai keluarga dengan riwayat kehamilan pertama terjadi
pada usia dibawah 25 tahun. Penggunaan pil kontrasepsi dan menyusui
menurunkan kista ovarium sebanyak 30-60%. Kista ovarium sendiri memiliki
resiko yaitu mengalami degenerasi keganasan menjadi kanker, disamping itu
bisa mengalami torsi atau terpelintir sehingga menimbulkan nyeri akut,
perdarahan atau infeksi bahkan sampai kematian.9

3.4 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO5,6,10,11


- Menarche awal
- Trimester Pertama Kehamilan
Pada sekitar 1% hingga 4% kehamilan, kista ovarium didiagnosis
dengan ultrasonografi rutin. Peningkatan kadar gonadotropin chorionik
beta-manusia dapat meniru aksi gonadotropin atau menstimulasi ovarium
itu sendiri untuk membentuk kista fungsional atau korpus luteum. Mayoritas
diselesaikan dalam 16 minggu.
- Riwayat pribadi infertilitas
- Terapi Tamoxifen
Tamoxifen dapat menyebabkan kista ovarium fungsional jinak yang
biasanya sembuh setelah penghentian pengobatan
- Merokok
Rokok meningkatkan risiko 3 kali lipat tumor ovarium mukosa jinak.
risiko dari merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan penurunan
indeks massa tubuh (BMI)
- Menggunakan KB suntik 3 bulan.
- Perawatan infertilitas
Pasien yang dirawat karena infertilitas dengan induksi ovulasi dengan
gonadotropin atau agen lain, seperti klomifen sitrat atau letrozole, dapat
mengalami kista sebagai bagian dari sindrom hiperstimulasi ovarium.
- Hipotiroidisme

17
Karena kesamaan antara subunit alfa hormon perangsang tiroid (TSH)
dan hCG, hipotiroidisme dapat merangsang pertumbuhan ovarium dan kista.
- Gonadotropin ibu
Efek transplasental gonadotropin ibu dapat menyebabkan
perkembangan kista ovarium neonatal dan janin

Faktor risiko untuk kista adenokarsinoma ovarium meliputi:

- Riwayat keluarga yang kuat


- Usia lanjut
- Ras kulit putih
- Infertilitas
- Nulliparitas
- Riwayat kanker payudara
- Mutasi gen BRCA

3.5 KLASIFIKASI

Kista ovarium dapat terjadi di bagian korpus luteum dan bersifat non
neoplastik. Ada pula yang bersifat neoplastik. Oleh karena itu, tumor kista dari
ovarium yang jinak di bagi dalam dua golongan yaitu golongan non-neoplastik
dan neoplastik.12
Ciri-ciri dari kista non neoplastik (fungsional) adalah biasanya terkait
dengan gangguan hormonal sementara, jarang menjadi rumit, terkadang sulit
dibedakan dengan kista neoplastik tetapi dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri
berikut:13
- Biasanya berdiameter 6-8 cm.
- Biasanya asimtomatik.
- Regresi spontan biasanya mengikuti koreksi dari gangguan fungsional yang
terkait.
- Unilocular.
- Berisi cairan bening di dalamnya kecuali terjadi perdarahan.

18
- Epitel lapisan sesuai dengan epitel fungsional dari unit tempat ia muncul.
Menurut klasifikasi kista ovarium berdasarkan golongan non
neoplastik, kista dapat didapati sebagai : 12

a. Kista Ovarium Non-neoplastik


• Kista Folikel
Kista folikel merupakan kista fungsional yang paling umum
terjadi. Mereka biasanya multipel dan kecil seperti yang terlihat pada
kasus hiperplasia kelenjar kistik endometrium atau dalam kaitannya
dengan fibroid. Hiperestrinisme terlibat sebagai penyebabnya. Namun,
kista yang terisolasi dapat terbentuk di folikel Graafian yang tidak
rusak, yang dapat membesar tetapi biasanya tidak melebihi 5 cm. Kista
dilapisi oleh sel granulosa khas tanpa sel lutein atau sel mungkin
menjadi rata karena tekanan.13
Pada fase folikuler, kista folikel dapat terjadi akibat kurangnya
pelepasan fisiologis sel telur akibat stimulasi FSH yang berlebihan atau
kurangnya lonjakan LH normal pada pertengahan siklus tepat sebelum
ovulasi. Stimulasi hormonal menyebabkan kista ini terus berkembang.
Kista folikel biasanya berdiameter lebih dari 2,5 cm dan bermanifestasi
sebagai rasa tidak nyaman dan berat. Sel granulosa yang melapisi
folikel juga dapat bertahan, menyebabkan produksi estradiol berlebih,
yang pada gilirannya menyebabkan penurunan frekuensi menstruasi
dan menoragia. Kista folikel merupakan struktur normal dan fisiologis
yang berasal dari kegagalam resorbsi cairan folikel yang tidak dapat
berkembang secara sempurna. Kista folikel dapat tumbuh menjadi
besar setiap bulannya sehingga sejumlah folikel tersebut dapat mati
dengan disertai kematian ovum.14
Kista folikel biasanya tidak bergejala dan dapat menghilang
dalam waktu <60 hari. Jika muncul gejala, biasanya menyebabkan
interval antar menstruasi yang sangat pendek atau panjang.
Pemeriksaan untuk kista < 4 cm adalah pemeriksaan ultrasonografi

19
awal, dan pemeriksaan ulang dalam waktu 4-8 minggu. Sedangkan
pada kista > 4 cm atau kista menetap dapat diberikan pemberian
kontrasepsi oral selama 4- 8 minggu yang akan menyebabkan kista
menghilang sendiri.12
Pada sebagian besar kasus, deteksi dilakukan secara tidak sengaja
pada pemeriksaan bimanual, sonografi, laparoskopi, atau laparotomi.
Kista mungkin tetap asimtomatik atau dapat menimbulkan nyeri yang
tidak jelas.13
Kista folikel <3 cm tidak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Kista sederhana, <8 cm, unilocular, bebas gema tanpa area padat atau
proyeksi papiler, dengan CA 125 serum normal harus ditindaklanjuti
dengan USG ulang dalam waktu 3 sampai 6 bulan.13
Kapan pun kista menetap atau tumbuh, kista harus diangkat
dengan laparoskopi / laparotomi.13
• Kista Lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar
kehamilan. Kista luteum yang sesungguhnya, umumnya berasal dari
corpus luteum hematoma. Perdarahan kedalam ruang corpus selalu
terjadi pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak
jumlahnya, terjadilah korpus leteum hematoma yang berdinding tipis
dan berwarna kekuning - kuningan. Biasanya gejala-gejala yang di
timbulkan sering menyerupai kehamilan ektopik.12
• Kista stain-levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik,
permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada
pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik.
Dibawahnya tampak folikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi
tidak di temukan korpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang
disebut stain – leventhal syndrome dan kelainan ini merupakan penyakit
herediter yang autosomal dominant.12

20
• Kista Korpus Luteum
Dengan tidak adanya kehamilan, umur korpus luteum adalah 14
hari. Jika sel telur dibuahi, korpus luteum terus mengeluarkan
progesteron selama 5-9 minggu, sampai akhirnya larut dalam waktu 14
minggu., jika gagal larut akan mengakibatkan kista korpus luteal, yang
dapat didefinisikan sebagai korpus luteum yang tumbuh hingga
diameter 3 cm. Kista dapat menyebabkan nyeri panggul unilateral yang
tumpul dan dapat menjadi rumit karena ruptur, yang menyebabkan
nyeri akut dan kemungkinan kehilangan banyak darah.12
Kista korpus luteum merupakan jenis kista yang jarang terjadi.
Kista korpus luteum berukuran ≥ 3 cm, dan diameter kista sebesar 10
cm. Kista tersebut dapat timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi
perdarahan dan bisa pecah yang sering kali perlu tindakan operasi
(kistektomi ovarii) untuk mengatasinya. Keluhan yang biasa dirasakan
dari kista tersebut yaitu rasa sakit yang berat di rongga panggul terjadi
selama 14- 60 hari setelah periode menstruasi terakhir.13
Kista korpus luteum biasanya terjadi akibat aktivitas korpus
luteum yang berlebihan. Ada perdarahan yang berlebihan di dalam
korpus luteum. Meskipun kista berisi darah, sekresi progesteron dan
estrogen terus berlanjut. Akibatnya, siklus menstruasi bisa normal atau
bisa terjadi amenore atau siklus tertunda. Biasanya diikuti dengan
perdarahan berat. Jika perdarahan intrakistik banyak, dapat pecah dan
menyebabkan perdarahan intraperitoneal akut dengan gambaran klinis
seperti kehamilan ektopik terganggu.13
Jika gambaran abdomen akut muncul, laparotomi dengan
enukleasi kista harus dilakukan bersama dengan tindakan resusitasi
seperti pada kehamilan ektopik terganggu.13
Kista ini jarang terjadi pada wanita yang mengonsumsi pil
kontrasepsi oral. Dengan demikian, jika kista menetap setelah tiga
bulan terapi pil, kemungkinan besar kista tersebut adalah kista
neoplastik.13

21
b. Kista Ovarium Neoplastik
• Kistoma Ovarium Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista
tipis dan cairan di dalam kista jernih, dan berwarna putih. Terapi terdiri
atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan
yang di keluarkan harus segera di periksa secara histologik untuk
mengetahui apakah ada keganasan atau tidak.12
• Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu terotoma kistik yang jinak
dimana stuktur-stuktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna,
seperti epital kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna
putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada
elemen-elemen entoderm dan mesoderm.Tidak ada ciri-ciri yang khas
pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan, dan
agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, dan dibagian lain
padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu. 12
• Kistadenoma Ovarium Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Namun, kista
tersebut bisa berasal dari suatu teroma dimana dalam pertumbuhannya
satu elemen menghalangkan elemen–elemen lain. Selain itu, kista
tersebut juga berasal dari lapisan germinativum. Penangan terdiri atas
pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup besar
sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya di
lakukan pengangkatan ovariam beserta tuba (salpingo –
ooforektomi).12
• Kistadenoma Ovarium Serosum
Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor
biasanya licin, kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler
meskipun lazimnya berongga satu. Terapi pada umumnya sama seperti

22
pada kistadenoma musinosum. Hanya berhubung dengan lebih
besarnya kemungkinan keganasan, perlu di lakukan pemeriksaan yang
teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu
di periksa sediaan yang di bekukan pada saat operasi untuk menentukan
tindakan selanjutnya pada waktu operasi.12

3.6 MANIFESTASI KLINIS

Kebanyakan wanita dengan kista ovarium tidak menunjukkan gejala.


Jika timbul gejala, nyeri sering terjadi. Dismenore dapat mengindikasikan
endometriosis terkait endometrioma. Nyeri hebat intermiten atau akut disertai
muntah sering menyertai torsio. Penyebab nyeri akut lainnya juga termasuk
ruptur kista hingga abses tuboovarium. Pada keganasan ovarium lanjut, wanita
mungkin tidak mengalami peningkatan lingkar perut dan rasa kenyang akibat
asites atau dari ovarium yang membesar. Pada beberapa wanita, bukti
gangguan hormonal dapat ditemukan, misalnya produksi estrogen berlebih
dari stimulasi sel granulosa dapat mengganggu menstruasi atau memicu
perdarahan pada pasien prapubertas atau pascamenopause. Peningkatan
androgen yang diproduksi oleh stimulasi sel teka dapat menyebabkan virilisasi
pada wanita.5
Kista ovarium menimbulkan beragam manifestasi klinis pada pasien.
Manifestasi klinis yang terjadi dapat berupa ketidak nyamanan pada abdomen,
sulit buang air kecil, nyeri panggul, dan nyeri saat senggama serta gangguan
menstruasi. Adanya gangguan menstruasi ini menyebabkan masyarakat
berpendapat bahwa wanita yang mengalami kista ovarium akan mengalami
kemandulan (infertilitas). Kista ovarium dapat menyebabkan obstipasi karena
pergerakan usus terganggu atau dapat juga terjadi penekanan dan
menyebabkan defekasi yang sering. Pasien juga mengeluhkan
ketidaknyamanan dalam coitus, yaitu pada penetrasi yang dalam. Pada tumor
yang besar dapat terjadi tidak adanya nafsu makan dan rasa sesak. Pada
umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid. Ireguleritas siklus

23
menstruasi dan pendarahan vagina yang abnormal dapat terjadi. Pada anak
muda, dapat menimbulkan menarche lebih awal. 6

24
3.7 DIAGNOSIS KISTA OVARIUM

Anamnesis
Kebanyakan wanita dengan kista ovarium tidak menimbulkan gejala
dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak
spesifik. Tetapi adapun kista yang berkembang menjadi besar dan
menimbulkan nyeri yang tajam. Rasa sakit tersebut akan bertambah jika
kista tersebut terpuntir atau terjadi rupture.3
Pemastian penyakit tidak biasa dilihat dari gejala-gejala saja karena
mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis,
radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan
ditubuh anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala
berikut yang muncul bila anda mempunyai kista ovarium: 3

1. Rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit
tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur
2. Perut terasa penuh, berat, kembung
3. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa
tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi penekanan
terhadapat kandung kemih sehingga menyebabkan frekuensi berkemih
menjadi sering. Kista ovarium juga dapat menyebabkan obstipasi
karena pergerakan usus terganggu atau dapat juga terjadi penekanan dan
menyebabkan defekasi yang sering.
4. Haid tak teratur
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali
jika tumor tersebut mengeluarkan hormon. Ireguleritas siklus
menstruasi dan pendarahan vagina yang abnormal dapat terjadi. Pada
anak muda, dapat menimbulkan menarche lebih awal.
5. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar
kepanggul bawah dan paha.

25
6. Nyeri senggama.
7. Mual, ingin muntah, atau pergeseran payudara mirip seperti pada
saat hamil.
Pada keganasan, dapat ditemukan penurunan berat badan yang
drastis. Banyak kista ovarium yang tidak bergejala dan ditemukan secara
kebetulan pada pemeriksaan panggul rutin atau selama pemeriksaan
pencitraan untuk indikasi lain. Temuan bervariasi, tetapi biasanya
massa bersifat mobile, kistik, tidak nyeri tekan, dan ditemukan di lateral
uterus.3
Pemeriksaan β-HCG sangat berharga dalam evaluasi patologi
adneksa. Deteksi β-HCG bisa mengindikasikan kehamilan ektopik atau
kehamilan korpus luteum. Lebih jarang lagi, β-HCG juga dapat
berfungsi sebagai penanda tumor.3
Penanda tumor biasanya protein yang diproduksi oleh sel tumor atau
oleh tubuh sebagai respons terhadap sel tumor. Dari penanda yang
digunakan, CA125 adalah glikoprotein yang diproduksi oleh sel
mesothelial yang melapisi rongga peritoneal, pleura, dan pericardial.
Kadar serum CA125 sering meningkat pada wanita dengan kanker
epitel ovarium. CA125 bukanlah antigen khusus tumor dan
konsentrasinya meningkat hingga 1% dari control yang sehat. Kadarnya
juga bisa meningkat seiring dengan penyakit tidak ganas seperti
leiomyoma, endometriosis, adenomiosis, dan salpingitis. Meskipun
terdapat keterbatasan, penentuan serum CA125 dapat membantu
mendeteksi jika kista ovarium berukuran besar atau memiliki tanda
yang mengkhawatirkan secara sonografis.3
Kista pada pasien pascamenopause atau pembawa mutase gen
BRCA juga memerlukan evaluasi tingkat CA125. Dari penanda
tersebut, kadar serum alpha fetoprotein (AFP) dapat meningkat pada
pasien yang jarang dengan tumor sinus endodermal atau karsinoma
embryonal. Kadar serum β-HCG yang meningkat dapat
mengindikasikan koriokarsinoma ovarium, tumor sel germinal

26
campuran, atau karsinoma embryonal. Kadar laktat dehydrogenase
(LDH) dapat meningkat pada mereka dengan dysgerminoma,
sedangkan peningkatan antigen karsinoembrionik (CEA) dan antigen
CA19-9 timbul dari sekresi karsinoma epitel ovarium musinosa. 3
Sonografi adalah alat lini pertama untuk mengevaluasi massa pelvic.
Pemindaian transabdominal dilakukan terlebih dahulu untuk
menghindari hilangnya kista besar yang terletak di luar pelvic.
Sonografi Doppler warna transvaginal (V-CDS) dapat menambah
informasi mengenai struktur lesi, potensi ganas, dan kemungkinan torsi.
Namun untuk menilai kista ovarium simple atau ganas, V-CDS tidak
memberikan keuntungan yang signifikan dibandingkan dengan VS
konvensional.3

B. Pemeriksaan Fisik
Sebuah kista yang besar dapat teraba pada pemeriksaan perut,
namun adanya asites yang banyak dapat mengganggu palpasi abdomen.
Walau pada wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal
tetapi hal ini adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause.
Perabaan menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik,
mobile, permukaan massa umumnya rata. Cervix dan uterus dapat
terdorong pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid
dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau
endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan ascites yang masif. 3

C. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan
fisik. Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui
pemeriksaan fisik. Maka kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang
untuk mendiagnosis kista ovarium. Pemastian diagnosis untuk kista
ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan: 3

27
• Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis
apakah tumor tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut pemeriksaan yang
umum dilakukan untuk mendiagnosis kista ovarium.3
a. Pemeriksaan Beta-HCG
Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal apakah wanita
tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Darah Lengkap
Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat diperkirakan melalui LED.
Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga dapat membantu
pemeriksa menilai keadaan pasien.
c. Urinalisis
Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain, baik
batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan diagnosis
banding.
d. Pemeriksaan Tumor Marker
Tumor marker spesifik pada keganasan ovarium adalah CA125. Tes
darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125, CA-
125 diasosiasikan dengan kanker ovarium. Cancer antigen 125 (CA
125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel ovarium normal
dan karsinoma ovarium. Dengan ini diketahui apakah massa ini jinak
atau ganas. Level serum kurang dari 35 U/ml adalah kadar CA 125
ditemukan meningkat pada 85% pasien dengan karsinoma epitel
ovarium. Terkadang CA 125 ditemukan meningkat pada kasus jinak
dan pada 6% pasien sehat. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA
kurang spesifik karena marker ini juga mewakili keganasan kolorektal,
uterus dan ovarium.

• USG
Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendeteksi

28
adanya kista. Selain itu, MRI dan CT Scan bisa dipertimbangkan tetapi
tidak sering dilakukan karena pertimbangan biaya. Alat peraba
(transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista, membantu
mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau
padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material
padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Dari gambaran USG dapat
terlihat:
a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang
oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding yang
tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo
yang lebih putih dari dinding depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler
(bersepta-septa).
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus
(internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen
darah di dalam kista.

Gambar 1. Gambaran USG pada Kista Ovarium

• Foto Rontgen

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya hidrotoraks.


Pemeriksaan pielogram inravena dan pemasukan bubur barium pada kolon
dapat untuk menentukan apakah tumor berasal dari ovarium atau tidak,
misalnya tumor bukan dari ovarium yang terletak di daerah pelvis seperti
tumor kolon sigmoid.3

29
• Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil di bawah pusar) dapat melihat ovarium, menghisap cairan
dari kista atau mengambil bahan untuk biopsi.3

• Pemeriksaan Patologi Anatomi


Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari tumor
ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses
operasi, kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah mikroskop.3

3.8 DIAGNOSIS BANDING

Kista ovarium memiliki berbagai diagnosis banding, dan ini secara luas
diklasifikasikan ke dalam subkategori ginekologi dan nonginekologi. 15

Ginekologi

- Jinak: Kista fungsional, endometrioma, abses tubo-ovarium, teratoma


matur, kistadenoma serosa, kistadenoma musinosa, kista para tuba,
hidrosalping, leiomyoma
- Ganas: Karsinoma epitel, tumor sel germinal, tumor sex cord atau stroma,
kanker metastatic
- Penyakit radang panggul
- Kehamilan ektopik

Non-ginekologis

- Appendicitis
- Divertikulitis
- Kanker gastrointestinal
- Infeksi Saluran Kemih
- Nefrolitiasis

30
- Abses psoas

3.9 TATALAKSANA KISTA OVARIUM

Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya
setelah satu atau dua siklus haid atau menurun dalam 6 bulan setelah
identifikasi. Apabila terdapat nyeri, maka dapat diberikan obat-obatan
simptomatik seperti penghilang nyeri NSAID. Tindakan ini diambil jika tidak
curiga ganas. Pemberian obat kontrasepsi juga dapat diberikan untuk
mengecilkan ukuran atau perkembangan kista dan mengurangi peluang
pertumbuhan kista ovarium. Dilakukan pada kista dengan ukuran kurang dari
7 cm. Perawatan dirumah sakit dilakukan bila : kista direncanakan untuk
diangkat melalui operasi atau kista yang mengalami puntiran, rutpur, atau
terinfeksi.3
Pada wanita pascamenopause dengan kista ovarium simple,
penatalaksanaan hamil juga dapat dilakukan jika beberapa kriteria berikut
terpenuhi :3
(1) Bukti sonografi dari dinding tipis
(2) Diameter kista < 5 cm
(3) Tidak ada pembesaran kista selama pengawasan
(4) Kadar serum CA125 normal

Operatif
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni
dilakukan pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi.
Bila ukuran kista lebih dari 7 cm, atau kista mengalami puntiran, atau kista
ruptur, atau kista mengalami infeksi dilakukan : 3
a. Kistektomi
b. Ovarektomi
c. Salpingo ooforektomi

31
Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita post menopause, kista
yang berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal,
aman untuk tidak dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan
pemeriksaan USG. Sedangkan untuk wanita premenopause, kista
berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk tidak dilakukan terapi.
Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang lebih
besar 10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunakan pada
pasien dengan kista benigna, kista fungsional atau simpleks yang
memberikan keluhan. Laparotomi harus dikerjakan pada pasien dengan
resiko keganasan dan pada pasien dengan kista benigna yang tidak dapat
diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan konservasi ovarium
dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk
fertilitas di masa mendatang. Pengangkatan ovarium sebelahnya harus
dipertimbangkan pada wanita post menopause, perimenopause, dan wanita
premenopasue yang lebih tua dari 35 tahun yang tidak menginginkan anak
lagi serta yang beresiko menyebabkan karsinoma ovarium.
Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien
mengalami penurunan berat badan yang signifikan. Akan tetapi kepastian
suatu kista itu bersifat jinak atau ganas jika telah dilakukan pemeriksaan
Patologi Anatomi setelah dilakukan pengangkatan kista itu sendiri melalui
operasi. Biasanya untuk laparoskopi diperbolehkan pulang pada hari ke-3
atau ke-4, sedangkan untuk laparotomi diperbolehkan pulang pada hari ke-
8 atau ke-9.
Diperlukan konsultasi dengan ahli endokrin reproduksi dan
infertilitas untuk endometrioma dan sindrom ovarium polikistik. Konsultasi
dengan onkologi ginekologi diperlukan untuk kista ovarium kompleks
dengan serum CA125 lebih dari 35 U/ml dan pada pasien dengan riwayat
karsinoma ovarium pada keluarga. Jika keadaan meragukan, perlu pada
waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen
section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat kepastian
tumor ganas atau tidak.

32
Untuk tumor ganas ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama.
Prosedurnya adalah total abdominal histerektomi, bilateral
salfingoooforektomi, dan appendiktomi (optional). Tindakan hanya
mengangkat tumornya saja (ooforektomi atau ooforokistektomi) masih
dapat dibenarkan jika stadiumnya masih muda, belum mempunyai anak,
derajat keganasan tumor rendah seperti pada fow potential malignancy
(borderline). Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka
terhadap radisi, disgerminoma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi
menggunakan obat sitostatika seperti agens alkylating (cyclophosphamide,
chlorambucyl) dan antimetabolit (adriamycin). FoIlow up tumor ganas
sampai 1 tahun setelah penanganan setiap 2 bulan, kemudian 4 bulan
selama 3 tahun setiap 6 bulan sampai 5 tahun dan seterusnya setiap tahun
sekali.

3.10 KOMPLIKASI KISTA OVARIUM

a. Torsi
Torsi terjadi hanya jika pedikel sangat panjang dan tumor tidak
terfiksasi pada struktur yang lain. Tumor yang besar jarang terjadi
pemutaran karena tidak memiliki ruang untuk melakukan pergerakan secara
bebas. Komplikasi ini biasanya khusus terjadi pada kista dermoid dan
fibroma, tetapi beberapa ukuran tumor yang moderate yang tidak
mengalami fiksasi dapat juga terjadi torsi. Ketika terjadi torsi, lilitan timbul
pertama kali pada vena , suplai darah pada arteri tetap berlanjut, dan tumor
akan berisi darah yang kemudian akan menjadi kemerahan dan kadang
terjadi perdarahan intraperitoneal.6
b. Ruptur
Ruptur spontan dari ovarium dapat timbul. Hal ini disebabkan suplai
darah yang tidak adekuat pada dinding tumor. Kalau ruptur tumor terjadi
pada tumor yang kecil maka nyeri yang ditimbulkan minimal atau tidak
ada, tetapi pada tumor yang besar , maka dapat ditemukan nyeri yang berat

33
disertai dengan muntah dan lebih lanjut dapat terjadi syok.6
c. Perdarahan
Perdarahan dapat menyebabkan pembesaran tumor (distensi) sehingga
menyebabkan nyeri perut, kadang perdarahan masif timbul pada tumor
ovarium, terutama pada kasus keganasan, ini menyebabkan nyeri yang
serupa dengan torsi.6
d. Penekanan
Penekanan pada bagian dalam pelvic akan menyebabkan retensio urin,
tumor biasanya akan selalu naik dari rongga pelvic ke rongga abdomen.6
e. Infeksi
Infeksi jarang terjadi dimana tumor terlibat pada proses inflamasi lokal
seperti appendicitis, divertikulitis atau penyebaran luas setelah abortus
atau partus.6
f. Keganasan
Setelah tumor diangkat pada operasi, perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopik yang seksama. Adanya ascites mencurigakan adanya anak
sebar, memperkuat diagnosa keganasan.6

3.10 PROGNOSIS KISTA OVARIUM

Prognosis untuk kista jinak sangat baik. Semua kista tersebut dapat
terjadi di jaringan ovarium sisa atau di ovarium kontralateral. Secara
keseluruhan, 70% -80% kista folikel sembuh secara spontan. Keganasan
adalah masalah umum di antara pasien dengan kista ovarium. Pasien hamil
dengan kista sederhana dengan diameter lebih kecil dari 6cm memiliki
risiko keganasan kurang dari 1%. Sebagian besar kista ini sembuh pada usia
kehamilan 16-20 minggu, dengan 96% dari massa ini menghilang secara
spontan. Pada pasien pascamenopause dengan kista unilokular, keganasan
berkembang pada 0,3% kasus.14
Pada kista yang kompleks dan multilokulasi, risiko keganasan
meningkat hingga 36%. Jika kanker didiagnosis, penyebaran regional atau

34
jauh dapat terjadi hingga 70% kasus, dan hanya 25% kasus baru akan
dibatasi pada penyakit stadium I. Potensi cystadenomas ovarium jinak
untuk menjadi ganas telah didalilkan, tetapi sampai saat ini masih belum
terbukti. Perubahan keganasan dapat terjadi pada sebagian kecil kista
dermoid (terkait dengan prognosis yang sangat buruk) dan endometrioma. 14
Kematian yang terkait dengan karsinoma ovarium ganas berkaitan
dengan stadium saat diagnosis, dan pasien dengan karsinoma ini cenderung
datang terlambat dalam perjalanan penyakit. Tingkat kelangsungan hidup
5 tahun secara keseluruhan adalah 41,6%, bervariasi antara 86,9% untuk
Federasi Internasional Ginekologi dan Obstetri (FIGO) tahap Ia dan 11,1%
untuk tahap IV. 14
Kelompok tumor yang kurang agresif dengan potensi ganas rendah
berjalan lebih jinak tetapi masih dikaitkan dengan kematian yang pasti.
Tingkat kelangsungan hidup keseluruhan adalah 86,2% pada 5 tahun.1

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan edisi 4. Bina Pustaka. Jakarta,


2020.
2. Price A. Silvia. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi
keenam vol. 2. Jakarta: EGC; 2015. Hal 1281-1284.
3. Schorge, J.O., Schaffer, J.I., Halvorson, L.M., Hoffman, B.L., Bradshaw,
K.D., Cunningham, F.G.(Eds). Williams Gnecology 3rd ed. Mc Graw Hills
Companies. USA, 2016.
4. Smith, R. Netter's Obstetric & Gynecology 3 rd ed. Elsevier. Philadelphia,
2017.
5. Hoffman BL, Schorge JO, Bradshaw KD, Halvorson LM, Schaffer JI,
Corton MM. Williams gynecology. 3rd ed. New York, United States: Mc
Graw Hill; 2016.
6. Callahan TL, Caughey AB. Blueprints obstetrics and gynecology. 6th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2013.
7. Jones, D.L. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi, alih bahasa Hadyanto,
Editor edisi bahasa Indonesia, Y.Joko Suryono, edisi 6, Hipokrates, Jakarta,
2012.
8. Kementrian Kesehatan RI. Kista Ovarium: artikel perbandingan didunia
kesehatan. KEMENKES RI. Jakarta, 2015.
9. Fajriyah dwi,dkk. Hubungan antara usia paritas ibu dengan kejadian kista
ovairum di RSUD 45 kuningan periode 1 Januari-30 November tahun 2014.
Cirebon ; akbid kemumamadiyah;2015 hal 314-315.
10. Alzahidy ZA. Cause and management of ovarian cysts. Egypt J Hosp Med.
2018;70(10):1818–22.
11. Grimes DA, Jones LB, Lopez LM, Schulz KF. Oral contraceptives for
functional ovarian cysts. Cochrane John Wiley Sons Ltd. 2014;

36
12. Padjajaran, Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas.
Kista Ovarium. Panduan Praktik Klinis Obstetri & Ginekologi. Bandung :
Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran, 2015.
13. Dutta D. DC Dutta’s textbook of gynecology including contraception. 6th
ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) LTD; 2017.
14. Grabosh, SM. Medscape: Ovarian Cyst Last Update 20 Desember 2018.
Diakses pada 12 Desember 2021 pukul 22.00.
https://emedicine.medscape.com/article/255865-overview#a4
15. Sadia Mobeen, Radu Apostol. 2021. Ovarian Cyst. Diakses pada tanggal
13 Desember 2021 pukul 14.45 Ovarian Cyst - StatPearls - NCBI Bookshelf
(nih.gov)

37

Anda mungkin juga menyukai