Disusun Oleh :
dr. Elang Muhammad Firdaus
Dokter Pendamping :
dr. Hj. Sumarmi
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat
dan Karunia-Nya, sehingga saya dapat menyusun laporan presentasi kasus ini
sebagai salah satu tugas Dokter Internship di RSUD 45 Kuningan periode
November 2019 – November 2020.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan waktu. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan proses penyelesaian tugas
ini dan mohon maaf atas segala kekurangannya.
Akhirnya saya berharap semoga laporan presentasi kasus ini dapat
bermanfaat khsusunya bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halama
n
KATA PENGANTAR : ........................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
3.1.1 DEFINISI……………………………………………………………12
3.1.2 KLASIFIKASI......................................................................................................12
3.1.4 EPIDEMIOLOGI.................................................................................................14
3.1.5 ETIOLOGI...........................................................................................................14
3.1.8 DIAGNOSIS.........................................................................................................20
3.1.9 PENATALAKSANAAN......................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
IDENTITAS PASIEN
I. Identitas Pasien
• Nama pasien : Ny. J
• Jenis kelamin : Perempuan
• Usia : 38 tahun 4 bulan
• Alamat : Tarikolot Kadatuan
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Pendidikan : SD
• Status Perkawinan : Menikah
• Tanggal Kunjungan : 28 Juli 2020
• No.RM : 00082923
Identitas Suami
A. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis tanggal 28 Juli 2020 Jam 00.30 di IGD
1. Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang wanita G3P2A0 hamil 13 minggu dengan keluhan
perdarahan dari jalan lahir sejak 3 jam SMRS, perdarahan seperti gumpalan
2
3
3. Riwayat Haid
Siklus haid : 28 hari, siklus teratur
Lama haid : 7 hari
Banyaknya darah : 2 kali ganti pembalut
Nyeri haid : Tidak nyeri
Menarche usia : 12 tahun
HPHT : 26 April 2020
Taksiraan Persalinan : 30 Januari 2021
4. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, usia 17 tahun
5. Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakan alat kontrasepsi Pil
4
6. Riwayat Obstetri
Pasien pernah hamil sebanyak 3 kali, telah melahirkan 2 kali, tidak
pernah mengalami abortus:
Status Generalis
• Kepala
Bentuk : Normocephal
Wajah : Simetris, edema (-), deformitas (-)
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Telinga : Lokasi normal, simetris, daun telinga bentuknya
normal, sekret (-)
Hidung : Lokasi normal, simetris, deviasi septum (-), sekret
(-), epistaxis (-)
Mulut : Tidak ada kelainan
• Leher : KGB tidak teraba membesar, JVP dbn
• Thorax :
Pulmo : VBS kanan=kiri, Wheezing-/-, Ronkhi -/-
Cor : Bunyi Jantung S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)
batas jantung dalam batas normal
6
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Abdomen :
Inspeksi : Datar, striae gravidarum (-), Bekas luka (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), tinggi fundus uteri tidak
teraba, massa (-)
Pemeriksaan Leopold tidak dilakukan.
Pemeriksaan Dalam :
Vaginal Toucher: Vulva tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio
tebal, OUE terbuka 1 cm, teraba jaringan, perdarah (+) tidak aktif, discharge
(-)
7
3. Pemeriksaan EKG
9
Kategori Kesan
Irama Sinus Rhytm
Regularitas Regular
Rate 88 bpm
Axis Normoaxis
P-R Interval Normal
P-wave Normal
QRS complex Normal
Q patologis Tidak ada
ST Segmen Isoelektrik
T-wave Normal
Gelombang U Tidak ada
Kesimpulan EKG dalam batas normal
12. RESUME
Seorang wanita G3P2A0 gravida 13 minggu datang dengan keluhan
perdarahan dari jalan lahir sejak 3 jam SMRS. Pasien sebelumnya tidak
mengetahui hamil. Riwayat keluar flek sedikit-sedikit dari jalan lahir 10 hari
lalu sampai 3 hari berturut-turut. Riwayat keluar perdarahan seperti haid dari
jalan lahir 2 hari lalu. 3 jam SMRS, keluar perdarahan disertai gumpalan-
gumpalan seperti daging dalam jumlah cukup banyak. Pasien mengganti
pembalut yang panjang sampai 2x. Keluhan disertai dengan nyeri perut bagian
bawah dan mulas. Sebelum ke RS pasien pergi berobat ke klinik, periksa
kehamilan positif dan di beri obat namun tidak ada perubahan. Riwayat trauma
(-), riwayat minum jamu sebelumnya (-).
Pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal,
pemeriksaan fisik umum dalam batas normal. Pemeriksaan obstetri: pada VT:
Vulva tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio tebal, OUE terbuka 1
cm, darah (+) tidak aktif, discharge (-).
Pemeriksaan penunjang: DL: leukositosis. EKG: dalam batas normal.
USG: tampak massa amorf intrauterine, kesan sisa hasil konsepsi.
14. PROGNOSA
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
15. PENATALAKSANAAN
Nonmedikamentosa
1. Komunikasi, informasi, dan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien
4. Rawat inap
5. Rencana Kuretase
6. Konsul Anestesi
Medikamentosa
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Abortus
3.1.1 Definisi
11
3.1.2 Klasifikasi
Hingga saat ini terdapat berbagai klisifikasi abortus, berikut ini akan
disampaikan dua jenis klasifikasi abortus berdasarkan atas terjadinya/legalitas dan
klinis.
a. Menurut mekanisme terjadinya, abortus dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya, tanpa
provokasi dan intervensi.
2) Abortus buatan/ direncanakan adalah abortus yang terjadi karena
diprovokasi, yang dibedakan atas:
a) Abortus provokatus terapeutikus, yaitu abortus yang dilakukan atas
indikasi medis dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan ibu
dan atau janin.
b) Abortus provokatus kriminalis, yaitu abortus yang dilakukan tanpa
indikasi medis.
b. Menurut klinis:
1) Abortus Iminens
Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus dan tanpa adanya dilatasi sevik.
2) Abortus insipiens.
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa
12
7) Missed abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu,
tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. 6
3.2.1. Definisi
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus.1
3.2.2. Epidemiologi
Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian
disebutkan sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan
perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit. Inisiden abortus spontan secara
umum disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Lebih dari 80% abortus
terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan dan angka tersebut kemudian menurun
secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya. Anomali kromosom menyebabkan
sekurang-kurangnya separuh dari abortus pada trimester pertama, kemudian menurun
menjadi 20-30% pada trimester kedua dan 5-10 % pada trimester ketiga.4
Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas di
samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Insiden abortus bertambah
pada kehamilan yang belum melebihi umur 3 bulan.5
3.2.3 Etiologi
Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu
tampak jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau
zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga
disebabkan oleh penyakit dari ayahnya.4
1. Faktor Genetik
Lima puluh persen sampai tujuh puluh persen abortus spontan terutama abortus
rekuren disebabkan oleh kelainan genetik. Kelainan genetik menjadi penyebab
70% 6 minggu pertama, 50% sebelum 10 minggu, dan 5% setelah 12 minggu.
Kelainan ini dapat disebabkan faktor maternal maupun paternal. Gamet jantan
berkontribusi pada 50% material genomik embrio. Mekanisme yang dapt
berkontribusi menyebabkan kelainan genetik adalah kelainan kromosom
sperma, kondensasi kromatin abnormal, fragmentasi DNA, peningkatan
14
apoptosis, dan morfologi sperma yang abormal. Sekitar 42% struktur vili
korionik abnormal akibat gangguan genetik.6
2. Gangguan plasenta
Mayoritas kasus abortus berkaitan dengan kelainan genetik maupun kelainan
perkembangan plasenta terutama pada vili korionik yang berperan sebagai unit
fungsional plasenta dalam hal transpor oksigen dan nutrisi pada fetus.
Penelitian histologi Haque, et al. pada 128 sisa konsepsi abortus, ditunjukkan
bahwa 97% menunjukkan vili plasenta berkurang, 83% vili mengalami fibrosis
stroma, 75% mengalami degenerasi fibroid, dan 75% mengalami pengurangan
pembuluh darah. Inflamasi dan gangguan genetik dapat menyebabkan aktivasi
proliferasi mesenkim dan edema stroma vili. Keadaan ini akan berlanjut
membentuk sisterna dan digantikan dengan jaringan fibroid. Pada abortus,
pendarahan yang merembes melalui desidua akan membentuk lapisan di
sekeliling vili korionik. Kemudian, material pecah dan merangsang degenerasi
fibrinoid.6
3. Kelainan uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang
timbul dalam proses perkembangan janin. Cacat uterus akuisita yang berkaitan
dengan abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri. Miomektomi sering
mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat mengalami ruptur pada
kehamilan berikutnya, sebelum atau selama persalinan. Perlekatan intrauteri
(sinekia atau sindrom Ashennan) paling sering terjadi akibat tindakan kuretase
pada abortus yang terinfeksi atau pada missed abortus atau mungkin pula akibat
komplikasi postpartum.2 Keadaan tersebut disebabkan oleh destruksi
endometrium yang sangat luas. Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan
amenore dan abortus habitualis yang diyakini terjadi akibat endometrium yang
kurang memadai untuk mendukung implatansi hasil pembuahan.
Inkomptensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan
suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun struktur pada serviks.
Inkompetensi serviks biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua
15
pada usia 25-29 tahun; 15% pada usia 30-34 tahun; 24,6% pada usia 35-39%;
51% usia 40-44 tahun; 93,4% pada usia 45 tahun ke atas. Baru-baru ini
peningkatan usia ayah dianggap sebagai suatu faktor risiko terjadinya abortus.
Suatu penelitian yang dilakukan di Eropa melaporkan bahwa risiko abortus
tertinggi ditemukan pada pasangan dimana usia wanita ≥35 tahun dan pria ≥40
tahun.
2. Riwayat reproduksi abortus. Risiko pasien dengan riwayat abortus untuk
kehamilan berikutnya ditentukan dari frekuensi riwayatnya. Pada pasien yang
baru mengalami riwayat 1 kali berisiko 19%, 2 kali berisiko 24%, 3 kali
berisiko 30%, dan 4 kali berrisiko 40%.
3. Kebiasaan orang tua
a. Merokok dihubungkan dengan peningkatan risiko abortus. Risiko abortus
meningkat 1,2-1,4 kali lebih besar untuk setiap 10 batang rokok yang
dikonsumsi setiap hari. Asap rokok mengandung banyak ROS (Reactive
Oxygen Spesies) yang akan mendestruksi organel seluler melalui kerusakan
mitrokondria, nukleus, dan membran sel. Selain itu, secara tidak langsung ROS
(Reactive Oxygen Spesies) akan menyebabkan kerusakan sperma. Hal ini
menyebabkan fragmentasi DNA rantai tunggal maupun ganda sperma.
b. Konsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Tingkat aborsi spontan
dua kali lebih tinggi pada wanita yang minum alkohol 2x/minggu dan tiga kali
lebih tinggi pada wanita yang mengkonsumsi alkohol setiap hari.
c. Kafein dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus. Akan tetapi
pada wanita yang mengkonsumsi 5 cangkir (500mg kafein) kopi setiap hari
menunjukkan tingkat abortus yang sedikit lebih tinggi.
d. Radiasi juga dapat menyebabkan abortus pada dosis yang cukup. Akan tetapi,
jumlah dosis yang dapat menyebabkan abortus pada manusia tidak diketahui
secara pasti.
e. Alat kontrasepsi dalam rahim yang gagal mencegah kehamilan menyebabkan
risiko abortus, khususnya abortus septik meningkat.
3.2.5. Patogenesis
18
3.2.7. Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis melalui
anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan kemungkinan
diagnosis banding lain, serta dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
19
eksternum
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin masih
komplit - nyeri perut (-) umur kehamilan positif
- keluar jaringan (+) - Dilatasi serviks (-) bila terjadi 7-10 hari setelah
abortus.
USG : sisa hasil konsepsi (-)
Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin negatif
abortion - nyeri perut (-) umur kehamilan setelah 1 minggu dari
- biasanya tidak merasakan - Dilatasi serviks (-) terhentinya pertumbuhan
keluhan apapun kecuali kehamilan.
merasakan pertumbuhan - USG : gestasional sac (+),
kehamilannya tidak fetal plate (+), fetal
seperti yang diharapkan. movement (-), fetal heart
Bila kehamilannya > 14 movement (-)
minggu sampai 20
minggu penderita
merasakan rahimnya
semakin mengecil, tanda-
tanda kehamilan
sekunder pada payudara
mulai menghilang.
Mola - Tanda kehamilan (+) - TFU lebih dari - tes kehamilan urin masih
hidatidosa - Terdapat banyak atau umur kehamilan positif
sedikit gelembung mola - Terdapat banyak (Kadar HCG lebih dari 100,000
- Perdarahan banyak / atau sedikit mIU/mL)
sedikit gelembung mola - USG : adanya pola badai
- Nyeri perut (+) ringan - DJJ (-) salju (Snowstorm).
- Mual - muntah (+)
Blighted - Perdarahan berupa flek- - TFU kurang dari - tes kehamilan urin positif
ovum flek usia kehamilan - USG : gestasional sac (+),
- Nyeri perut ringan - OUE menutup namun kosong (tidak terisi
- Tanda kehamilan (+) janin).
KET - Nyeri abdomen (+) - Nyeri abdomen - Lab darah : Hb rendah,
- Tanda kehamilan (+) (+) eritrosit dapat meningkat,
- Perdarahan pervaginam - Tanda-tanda syok leukosit dapat meningkat.
(+/-) (+/-) : hipotensi, - Tes kehamilan positif
pucat, - USG : gestasional sac diluar
ekstremitas cavum uteri.
dingin.
- Tanda-tanda akut
abdomen (+) :
perut tegang
bagian bawah,
21
3.2.9. Penatalaksanaan
Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan diperiksa
apakah ada tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik pembedahan maupun medis. Teknik pembedahan dapat
dilakukan dengan pengosongan isi uterus baik dengan cara kuretase maupun aspirasi
vakum. Induksi abortus dengan tindakan medis menggunakan preparat antara lain :
oksitosin intravenus, larutan hiperosmotik intraamnion seperti larutan salin 20% atau
urea 30%, prostaglandin E2, F2a dan analog prostaglandin yang dapat berupa injeksi
intraamnion, injeksi ekstraokuler, insersi vagina, injeksi parenteral maupun per oral,
antiprogesteron - RU 486 (mefepriston), atau berbagai kombinasi tindakan tersebut
diatas.
22
3.2.10. Prognosis
Abortus inkomplit yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi
memberikan prognosis yang baik terhadap ibu.
23
BAB IV
ANALISIS KASUS
Darah yang keluar berwarna merah gelap disertai gumpalan darah, dan banyak.
Pasien mengganti pembalut panjang 2 kali. Keluhan ini disertai dengan nyeri perut
seperti mulas-mulas. Pasien pada kasus ini kemungkinan mengalami jenis abortus.
Berdasarkan kajian teori Jenis abortus harus dibedakan karena penatalaksanaan untuk
setiap jenisnya berbeda. Pada abortus imminens, darah yang keluar biasanya berupa
bercak-bercak tanpa keluarnya jaringan dan nyeri perut ringan. Pada abortus
insipiens, pendarahan pervaginam sedang sampai banyak tanpa disertai keluarnya
jaringan dan nyeri perut berat. Pada abortus inkomplit, pendarahan pervaginam
sedang sampai banyak disertai keluarnya sebagian jaringan. Pada abortus komplit,
pendarahan biasanya sedikit atau bahkan tidak ada disertai riwayat keluar darah yang
banyak disertai jaringan, dan nyeri perut cenderung tidak dirasakan lagi
Pada pemeriksaan obstetrik didapatkan abdomen datar, tinggi fundus tak teraba.
Pemeriksaan VT: Vulva tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio tebal,
OUE terbuka 1 cm, perdarahan tidak aktif, tidak ada discharge. Pada abortus
inkomplit, pada pemeriksaan obstetric tampak dilatasi serviks, terkadang teraba
jaringan dari cavum uteri atau masih menonjol pada osteum uteri eksternum. Hasil
pemeriksaan obstetrik pasien ini menunjukkan diagnosis pasien ini lebih ke arah
abortus inkomplit dibanding abortus komplit karena masih dijumpai adanya
pendarahan pervaginam dan dilatasi servik.
25
DAFTAR PUSTAKA