Anda di halaman 1dari 34

KEPALA ABDOMEN

NURLIA IKANINGTYAS
Pembagian kuadran abdomen
Pengkajian abdomen
• Karakter : Minta klien mendeskripsikan tanda dan gejala
yang di rasakan. Apa yang dirasakan klien, bagaimana bunyi,
bau?
• Onset : Kapan keluhan mulai dirasakan?
• Lokasi : Dimana keluhan dirasakan? Menyebar kemana?
• Durasi : Berapa lama dirasakan? Kapan keluhan kambuh
kembali?
• Severity : Apakah keluhan terasa semakin parah?
• Pola : Apa yang dapat membuat keluhan berkurang atau
bertambah parah ?
• Keluhan lain : adakah keluhan lai yang menyertai?
INSPEKSI
• Warna kulit
merata(normal);kuning(ikterus/hiperbilirubin);
merah/biru (perdarahan); mengkilap (asites)
Bentuk cekung (ski); flat (datar); R (sedikit
menonjol keatas); P (asites)

• Penyebab distensi : adanya fetus, lemak, angin,


massa tumor, cairan.
Umbilikulus inverted; menonjol
Kesimetrisan kanan dan kiri dari umbilikulus
AUSKULTASI
• Bising usus pada kuadran kanan bawah karena
terdapat katup ilesekal.
• Bila tidak terdengar stetoskop diarahkan lebih
ke atas mengikuti arah kolon.
PERKUSI
• Tujuan: untuk mengetahui ukuran hepar
Prosedur:
Perkusi midklavikula pada abdomen (suara thympani seperti
angin atau kembung), perkusi sampai kearah kepala.
Terdengar dullness perkusi dihepar. Tandai batas dan
thympani dan dullness. Perkusi lagi ke atas sampai terdenar
resonan. Tandai batas suara antara paru dan hepar. Ukur
kedua tanda. Ukuran hepar normal 6-12 cm.
PERKUSI

• Tujuan: pemeriksaan adanya penumpukan cairan


Prosedur fluid wave test:
Letakkan tangan asisten atau klien ulnar ke arah
bawah di midline abdomen untuk mencegah
gelombang cairan tidak ditransmisikan lewat jaringan
abdomen. Letakkan kedua tangan pemeriksa si kedua
sisi pinggang klien. Ketuk secara tiba-tiba dengan
tangan yang satu. Cairan akan terdeteksi dengan
tangan yang lain.
Sifting dullnesss test
• Sifting dullnesss test dilakukan dengan melakukan perkusi
pada klien
• dengan posisis terlentang. Perkusi dilakukan mulai bagian
bawah menuju atas perhatikan perubahan suara dullness
menjadi timpani beri tanda.
• Selanjutnya klien diminta miring lakukan prosedur yang
sama.
• Hasil : batas antara pergantian bunyi menunjukkan
adanya akumulasi cairan.
• Cairan cenderung berada dibawah dibanding udara.
Sifting dullnesss test
Pudle test

• Pasien pada posisi bertumpu pada lutut


dan siku tangan, yang mana akan
menyebabkan cairan asites berkumpul di
bagian bawah abdomen. Lakukan perkusi
dari bagian samping perut (lank) ke garis
tengah. Pada area asites suara perkusi
akan lebih mengeras.
Pudle test
BALLOTEMENT

• Dilakukan untuk mengidentifikasi adanya pembesaran


pada klien yang asites, ada dua teknik satu tangan dan
bimanual. Satu tangan gunakan ujung jari, tekan kearah
dinding abdomen rasakan adanya masa yang
mengembang. Bimanual letakkan satu tangan pada
bawah pinggang dan tangan lain menekan dari anterior
dinding abdomen.
PALPASI
Palpasi hepar

• Hepar yang normal tidak dapat teraba.


Prosedur:
Pemeriksa berdiri di kanan klien. Taruh tangan
kiri dibawah hepar. Letakkan tangan kanan
diatas hepar. Tangan kiri diangkat keatas,
tangan kanan ditekan meraba ujung hepar
dibawah tulang rusuk.
Palpasi Splen

Letakkan tangan kiri pada koste bagian


posterior kiri. Letakkan tangan kanan
pada margin bawah koste kiri, minta
klien menarik nafas tekan tangan ke
dalam keatas dan tangan kiri
mengangkat bagian bawah.
Cara lain yang dapat digunakan adalah
dengan meminta klien miring kanan
lakukan palpasi seperti diatas gerakkan
tangan kanan kebawah.
Walaupun klasfikasi pembesaran limpa banyak yang beredar di dunia, dan
untuk Indonesia mengenal garis Schuffner, tetapi WHO memakai klasifikasi
dari Hackett untuk menjelaskan pembesaran limpa ini.

Tingkat Penjelasan
Kelas 0 Limpa tidak teraba bahkan pada inspirasi
dalam.
Kelas 1 Limpa hanya teraba pada batas bawah iga
saat inspirasi dalam.
Kelas 2 Limpa teraba tetapi tidak melampaui garis
horizontal pertengahan antara batas iga dan
umbilikus.
Kelas 3 Limpa teraba telah melampaui garis
horizontal pertengahan antara batas iga dan
umbilikus. Tetapi tidak mencapai
umbilikus.
Kelas 4 Limpa teraba di bawah umbilikus tapi tidak
di bawah garis horizontal antara umbilikus
dan symphisis pubis.
Kelas 5 lebih rendah dari kelas 4.
Pemeriksaan Apendiks

• Minta klien mengangkat kaki kanannya, dan


pemeriksa mendorong lutut klien, bila klien
merasa nyeri maka kemungkinan terjadi
peradangan di usus buntu.
• Cara kedua: arahkan kaki kanan klien keluar sumbu
tubuh, lalu lakukan fleksi-ekstensi. Bila klien
merasa nyeri maka kemungkinan terjadi
peradangan di usus buntu
Pemeriksaan Apendiks

• Angkat kaki klien dari panggul dan letakkan tangan


diatas paha bagian bawah.
• Minta klien untuk menahan kaki selama diangkat
dan tekan paha kearea bawah.
• Hasil : normalnya tidak ditemukan nyeri perut.
Nyeri pada area RLQ dikaitkan dengan adanya
iritasi pada otot iliopsoas sebagai tanda
appendicitis
PSOAS TEST
Obturator Sign

• Sangga lutut dan engkel kanan klien. Lakukan


fleksi paha kanan dan lutut dan letakkan rotasi
internal dan eksternal kaki.
• Hasil : normalnya klien tidak merasa nyeri pada
perut. Nyeri pada area RI.Q sebagai tanda iritasi
pada otot obturatori yang menunjukkan
appendiksitis atau perforasi appendik.
Obturator Sign
Rovsing's sign

• Pemeriksaan untuk apendiksitis apabila


perawat menekan pada kuadran kiri bawah
pasien maka akan terasa nyeri pada kuadran
kanan bawah.
PEMERIKSAAN UNTUK
KOLELITIASIS
• Untuk mengkaji nyeri dan tenderness RU.Q sebagai tanda
kolisititis inflamasi gallblader. Tekan dengan menggunakan jari
area batas bawah hepar pada garis tengah rusuk kanan dan
minta klien menarik nafas dalam.
• Hasil : normalnya tidak ada peningkatan nyeri. Peningkatan
nyeri yang tajam mungkin disebabkan karena tarikan nafas
dalam klien sebagai tanda positif Murphy’s Sign sebagai tanda
kolelisistitis

Anda mungkin juga menyukai