Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DIET PADA BERBAGAI MACAM PENYAKIT DAN


GANGGUAN SISTEM

NAMA KELOMPOK IX :

Wayan Andre 1903031

Charni M. G. Bili 1903009

Restiani Andriati 1803082

Prodi S1 Alih Jenjang

Stikes Bethesda Yakkum Yogyakarta

2019/2020
DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama
dengan judul “Kanker dan Pengobatannya”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru
Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi
manusia untuk bertahan hidup. Nutrisi tersebut juga harus memiliki persyaratan
kelengkapan gizi untuk pemenuhan secara sempurna bagi seseorang dalam melengkapi
kebutuhan nutrisi.
Namun terkadang kebutuhan akan nutrisi tersebut terhambat manakala terjadi
gangguan pada sistem pencernaan. Gangguan tersebut utamanya adalah gangguan pada
saluran cerna. Jika seseorang mengalami gangguan saluran cerna, maka harus ada
langkah rehabilitasi, salah satu caranya yaitu dengan melakukan diet saluran cerna.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut ini adalah rumusan masalah mengenai diet pada saluran pencernaan:
1.2.1 Apa definisi diet?
1.2.2 Apa saja faktor yang mempengaruhi masa tubuh seseorang?
1.2.3 Apa saja faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan diet?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan diet saluran cerna?
1.2.5 Bagaimana diet yang sehat itu?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan


Ada pun ruang lingkup pembahasan yang akan dipaparkan dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.3.1 Definisi diet.
1.3.2 Faktor yang mempengaruhi masa tubuh seseorang.
1.3.3 Faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan diet.
1.3.4 Definisi diet saluran cerna.
1.3.5 Diet yang sehat.

1.4 Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dari pembahasan mengenai diet saluran cerna adalah sebagai berikut:
1.4.1 Menjelaskan tentang definisi diet.
1.4.2 Memaparkan faktor yang mempengaruhi masa tubuh seseorang.
1.4.3 Memaparkan faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan diet.
1.4.4 Menjelaskan definisi diet saluran cerna.
1.4.5 Menjelaskan diet yang sehat.

1.5 Manfaat Penulisan Makalah


Berikut adalah manfaat dari penulisan makalah mengenai diet saluran cerna:
1.5.1 Pembaca dapat mengerti definisi diet.
1.5.2 Pembaca mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada masa tubuh.
1.5.3 Pembaca mengetahui faktor yang mendorong seseorang melakukan diet.
1.5.4 Pembaca dapat mengerti definisi saluran cerna.
1.5.5 Pembaca dapat memahami tentang diet yang sehat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Diet Pada Gangguan Sistem Pencernaan

1. Gambaran Umum

2.1 Definisi Diet


Dalam konteks bahasa, istilah diet memiliki arti sebagai jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh seseorang.Di Indonesia, penggunaan istilah diet lebih menunjukkan pada
usaha menurunkan berat badan atau mengatur asupan nutrisi. Dalam pembahasan ini, diet
yang dimaksud adalah usaha menurunkan berat badan atau pengaturan asupan nutrisi.
Terdapat 3 klasifikasi dari diet:
1. Menurunkan Berat Badan
2. Meningkatkan Berat Badan
3. Pantang Terhadap Makanan Tertentu

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Masa Tubuh


Masa tubuh seseorang dalam istilah umum disebut sebagai berat badan. Terdapat 2
faktor yang mempengaruhi berat badan seseorang, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
2.2.1 Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi berat badan merupakan faktor dari dalam tubuh
seseorang itu sendiri. Beberapa faktor internal yang mempengaruhi berat badan di
antaranya:
2.2.1.1 Faktor Genetik
Faktor genetik Dipengaruhi oleh gen INSIG2 dan FTO. Gen FTO terdapat pada
kromosom ke-16 manusia. Gen INSIG2 bertanggung jawab dalam menginhibisi sintesis
asam lemak dan kolesterol. Kedua gen ini membuat seseorang mudah menumpuk lemak
sehingga bisa menimbulkan obesitas (masa tubuh lebih besar).

2.2.1.2 Regulasi Termis


Regulasi termis merupakan pengaturan suhu tubuh untuk menghasilkan energi.
Semakin tinggi pemakaian energi, orang akan semakin butuh nutrisi lebih banyak.

2.2.1.3 Metabolisme Tubuh


Seseorang dapat meningkatkan pembakaran lemak dengan meningkatkan massa
otot di dalam tubuh. Saat massa otot meningkat, metabolisme makanan juga akan
meningkat.

2.3 Faktor Seseorang Melakukan Diet


Ada beberapa alasan seseorang melakukan diet, berikut ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang melakukan diet:
2.3.1 Kadar Lemak Tinggi
Apabila kadar lemak seseorang tinggi, maka diperlukan suatu program diet untuk
menurunkan berat tubuh supaya tidak terjadi obesitas. Lemak merupakan zat gizi yang akan
disimpan di dalam kulit sebagai cadangan energi, jika lemak tertimbun banyak, bisa terjadi
peningkatan masa tubuh, proses metabolisme pun akan cenderung lebih berat dilakukan
oleh tubuh.

2.3.2 Hasrat Diri


Diet kadang memiliki tujuan dari pribadi untuk meningkatkan atau menurunkan masa
tubuh supaya sesuai dengan rentang normal IMT (Indeks Massa Tubuh). Hasrat diri untuk
melakukan diet ini biasanya dilakukan oleh model atau artis untuk menjaga bentuk
tubuhnya.

2.3.3 Tekanan Darah


Jika tekanan darah terlalu tinggi (hipertensi), harus ada pantangan-pantangan untuk
makanan tertentu supaya tekanan kembali menjadi normal.

2.3.4 Pola Makan


Diet juga dipengaruhi oleh pola makan, jika seseorang memiliki pola makan tidak
teratur, seseorang tersebut akan berusaha kembali mengatur pola makannya dengan cara
melakukan diet.

2.3.4 Gangguan Penyakit


Seseorang yang terkena gangguan seperti pada saluran cerna, diabetes dan lainnya
akan melakukan diet untuk menjaga asupan nutrisi agar tidak memperparah gangguan
tersebut.

2.4 Diet Saluran Cerna


Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran
pencernaan. Ada pun gangguan saluran pencernaan itu meliputi flatulensi, diare, gastrities
dan tipoid.
2.4.1 Flatulensi
Flatulensi (perut kembung) adalah meningkatnya jumlah gas dalam saluran
pencernaan.Flatulensi disebabkan adanya udara (gas) yang ikut masuk dalam saluran
pencernaan.
Flatulensi biasanya menyebabkan nyeri perut, kembung, sendawa dan banyak
kentut. Tetapi hubungan antara flatulensi dan beberapa gejala ini tidak diketahui. Beberapa
orang tampaknya peka terhadap pengaruh gas dalam saluran pencernaan, sedangkan yang
lainnya bisa mentolerir sejumlah besar gas tanpa menimbulkan gajala-gejala.
Seseorang yang seringbersendawaataumengeluarkan gas
secaraberlebihanharusmengubahpolamakannyadenganmenghindarimakanan yang
sulitdicerna. Hal inibisa dimulai dengan menghindari susu dan produk olahannya, kemudian
buah segar, sayuran tertentu dan makanan lainnya. Sendawa juga bisa disebabkan oleh
minuman bersoda atau antasid (misalnya baking soda) sehingga patut diminimalisir
konsumsi air bersoda jika terjadi flatulensi.

2.4.2 Diare
Diare merupakan feses terlalu cair yang dikeluarkan oleh tubuh akibat penyerapan
zat-zat makanan yang tidak sempurna dalam saluran pencernaan. Diare disebabkan oleh
beberapa faktor:
a. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.
b. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
c. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi
telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.
d. Pemanis buatan
Saat terjadi diare, diet yang dapat dilakkukan adalah pengaturan makanan secara
umum yaitu dengan pemenuhan cairan yang cukup. Suhu makanan yang hangat, bentuk
makanan lunak, bumbu tidak merangsang, sayuran dan buah tidak menimbulkan gas.
Dalam diet saat diae, hindari makan makanan yang berserat seperti agar-agar, sayur
dan buah karena makanan berserat hanya akan memperpanjang masa diare. Makanan
berserat hanya baik untuk penderita susah buang air besar.
2.4.3 Gastrities
Gastritiesadalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain
(Reeves,2002).
Diet pada penderita gastritis adalah diet lambung. Prinsip diet pada penyakit
lambung bersifat ad libitum, yang artinya adalah bahwa diet lambung dilaksanakan
berdasarkan kehendak pasien.
Makanan pada diet lambung harus mudah dicernakan dan mengandung serat
makanan yang halus (soluble dietary fiber).Makanan tidak boleh mengandung bahan yang
merangsang, menimbulkan gas, bersifat asam, mengandung minyak/ lemak secara
berlebihan, dan yang bersifat melekat. Selain itu, makanan tidak boleh terlalu panas atau
dingin.
Beberapa makanan yang berpotensi menyebabkan gastritis antara lain garam,
alkohol, rokok, kafein yang dapat ditemukan dalam kopi, teh hitam, teh hijau, beberapa
minuman ringan (soft drinks), dan coklat.

2.4.4 Tipoid (Tipes)


Penyebab dari demam tifoid adalah kuman Salmonella paratyphi yang masuk ke
tubuh manusia melalui makanan. Sebagian kuman dimusnahkan di dalam lambung,
sebagian lagi lolos masuk ke dalam usus dan berkembang biak. Kuman kemudian akan
menembus epitel dan ke lamina propia. Di lamina propia, kuman akan dofagositosis dan
berkembang biak dalam makrofag. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi
pembuluh darah sekitar plague peyeri yang mengalami nekrosis.
Terjadi problem gizi bagi penderita tipus/gejala tipus karena otot kehilangan protein
sebanyak 250-500 gram dari jaringan otot setiap harinya. Cadangan glikogen secara cepat
menipis dan keseimbangan cairan terganggu.

Penyerapan nutrisi mengalami gangguan akibat traktus gastrointestinal mengalami


inflamasi/iritasi/diare dalam jangka waktu lama.Luka pada intestinum yang parah pada sakit
yang berkepanjangan dapat menyebabkan pendarahan bahkan perforasi usus.
Diet untuk penderita tipoid adalah dilakukan beberapa pantangan konsumsi
makanan. Makanan yang dianjurkan adalah:
a. Jus, sup, makanan berkuah atau air mineral lebih dari 2,5 liter perhari.
b. Susu atau produk-produk turunannya.
c. Makanan dengan nilai protein tinggi, seperti: telur, daging yang sudah dihaluskan, ikan,
unggas, keju, dll.
d. Makan halus dengan kadar gula tinggi, seperti: madu, selai, permen/gula, agar-agar,
cincau, kolang-kaling, nata de coco, rumput laut, dll.
e. Makanan yang mengandung serat rendah, buah-buahan matang, kentang, dll agar
motilitas usus berkurang. Sayuran dengan serat halus/soluble dietary fibre, seperti: daun
bayam, labu siam, lobak, pare, terong, wortel, dll.
Sedangkan makanan yang tidak dianjurkan adalah sebagai berikut:
a. Makanan yang memiliki rasa kuat, seperti: bawang putih, bawang merah, makanan yang
dibakar.
b. Makanan yang mengandung senyawa yang mengiritasi, seperti: bumbu yang terlalu tajam,
cabai, sambal/saus pedas, cuka, dll.
c. Makanan yang melekat: dodol, ketan, dll.
d. Makanan yang menimbulkan gas: nangka, durian, nanas, kembang kol, dll.
e. Makanan yang mengandung serat tinggi/non-soluble dietary fibre: kangkung, batang
bayam, daun pepaya, ketela, biji-bijian utuh (jagung, beras merah, meras tumbuk, dll).
f. Pasien tipus/gejala tipus tidak harus makan bubur. Sebenarnya bubur tidak terlalu baik
untuk pasien mengingat kalori dalam bubur hanya 1/5 kalori nasi.

2.5 Diet yang Sehat


World Health Organization (WHO) menganjurkan tiap individu supaya memiliki berat
badan & energi yang sehat dan seimbang.Cara menurunkan berat badan adalah dengan
melakukan aktivitas (olahraga) dan menjaga asupan nutrisi.Supaya diet dapat dikategorikan
sebagai diet yang sehat, maka perlu diperhatikan tipe diet sesuai dengan kebutuhan.Hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara mengetahui gejala penyakit dan diet yang sesuai
dengan penyakitnya.
Ada pun hal-hal yang harus ditunjang agar diet itu tetap sehat adalah sebagai
berikut:

2.5.1 Menetapkan Target


Dalam melakukan diet, Harus ada tetapan target waktu dan berat badan yang
diinginkan saat melakukan diet sehingga asupan nutrisi dapat terjaga.

2.5.2 Sesuai Gejala


Diet akibat gangguan penyakit harus disesuaikan dengan gejala penyakit tersebut.
Jangan sampai terjadi kesalahan jenis diet.

2.5.3 Olahraga Seimbang


Meski pun melakukan diet, seseorang harus mengimbanginya dengan olahraga supaya otot
dapat tetap bekerja dengan optimal.
B. Diet pada Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

1. Diet pada Penyakit jantung


a. Gambaran Umum
Penyakit jantung adalah penyakit dimana jantung secara berangsur –
angsur kehilangan kemampuan untuk melakukan fungsinya secara normal
sehingga menghambat proses transportasi jantung yang kemudian
akibatnya sangat fatal bagi manusia seperti, menyebabkan se sak nafas,
rasa lelah serta sakit pada jantung.
Penyakit jantung terjadi akibat proses berkelanjutan , dimana jantung
secara berangsur kehilangan kemampuannya untuk melakukan fungsi
secara normal. Pada awal penyakit jantung mampu mengkompensasi
ketidakefesiensian fungsinya dan mempertahankan sirkulasi darah normal
melalui pembesaran dan peningkatan denyut nadi (Compensated Heart
Disease ).
Dalam keadaan tidak terkonpensasi (Decompensatio Cordis) sirkulasi darah
yang tidak normal menyebabkan sesak napas (dyspnea), rasa lelah, dan rasa
sakit di daerah jantung. Berkurangnya aliran darah dapat menyebabkan kelainan
pada fungsi ginjal, hati, otak serta tekanan darah yang berakibat terjadinya
resorpsi natrium. Hal ini akhirnya menimbulkan edema. Penyakit jantung menjadi
akut bila disertai infeksi (Endocarditis atau Carditis) gagal jantung, setelah
myocard infarct dan setelah operasi jantung.

b. Tujuan diet pada penyakit jantung dan pembuluh darah


Tujuan diet secara umum antara lain sebagai berikut:
- Menurunkan berat badan
- Mengubah jenis dan asupan lemak makanan
- Menurunkan konsumsi kolesterol

c. Syarat
1. Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.

2. Protein cukup yaitu 0,8 g/kgBB

3. Lemak sedang yaitu 25 – 30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal dari
lemak jenuh dan 10 – 15% lemak tak jenuh.

4. Kolesterol rendah terutama jika disertai dengan Dislipidemia (lihat Diet


Dislipidemia)
5. Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan suplemen kalium, kalsium,
dan magnesium jika tidak dibutuhkan.

6. Garam rendah 2 – 3 g/hari, jika disertai hipertensi atau edema.

7. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas


8. Serat cukup untuk menghindari konstipasi.

9. Cairan cukup ± 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan

10. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam


porsi kecil

11. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan
tambahan berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi.

d. Cara pemberian
Diet Jantung I
Diet Jantung I dibrikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti myocard
infarct (MCI) atau Dekompensasio Kordis berat. Diet diberikan berupa 1 – 1,5
liter cairan/hari selama 1 – 2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet
ini sangat rendah energi dan semua zat gizi, sehingga sebaiknya hanya diberikan
selama 1 – 3 hari.
Diet Jantung II
Diet Jantung II di berikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet di
berikan sebagai perpindahan dari Diet Jantung I atau setelah fase akut dapat
diatasi. Jika disertai hipertensi dan atau edema, diberikan Diet Jnatung II Garam
Rendah. Diet ini rendah energi, protein, kalsium dan tiamin.
Diet Jantung III
Diet Jantung III diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet diberikan
sebagai perpindahan dari Diet Jantung II atau kepada pasien jantung dengan
kondisi yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan atau edema diberikan
sebagai Diet Jantung III Garam Rendah. Diet ini rendah energi dan kalsium tetapi
cukup zat gizi lain.
Diet Jantung IV
Diet Jantung IV diebrikan dalam bentuk makanan biasa. Diet diberikan sebagai
perpindahan dari Diet Jantung III atau kepada pasien jantung dengan keadaan
ringan. Jika disertai hipertensi dan atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung
IV Garam Rendah. Diet ini cukup energi dan zat gizi lain, kecuali kalsium.
2. Diet pada Pembuluh Darah
a. Gambaran umum
Stroke atau penyakit pembuluh darah otak adalah kerusakan pada bagian otak
yang terjadi bila pembuluh darah yang membawa oksigen dan zat-zat gizi ke
bagian otak tersumbat atau pecah. Akibatnya dapat terjadi kelainan yang
berhubungan dengan kemampuan makan pasien yang pada akhirnya berakibat
penurunan status gizi
b. Tujuan
1. Memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien
dengan memperhatikan keadaan dan komplikasi penyakit.
2. Memperbaiki keadaan stroke, seperti disfagia,pnemonia, kelainan ginjal dan
dekubitus
3. Mempertahankan keseimbangan cairan elektrolit
c. Syarat
1. Energi cukup, yaitu 25-45 kkal. Pada fase akut energi diberikan 1100-1500
kkal/hari
2. Protein cukup, yaitu 0,8 – 1 gram/kg BB. Apabila pasien berada dalam
keadaan gizi kurang, protein diberikan 1,2-1,5 gram/kg BB. Apabila penyakit
disertai komplikasi gagal ginjal kronik ( GGK ), protein diberikan rendah yaitu
0,6 gram/kg BB
3. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebtuhan energi total. Utamakan sumber
lemak tidak jenuh ganda, batasi sumber lemak yaitu kurang dari 10% dari
kebutuhan energi total. Kolestrol dibatasi <300 mg.
4. Karbohidrat cukup yaitu 60-70% kebutuhan energi total, untuk pasien
kebutuhan diabetes militus diutamakan karbohidrat komplek.
5. Vitamin cukup,terutama vitamin A, riboflafin, B6, asam folat, B12, C, dan
vitamin E
6. Mineral cukup terutama kalsium magnesium dan kalium. Penggunaan
natrium dibatasi dengan beri garam dapur maksimal 1½ sendok teh /hari
7. Serat cukup, untuk membantu menurunkan kadar kolestrol darah dan
mencegah konstipasi
8. Cairan cukup, yaitu 6-8 gelas/hari kecuali pada keadaan edema dan asintes,
cairan dibatasi. Minum hendaknya diberikan setelah selsai mkan agar porsi
makanan dapat dihabiskan untuk pasien disfagia cairan diberikan secara hati-
hati.
9. Bentuk makan disesuaikan dengan keadaan pasien
10. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
d. Cara pemberian
Berdasarkan tahapannya, diet Stroke dibagi menjadi dua fase, yaitu:
1. Fase akut(24-48 jam), fase ini adalah keadaan tidak sadarkan diri atau
keasadaran menurun. Pada fase ini diberikan makanan parental (nothing per
oral/NPO) dan dilanjutkan dengan makanan eternal (naso gastric tube/NGT).
Pemberian makanan parenterasl total perlu monitor dengan baik. Kelebihan
cairan dapat menimbulkan edema serebral. Kebutuhan energi NPO total
adalah AMB x 1 x 1,2; protein 1,5 g/kg BB; lemak maksimal 2,5 g/kg BB;
dekatrosa maksimal 7 g/kg BB.
2. Fase pemulihan, adalah fase dimana pasien sudah sadar dan tidak
mengalami gangguan fungsi menelan (disfagia). Makanan diberkan per oral
secara bertahap dalam bentuk cair, makanan saring, makanan lunak, dan
makanan biasa.
3. Bila ada disfagia, makanan diberikan secara bertahap sebagai gabungan
makan NPO, peroral dan NGT sebagai berikut:
a) NPO
b) Seperempat bagian per oral (bentuk semi padat) dan tiga per empat
bagian melalui NGT
c) Setengah bagian peroral (bentuk semi padat dan semi cair) dan air
melalui NGT
d) Diet per oral
4. Apabila makanan diberikan melalui NGT secara betahap selama 6 minggu,
perlu pertimbangan kemungkinan pertimbangan pemberian makanan melalui
gastrostomi atau jejunostomi.
5. Bila ada tukak lambung akibat sekresi asam lambung dan gastrin meningkat
(terutama pada stroke hemoragik), makanan diberikan secara bertahap
dengan syarat:
a) Diberikan makanan eternal bila tidak ada perdarahan lambung dan cairan
maag slang (CMS) <200ml
b) Bila ada perdarahan diberikan makanan parental sampai perdarahan
berhenti dan CMS <200ml dalam 6 jam
c) Bila CMS sudah jernih, makanan parental dapat diubah menjadi makanan
eternal

3. Diet pada Penyakit Hati


a. Gambaran Umum
Meskipun awalnya tidak dimaksudkan untuk orang dengan penyakit hari, diet
mediterania yang memfokuskan kecukupan empat pilar nutrisi, seperti
karbohidrat kompleks, lemak sehat, protein, dan antioksidan ternyata juga dapat
membantu mengurangi tebalnya lapisan di hati.
b. Tujuan
Adapun tujuan diet hati secara umum antara lain:
1) Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan
fungsi hati
2) Meningkatkan regenerasi hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut atau
meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa
3) Mencegah katabolisme protein
4) Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila
kurang
5) Mencegah atau mengurangi asites, varises esofagus dan hipertensi
portal
6) Mencegah koma hepatik
c. Syarat
1) Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein yang diberikan
bertahap sesuai kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/kgBB
2) Lemak cukup yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk
yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami
steatorea, gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang. Pemberian
lemak sebanyak 45 g dapat mempertahankan fungsi imun dan proses
sintesis lemak
3) Protein agak tinggi, 1,25-1,5 g/kgBB agar terjadi anabolisme protein.
Asupan minimal protein 0,8-1 g/kgBB, protein nabati memberikan
keuntungan karena kandungan serat yang dapat mempercepat
pengeluaran amonia melalui feses
4) Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defesiensi. Bila
perlu diberikan suplemen vitamin B kompleks, C dan K serta mineral Zn
dan Fe bila ada anemia
5) Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites. Bila
pasien mendapat diuretik, garam natrium bisa diberikan lebih leluasa
6) Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontra indikasi
7) Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau
makanan biasa sesuai kemampuan saluran cerna
d. Cara pemberian
1) Diet hari I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila prekoma
sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai napsu makan.
Melihat keadaan pasien makanan diberikan dalam bentuk cincang atau
lunak. Pemberian protein dibatasi (30g/hari) dan lemak diberikan dalam
bentuk mudah dicerna. Bila ada asites dan diuresis belum sempurna,
peberian cairan maksimal 1L/hari. Makanan diberikan selama beberapa
hari saja. Bila ada asites hebat dan tanda-tanda diuresis belum membaik,
diberikan diet rendah garam I untuk menambah kandungan energi, selain
makanan peroral juga diberikan makanan parenteral berupa cairan
glukosa.
2) Diet hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet hati I
kepada pasien yang napsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien,
makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Protein diberikan
1g/kg BB dan lemak sedang (20-25% dari kebutuhan energi total) dalam
bentuk yang mudah dicerna. Makanan ini cukup mengandung energi, zat
besi, vitamin A, C tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya
retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai diet hati II rendah
garam. Bila asites hebat dan diuresis belum baik diet mengikuti pola diet
rendah garam I.
3) Diet hati III diberikan sebagai makanan perindahan dari diet hati II atau
kepada pasien hepatitis akut(hepatitis infeksiosa/A dan hepatitis
serum/B) dan serosis hati yang napsu makannya telah baik, telah dapat
menerima protein dan tidak menunjukkan gejala sirosis hati aktif.
Menurut kesanggupan pasien, maakanan diberikan dalam bentuk lunak
atau biasa. Makanan ini mengandung cukup energi, protein, lemak,
mineral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya retensi
garam atau air, makanan diberikan sebagai diet rendah garam I.
4. Diet pada Penyakit Ginjal
a. Gambaran umum
Fungsi utama ginjal adalah memelihara keseimbangan homeostatistik cairan,
elektrolit, dan bahan-bahan organik dalam tubuh. Hal ini terjadi melalui proses
filtrasi, reabsorbsi dan sekresi. Bila fungsi ginjal terganggu, penatalaksaan diet
difokuskan pada pengaturan dan pengendalian asupan energi, protein, cairan
dan elektrolit, natrium, kalium, kalsium, dan fosfor.
b. Tujuan
1) Gagal ginjal akut
a) Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi
ginjal
b) Menurunkan kadar ureum darah
c) Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
d) Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan
mempercepat penyembuhan.
2) Gagal ginjal kronis
a) Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan
memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja
ginjal.
b) Mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi.
c) Mengatur keseimbangan cairan elektrolit.
d) Mencegah atau mengurangi progresifitas gagal ginjal, dengan
memperlambat penurunan laju filtrasi glomerulus.
3) Gagal ginjal dengan dialisis
a) Mencegah defiesiensi gizi serta mempertahankan dan
memperbaiki status gizi, agar tidak memberatkan kerja ginjal.
Mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi.
b) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
c) Menjaga agar akumulasi produksi sisa metabolisme tidak
berlebihan.
c. Syarat
1) Gagal ginjal akut
a) Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 25-35
kkal/kgBB.
b) Protein disesuaikan dengan katabolisme protein, yaitu 0,6-1,5
g/kgBB. Pada katabolik ringan kebutuhan protein 0,6-1 g/kgBB,
katabolik sedang 0,8-12 g/kgBB, dan katabolik berat 1-1,5 g/kgBB.
c) Lemak sedang, yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total, atau
anatara 0,5-1,5 g/kgBB. Untuk katabolisme berat dianjurkan 0,8-
1,5 g/kgBB.
d) Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energi setelah dikurangi
jumlah energi yang diperoleh dari protein dan lemak. Apabila
terdapat hipertrigliseridemia, batasi penggunakan karbohidrat
sederhana atau gula murni.
e) Natrium dan Kalium, batasi bila ada anoria/
f) Cairan, sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah,
diare dan urin +500 ml.
2) Gagal ginjal kronik
a) Energi cukup, yaitu 35 kkal/kgBB.
b) Protein rendah, yaitu 0.6-1,5 g/kgBB. Sebagaian harus bernilai
biologik tinggi.
c) Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total.
Diutamakan lemak tidak jenuh ganda.
d) Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total-jumlah energi
yang diperoleh dari protein dan lemak.
e) Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria,
atau anuria. Banyaknya natrium yang diberikan antara 1-3 g.
f) Kalium dibatasi (40-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium
darah >5,5 mEq) oliguria atau anuria.
g) Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah
pengeluaran cairan melalui keringat dan pernafasan (±500ml)
h) Vitamin cukup, bila perlu diberikan tambahan suplemen asam
folat, vitamin B6, C dan D.
3) Gagal ginjal dengan dialisis
a) Energi cukup, yaitu 35 kkal/kgBB ideal perhari pada pasien
hemosialisis maupun Continous Ambulatori Peritoneal Dialysis
(CAPD). Pada CAPD diperhitungkan jumlah energi yang berasal
dari cairan dialisis. Bila diperlukan penurunan berat badan, harus
dilakukan secara berangsur (250-500 g/minggu) untuk
mengurangi resiko katabolisme masa tubuh tanpa lemak(lean
body mass)
b) Protein tinggi untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan
mengganti asam amino yang hilang selama dialisis, yaitu 1-1,2
g/kgBB ideal perhari pada HD dan 1,3 g/kgBB ideal perhari pada
CAPD. Lima puluh persen protein hendaknya bernilai biologik
tinggi.
c) Lemak normal yaitu 15-30% dari kebutuhan energi total.
d) Karbohidrat cukup yaitu 55-75% dari kebutuhan energi total.
e) Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar /24 jam,
yaitu:
i. Satu gram + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu
1 g untuk tiap setengah liter urin (HD)
ii. Satu sampai empat gram + penyesuaian menurut jumlah
urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap setengah liter air (CAPD)
f) Kalium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar per 24
jam yaitu:
i. Dua gram + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu
1 g untuk tiap setengah liter urin (HD)
ii. Tiga gram + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu
1 g untuk tiap setengah liter urin (CAPD)
g) Kalsium tinggi, yaitu 1000mg/hari. Bila perlu diberikan suplemen
kalsium.
h) Fosfor dibatasi.
i) Cairan dibatasi yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500-750 ml.

d. Cara pemberian
1) Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk
formula enteral atau parenteral. Bila diperlukan tambahan suplemen
asam folat, vitamin B6, C, A dan K.
2) Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk
formula, enteral atau parenteral. Bila diperlukan tambahan suplemen
terutama vitamin larut air seperti asam folat, vitamin B6 dan C
5. Diet pada Penyakit Diabetes Melitus
a. Gambaran umum
Diabetes Melitus adalah penyakit metabolisme yang ternasuk dalam golongan
hiperglikemia atau gula darah lebih dari normal(gula darah normal = 80-120
mg/dl) oleh karenanya disebut juga penyakit gula atau kencing manis.
b. Tujuan
Menurut ADA (2015), terdapat beberapa tujuan dari adanya penatalaksanaan
diet bagi pasien DM, antara lain:
1) Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan secara khusus untuk
mempertahankan kadar glukosa darah dan tekanan darah mendekati
normal, mempertahankan berat badan normal, serta mencegah adanya
komplikasi diabetes.
2) Mengatasi kebutuhan gizi pasien DM berdasarkan preferensi, akses
ketersediaan makanan, serta kemampuan dan kemauan mengubah
perilaku.
3) Memberikan pesan positif tentang pilihan makanan yang dianjurkan,
dibatasi, dan tidak dianjurkan.
4) Pasien DM dapat praktis menjalankan perencanaan makan untuk sehari-
hari.
c. Syarat
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita.
2) Mengarahkan ke berat badan normal.
3) Mempertahankan glukosa darah sekitar normal.
4) Memberikan modifikasi diet sesuai keadaan penderita (hamil, TBC,
penyakit hati, dll).
5) Menarik dan mudah diterima penderita.
d. Cara pemberian
Pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari bagi penderita DM:
1) Kurus : BB X 40-60 kal
2) Normal : BB X 30 kal
3) Gemuk : BB X 20 kal
4) Obesitas : BB X 10-15 kal
Diet Dm diberikan dengan interval waktu 3 jam:
1) Pukul 06.30 = makan pagi
2) Pukul 09.30 = snack atau buah
3) Pukul 12.30 = makan siang
4) Pukul 15.30 = snack atau buah
5) Pukul 21.30 = snack atau buah

6. Diet pada Kurang Energi Protein


a. Gambaran umum
Kurang Energi Protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi angka kecukupan gizi.
b. Tujuan
1) Meningkatkan status gizi pasien sampai tercapai z score ≤ 2 sd.
2) Bantu menaikkan berat badan pasien.
3) Berikan makanan untuk koreksi mikronutrien.
c. Syarat
1) Melalui 3 periode yaitu periode stabilisasi, periode transisi, dan periode
rehabilitasi.
2) Kebutuhan energi mulai dari 80-200 kal/kgBB/hari.
3) Kebutuhan protein mulai dari 1-6 g/kgBB/hari.
4) Pemberian suplementasi, vitamin dan mineral, bila ada defisiensi atau
pemberian bahan makanan sumber mineral tertentu sebagai berikut:
Bahan makanan sumber mineral khusus:
a) Sumber Zn: daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur
ayam
b) Sumber Cuprum: tiram, daging, hati
c) Sumber mangan: beras, kacang tanah, kedelai.
d) Sumber magnesium: daun seledri, bubuk coklat, kacang-
kacangan, bayam
e) Sumber kalium: jus tomat, pisang, kacang-kacangan, kentan, apel,
alpukat, bayam, daging tanpa lemak
5) Jumlah cairan 130-200 ml/kgBB/hari, bila terdapat edema dikurangi.
6) Porsi makanan kecil dan frekuensi makan sering
7) Memberikan ASI
8) Membedakan jenis makanan berdasarkan berat badan: yaitu, BB kurang
dari 7 kg diberikan kembali makanan bayi dan BB >7 kg dapat langsung
diberikan makanan anak secara bertahap.
d. Cara pemberian
1) Per oral atau melalui pipa nasogastrik
2)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diet adalah usaha menurunkan berat badan atau mengatur asupan nutrisi. Terdapat
3 klasifikasi dari diet, yaitu diet untuk:
1. Menurunkan Berat Badan
2. Meningkatkan Berat Badan
3. Pantang Terhadap Makanan Tertentu
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran
pencernaan. Ada pun gangguan saluran pencernaan itu meliputi flatulensi, diare, gastrities
dan tipoid
3.2 Saran
Dalam melakukan diet, hendaknya ditetapkan target waktu dan hasil; penyesuaian
gejala serta diseimbangkan dengan aktivitas olahraga sehingga diet akan tetap sehat.
Penyesuaian gejala utamanya dilakukan saat terjadi gangguan (seperti gangguan saluran
cerna) dan diharuskan melakukan diet, sehingga nantinya diet akan lebih maksimal
memberikan hasil

Anda mungkin juga menyukai