Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

KATARAK SENILIS IMATUR OD + PSEUDOFAKIA OS, ARCUS SENILIS ODS

Disusun oleh :

Shintadewi Rachmah Setiowati 1102016206

Pembimbing :

dr. Laila Wahyuni, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU MATA

PERIODE 1 NOVEMBER – 20 NOVEMBER 2021

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

Disusun oleh:
Shintadewi Rachmah Setiowati

1102016206

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik

di bagian Ilmu Mata RSU Dr. Slamet Garut

Telah dibimbing dan disahkan pada

Garut, 12 November 2021

Pembimbing

dr. Laila Wahyuni, Sp.M

2
BAB 1

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

No. CM : 011XXX07

Tanggal : 5 November 2021

Nama : Ny. I

Umur : 72 tahun

Alamat : Bungbulang

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

ANAMNESA

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 5 November 2021 di
Poliklinik Mata RSU dr. Slamet Garut

Keluhan Utama : pandangan mata kanan buram perlahan

Anamnesis Khusus:

Pasien perempuan usia 72 tahun datang ke RSU dr. Slamet Garut dengan keluhan
penglihatan mata kanan buram sejak 2 bulan yang lalu. Penglihatan mata kanan buram secara
perlahan, dirasakan seperti tertutup kabut, semakin lama semakin memberat. Keluhan
tersebut membuat mata kanan pasien sulit digunakan untuk membaca dan hingga saat ini
mata kanan tidak dapat digunakan untuk membaca. Penglihatan buram dirasakan baik pada
malam maupun siang hari. Keluhan lain yang dirasakan pasien yaitu mata terasa silau saat
terkena cahaya, sehingga pasien lebih nyaman ketika berada pada tempat yang redup. Pasien
tidak memiliki riwayat memakai kacamata sebelumnya.

Mata terasa nyeri, merah, dan berair disangkal. Pasien menyangkal mempunyai
keluhan menabrak saat berjalan, pandangan menyempit disangkal. Pasien tidak mempunyai
riwayat konsumsi obat untuk pegal-pegal dan jamu penghilang pegal dalam waktu lama.
Pasien memiliki riwayat katarak pada mata kiri dan sudah dilakukan operasi dan implantasi
lensa tanam 4 bulan yang lalu. Pasien memiliki hipertensi sejak 4 tahun yang lalu.

Anamnesa Keluarga:

Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama dan riwayat katarak.

Riwayat Penyakit Dahulu

 Pasien pernah menjalani operasi katarak pada mata kiri 4 bulan yang lalu
 Pasien memiliki hipertensi sejak 4 tahun yang lalu

3
 Riwayat diabetes melitus disangkal
 Riwayat trauma mata disangkal
 Riwayat alergi obat disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi : Cukup

Pasien sudah tidak bekerja, tinggal dirumah bersama anaknya. Pembiayaan pengobatan
Pasien menggunakan BPJS.

Kesan : sosial ekonomi menengah

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Tekanan Darah : 160/100 mmHg

STATUS OFTALMOLOGI

OD OS

PEMERIKSAAN VISUS DAN REFRAKSI

Visus OD OS
SC 3/60 0,4
CC - -
STN - -
Koreksi - -
ADD - -
Posisi bola mata Ortoforia Ortoforia
Gerakan bola Baik kesegala arah Baik kesegala arah
mata
+ + + +
+ +
+ +

+ +
+ +

Duksi Baik Baik


Versi Baik Baik

4
PEMERIKSAAN EKSTERNAL

Keterangan OD OS
Palpebra superior Tenang Tenang
Palpebra inferior Tenang Tenang
Margo palpebra Tenang Tenang
Silia Tumbuh teratur, trichiasis (-), Tumbuh teratur, trichiasis (-),
madarosis (-) madarosis (-)
Ap. Lakrimalis Refluks (-) Refluks (-)
Konjungtiva tarsalis Tenang Tenang
superior
Konjungtiva tarsalis Tenang Tenang
inferior
Konjungtiva bulbi Tenang Tenang
Kornea jernih, arkus senilis (+) Jernih, arkus senilis (+)
COA Dangkal Dangkal
Pupil Bulat, sentral, isokhor Bulat, sentral, isokhor
Diameter pupil ±3 mm ±3 mm
Reflex cahaya
 Direct + +
 Indirect + +
Iris Coklat, kripti (+) Coklat, kripti (+)
Lensa Keruh, Shadow test (+) Jernih, Shadow test (-),
PC IOL(+)

PEMERIKSAAN SLIT LAMP DAN BIOMICROSCOPY

OD OS
Silia Tumbuh teratur Tumbuh teratur
Konjungtiva Tenang Tenang
Kornea Jernih, permukaan rata, licin Jernih, permukaan rata, licin
COA Dangkal Dangkal
Pupil Bulat, sentral, isokhor Bulat, sentral, isokhor
Iris Coklat, kripti (+) Coklat, kripti (+)
Lensa Keruh Jernih
Tonometri digital 15.0 mmHg 11.0 mmHg

PEMERIKSAAN FUNDUSCOPY

OD OS
Keruh Lensa Jernih
Sulit dinilai Vitreus Jernih
Refleks fundus (-) Fundus Refleks fundus (+)
Bulat, batas tegas Papil Bulat, batas tegas
Sulit dinilai CD ratio 0,3:0,4
Sulit dinilai A/V retina sentralis 2:3
Sulit dinilai Retina Eksudat (-), perdarahan (-)

5
Sulit dinilai Refleks fovea Refleks fovea (+)

RESUME

Pasien perempuan 72 tahun, datang ke poliklinik mata dengan keluhan penglihatan mata
kanan buram. Pada anamnesis didapatkan penglihatan mata kanan buram sejak 2 bulan yang
lalu. buram dirasakan perlahan, semakin lama memberat. penglihatan buram dirasakan baik
siang hari maupun malam hari. Keluhan lainnya, pasien merasa silau saat terkena cahaya
sehingga lebih nyaman pada tempat yang redup. 4 bulan yang lalu pasien menjalani operasi
katarak pada mata kiri dan ditanamkan lensa pada mata kiri. Pasien memiliki riwayat
hipertensi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran
compos mentis dan tekanan darah 160/100

Status Oftalmologis

Pemeriksaan OD OS
Visus 3/60 0,4
Gerakan bola mata Baik kesegala arah Baik kesegala arah
Palpebra superior Tenang Tenang
Palpebra inferior Tenang Tenang
Conjungtiva bulbi Tenang Tenang
Kornea jernih, arkus senilis (+) Jernih, arkus senilis (+)
COA Dangkal Dangkal
Pupil Bulat, sentral, isokhor Bulat, sentral, isokhor
Iris Coklat, kripti (+) Coklat, kripti (+)
Lensa Keruh, Shadow test (+) Jernih, shadow test (-), PC
IOL(+)
Tonometri digital 15.0 mmHg 11.0 mmHg

DIAGNOSIS BANDING

 Katarak senilis matur OD


 Kelainan refraksi
 Glaukoma

DIAGNOSIS KERJA

6
 Katarak senilis imatur OD + pseudofakia OS, arcus senilis ODS

RENCANA PEMERIKSAAN

 Laboratorium: hematologi rutin, kimia klinik (GDS)

RENCANA TERAPI

 Non medikamentosa
- Konsul penyakit dalam
- Edukasi keluarga tentang penyakit yang diderita pasien
- Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor resiko, diet, gaya hidup
- rencana operasi SICE OD+IOL OD jika tekanan darah sudah normal dan
terkontrol

PROGNOSIS

Prognosis OD OS
Quo ad vitam Dubia ad bonam Bonam
Quo ad functionam Dubia ad bonam Bonam
Quo ad sanactionam Dubia ad bonam Bonam

BAB II

PEMBAHASAN

1. Mengapa pada pasien ini di diagnosa sebagai pasien katarak senilis imatur OD dan
pseudofakia OS, arcus senilis ODS ?

7
Pasien di diagnosis katarak senilis imatur karena bedasarkan anamnesis pada
pasien Ny. I, perempuan, usia 72 tahun ini didapatkan keluhan:
 Penglihatan mata kanan buram seperti tertutup kabut
 Penurunan penglihatan secara perlahan
 Pasien merasakan mata kanan silau saat terkena cahaya
 Mata kanan tidak merah, berair, dan nyeri

Kemudian pada pemeriksaan visus didapatkan visus OD 3/60, OS 0,4, pemeriksaan


eksternal mata OD didapatkan lensa keruh dan shadow test (+), pemeriksaan slit lamp dan
biomicroscopy didapatkan lensa OD keruh. Pemeriksaan funduscopy didapatkan lensa
OD keruh. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien mengalami
mata tenang dan penurunan visus perlahan.

Pasien perempuan dengan usia 72 tahun, keadaan mata tenang dengan penurunan
visus perlahan kemudian pada pemeriksaan eksternal mata didapatkan lensa keruh dan
shadow test + mengarahkan diagnosis pasien katarak senilis imatur.

Bedasarkan teori, keadaan tersebut sudah sesuai teori dimana katarak merupakan
kondisi mata di mana lensa mata menjadi keruh, Hal ini menyebabkan penglihatan
memburuk, sehingga sangat sulit untuk melihat detail halus dengan jelas. Kehilangan
penglihatan karena katarak biasanya sangat bertahap, tidak nyeri dan tidak menyebabkan
rasa terbakar atau gejala serupa. Penglihatan orang menjadi semakin kabur dan berawan,
seolah-olah mereka melihat melalui kabut. Beberapa orang menjadi sangat sensitif
terhadap sinar matahari atau cahaya terang lainnya.14

Pada pasien pemeriksaan shadow test (+) mata kiri. Shadow test merupakan
pemeriksaan untuk melihat suatu katarak itu matur atau imatur. Shadow test (-)
menandakan katarak matur. Shadow test (+) menandakan katarak imatur. Sehingga pasien
merupakan katarak imatur. Pasien berusia 72 tahun sehingga termasuk dalam katarak
senilis. Katarak senilis merupakan Katarak setelah usia 50 tahun. Seiring berjalannya
usia, lensa mengalami kekeruhan, penebalan, serta penurunan daya akomodasi, kondisi
ini dinamakan katarak senilis.8

Pasien didiagnosa pseudofakia OS, bedasarkan anamnesa didapatkan pasien telah


menjalani operasi katarak pada mata kiri 4 bulan yang lalu. Dari pemeriksaan eksternal
mata kiri didapatkan lensa mata kiri lebih mengkilat saat disinari dengan lampu senter
yang menandakan telah terpasang IOL.

Bedasarkan teori, pseudophakia berasal dari bahasa Latin berarti lensa palsu. Istilah
ini mengacu pada penanaman lensa intraokular untuk menggantikan lensa alami, lensa
menjadi bagian bening dari mata yang memfokuskan cahaya dan gambar, memungkinkan
seseorang untuk melihat.15

Pada pasien didiagnosis arcus senilis ODS karena pada pemeriksaan eksterna mata
dengan menggunakan penlight ditemukan seperti cicin berwarna putih mengelilingi

8
kornea di bagian luar,yaitu arcus senilis (+) di mata kanan dan mata kiri. Pasien berusia
72 tahun. Bertambahnya usia pasien mempengaruhi kejadian arcus senilis.

Bedasarkan teori, arcus senilis adalah deposit lipid yang tampak seperti cincin di
bagian luar kornea. Biasanya abu-abu atau putih dan biasanya buram. Dapat tumbuh
seiring waktu, dan akhirnya dapat membentuk cincin di sekitar seluruh kornea. Diagnosis
arcus senilis dibuat secara visual dengan pemeriksaan dengan biomikroskop (slit lamp).
Pembentukan arkus senilis tergantung pada pembuluh darah limbus (batas antara kornea
dan sklera). Arkus awalnya terbentuk di daerah superior dan inferior kornea, karena
daerah ini memiliki perfusi yang lebih besar daripada kornea sentral. Daerah yang
memiliki perfusi lebih besar juga memiliki kapiler yang memiliki permeabilitas lebih
besar.15

Teori saat ini menunjukkan bahwa lipid seperti kolesterol, fosfolipid, trigliserida, dan
lipoprotein lebih disukai dikirim ke daerah kornea yang lebih perfusi dan arkus terbentuk
ketika lipid dan lipoprotein melampaui jangkauan pembuluh darah kecil dan dengan
demikian terdeposit di daerah perifer ini. kejadian arkus senilis meningkat seiring
bertambahnya usia. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa prevalensi arkus
kornea hampir 100 persen pada individu di atas usia 80 tahun. Kornea senilis biasanya
muncul sebagai cincin sempit dari deposit lipid berwarna putih atau abu-abu di sekitar
kornea. Meskipun biasanya dimulai di pinggiran, mereka dapat berkembang dari waktu
ke waktu dan seluruh cincin dapat terbentuk di sekitar kornea.16

Arcus senilis sendiri tidak memerlukan pengobatan, karena secara klinis tidak
signifikan dan tanpa gejala; namun, jika setelah penilaian lebih lanjut ditemukan kelainan
yang mendasari sebagai penyebab arcus, kelainan tersebut harus diobati, yaitu jika pasien
ditemukan memiliki hiperkolesteremia yang mendasari, kondisi ini harus ditangani
melalui pilihan pengobatan. Prognosis arkus senilis biasanya sangat baik, karena secara
klinis tidak signifikan. Arkus senilis tidak mempengaruhi penglihatan pasien, dan tidak
ada ulserasi atau neo-vaskularisasi atau proliferasi yang diamati akibat arkus senilis.
Salah satu perhatian utama pasien adalah kosmetik. Tidak ada komplikasi sekunder akibat
arkus senilis, namun, arcus itu sendiri mungkin merupakan komplikasi dari kondisi yang
mendasarinya. Biasanya merupakan gangguan metabolisme lipid.16

2. Bagaimana penatalaksanaan pasien ini ?

9
Pada pasien ini ditunda untuk dilakukan operasi katarak karena tekanan darah pasien
yang tinggi yaitu 160/100. Kemudian dilakukan operasi SICE OD +IOL OD jika tekanan
darah pasien sudah normal, terkontrol (dibawah 160/100).

Bedasarkan teori, Peningkatan tekanan darah selama operasi intraokular merupakan


faktor risiko untuk perdarahan suprachoroidal dan kejadian vaskular sistemik. Sehingga
akan cukup menunda operasi katarak, ketika tekanan darah tidak terkontrol dengan baik.
Sebelum operasi katarak Jika pasien ditunda untuk pengobatan hipertensi, pengurangan
risiko yang efektif mungkin memerlukan 6-8 minggu pengobatan untuk memungkinkan
regresi perubahan vaskular dan endotel. Association of Anaesthetists of Great Britain &
Ireland (AAGBI) dan British Hypertension Society (BHS) mengumumkan pedoman
untuk pengelolaan hipertensi sebelum operasi. Rekomendasi termasuk bahwa klinik
penilaian pra operasi tidak perlu mengukur tekanan darah pasien yang dipersiapkan untuk
operasi elektif yang tekanan darah sistolik dan diastoliknya di bawah 160/100 mmHg
dalam surat rujukan dari perawatan primer. Rekomendasi ini didasarkan pada konsep
bahwa tekanan darah dasar harus merupakan tekanan darah jangka panjang pasien dan
bukan yang diperoleh pada hari operasi. Obat penurun tekanan darah, seperti labetolol,
esmolol, nicardipine, nifedipine, clevipidine dan fenoldopam, dapat menurunkan tekanan
darah dan mengatasi efek hemodinamik yang merugikan.17

3. Bagaimana prognosis pasien ini ?

Prognosis OD OS
Quo ad vitam Dubia ad bonam Ad Bonam
Quo ad functionam Dubia ad bonam Ad Bonam
Quo ad sanactionam Dubia ad bonam Ad Bonam

Prognosis mata kanan:

 Quo ad vitam : dubia ad bonam. Pasien memiliki hipertensi dan perlu penundaan
untuk operasi karena jika pasien dilakukan operasi terdapat resiko perdarahan.
Jika pasien tekanan darahnya sudah normal dan terkontrol baik maka tindakan
operasi dapat dilakukan dan tidak akan menimbulkan banyak perdarahan yang
akan mengganggu kondisi vital pasien.
 Quo ad functionam: dubia ad bonam karena jika pasien tekanan darah nya sudah
terkontrol dan dapat segera dioperasi maka fungsi penglihatan pasien dapat segera
membaik namun jika kontrol tekanan darah pasien buruk maka akan semakin
lama penundaan untuk operasi dan menyebabkan katarak semakin berkembang
sehingga mengganggu fungsi penglihatan pasien. Selain itu, teknik operasi SICE
memiliki resiko komplikasi pasca operasi yang kecil, namun fungsi dari
penglihatan pasien belum tentu dapat kembali normal.
 Quo ad sanactionam: dubia ad bonam karena jika pasien sudah dioperasi maka
penglihatan pasien dapat membaik dan dapat beraktivitas kembali

Prognosis mata kiri:

10
 Quo ad vitam : ad bonam. Pasien sudah dilakukan operasi pada mata kiri, mata kiri
sudah dapat melihat dengan baik.
 Quo ad functionam : ad bonam. Karena fungsi penglihatan mata kiri sudah membaik
 Quo ad sanactionam: ad bonam. Pasien sudah menjalankan operasi katarak pada mata
kiri dan mata kiri sudah dapat melihat dengan baik sehingga pasien dapat beraktivitas
misalnya untuk membaca.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Lensa

11
Lensa adalah bagian dari bola mata yang berbentuk bikonveks, avaskular, transparan,
terletak di belakang iris dan di depan vitreus, ditopang oleh Zonula Zinii yang melekat ke
korpus siliaris. Lensa terdiri dari kapsul, epitel, korteks, dan nukleus. Kapsul lensa yang
bersifat elastik berfungsi untuk mengubah bentuk lensa pada proses akomodasi.1

Gambar 1. Anatomi bola mata1

Gambar 2. Anatomi lensa1

Lensa di dalam bola mata terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat
menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram
bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel
lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat
lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa
sehingga membentuk nukleus lensa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih
muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa
disebut sebagai korteks anterior, sedang di belakangnya korteks posterior. Nukleus lensa
mempunyai konsistensi lebih keras di banding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian

12
perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya
pada badan siliar. 2

Lensa mata yang normal adalah jernih dan transparan (transparan dan avaskular) serta
merupakan salah satu media refraksi yang berfungsi memefokuskan cahaya agar membentuk
bayangan yang tajam pada retina. Kejernihan lensa mata dipertahankan oleh susunan serat
lensa yang sedemikian padat dan sangat teratur serta keseragaman distribusi dan komposisi
protein dalan lensa.3

Lensa mata terdiri dari tiga bagian utama yaitu kapsul lensa, sel epitel lensa (pada bagian
anterior) dan sel serat lensa.3

Kapsul Lensa

Kapsul lensa merupakan basement membrane yang transparant yang mengelilingi seluruh
lensa (membungkus lensa). Kapsul lensa terus dibentuk selapis demi selapis seumur hidup.
Kapsul anterior lensa dibentuk oleh sel epitel lensa dan kapsul posterior dibentuk oleh sel
serat lensa yang memanjang (elongating fiber cells). Lapisan kapsul lensa yang baru dibentuk
akan terletak pada sisi basal dari sel epitel lensa dan bila terbentuk lapisan kapsul lensa yang
baru, lapisan yang sebelumnya akan terdorong keluar. Kapsul lensa adalah membran kolagen
yang elastik yang terbentuk dari beberapa glikosamin. Kapsul lensa kaya akan kolagen tipe
IV dan matriks protein yang lain. Kapsul posterior mempunyai ketebalan yang relatif
konstan. Kapsul lensa dewasa mempunyai ketebalan 15,5 pm pada bagian anterior dan 2,8
pm pada bagian posterior. Kapsul anterior lensa mengandung suatu materi fibrogranuler yang
disebut laminin, dimana materi ini tidak didapatkan pada kapsul posterior. Kapsul lensa
memegang peranan penting pada perubahan bentuk lensa saat akomodasi. Ketebalan kapsul
lensa anterior meningkat seiring bertambahnya usia, sedangkan ketebalan kapsul posterior
tetap konstan atau sedikit berubah3.

Sel Epitel Lensa

Sel epitel lensa yang terletak di dalam kapsul lensa anterior merupakan persistent coboidal
monolayer of lens epithelial. Sel epitel lensa bagian sentral bersifat persisten (tidak pernah
membelah diri ataupun berdiferensiasi), sedangkan pada bagian anterior ekuator adalah zone
germinative atau proliferative dimana sel epitel lensa pada daerah ini akan mengalami mitosis
(membelah diri) dan memanjang, serta bergerak ke anterior dan posterior membentuk sel
serat lensa. Sel epitel lensa yang berbentuk Polygonal Cuboidal itu mempunyai membran sel
yang bentuknya berbelok-belok dan mempunyai banyak tonjolan (interdigitation). Pada
pengamatan dengan elektron mikroskop, sel epitel lensa ini mempunyai ultrastruktur seperti
sel pada umumnya, yaitu mempunyai organel yang lengkap. Sel epitel lensa juga memegang
peran utama pada transport ion dengan sistem pompa aktif. Metabolisme energi dengan
glikolisis anaerobik juga terjadi pada sel epitel lensa dengan bantuan erzim-enzim sistem
glikolitik dan enzim yang bekerja sebagai scavenger pada radikal bebas yang terbentuk.3

13
Gambar 3. Sel epitel lensa4

Epitel lensa adalah epitel kuboid sederhana dan hanya ditemukan di permukaan anterior
lensa. Sel-sel ini (sel A) mensekresi kapsul lensa anterior sepanjang hidup. Sel-sel epitel
lensa anterior, memanjang dan menjadi kolumnar (sel E). Saat memanjang, bagian apikalnya
terletak lebih dalam dari sel lain yang ditempatkan lebih anterior. Tidak ada epitel lensa
posterior karena sel-sel yang semula terletak di anterior telah memanjang menjadi serat
primer lensa4.

Serat Lensa

Epitel lensa terletak di bawah kapsul lensa anterior berupa satu lapisan sel. Lapisan sel ini
memiliki aktivitas metabolisme. Perubahan morfologi terjadi ketika sel-sel epitel memanjang
membentuk sel-sel serat lensa. Perubahan ini dikaitkan dengan peningkatan dari massa
protein selular pada membran setiap sel serat lensa.4

Serat Zonula

Zonules atau ligamen suspensorium lensa adalah sekelompok serat yang tersusun secara
radial, seperti benang yang membantu mempertahankan lensa. Sebagian besar zonula muncul
dari bagian posterior parsplana, sekitar 1,5 mm dari ora serata. Serabut-serabut ini berjalan ke
depan dalam pars plana yang menyatu dengan membran basal epitel pars plana yang tidak
berpigmen. Serabut ini mencapai batas posterior pars plicata dan berubah menjadi pleksus
zonula. Pleksus zonula ini berjalan melalui prosesus siliaris. Dekat margin anterior pars
plicata, setiap pleksus zonula berubah menjadi fork zonular, yang terdiri dari tiga kelompok
serat zonular - serat anterior, posterior dan ekuator. Aparatus zonula mata dapat dibagi
menjadi beberapa bagian berikut4:

a. Pars orbicularis

14
Bagian dari zonula yang terletak di atas pars plana.
b. Pleksus zonula
Bagian dari zonula yang terletak di antara prosesus siliaris.
c. Fork zonula
Titik sudut zonula, yang terletak di zona tengah silia.

Anggota badan zonular terdiri dari4:

a. Ekstremitas zonula anterior: berjalan dari pars plana ke bagian preequatorial lensa.
b. Ekstremitas zonula posterior: berjalan dari pars plicata ke bagian postequatorial lensa.
c. Equatorial Zonular limb: berjalan dari pars pliacata ke ekuator lensa.

Zonula tersusun dalam bundel yang tersusun dari 2-5 serat halus. Setiap serat zonula terdiri
dari beberapa filamen fibrillin, yang berdiameter 8 hingga 12 nm. Serat zonula kaya akan
fibrillin. Zonula ini menyatu dengan membran basal kapsul lensa. Bagian kapsul lensa ini
dikenal sebagai zonula lamella dan kaya akan glikosaminoglikan daripada bagian kapsul
lainnya. Sebagian besar zonula menempel pada daerah preequatorial dan postequatorial dari
kapsul lensa (sekitar 1,5 mm dari ekuator) dan hanya sedikit yang menempel pada kapsul
lensa. ekuator. Zonula preequatorial relatif padat daripada zonula postequatorial. Tergantung
pada perlekatannya, zonula dapat dibagi lagi menjadi4:

a. Zonula primer
Zonula yang menempel pada lensa disebut zonula primer.
b. Zonula sekunder
Zonula yang menghubungkan zonula primer satu sama lain disebut zonula sekunder.
c. Tension zonules atau tension fibres
Serat yang menambatkan zonula primer ke membran basal lembah prosesus siliaris.

Ruang antara zonula preequatorial dan postequatorial disebut Canal of Hannover yang diisi
dengan serat halus zonula ekuator. Ruang antara zonula postequatorial dan zonula hyaloid
dikenal sebagai kanal Petit. Zonula hialoid adalah lapisan tunggal serat yang menghubungkan
hialoid anterior vitreous di perbatasan fossa patela ke pars plana dan pars plicata.4

15
Gambar 4. Serat zonula4

Gambar 5. Aparatus zonula4

2.2 Fisiologi Lensa

Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu5:

1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung
2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
3. Terletak di tempatnya

16
Akomodasi

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan
cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliar relaksasi, menegangkam serat zonula dan
memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi
lensa diperkecil sehingga berkas paralel atau terfokus pada retina. Untuk memfokuskan
cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang5.

Gambar 6. Mekanisme akomodasi6

ketika otot siliaris berelaksasi, ligamentum suspensorium menegang, memberi tegangan pada
lensa sehingga lensa menjadi datar dan lemah. Ketika otot siliaris berkontraksi, ligamentum
suspensorium menjadi lunglai dan tegangan pada lensa berkurang. Lensa kemudian dapat
mengambil bentuk bulat menjadi lebih kuat karena elastisitasnya6.

Metabolisme lensa normal

Transportasi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium).
Kedua kation berasal dari humor aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa
lebih tinggi di bandingkan posterior. Kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K
bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar ion Na masuk secara
difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa
aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca ATPase7.

Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP shunt (5%). Jalur HMP shunt
menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas
glutation, reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase adalah enzim yang merubah
glukosa mejadi sorbitol dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol
dehidrogenase.7

17
2.3 Katarak

2.3.1 Definisi

Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, lnggris Cataract, dan Latin cataracta yang berarti
air terjun. Dalam bahasa lndonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertuiup air terjun
akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat
kedua-duanya.8

2.3.2 Epidemiologi

Lima negara dengan jumlah penduduk yang mengalami gangguan penglihatan terbanyak
adalah Cina, India, Pakistan, Indonesia dan Amerika Serikat. Penyebab gangguan penglihatan
terbanyak di seluruh dunia adalah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi (48,99%), diikuti
oleh katarak (25,81%) dan Age related Macular Degeneration (AMD, 4,1%). Sedangkan
penyebab kebutaan terbanyak adalah katarak (34,47%), diikuti oleh gangguan refraksi yang
tidak terkoreksi (20,26%), dan glaukoma (8,30%). Lebih dari 75% gangguan penglihatan
merupakan gangguan penglihatan yang dapat dicegah9.

Gambar 7. Distribusi Penyebab Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (%) Estimasi Global
Tahun 20159

Prevalensi kebutaan pada penduduk Indonesia umur 50 tahun ke atas hasil RAAB (Rapid
Assessment of Avoidable Blindness) di 15 provinsi berkisar antara 1,4% (Sumatera Barat)
sampai 4,4% (Jawa Timur)9.

18
gambar 8. Prevalensi Kebutaan pada Penduduk Umur ≥50 Tahun di Indonesia Tahun 2014-
20169

Dari data di 15 provinsi tersebut, dihitung prevalensi kebutaan pada penduduk umur 50 tahun
ke atas di Indonesia sebesar 3,0%. Penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan
terbesar pada penduduk umur di atas 50 tahun di Indonesia adalah katarak yang tidak
dioperasi dengan proporsi sebesar 77,7%. Katarak merupakan penyebab utama kebutaan baik
pada laki – laki (71,7%) maupun perempuan (81,0%)9.

2.3.3 Etiologi

Beberapa faktor penyebab terbentuknya katarak lebih cepat yaitu8:

1. diabetes
2. radang mata
3. trauma mata
4. riwayat keluarga dengan katarak
5. pemakaian steroid lama
6. merokok
7. pembedahan mata lainnya
8. terpajan banyak sinar UV

Tabel 1. Berbagai jenis katarak, penyebabnya, dan orang yang berisiko10

Jenis katarak Penyebab Kelompok beresiko


Kongenital dan Herediter, gangguan Sejak lahir atau mulai dari
perkembangan perkembangan lensa saat anak-anak sampai remaja
masa gestasi, malnutrisi ibu
hamil, infeksi, obat-obatan,
radiasi, anoksia pada
fetal/infantile, gangguan
metabolik, idiopatik
Senilis Penuaan, dehidrasi, penyakit Usia tua, sebagian besar
sistemik, merokok, stres terjadi pada kelompok usia

19
oksidatif, kurangnya asupan >50 tahun
makanan yang diperlukan
Traumatik Trauma yang mengakibatkan Orang yang bekerja di temoat
rusaknya kapsul lensa, berbahaya seperti las,
penetrasi benda asing pembuatan kaca
Komplikata Komplikasi dari berbagai Pasien dengan penyakit kulit,
inflamasi kronik dan alergi, uveitis, glaucoma,
penyakit degeneratif pada diabetes, empisema, asma
mata
Metabolik Gangguan metabolik: DM, Orang dengan defisiensi
galaktosemia, dll enzim dan hormon
Toksik Zat toksik dan obat-obatan Orang dengan terapi steroid
(steroid, NSAID, dll) dan obat-obatan toksik
Radiasi Sinar infra-merah, X-ray, Orang yang kontak dengan
sinar ultraviolet matahari, bekerja di tempat
dengan radiasi tinggi

Faktor resiko katarak

1. Kongenital

Faktor-faktor berikut umumnya terlibat dalam perkembangan katarak kongenital10:

a. Faktor genetik

Katarak yang ditentukan secara genetik disebabkan oleh anomali pada pola kromosom
individu. Sekitar sepertiga dari semua katarak kongenital adalah keturunan. Ini dapat
terjadi dengan atau tanpa mikroftalmia, aniridia, anomali perkembangan bilik mata
depan, degenerasi retina, kelainan genetik multisistem lainnya seperti kelainan
kromosom, sindrom Lowe atau tipe neurofibromatosis. Gen PITX3 dilaporkan
bertanggung jawab atas beberapa katarak yang diturunkan pada disgenesis mesenkim
segmen anterior10.

b. Faktor ibu dan janin

Infeksi ibu seperti rubella, toksoplasmosis, dan cytomegalo-inclusion dll, juga


berhubungan dengan katarak kongenital. Gangguan endokrin, penyalahgunaan
alkohol atau obat-obatan (thalidomide, kortikosteroid, dll.) serta paparan radiasi
selama kehamilan meningkatkan risiko katarak pada bayi. Hipoksia intrauterin pada
trimester terakhir kehamilan, sindrom Lowe, distrofi miotonia, iktiosis kongenital,
dll., adalah faktor dari janin yang menyebabkan katarak pada bayi.10

c. Jenis kelamin

20
Wanita memiliki insiden dan risiko yang lebih tinggi untuk sebagian besar jenis
katarak daripada pria, mungkin karena kurangnya estrogen pada tahun-tahun pasca-
menopause.10

d. Ras dan etnis

Orang Afrika-Amerika dan Amerika Hispanik tampaknya memiliki risiko hampir dua
kali lipat terkena katarak daripada orang bule. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh
penyakit medis lainnya, terutama diabetes, dan karena kurangnya pengobatan.10

2. Penuaan

Katarak terkait usia (atau senilis) didefinisikan sebagai katarak yang terjadi pada
orang berusia >50 tahun, tidak terkait dengan trauma mekanis, kimia, atau radiasi
Kerusakan dan agregasi protein, kerusakan membran sel serat, defisiensi glutathione,
kerusakan oksidatif, peningkatan kalsium, migrasi sel epitel lensa yang abnormal, dll.,
adalah beberapa mekanisme spesifik yang bertanggung jawab untuk katarak senilis.10

Beberapa faktor berikut dapat memicu mekanisme katarak :

a. Diare/krisis dehidrasi

Minassian dkk. melaporkan bahwa satu episode diare berat 4,1 kali lebih mungkin
menyebabkan katarak. Risiko meningkat menjadi 21% dengan dua atau lebih episode
diare dan masih lebih tinggi pada mereka yang memiliki riwayat diare berat. Diare,
malnutrisi, asidosis, dehidrasi, tingkat urea yang tinggi dalam tubuh, dan
ketidakseimbangan osmotik terkait menyebabkan akumulasi sianat, sehingga
mempengaruhi tingkat glutathione, yang menyebabkan katarak.10

b. Hipertensi

Studi klinis awal pembentukan katarak pada diabetes mellitus mencatat prevalensi
tinggi hipertensi. 10

c. Merokok

Peran merokok dalam katarakogenesis telah disorot dalam berbagai penelitian. Studi
ini telah menunjukkan 2-3 kali lipat peningkatan risiko katarak pada perokok.10

d. Stres oksidatif – Oksidan

Proses oksidatif meningkat seiring bertambahnya usia pada lensa manusia, dan
konsentrasi protein ditemukan secara signifikan lebih tinggi pada lensa katarak.
Kelebihan produksi oksidan sangat berbahaya bahkan dapat mempengaruhi materi
genetik. Satu teori mendalilkan bahwa pada mata yang menua, penghalang

21
berkembang yang mencegah glutathione dan antioksidan pelindung lainnya mencapai
nukleus di lensa, sehingga membuatnya rentan terhadap oksidasi.10

e. Kandungan lipid dan kolesterol

Komposisi dan metabolisme lipid membran dapat mempengaruhi pembentukan


berbagai jenis katarak. Membran lensa mengandung kandungan kolesterol tertinggi
dari semua membran yang diketahui. Perkembangan katarak dikaitkan dengan
peningkatan akumulasi dan redistribusi kolesterol di dalam sel-sel ini.10

3. Traumatis
Katarak dapat terbentuk setelah cedera tumpul atau tembus pada mata dan masuknya
benda asing yang sulit dikeluarkan, menyebabkan kerusakan fisik. Ketika kapsul lensa
bagian luar pecah, lensa bagian dalam membengkak dengan air dan berubah menjadi
putih karena denaturasi protein lensa.10

4. Komplikata

Penyakit kulit dan alergi

Kekeruhan lensa yang berhubungan dengan penyakit kulit disebut katarak


syndromatotic, terjadi pada usia muda dan bilateral. Katarak atopik adalah kondisi
paling umum yang terkait dengan dermatitis atopik (AD), terutama pada anak-
anak. Mekanismenya tidak diketahui; namun, kebiasaan menggosok wajah pada
kondisi pruritus mungkin berperan. Pasien dengan AD telah ditemukan memiliki
kadar protein yang lebih tinggi di humor aquos. Gangguan kulit lain yang terkait
dengan katarak termasuk poikiloderma, atrophicus vaskular, scleroderma, dan
keratotis follicularis.10

5. Metabolik

Diabetes

Kontrol yang buruk dari diabetes mellitus (DM) terkait dengan pembentukan
beberapa komplikasi sistemik dan okular termasuk kehilangan penglihatan. Terbukti,
studi eksperimental langsung in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa diabetes adalah
penyebab katarak. DM yang tidak terkontrol menyebabkan hiperglikemia, yang
berhubungan dengan jaringan okular dengan glikasi protein non-enzimatik, tekanan
osmotik, dan stres oksidatif.10

6. Katarak toksik

Penyalahgunaan narkoba

22
Banyak obat dapat menyebabkan katarak, termasuk kortikosteroid (seperti
prednisolon dan kortison), obat penenang, obat radiomimetik, quinoline,
methotrexate, kontrasepsi oral, miotics, ergot, sulfanilamide, streptozotocin,
methoxsalen, accutane, epinephrine psoralen, thiazide dll.10

Steroid, seperti prednison, menghambat metabolisme normal jaringan ikat, yang


terdiri dari lensa. Bahkan krim steroid potensi rendah yang dioleskan pada kelopak
mata dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-okular dan katarak. Mekanisme
katarak yang diinduksi kortikosteroid tidak diketahui tetapi mungkin karena
ketidakseimbangan osmotik, kerusakan oksidatif, atau gangguan faktor pertumbuhan
lensa.10

7. Radiasi dan gelombang elektromagnetik


Radiasi dapat berupa apa saja yaitu; sinar ultra violet, infra merah, atau gelombang
elektromagnetik. Radiasi ultraviolet telah dikaitkan dengan katarak senilis dalam
banyak penelitian. Duke-Elder telah berpendapat bahwa penyebab mendasar dari
katarak dalam segala bentuknya dapat ditelusuri ke kejadian energi radiasi langsung
pada lensa itu sendiri. Data dari survei HANES menunjukkan rasio penyakit katarak
dan non-katarak yang lebih tinggi di daerah dengan jumlah jam sinar matahari
tahunan yang tinggi. Di Australia, daerah dengan penyinaran UV yang lebih tinggi
ditunjukkan dengan prevalensi yang lebih tinggi dan onset awal katarak. Prevalensi
katarak dilaporkan 3,8 kali lebih tinggi di daerah dengan rata-rata 12 jam paparan
sinar matahari setiap hari dibandingkan dengan daerah dengan hanya 7 jam paparan di
Nepal.10

2.3.4 Klasifikasi

Klasifikasi Berdasarkan Usia

1. Katarak kongenital
Katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun. Sepertiga kasus katarak
kongenital adalah diturunkan, sepertiga berkaitan dengan penyakit sistemik, dan
sisanya idiopatik. Separuh katarak kongenital disertai anomali mata lainnya, seperti
PHPV (Primary Hyperplastic Posterior Vitreous), aniridia, koloboma, mikroftalmos,
dan buftalmos (pada glaukoma infantil). 1,8
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak8:
a. Kapsulolentikuler
Pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak polaris
b. Katarak lentikuler
Pada golongan ini katarak yang mengenai korteks atau nukleus saja

Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital8:


a. Katarak piramidalis/polaris anterior
b. Katarak piramidalis/polaris posterior
c. Katarak zonularis/lamelaris

23
d. Katarak pungtata dan lain-lain

2. Katarak juvenile
Katarak yang sudah terjadi setelah usia 1 tahun. Katarak yang lembek dan terdapat
pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih
dari 3 bulan. Katarak juvenil merupakan lanjutan dari katarak kongenital. Katarak
juvenil merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya
seperti8:
a. Katarak metabolik
 Katarak diabetik dan galaktosemiak (gula)
 Katarak hipokalsemik
 Penyakit (tetanik)
 Katarak defisiensi gizi
 Katarak aminoasiduria
 Penyakit wilson
 Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain

b. Otot
Distorfi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
c. Katarak traumatik
d. Katarak komplikata
e. Katarak kongenital dan herediter (siklopia, kolobama, mikroftalmia, aniridia,
pembuluh hialoid persisten, heterokomia iridis)
f. Katarak degeneratif (dengan miopia dan distorfi vitreoretinal)
g. Katarak anoksik
h. Toksik (kortikosteroid sistemik, topikal, ergot, naftaleim,
dinitrofenol,antikolinesterase, klorpomazin)
i. Katarak radiasi

3. Katarak senilis
Katarak setelah usia 50 tahun. Seiring berjalannya usia, lensa mengalami kekeruhan,
penebalan, serta penurunan daya akomodasi, kondisi ini dinamakan katarak senilis.
Katarak senilis merupakan 90% dari semua jenis katarak.Terdapat tiga jenis katarak
senilis berdasarkan lokasi kekeruhannya yaitu1,8:

a. Katarak nuklearis
Katarak nuklearis ditandai dengan kekeruhan sentral dan perubahan warna
lensa menjadi kuning atau cokelat secara progresif perlahan-lahan yang
mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Derajat kekeruhan lensa dapat dinilai
menggunakan slitlamp. Katarak jenis ini biasanya terjadi bilateral, namun dapat
juga asimetris. Perubahan warna mengakibatkan penderita sulit untuk
membedakan corak warna. Katarak nuklearis secara khas lebih mengganggu
gangguan penglihatan jauh daripada penglihatan dekat. Nukleus lensa mengalami

24
pengerasan progresif yang menyebabkan naiknya indeks refraksi, dinamai
miopisasi. Miopisasi menyebabkan penderita presbiopia dapat membaca dekat
tanpa harus mengenakan kacamata, kondisi ini disebut sebagai second sight.
b. Katarak kortikal
Katarak kortikal berhubungan dengan proses oksidasi dan presipitasi protein
pada sel-sel serat lensa. Katarak jenis ini biasanya bilateral, asimetris, dan
menimbulkan gejala silau jika melihat ke arah sumber cahaya. Tahap penurunan
penglihatan bervariasi dari lambat hingga cepat. Pemeriksaan slitlamp berfungsi
untuk melihat ada tidaknya vakuola degenerasi hidropik yang merupakan
degenerasi epitel posterior, dan menyebabkan lensa mengalami elongasi ke
anterior dengan gambaran seperti embun.
c. Katarak subkapsuler
Katarak ini dapat terjadi di subkapsuler anterior dan posterior. Pemeriksaannya
menggunakan slitlamp dan dapat ditemukan kekeruhan seperti plak di korteks
subkapsuler posterior. Gejalanya adalah silau, penglihatan buruk pada tempat
terang, dan penglihatan dekat lebih terganggu daripada penglihatan jauh.

Gambar 9. Katarak nuklear1

Gambaf 10. Katarak subkapsular posterior1


25
Gambar 11. Katarak kortikal1
Bedasarkan maturitas1:
a. Iminens/insipiens
Pada stadium ini, lensa bengkak karena termasuki air, kekeruhan lensa masih
ringan, visus biasanya > 6/60. Pada pemeriksaan dapat ditemukan iris normal,
bilik mata depan normal, sudut bilik mata normal, serta shadow test negatif.
b. Imatur
Pada tahap berikutnya, opasitas lensa bertambah dan visus mulai menurun
menjadi 5/60 sampai 1/60. Cairan lensa bertambah akibatnya iris terdorong
dan bilik mata depan menjadi dangkal, sudut bilik mata sempit, dan sering terjadi
glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan shadow test positif.
c. Matur
Jika katarak dibiarkan, lensa akan menjadi keruh seluruhnya dan visus menurun
drastis menjadi 1/300 atau hanya dapat melihat lambaian tangan dalam jarak 1
meter. Pada pemeriksaan didapatkan shadow test negatif.

d. Hipermatur
Pada tahap akhir, korteks mencair sehingga nukleus jatuh dan lensa jadi turun dari
kapsulnya (Morgagni). Lensa terlihat keruh seluruhnya, visus sudah sangat
menurun hingga bisa mencapai 0, dan dapat terjadi komplikasi berupa uveitis dan
glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan iris tremulans, bilik mata depan dalam,
sudut bilik mata terbuka, serta shadow test positif palsu.

Tabel 2. Perbedaan stadium katarak senilis8

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air+massa lensa
keluar)
Iris Normal terdorong Normal T remulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam

26
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test Negatif Positif Negatif Psudonegatif
Penyulit - glaukoma - Uveitis +
glaukoma

2.3.5 Patofisiologi

Lensa merupakan salah satu elemen refraksi yang vital pada mata manusia yang berfungsi
untuk mengatur tajamnya gambaran yang diproyeksikan ke retina. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, lensa harus transparan serta memiliki indeks refraksi yang tinggi. Transparansi dan
indeks refraksi yang tinggi dipertahankan oleh susunan sel-sel serat lensa yang tersusun
dengan sangat baik, ruang interselular yang minimal, dan akumulasi protein sitoplasmik
(kristalin) yang tinggi. Ganggunan susunan sel-sel serat lensa dan agregasi protein dapat
merusak transparansi lensa.11

Mekanisme pembentukan katarak sangat multifaktorial. Oksidasi lipid membran, struktural


atau enzimatik protein, atau DNA oleh peroksida atau radikal bebas yang disebabkan oleh
sinar ultraviolet merupakan penyebab awal hilangnya transparansi nukleus dan jaringan
korteks pada lensa. Pada katarak kortikal, elektrolit menyebabkan overhidrasi lensa dan
pencairan dari lensa.Secara klinis, pembentukan katarak kortikal memiliki manifestasi berupa
pembentukan vakuola, celah atau lamelar yang dapat dilihat dengan slit lamp. Kerusakan
nukleus pada katarak biasanya terjadi sekunder akibat denaturasi protein akibat proses
oksidasi, proteolitik, dan glikasi. Agregat protein menyebabkan berat molekul protein lebih
tinggi. Peningkatan densitas optik ini dapat menyebabkan pergeseran indeks miopia sehingga
menghasilkan kesalahan pembiasan. Selain itu, daerah pusat lensa menjadi keruh, tampilan
kekuningan sampai terlihat pada bagian optik dengan slit lamp.11

Katarak senilis

Patogenesis: Multifaktorial, meliputi interaksi yang kompleks antara bermacam-macam


proses fisiologis.

 Peningkatan protein-protein yang tidak larut air seiring pertambahan usia


Protein lensa yang sebelumnya larut air menjadi tidak larut air dan beragregasi untuk
membentuk partikel-partikel yang sangat besar yang dapat memecahkan cahaya
sehingga mengakibatkan kekeruhan lensa12.
 Teori Kebocoran Pompa
Lensa bersifat dehidrasi dan memiliki kadar ion kalium (K+) dan asam amino yang
lebih tinggi dari aqueous dan vitreus di sekelilingnya. Sebaliknya, lensa mengandung
kadar ion natrium (Na+), ion klorida (Cl-) dan air yang lebih sedikit dari lingkungan
sekitarnya. Keseimbangan kation antara di dalam dan di luar lensa adalah hasil dari
kemampuan permeabilitas membran sel-sel lensa dan aktifitas dari pompa (Na+, K+-
ATPase) yang terdapat pada membran sel dari epitelium lensa dan setiap serat lensa.

27
Fungsi pompa natrium bekerja dengan cara memompa ion natrium keluar dari dan
menarik ion kalium ke dalam lensa. Mekanisme ini tergantung dari pemecahan ATP
dan diatur oleh enzim Na+, K+-ATPase. Keseimbangan ini mudah sekali terganggu
oleh inhibitor spesifik ATPase. Inhibisi dari Na+, K+-ATPase akan menyebabkan
hilangnya keseimbangan kation dan meningkatnya kadar air dalam lensa12.

Keseimbangan kalsium juga penting untuk lensa. Besarnya gradien transmembran


kalsium dipertahankan secara primer oleh pompa kalsium (Ca2+-ATPase). Membran
sel lensa juga secara relatif tidak permeabel terhadap kalsium. Hilangnya homeostasis
kalsium akan sangat mengganggu metabolisme lensa. Peningkatan kadar kalsium
dapat berakibat pada beberapa perubahan meliputi tertekannya metabolisme glukosa,
pembentukan agregat protein dengan berat molekul tinggi dan aktivasi protease yang
destruktif. Transport membran dan permeabilitas juga penting untuk nutrisi lensa.
Transport aktif asam-asam amino terdapat di epitel lensa dengan mekanisme
tergantung pada gradien natrium yang dibawa oleh pompa natrium. Glukosa
memasuki lensa melalui sebuah proses difusi terfasilitasi yang tidak secara langsung
terhubung oleh sistem transport aktif. Hasil buangan metabolisme meninggalkan lensa
melalui difusi sederhana. Berbagai macam substansi seperti asam askorbat,
mioinositol dan kolin memiliki mekanisme transport yang khusus pada lensa.
Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen
dan mula-mula terjadi peningkatan kandungan air.Kandungan natrium dan kalsium
meningkat; kandungan kalium,berkurang. Pada lensa yang mengalami katarak juga
tidak ditemukan glutation. Seiring pertambahan usia lensa, berat dan ketebalannya
bertambah sementara kekuatan akomodasinya berkurang. Ditambah lagi, terdapat
pengurangan transport dari air, nutrisi dan antioksidan. Akibatnya kerusakan oksidatif
yang progresif pada lensa menyebabkan berkembangnya katarak senilis12.

Perubahan lensa pada usia lanjut meliputi12:

 Kapsul: menebal, kurang elastis, presbiopia, bentuk lamel berkurang


 Epitel: makin tipis, sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar,epitel
bengkak dan vakuolisasi mitokondria
 Serat lensa: lebih ireguler, pada korteks terjadi kerusakan serat sel, sinar UV lama
kelamaan merubah protein nukleus (histidin, triptofan, metionin,sistein dan tirosin)
lensa menjadi brown sclerotic nucleus
 Korteks: tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi
fotooksidasi, serat tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

Berdasarkan stadiumnya, katarak terdiri dari 6 stadium yaitu:


 Katarak insipien
Merupakan stadium dini yang belum menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan
terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda

28
(kuneiform) pada korteks anterior, sedangkan aksis masih relatif jernih. Kekeruhan
mulai dari tepi ekuator menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).
Vakuol mulai terlihat di korteks, yang terlihat bila dipupil dilebarkan disebut spokes
of wheel. Pada stadium insipien dapat terjadi miopia artifisial di mana penglihatan
jauh kabur sedangkan penglihatan dekat sedikit membaik dibandingkan sebelumnya
(second sight), sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kacamata. Keadaan
ini disebabkan oleh peningkatan indeks refraksi lensa pada stadium insipien. Bila
kualitas lensa memburuk atau terjadi kelelahan maka second sight ini akan
menghilang.12
 Katarak intumesen.
Kekeruhan lensa disebabkan pembengkakan lensa akibat lensa degeneratif menyerap
air. Lensa yang membengkak dan membesar akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal, hal ini dapat menimbulkan penyulit berupa glaukoma. Stadium ini
tidak selalu terjadi pada proses katarak12
 Katarak imatur
Lensa sebagian keruh, belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa
bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif,
sehingga pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil
dan dapat menimbulkan glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau
shadow test akan terlihat bayangan iris pada lensa, disebut shadow test positif12
 Katarak matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat
deposisi ion Ca2+ yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan, maka
cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi
kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada
katarak matur. Bilik mata depan kembali normal, tidak terdapat bayangan
iris pada lensa yang keruh sehingga shadow test menjadi negatif12.

 Katarak hipermatur
Katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek
dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi mencair dan keluar dari kapsul lensa
sehingga ukuran lensa mengecil dan kapsul mengkerut. Kadang pengkerutan berjalan
terus sehingga hubungan dengan zonula Zinnii menjadi kendur. Bila proses katarak
berlanjut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair
tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu
disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat,
keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni.
 Katarak Morgagni. Merupakan lanjutan dari katarak hipermatur dimana likuefaksi
total pada korteks telah menyebabkan inti tenggelam pada bagian inferior. Bila proses
katarak hipermatur berlanjut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk
sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa
karena lebih berat12.

29
Gambar 12. katarak matur12

Gambar 13. katarak imatur12

2.3.5 Manifestasi Klinis

Kekeruhan lensa terbentuk secara gradual pada sebagian besar jenis katarak. Penurunan tajam
penglihatan terjadi akibat kekeruhan lensa yang menghalangi cahaya masuk ke retina.
Besarnya penurunan tajam penglihatan sesuai dengan ketebalan kekeruhan lensa. Semakin
keruh lensa, tajam penglihatan semakin turun sehingga tidak dapat
lagi dikoreksi dengan kacamata. Selain penurunan tajam penglihatan, katarak juga
menyebabkan gangguan kualitas fungsi penglihatan seperti penurunan sensitivitas
kontras dan gangguan silau (glare). Walaupun belum menimbulkan keluhan penglihatan
buram, kekeruhan lensa tahap awal dapat menimbulkan keluhan berupa kesulitan melihat
objek dengan latar belakang terang dan kesulitan menghadapi sinar lampu dari depan
saat malam hari yang menyebabkan pasien sulit untuk berkendara. Kadang-kadang pasien
juga dapat memberikan keluhan penglihatan ganda saat melihat objek jika pasien melihat
hanya menggunakan satu mata yang mengalami katarak (diplopia monokular). Hal ini terjadi
pada tahap awal akibat kekeruhan yang terjadi hanya pada sebagian lensa11.

30
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat kemunduran
penglihatan secara progesif. Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis
katarak saat pasien datang. Beberapa keluhan pasien dengan katarak, antara lain11:

1. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien dengan
katarak senilis.
2. Silau, keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas kontras
terhadap cahaya terang lingkungan, silau pada cahaya matahari saat siang hari hingga
silau ketika mengemudi pada malam hari saat ada lampu mobil lain yang mendekat.
3. Perubahan miopik (myopic shift), progesifitas awal katarak sering meningkatkan
kekuatan dioptrik lensa yang menimbulkan miopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai akibatnya, pada pasien hipermetropia terjadi peningkatan penglihatan jauh,
pada pasien presbiopia terjadi perbaikan penglihatan dekat sehingga kurang
membutuhkan kaca mata baca. Keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas,
perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior
atau anterior.
4. Diplopia monokular, terjadi apabila perubahan nuklear yang terkonsentrasi pada
bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari lensa,
yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau
ophtalmoskopi langsung. Fenomena ini menimbulkan diplopia monokular yang tidak
dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.
5. Noda, berkabut pada lapangan pandang terjadi sebagai akibat dari kekeruhan lensa.

2.3.6 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan bedasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi sebagai berikut11:

 Diagnosis katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-
penyakit yang menyertai seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung
 Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat
membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler
dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.
 Diagnosis pasti katarak dilakukan dengan melihat kekeruhan
pada lensa. Pemeriksaan dapat dilakukan menggunakan peralatan
sederhana yang seharusnya tersedia di layanan kesehatan primer
seperti oftalmoskop direk. Teknik pemeriksaan ini dipopulerkan pada survei Rapid
Assessment Cataract Surgical Services (RACSS) yang dilakukan oleh WHO.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara melebarkan pupil dan melihat ke arah pupil
menggunakan oftalmoskop denganjarak 50 cm dari pasien. Lensa yang jernih akan
memberikan gambaran reflek fundus berupa warna oranye yang homogen. Lensa
yang keruh sebagian akan tampak sebagai bayangan gelap yang menutupi reflek
fundus.

31
 Pemeriksaan menggunakan slit lamp dapat mengevaluasi tingkat dan letak kekeruhan
lensa dengan lebih detil. Kekeruhan lensa bisa ditemukan pada nukleus, kortikal,
anterior dan posterior polar dan subkapsularis posterior. Jika fungsi retina masih baik
maka derajat kekeruhan berkorelasi positif dengan penurunan tajam penglihatan.
Penilaian derajat kekeruhan bisa dilakukan menggunakan kriteria Burrato, Lens
Opacity Classification System (LOCS) III dan tajam penglihatan.

Gambar 12. Penilaian derajat kekeruhan katarak berdasarkan LOCS III11

Derajat katarak sesuai kriteria Burrato:

1. Derajat 1:
Nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari 6/18, tampak sedikit keruh
dengan warna agak keputihan. Refleks fundus juga masih dengan mudah diperoleh
dan usia penderita juga biasanya kurang dari 50 tahun.

2. Derajat 2:
Nukleus dengan kekerasan ringan, tampak nukleus mulai sedikit berwarna
kekuningan, visus biasanya antara 6/18 sampai 6/30. Refleks fundus juga masih
mudah diperoleh dan katarak jenis ini paling sering memberikan gambaran seperti
katarak subkapsularis posterior.
3. Derajat 3 :
Nukleus dengan kekerasan medium, dimana nukleus tampak berwarna kuning disertai
dengan kekeruhan korteks yang berwarna keabu-abuan. Visus biasanya antara 3/60
sampai 6/30.
4. Derajat 4:
Nukleus keras, dimana nukleus sudah berwarna kuning kecoklatan dan visus biasanya
antara 3/60 sampai 1/60, dimana refleks fundus maupun keadaan fundus sudah sulit
dinilai
5. Derajat 5 :

32
Nukleus sangat keras, nukleus sudah berwarna kecoklatan bahkan ada yang sampai
berwarna agak kehitaman. Visus biasanya hanya 1/60 atau lebih jelek dan usia
penderita sudah di atas 65 tahun Katarak ini sangat keras dan disebut juga brunescent
cataract atau black cataract.

2.3.7 Tatalaksana

Tatalaksana definitif untuk katarak saat iniadalah tindakan bedah. Beberapa penelitian
seperti penggunaan vitamin C dan E dapat memperlambat pertumbuhan katarak, namun
belum efektif untuk menghilangkan katarak. Tujuan tindakan bedah katarak adalah untuk
mengoptimalkan fungsi penglihatan. Keputusan melakukan tindakan bedah tidak spesifik
tergantung dari derajat tajam penglihatan, namun lebih pada berapa besar penurunan tersebut
mengganggu aktivitas pasien11.

Indikasi bedah adalah11:

 Bila terjadi gangguan stereopsis


 Hilangnya penglihatan perifer
 Rasa silau yang sangat mengganggu, dan simtomatik anisometrop.

Indikasi medis operasi katarak adalah11:

 Bila terjadi komplikasi antara lain: glaukoma fakolitik, glaukoma fakomorfik, uveitis,
fakoantigenik, dislokasi lensa ke bilik depan, dan katarak sangat padat sehingga
menghalangi pandangan gambaran fundus karena dapat menghambat diagnosis
retinopati diabetika ataupun glaukoma11.

Gambar 13. Rekomendasi dilakukan operasi katarak11

Beberapa jenis tindakan bedah katarak11:

 Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)

33
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Sekarang
metode ini hanya dilakukan pada kasus lensa subluksasio dan luksasio. Tindakan
ICCE tanpa pemasangan IOL merupakan tindakan pembedahan yang sangat
lama populer. Tajam penglihatan pasca operasi ICCE tanpa IOL memberikan hasil
yang kurang baik sehingga tindakan ini sudah mulai ditinggalkan. Pada kondisi
khusus yang disebutkan di atas, ICCE dapat dilakukan tentunya dengan
pemasangan IOL baik secara primer maupun sekunder. Pembedahan ini dilakukan
dengan mempergunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga penyulit
tidak banyak seperti sebelumnya. Katarak ekstraksi intrakapsular ini tidak boleh
dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan
ini astigmat, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.
 Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
korteks lensa dapat keluar melalui robekan. Ukuran lensa yang dikeluarkan pada
ECCE cukup besar, yaitu sekitar 9-12 mm, sehingga untuk menutup luka
membutuhkan 5-7 jahitan. Oleh karena luka yang relatif besar dan adanya jahitan
untuk menutup luka, risiko astigmatisma pasca operasi menjadi cukup besar.
Tindakan ECCE ini dilakukan pada pasien dengan katarak matur. Pada pasien
dengan katarak matur yang disertai kelainan endotel yang berat, tindakan ECCE
bersamaan dengan keratoplasti dapat menjadi pilihan. ECCE menjadi pilihan terapi
pada katarak matur atau saat indikasi kebutaan menurut WHO terpenuhi.

Gambar 5. Tahapan operasi menggunakan teknik ECCE11

 Small Incision Cataract Surgery (SICS)

34
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan operasi
katarak manual dengan luka insisi yang lebih kecil dibandingkan ECCE. Berbeda
dengan ECCE, luka insisi pada SICS dibuat lebih ke arah sklera dan dengan
membuat terowongan (tunnel) dari sklera ke kornea untuk kemudian menembus bilik
mata depan. Luka insisi yang lebih kecil sebesar 6-9 mm dan tunnel berukuran 4 mm
menyebabkan luka menjadi kedap meskipun tanpa jahitan, sehingga dapat
menurunkan risiko astigmatisma pasca operasi. Beberapa dokter memilih memberikan
1 jahitan pada luka insisi SICS untuk menutup luka dengan lebih baik. Pemasangan
IOL pada operasi SICS sudah menjadi baku emas untuk tindakan operasi
SICS.
 Fakoemulsifikasi
Operasi katarak dengan menggunakan mesin fakoemulsifikasi (Phacoemulsification).
Operasi fakoemulsifikasi adalah tindakan menghancurkan lensa mata menjadi bentuk
yang lebih lunak, sehingga mudah dikeluarkan melalui luka yang lebih kecil (2-3
mm). Getaran kristal piezzo electric dengan frekuensi ultrasound pada phaco
handpiece digunakan untuk menghancurkan katarak. Katarak yang telah melunak atau
menjadi segmen yang lebih kecil kemudian akan diaspirasi oleh mekanisme pompa
peristaltik maupun venturi sampai bersih. Pemasangan IOL sudah menjadi standar
pelayanan operasi fakoemulsifikasi. Pemilihan lensa yang dapat dilipat (foldable)
merupakan baku emas untuk tindakan operasi fakoemulsifikasi. Insisi yang kecil tidak
memerlukan jahitan dan akan pulih dengan sendirinya. Hal ini memungkinkan pasien
dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Namun jika karena
adanya keterbatasan pilihan IOL yang tersedia, maka penggunan IOL non-foldable
masih dapat diterima, tentunya dengan penambahan jahitan pada luka. Teknik ini
bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis.

Gambar 14. Tahapan operasi menggunakan teknik fakoemulsifikasi11

Operasi Katarak Bilateral

Operasi katarak bilateral dalam waktu yang bersamaan, saat ini tidak direkomendasikan
dengan pertimbangan keamanan hasil operasi. Meskipun angka keberhasilan operasi katarak
yang tinggi,dan risiko infeksi yang sangat rendah 0,02 – 0,05%, namun jika terjadi infeksi
endoftalmitis paska operasi dapat menyebabkan kebutaan. Beberapa studi komparasi yang
membandingkan antara operasi kedua mata dalam satu hari dibandingkan dengan hari

35
yang berbeda, terdapat kelebihan dalam jangka pendek saja berupa beban biaya (cost) yang
lebih efektif11.

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Tindakan Operasi

Setiap kali melakukan pemeriksaan pre-operasi mencakup hal-hal berikut11:

1. Anamnesis riwayat penyakit mata, penyakit lain ataupun alergi.


2. Visus tanpa koreksi dengan Snellen serta refraksi terbaik.
3. Pengukuran tekanan intraokular.
4. Penilaian fungsi pupil (refleks pupil).
5. Pemeriksaan mata luar (external examination) dengan
senter dan lup atau slit lamp bergantung fasilitas.
6. Pemeriksaan fundus dengan dilatasi pupil.

Implantasi IOL

Diutamakan diletakan di dalam kapsul lensa untuk meningkatkan hasil pasca operasi kecuali
bila terdapat kontraindikasi. Materi IOL disesuaikan dengan preferensi operator, namun IOL
berbahan silikon tidak dianjurkan pada pasien dengan riwayat operasi segmen posterior atau
akan melaksanakan operasi segmen posterior dengan menggunakan silicon oil atau gas
karena dapat mengganggu pandangan saat operasi. (GPP) Bentuk squared haptic IOL
dikatakan memiliki kecenderungan terjadi PCO (Posterior Capsule Opacification) lebih
rendah bila dibandingkan denga haptik bentuk J, namun IOL tersebut dilaporkan sering
menimbulkan disfotopsia. (GPP) Foldable single piece IOL merupakan pilihan utama bila
dipasang dalam kapsul lensa, namun tidak namun tidak direkomendasikan untuk dipasang
pada sulkus karena akan menimbulkan iris chafing, glaukoma, inflamasi, hifema dan edema
makula11.

Pemeriksaan biometri dan keratometri yang akurat serta pemilihan formula perhitungan
kekuatan IOL merupakan hal yang krusial untuk memperoleh hasil operasi yang baik. Teknik
pemeriksaan biometri optik lebih baik dibandingkan dengan biometri non kontak. Beberapa
formula yang dikenal antara lain: SRK/T, Holladay-1, Hoffer-Q dapat digunakan untuk
perhitungan kekuatan IOL. Formula terbaru yang menggunakan parameter anterior chamber
depth, lens thickness, dan white-to-white diameter cornea untuk formula Haigis L, Olsen,
Holladay-2, Barret Suite, dan Hill-RBF untuk memprediksikan letak lensa post operasi11.

Kontraindikasi bedah11:

1. Pasien menolak tindakan operasi.


2. pemberian kacamata ataupun alat bantu penglihatan lainnya masih cukup memuaskan
bagi pasien.
3. Ada dugaan bahwa operasi tidak dapat meningkatkan penglihatan pasien pasca
operasi.
4. Kualitas hidup pasien belum terganggu dengan gangguan penglihatan yang
dialaminya.

36
5. Pasien tidak dapat menjalani operasi katarak berkaitan dengan penyakit mata lain
ataupun keadaan kesehatan akibat penyakit lainnya.
6. Pasien tidak dapat memberikan surat izin tindakan medis yang sah secara hukum
karena kurang pengertian ataupun kurang informasi.
7. Pasien tidak dapat mengikuti petunjuk pengobatan pasca operasi

Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan EKIK1

Tabel 4. Kelebihan dan Kekurangan EKEK1

Tabel 5. Kelebihan dan kekurangan SICS1

Tabel 6. Kelebihan dan kekurangan fakoemulsifikasi1

2.3.8 Komplikasi

Beberapa komplikasi terkait operasi katarak11:

37
1. Ruptur kapsul posterior (Posterior Capsule Rupture/PCR) Kejadiannya bervariasi
antara 2% (pada kasus uncomplicated phacoemulsification)-9% (pada kasus dengan
risiko tinggi).
2. Cystoid macular edema (CME)
Angka kejadian CME bervariasi antara 1-3% dengan teknik SICS. Beberapa faktor
risiko terjadinya CME antara lain: riwayat uveitis, PCR dengan prolaps vitreus,
retinopati diabetik, riwayat operasi vitero-retina, serta riwayat CME pada mata
kontralateral. Belum ada protokol pencegahan terjadinya CME, namun pemberian
antiinflamasi steroid dapat dipertimbangkan untuk kasus risiko tinggi.
3. Endoftalmitis
Angka kejadian endoftalmitis sangat rendah berkisar antara 0.004-0.16% di seluruh
dunia. Faktor risiko terjadinya endoftalmitis antara lain: PCR, vitreus loss, waktu
operasi yang lama, pasien dengan imunocompromised, konstruksi luka yang bocor,
anestesi topikal bentuk gel sebelum povidone iodine, pasien usia lanjut. Menurut
Endophthalmitis Vitrectomy Study dikatakan bahwa vitrektomi dilakukan pada kasus
dengan tajam penglihatan hands-motion (visus 1/300); namun menurut rekomendasi
ESCRS (European Society of Cataract and Refractive Surgeons), vitrektomi segera
dengan pemberian antibiotik intravitreal (pilihan ceftazidime dan vancomycin)
akan memberikan hasil tajam penglihatan yang lebih baik apapun tajam penglihatan
awal dari pasien tersebut.
4. Toxic anterior segment syndrome
TASS adalah radang steril pasca operasi katarak yang ditandai dengan reaksi radang
segmen anterior yang hebat, adanya fibrin, adanya hipopion, adanya edema kornea
masif, rasa nyeri tidak terlalu menonjol yang terjadi dalam 12-48 jam pasca operasi
katarak. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh sterilisasi instrumen yang tidak adekuat,
irigasi dari fakoemulsifikasi yang tidak adekuat, hingga penggunaan sarung tangan
dengan powder. TASS biasanya responsif dengan pemberian antiinflamasi topikal,
namun bila ada kecurigaan mengarah ke endoftalmitis, sebaiknya dilakukan
pengambilan spesimen untuk pemeriksaan mikrobiologi.

Komplikasi setelah operasi11:


1. Edema kornea
Edema stromal atau epitelial dapat terjadi segera setelah operasi katarak.
Kombinasi dari trauma mekanik, waktu operasi yang lama, trauma kimia, radang,
atau peningkatantekanan intraokular (TIO), dapat menyebabkan edema kornea.
Pada umumnya, edema akan hilang dalam 4 sampai 6 minggu.Jika kornea tepi
masih jernih, maka edema korneaakan menghilang. Edema kornea yang menetap
sampai lebih dari 3 bulan biasanya membutuhkan keratoplasti tembus.
2. Perdarahan
Komplikasi perdarahan pasca operasi katarak antara lain perdarahan retrobulbar,
perdarahan atau efusi suprakoroid, dan hifema.Pada pasien-pasien dengan terapi
antikoagulan atau antiplatelet, risiko perdarahan suprakoroid dan efusi
suprakoroid tidak meningkat.1 Sebagai tambahan, penelitian lain membuktikan

38
bahwa tidak terdapat perbedaan risiko perdarahan antara kelompok yang
menghentikan dan yang melanjutkan terapi antikoagulan sebelum operasi katarak.
3. Glaukoma sekunder
Bahan viskoelastik hialuronat yang tertinggal di dalam COA pasca operasi katarak
dapat meningkatkan tekanan intraokular (TIO), peningkatan TIO ringan bisa
terjadi 4 sampai 6 jam setelah operasi, umumnya dapat hilang sendiri dan tidak
memerlukan terapi anti glaukoma, sebaliknya jika peningkatan TIO menetap,
diperlukan terapi anti-glaukoma.Glaukoma sekunder dapat berupa glaukoma sudut
terbuka dan tertutup. Beberapa penyebab glaukoma sekunder sudut terbuka adalah
hifema, TASS, endoftalmitis, serta sisa masa lensa. Penyebab glaukoma sekunder
sudut tertutup adalah blok pupil, blok siliar, glaukoma neovaskuler, dan sinekia
anterior perifer.
4. Surgically Induced Astigmatism (SIA)
Operasi katarak, terutama teknik EKIK dan EKEK konvensional, mengubah
topografi kornea dan akibatnya timbul astigmatisma pasca operasi. Risiko SIA
meningkat dengan besarnya insisi (> 3 mm), lokasi insisi di superior, jahitan,
derajat astigmatisma tinggi sebelum operasi, usia tua, serta kamera okuli anterior
dangkal.19 AAO menyarankan untuk membuka jahitan setelah 6-8 minggu
postoperatif untuk mengurangi astigmatisma berlebihan.
5. Dislokasi LIO(Lensa Intra Okuler)
Angka kejadian dislokasi LIO dilaporkan sebesar 0,19-3,00%.20 Dislokasi LIO
dapat terjadi di dalam kapsul (intrakapsuler) atau di luar kapsul
(ekstrakapsuler).Penyebab dislokasi LIO intrakapsuler adalah satu atau kedua
haptik terletak di sulkus, sedangkan beberapa penyebab dislokasi LIO
ekstrakapsuler mencakup pseudoeksfoliasi, gangguan jaringan ikat, uveitis,
retinitis pigmentosa, miopia tinggi, dan pasien dengan riwayat operasi
vitreoretina. Tatalaksana kasus ini adalah dengan reposisi atau eksplantasi LIO.

2.3.9 Prognosis

Prognosis pasien khususnya prognosis tajam penglihatan dapat diprediksi dengan melihat
konsdisi pre-operasi dari pasien. Adapun yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
menentukan prognosis yaitu kondisi penyulit seperti uveitis, glaukoma atau lainnya, dan
kondisi elemen mata yang lain khususnya syaraf dan retina. Tidak adanya penyakit mata yang
menyertai sebelum operasi akan mempengaruhi hasil visual secara signifikan. ECC atau
fakoemulsifikasi yang tidak rumit membawa prognosis visual yang sangat menjanjikan untuk
mendapatkan paling sedikit 2 baris pada diagram penglihatan jarak jauh. Faktor resiko utama
yang mempengaruhi prognosis visual adalah adanya diabetes melitus dan retinopati
diabetes13.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. Astari P. Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi. Cermin Dunia


Kedokteran. 2018 Oct 1;45(10):748-53.
2. Ilyas S, Yulianti SR. Anatomi dan fisiologi mata dalam buku Ilmu Penyakit Mata. Ed.
5. 2017. H. 9
3. Lukitasari A. Lensa Mata. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2010 Dec 1;10(3):153-6
4. Majumder Parthopratim Dutta. Anatomy of lens. 2020.
https://www.eophtha.com/posts/anatomy-of-lens. Diakses pada 7 november 2021
5. Mutiarasari D, Handayani F. Katarak Juvenil. Inspirasi. 2011;1(14).
6. Sherwood lauralee. Mata: penglihatan dalam buku Fisiologi Manusia. Ed. 8. 2013.
ECG: Jakarta. Hal: 217
7. Mutiarasari D, Handayani F. Katarak Juvenil. Inspirasi. 2011;1(14).
8. Ilyas S, Yulianti SR. Anatomi dan fisiologi mata dalam buku Ilmu Penyakit Mata. Ed.
5. 2017. H. 2010-220

40
9. Infodatin. Situasi Gangguan Penglihatan. 2018.
file:///C:/Users/admin/AppData/Local/Temp/infodatin-Gangguan-penglihatan-
2018.pdf. Diakses pada 7 November 2021
10. Gupta VB, Rajagopala M, Ravishankar B. Etiopathogenesis of cataract: an appraisal.
Indian J Ophthalmol. 2014;62(2):103-110. doi:10.4103/0301-4738.121141
11. Menteri Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana
Katarak Pada Dewasa. 2018.
12. Anatomi dan Fisiologi Lensa. http://rsudurm.sumbatimurkab.go.id/wp-
content/uploads/2019/11/140685445-MAKALAH-KATARAK. 2019. Diakses pada 8
November 2021
13. Khalilullah, said alvin, 2010. Patologi dan penatalaksanaan pada katarak senilis
14. InformedHealth.org [Internet]. Cologne, Germany: Institute for Quality and
Efficiency in Health Care (IQWiG); 2006-. Cataracts: Overview. [Updated 2019 Oct
10]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK390302/
15. Grif Ann Marie. Pseudophakia (IOL): Signs you need them and complications
https://www.medicalnewstoday.com/articles/319685. 2017. Diakses pada 9 November
2021
16. Munjal A, Kaufman EJ. Arcus Senilis. [Updated 2021 Aug 9]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554370/
17. Hypertension and cataract surgery under loco-regional
anaesthesia: not to be ignored?, https://www.nature.com/articles/eye200872.pdf.
Diakses 8 november 2021

41

Anda mungkin juga menyukai