LAPORAN KASUS
II.1. IDENTIFIKASI
Nama : Tn. J
Umur : 55 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jln. Lintas Timur Rt.03 Kel.Senaung Kec. JALUKO
Muara Jambi
MRS : 25 November 2017
2
3
Status Gizi :
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 171 cm
IMT : 20,51 % (normoweight)
Status Ekonomi:
Cukup
Status Oftalmologikus
OD OS
Segmen Anterior
- Alis mata Tenang Tenang
- Kelopak atas Tenang blepharospasme
- Kelopak bawah Tenang blepharospasme
- Bulu mata Tenang Tenang
- Konjungtiva tarsal atas Tenang Hiperemis
- Konjungtiva tarsal bawah Tenang Hiperemis
- Konjungtiva bulbi Tenang Mixed injeksi (+),
- Kornea Jernih Ulkus (+) ukuran 5 mm,
sentral, tepi tidak rata,
berbatas tegas, kedalaman
2/3 stroma, descemetocele
(-), perforasi (-), warna
5
putih kekuningan,
Sensibilitas meningkat,
FT(+) di sekitar ulkus, lesi
satelit (-)
II.6 PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
II.7 PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2) Membran Bowman
a) Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
b) Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3) Jaringan Stroma
a) Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur
sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali
serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak
diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar
dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
9
4) Membran Descement
a) Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
b) Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 m.
5) Endotel
a) Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40
m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan
zonula okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara.
Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3
bulan.10
10
3.3 Epidemiologi
Defisiensi vitamin A
d. Lensa kontak
Kebersihan lensa kontak, penggunaan solusi yang terkontaminasi
e. Compromised cornea
Viral keratitis, bullous keratoplasty, recurrent erosion syndrome,
Neurotrophic keratitis.
2. Faktor Sistemik
Diabetes mellitus, Stevens Johnson Syndrome, Blepharoconjunctivitis,
Infeksi Gonococcal dengan konjungtivitis, Immunocompromised status.
3.5 Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui
cahaya dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan
dalam bentuk dan kejernihan kornea mengganggu pembentukan bayangan
yang baik di retina. Oleh karenanya, kelainan sekecil apapun di kornea,
dapat menimbulkan gangguan penglihatan.7
Kornea bagian mata yang avaskuler, bila terjadi infeksi maka
proses infiltrasi dan vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam
kemudian. Badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat
dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul
dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak
sebagai injeksi perikornea. Selanjutnya terjadi infiltrasi dari sel-sel
mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN) yang
mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna
kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin,
kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.13
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi
pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa
sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan
palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai
sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat
13
3.6. Etiologi2,7,10
1. Infeksi
a. Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus
berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret
yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi
16
2. Noninfeksi
a) Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik,
organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan
terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak
tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat
superfisial saja. Trauma kimia asam adalah trauma pada kornea dan
konjungtiva yang disebabkan karena adanya kontak dengan bahan kimia
asam yang dapat menyebabkan kerusakan permukaan epitel bola mata,
kornea dan segmen anterior yang cukup parah serta kerusakan visus
permanen baik unilateral maupun bilateral. Sebagian besar bahan asam
hanya akan mengadakan penetrasi terbatas pada permukaan mata, namun
17
c) Sindrom Sjorgen;
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca
yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan
defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan
palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik
kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada
kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.
d) Defisiensi vitamin A;
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan
vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan
ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
e) Obat-obatan (kortikosteroid, idoxiuridine, anestesi topikal,
immunosupresif);
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid,
IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
f) Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma;
g) Pajanan (exposur)
Dapat timbul pada situasi apapun dengan kornea yang tidak cukup
dibasahi dan dilindung oleh palpebra.
h) Neurotropik
Ulkus yang terjadi akibat gangguan saraf ke V atau ganglion Gaseri. Pada
keadaan ini kornea atau mata menjadi anestetik dan reflek mengedip
hilang. Benda asing pada kornea bertahan tanpa memberikan keluhan
selain daripada itu kuman dapat berkembang biak tanpa ditahan daya tahan
tubuh. Terjadi pengelupasan epitel dan stroma kornea sehingga menjadi
ulkus kornea.
3. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
a) SLE
19
Ulkus Stafilokokus :
Banyak di antaranya pada kornea yang telah biasa terkena kortikosteroid
topikal.Ulkusnya sering indolen namun dapat disertai hipopion dan sedikit infiltrat
pada kornea sekitar.Ulkus ini sering superficial , dan dasar ulkus teraba pada saat
dilakukan kerokan.Kerokan mengandung kokus gram positif satu-satu ,
berpasangan atau dalam bentuk rantai.Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna
putik kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.
Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai
edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.2
Ulkus Pseudomonas :
Ulkus kornea pseudomonas berawal sebagai infiltrat kelabu atau kuning di
tempat epitel kornea yang retak.Nyeri yang sangat biasanya menyertainya.Lesi ini
cenderung cepat menyebar ke segala arah karena pengaruh enzim proteolitik yang
dihasilkan organism ini.Meskipun pada awalnya superficial, ulkus ini dapat
mengenai seluruh kornea.Umumnya terdapat hipopion besar yang cenderung
membesar dengan berkembangnya ulkus.Infiltrat dan eksudat mungkin berwarna
hijau kebiruan. Ini akibat pigmen yang dihasilkan organism dan patognomonik
untuk infeksi P aeruginosa.Dapat terjadi pada abrasi kornea minor atau
penggunaan lensa kontak lunak terutama yang dipakai agak lama.Kerokan dari
ulkus mengandung batang gram negative halus panjang yang sering tidak
banyak.2,6,7
21
Ulkus Pneumokokus :
Spneumonia merupakan penyebab ulkus kornea bakteri di banyak bagian
dunia.Ulkus ini sering terdapat pada pasien dengan sumbatan duktus
nasolakrimalis.Biasanya muncul 24-48 jam setelah inokulasi pada kornea yang
lecet.Infeksi ini secara khas menimbulkan sebuah ulkus berbatas tegas warna
kelabu yang cenderung menyebar secara tak teratur dari tempat infeksi ke sentral
kornea. Batas yang maju menampakkan ulserasi aktif dan infiltrasi sementara
batas yang ditinggalkan mulai sembuh.( Efek merambat ini menimbulkan istilah
ulkus serpiginosa akut).Lapis superficial kornea adalah yang pertama terlibat ,
kemudian parenkim bagian dalam. Kornea sekitar ulkus biasanya ada
hipopion.Kerokan dari tepian depan ulkus kornea pneumokokus mengandung
diplokokus berbentuk lancet gram positif.Dakriosistitis yang timbul bersamaan
harus diobati pula.2
b. Ulkus Kornea Fungi
Ulkus fungi itu indolen, dengan infiltrat kelabu, sering dengan hipopion,
peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superficial, dan lesi-lesi satelit
umumnya infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi ). Lesi
utama dan lesi satelit merupakan plak endotel dengan tepian tidak teratur di
bawah lesi kornea utama, disertai reaksi kamera anterior yang hebat dan abses
kornea.Kebanyakan ulkus fungi disebabkan organism oportunis seperti Candida,
Aspergillus, dan lain-lain.Kerokan dari ulkus kornea fungi kecuali yang
disebabkan Candida mengandung unsur-unsur hypha. Kerokan dari ulkus
22
akibat virus namun sekarang bukti menunjukkan infeksi virus aktif dapat
timbul di dalam stroma dan juga sel-sel endotel , selain di jaringan lain dalam
segmen anterior seperti iris dan endotel trabekel.Kortikosteroid topikal dapat
mengendalikan respons peradangan yang merusak namun memberi peluang
terjadinya replikasi virus.Jadi setiap kali menggunakan kortikosteroid topikal
, harus ditambahkan obat anti-viral.Kebanyakan infeksi HSV pada kornea
disebabkan HSV tipe 1 ( penyebab herpes labialis ) namun beberapa kasus
pada bayi dan dewasa dilaporkan disebabkan HSV tipe 2 ( penyebab herpes
genitalis ).Lesi kornea kedua jenis ini tidak dapat dibedakan.2
Ulkus dendritik terjadi pada epitel kornea memiliki percabangan linear
khas dengan tepian kabur , memiliki bulbus-bulbus terminalis pada
ujungnya.Pemulasan floresein memudahkan melihat dendrit.Ulserasi
geografik sebentuk penyakit menahun yang lesi dendritiknya berbentuk lebih
lebar.Tepian ulkus tidak kabur.Sensasi kornea menurun.2
Gambar 3.9 Ulkus Kornea Herpetik (kanan) dengan Keratitis Herpes (kiri)
24
a. Ulkus Marginal
Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit.Ulkus
ini timbul akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun khususnya
blefarokonjungtivitis stafilokok.Namun ulkus ini bukan proses infeksi dan
kerokan tidak mengandung bakteri penyebab.Ulkus timbul akibat sensitisasi
terhadap produk bakteri di mana antibodi dari pembuluh limbus bereaksi dengan
antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea.Infiltrat mulai berupa infiltrat
linear atau lonjong terpisah dari limbus oleh interval bening dan hanya pada
akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi.Proses ini sembuh sendiri
25
b. Ulkus Mooren
Penyebab ulkus Mooren belum diketahui namun diduga autoimun.Paling
sering terdapat pada usia tua namun tidak berhubungan dengan penyakit sistemik
yang sering diderita orang tua.Ulkus ini tidak responsif terhadap antibiotik atau
kortikosteroid.2,3
c. Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus.Di kornea terdapat ulkus
yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal
atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi. Ulkus marginal yang banyak
kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Perjalanan
penyakitnya menahun.2,8
3.9 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.
Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan
adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang
bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering
kambuh.Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien
seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi,
virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat
penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi
imunosupresi khusus.2,6,10,11
29
3.10 Penatalaksanaan
Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh
spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pada ulkus
dan infiltrat pengobatan awal jika dianggap suatu akibat dari infeksi bakteri jika
tidak ada indeks yang tinggi terhadap kecurigaan akan penyebab dari infeksi lain,
maka pengobatan awal yang diberikan adalah dengan antibiotik broad spektrum
Penatalaksanaan berdasarkan agen penyebabnya:11
1. Bakteri
a) Cycloplegic tetes untuk membuat rasa nyaman pada keluhan matanya dan
mencegah terjadinya sinekia ( contohnya :Scopol-Amine 0,25% 3 kali
sehari). Gunakan Atropine 1% bila ditemukan hipopion
b) Antibiotik topikal diberikan sesuai dengan algoritma ;
- Risiko rendah untuk mengalami kehilangan penglihatan
Pada pasien yang tidak menggunakan lensa kontak : dapat
diberikan antibiotik topikal yang broad spectrum golongan
fluoroquinolone (seperti moxifloxacin, gatifloxaxin,
besifloxacin, levofloxaxin) tetes tiap 1-2 jam
Pada pasien yang menggunakan lensa kontak dapat diberikan
antibiotik topikal yang broad spectrum golongan
fluoroquinolone (seperti moxifloxacin, gatifloxaxin,
31
3. Acanthamoeba
- Tetes Polyxexamethylene Biguanide 0,02% tiap 1 jam (PHMB).
Chlorehexidine 0,02% dapat digunakan sebagai alternative untuk
(PHMB)
- Tetes Propamidine ishetionate 0,1% tiap 1 jam. Salap
Dibromopropamidine isethionate 0,15% bila perlu
- Pertimbangka polymxin B/neomycin/tetes gramicidin tiap 1 jam
- Intraconazole 400mg per oral sebagai loading dose, kemudian 100-200
mg per oral 1 kali sehari, ketokonazole 200mg per oral 1 kali sehari,
atau voriconazole 200mg per oral 1-2 kali sehari.
- Hentikan penggunaan lensa kontak pada kedua mata
- Cycoplegic (seperti scopolamine 0,25% 3 kali sehari)
- Agen Anti inflamasi nonsteroid oral (seperti naproxen 250-500mg per
oral 2 kali sehari .
4. Virus
Herpes Simpleks Virus
Mengenai kelopak mata/kulit :
- Salap acyclovir topikal, 5 kali sehari atau juga dapat dengan
mengggunakan salap erytromicin atau bacitracin 2 kali sehari. Jel
ganciclovir 0,15% (yang tersedia sekarang di USA) diberikan 5 kali
sehari
- Kompres hangat atau dingin pada lesi 3 kali sehari bila diperlukan
- Melibatkan tepi kelopak mata : tambahkan ganciclovir 0,15% optalmik
jel atau trifluridine 1% tetes 5 kali sehari pada mata. Salap vidarabine
3% 5 kali sehari untuk anak-anak, ini tersedia di Kanada, Eropa, dan
USA. Pengobatan ini dilanjutkan selama 7-14 hari sampai gejala
menghilang.
Mengenai lapisan epitel kornea :
- Ganciclovir 0,15% jel 5 kali sehari, trifluridine 1% tetes 9 kali sehari,
atau salap vidarabine 3% 5 kali sehari. Agen antiviral oral (seperti
acyclovir 400 mg per oral 5 kali sehari selama 7-10 hari mungkin
34
bacitracin atau erytromicin salap pada lesi kulit 2 kali sehari dan
kompres hangat 3 kali sehari pada kulit periokular
3. Pada anak-anak: diskusikan dengan dokter spesialis anak dan
pertimbangkan dosis acyclovir yang digunakan (jika usia >12
tahun berikan 30 mg/kg/hari dibagi 3 dosis), (jika usia < 12 tahun
berikan 60mg/kg/hari dibagi 3 dosis) selama 7 hari
Mengenai Okular
1. Melibatkan konjungtiva: kompres dengan air dingin dan
erytromicin salap 2 kali sehari
2. SPK: lubrikan yang bebas dari pengawet airmata buatan tiap 1-2
jam dan salap 1 kali sehari
3. Pada uveitis (dengan atau tanpa imunne stromal keratitis): berikan
steroid topikal (seperti prednisolone asetat 1%) 1 kali sehari dam
cycloplegic (seperti scopolamine 0,25% 2 kali sehari)
4. Neurotropik keratitis: Terapi defek epitel yang sedang dengan
menggunakan erytromicin dsalap 4-8 kali sehari
5. Meningkatkan IOP: jika respon terhadap steroid atau inflamasi
sekunder. Jika muncul gejala uveitis, tingkatkan frekuensi
pemberian steroid selam beberapa hari dan gunakan penekan akuos
topikal (seperti timolol 0,5% 2 kali sehari, brimonidine 0,2% 3 kali
sehari, atau dorzolamide 2% 3 kali sehari)
Varicela Zoster Virus
1. Jika mengenai konjungtiva dan atau lesi pada lapisan epitel kornea.
Kompres dingin dan berikan erytromicin salap 3 kali sehari pada
mata dan lesi periorbital
2. Keratitis stromal dengan uveitis: gunakan steroid topical (seperti
prednisolone asetat 1% sekali sehari), cycloplegic (seperti
scopolamine 0,25% 2 kali sehari) dan erytromicin salap tiap 1 jam
36
Penatalaksanaan Bedah:
i. Kauterisasi.
- Dengan zat kimia: Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan
murni trikloralasetat.
- Dengan panas (heat cauterisasion): memakai elektrokauter atau
thermophore. Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang
mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus sampai
berwarna keputih-putihan.
iii. Keratoplasti
Merupakan jalan terakhir jika penatalaksanaan diatas tidak berhasil.
Indikasi keratoplasti:
1) Dengan pengobatan tidak sembuh;
2) Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan;
3) Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perfo-rasi.
Ada dua jenis keratoplasti yaitu: 7,9
1. Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuh-nya. Karena sel
endotel sangat cepat mati, mata hendaknya diambil segera setelah donor
meninggal dan segera dibekukan. Mata donor harus dimanfaatkan <48
jam. Tudung korneo sklera yang disimpan dalam media nutrien boleh
dipakai sampai 6 hari setelah donor meninggal dan pengawetan dalam
media biakan jaringan dapat tahan sampai 6 minggu.Telah dilakukan
penelitian ten-tang pendonoran jaringan kornea manusia dari sisik ikan
(Biocornea). Penelitian dilaku-kan pada kelinci dan menunjukkan hasil
bahwa. Biocornea sebagai pengganti yang baik memiliki biokompa-
tibilitas tinggi dan fungsi pendukungan setelah evaluasi jangka panjang.
2. Keratoplasti lamelar, berarti penggantian sebagian dari kornea. Untuk
keratoplasti lamelar, kornea dapat dibekukan, didehidrasi, atau disimpan
dalam lemari es selama beberapa minggu.
Selama dekade terakhir, tatalaksana bedah untuk penyakit endotel
telah berkembang dengan cepat ke arah keratoplasti endotel, atau
transplantasi jaringan selektif. Keratoplasti endotel menawar-kan
keuntungan yang berbeda dalam hal hasil visual dan sayatan lebih
kecil.Sebuah penelitian terkini menyatakan bahwa pemberian terapi
tambahan berupa fototerapi laser argon sangat berguna dalam pengobatan
ulkus kornea.
38
3.11Pencegahan
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera
berkonsultasi kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata.Sering kali
luka yang tampak kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan
mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.6,10,12
a) Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
b) Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa
menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan
basah
c) Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan
merawat lensa tersebut.
d) Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
e) Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin
dan mengeringkannya dengan handuk atau dengan kain yang bersih
3.13 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:2,5
a) Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu yang sangat singkat
b) Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoftalmitis dan
panoftalmitis
c) Prolaps iris
d) Sikatriks kornea
e) Katarak
f) Glaukoma sekunder
3.12. Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada
tidaknya komplikasi yang timbul.6 Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lebih lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular.
Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapatkan pertolongan serta
timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.Penyembuhan
yang lama juga mungkin dipengaruhi oleh kepatuhan penggunaan obat. Dalam hal
ini, apabila tidak ada kepatuhan penggunaan obat yang terjadi pada penggunaan
antibiotik maka akan menimbulkan resistensi.2,10
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan
dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua
metode ; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan
pembentukan pembuluh dari konjungtiva. Ulkus superfisialis yang kecil dapat
sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar,
perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblast dapat membentuk jaringan
granulasi dan kemudian sikatrik.2,10
40
BAB IV
ANALISIS KASUS