November 2017
OLEH:
NURUL KHAIRIYAH AMRI
G1A215091
Pembimbing:
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
KATARAK SENILLIS IMMATUR ODS untuk memenuhi tugas Kepaniteraan
Klinik Ilmu Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Jambi di Rumah Sakit Raden
Mattaher Jambi.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR................. ....... ii
DAFTAR ISI................................ ....... iii
BAB I PENDAHULUAN................................ 1
BAB II LAPORAN KASUS................................ 3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... 9
3.1 Anatomi Lensa....................................................................................... 9
3.2 Fisiologi Lensa........................................................................................ 10
3.3 Definisi katarak............................... 11
3.4 Patogenesis katarak.................................................................................. 12
3.5 Faktor resiko katarak.................... 12
3.6 Klasifikasi Katarak................................................................................... 13
3.7 Manifestasi klinis..................................................................................... 17
3.8 Penatalaksanaan....................................................................................... 18
3.9 Komplikasi............................................................................................... 28
3.10 Prognosis................................................................................................. 28
BAB III PEMBAHASAN....................... 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. H
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Status : menikah
Alamat :Kayo Aho Mangkak Koto Lanang kel Kayu Aho Mangkak
kec Depati Yujuh , Kerinci
Penglihatan mata kiri dan kanan mulai kabur sejak 7 bulan yang lalu
TB / BB : 145 cm / 42 kg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : afebris
Pemeriksaan eksternal
OD OS
Visus Dasar 6/60 6/15
TIO : Digital TIDAK DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN
Kedudukan bola mata
Ortoforia Ortoforia
Duksi : baik
Duksi : baik
Versi : baik
Versi : baik
Jernih (Pseudofakia)
hampir keruh seluruhnya
V. DIAGNOSIS KERJA
-Katarak Traumatik
-Glaukoma
Persiapan pre op :
- Darah rutin
- GDS,GDP
- Rontgen Thorak
- EKG
VII. PENATALAKSANAAN
VIII. PROGNOSIS
TINJAUAN PUSTAKA
2. Epitel subkapsuler
Di bawah kapsul anterior lensa terdapat selapis sel epitel.Tidak
terdapat epitel lensa di bagian posterior.Epitel subkapsular terdiri atas
selapis sel kuboid dan menjadi kolumnar di daerah ekuator.Lensa akan
terus bertambah besar dan tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya
serat lensa baru dari sel-sel epitel yang terdapat di daerah ekuator
lensa.Perubahan morfologi terjadi ketika sel epitel memanjang untuk
membentuk serat lensa. Perubahan ini berhubungan dengan
peningkatan massa protein seluler pada membran setiap serat sel. Pada
saat yang sama, sel akan kehilangan organela, termasuk inti sel,
mitokondria dan ribosom.3,4,6,7
1. Katarak kongenital
Katarak developmental adalah kekeruhan pada lensayang timbul saat lensa
dibentuk. Ini terjadi karena beberapa gangguan dalam pertumbuhan normal
lensa.ini merupakan kelainan kongenital. Pada katarak kongenital terjadi
kekeruhan hanya terbatas pada nukleus fetal atau embrionik.Katarak
developmental terjadi dari bayi sampai renaja. Oleh karenaitu kekeruhan
dapat terjadi pada nukleus infantil sampai dewasa.4,8
Bentuk katarak kongenital yang dapat terlihat memberikan kesan kepada
kita perkembangan embriogenik lensa disertai saat terjadinya gangguan
perkembangan lensa. Katarak kongenital tersebut dapat dalam bentuk katarak
lamelar atau zonular, katarak polaris posterior, katarak polaris anterior,
katarak nuklear dan katarak sutural.9
Tindakan pengobatan katarak kongenital adalah operasi. Bila kekeruhan
lensa sudah demikian berat sehingga fundus bayi sudah tidak dapat dilihat
pada funduskopi maka untuk mencegah ambliopia dilakukan pembedahan
secepatnya. Katarak kongenital sudah dapat dilakukan pembedahan pada usia
2 bulan pada satu mata.6,9
2. Katarak Degeneratif3
Katarak degeneratif dibedakan menjadi katarak primer dan katarak
komplikata
1. Katarak Primer
a. Katarak juvenile : katarak yang terjadi kurang dari 20 tahun
Katarak Juvenille merupakan katarak yang terjadi pada anak- anak
sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih
perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek
seperti bubur dan disebut sebagai soft katarak.
Katarak juvenille biasanya merupakan lanjutan dari katarak
kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit dari penyakit
sistemik atau penyakit metabolik lainnya seperti :
1. Katarak metabolik : diabetik, galaktosemik, defisiensi gizi,
penyakit Wilson.
2. Penyakit otot : distrofi miotonik.
3. Katarak traumatik
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, katarak traumatik
terjadi akibat adanya konstusi terhadap bola mata atau paparan
radiasi infra merah yang berulang dalam waktu yang lama. Katarak
ini sering terjadi berhubungan dengan pekerjaan dan bagian dari
kecelakaan olahraga. Insidennya lebih sering terjadi pada pria
dibanding wanita.
4. Katarak komplikata : kongenital dan herediter, degeneratif, toksik,
radiasi.
Patofisiologi
Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin .
Kristalin alfa dan beta adalah chaperon, yang merupakan heat shock
protein. Heat shock protein berguna untuk menjaga keadaan normal
dan mempertahankan molekul protein agar tetap inaktif sehingga lensa
tetap jernih. Lensa orang dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin
untuk menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat
menyebabkan kekeruhan lensa.
Monocular diplopia
Penderita melihat dua bayangan yang disebabkan refraksi dari lensa
sehingga benda benda yang dilihat penderita akan dilihat silau
Pemeriksaan Fisik
2.8 Penatalaksanaan11
1. Pengobatan Preoperatif
- Antibiotik topical
- Preparasi pada mata sebelum operasi dilakukan
- Informed consent
- Menurunkan tekanan bola mata (TIO)
- Menjaga agar pupil tetap berdilatasi
2. Teknik anestesi yang digunakan:
1. Lokal
Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah
anestesi `lokal. Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik:
a. Topikal anestesi
b. Sub konjungtiva ( sering digunakan ) obat anestesi yang dipakai Lidokain
+ Markain (1:1)
c. Retrobulbaer
d. Parabulbaer
2. Umum
Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari
bertahun- tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode
yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan
evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan
implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah
lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract
ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga
prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE,
dan phacoemulsifikasi.
SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil. Di negara yang berkembang, teknik ini lebih dipilih karena
biaya yang lebih murah, teknik yang lebih mudah dipelajari, lebih aman untuk
dilakukan dan mempunyai aplikasi yang lebih luas. Sesudah ekstraksi katarak
mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut afakia. Tanda-tandanya adalah bilik
mata depan dalam, iris tremulans dan pupil hitam. Pada (pseudofakia)
Menggunakan lensa kontak
Menggunakan kacamata afakia, kacamata ini tebal, berat, dan tidak nyaman.
Kacamata untuk penglihatan jauh dan dekat sebaiknya diberikan dalam dua
kacamata untuk menghindarkan aberasi sferis dan aberasi khromatis.
Kelebihan Conventional ECCE dibandingkan SICS:
Teknik yang lebih simple yang dapat dipelajari dalam waktu yang relatif lebih
singkat
Kekurangan Conventional ECCE dibandingkan SICS:
Insisi yang panjang (10-12mm)
Jahitan yang dibutuhkan banyak
Membutuhkan tindakan lepas jahitan yang rentan terhadap infeksi
Iritasi dan abses pada suture postoperasi
Insiden yang cukup tinggi untuk astigmatisme pasca operasi
Prolaps iris, bilik mata depan menjadi dangkal, kebocoran jahitan dapat terjadi
Prolaps vitreous, operative hard eye, dan expulsive choroidal hemorrage dapat
terjadi
Keuntungan SICS dibandingkan dengan phacoemulsifikasi
Dapat dilakukan pada semua jenis katarak, termasuk hard cataract grade IV
dan V
Prosedur yang lebih mudah untuk dipelajari dibandingkan dengan teknik
phacoemulsifikasi
Keuntungan yang paling signifikan dari SICS adalah tidak bergantung pada
mesin dan dapat dilakukan di mana saja
Komplikasi postoperasi lebih jarang
Waktu operasi yang dibutuhkan relatif lebih singkat
Biaya yang dibutuhkan lebih murah
Kekurangan SICS dibandingkan dengan phacoemulsifikasi
Injeksi konjungtiva selama 5-7 hari pada tempat dilakukannya pembedahan
Nyeri tekan yang ringan karena adanya insisi pada sclera
Terkadang postoperative hyphema dapat terjadi
Astigmatisma post operasi lebih mungkin terjadi karena insisi SICS (6mm)
lebih besar dibandingkan dengan phakoemulsifikasi.
Lensa jenis ini berada di depan iris dan disuport oleh anterior chamber. ACIOL ini
dapat ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang dipakai karena
mempunyai resiko tinggi terjadinya bullous Keratopathy.
2. Iris-Supported lenses
Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang
dipakai karena mempunya insidens yang tinggi terjadinya komplikasi post operatif
3. Posterior chamber lenses
PCIOL ini terletak di bagian belakang iris yang disuport oleh sulkus siliar atau
oleh capsular bag. Ada 3 jenis dari PCIOL yang sering dipakai:
o Rigid IOL
Terbuat secara keseluruhan dari PMMA
o Foldable IOL
Dipakai untuk penanaman melalui insisi yang kecil(3,2mm) setelah tindakan
phacoemulsifikasi dan terbuat dari silikom, akrilik, hydrogel dan collaner
o Rollable IOL
IOL yang paling tipis dan biasa dipakai setelah mikro insisi pada phakonit teknik,
terbuat dari hydrogel.
Pseudophakia
Adalah keadaan aphakia ketika sudah dipasang lensa tanam (IOL). Keadaan setelah
pemasangan lensa tanam:
Emmetropia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam tepat. Pasien yang demikian hanya
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekat saja
Consecutive Myopia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam overkoreksi. Pasien yang demikian
membutuhkan kacamata untuk menangani myopia dan juga membutuhkan
kacamata plus untuk penglihatan dekatnya
Consecutive Hypermetropia
Keadaan dimana kekuatan lensa yang ditanam underkoreksi sehingga
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan jauhnya dan tambahan +2D dan
+3D untuk penglihatan dekatnya.
Tanda-tanda pseudophakia:
o Surgical scar, biasanya dapat dilihat di dekat limbus
o Anterior chamber biasanya sedikit lebih dalam dibandingkan dengan mata
normal
o Iridodonesis ringan
o Purkinje image test menunjukkan empat gambaran.
o Pupil bewarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter ke arah pupil maka
akan terlihat pantulan reflex. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi dengan
mendilatasi pupil.
o Status visus dan refraksi dapat bermacam-macam, sesuai dengan IOL yang
ditanam.
2.9 Komplikasi
Komplikasi tindakan pembedahan
Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, injuri pada
iris/ iridodialisis, jatuhnya nucleus ke dalam rongga vitreous.
Komplikasi dini pasca operatif
Hyphema, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, prolaps vitreus, prolaps
iris, pendarahan
Komplikasi yang berhubungan dengan pemasangan IOL
Cystoid Macular Edema, kerusakan pada epitel kornea, uveitis, dan
glaucoma sekunder
Malposisi dari IOL
Sun set syndrome (Subluksasi inferior dari IOL)
Sun rise syndrome (Subluksasi superior dari IOL)
Lost lens syndrome yaitu dislokasi IOL ke vitreous
2.8 Prognosis12
Quo ad vitam : bonam
Pada pasien ditemukan penurunan tajam penglihatan didapat kan 6/60 OD dan
6/15 OS. Keluhan tidak disertai mata nyeri dan merah, oleh karena itu maka pasien
ini dapat digolongkan kedalam mata tenang visus menurun. Diagnosis banding yang
terpikirkan adalah katarak, glaucoma.
Pada kasus ini, tidak ditemukan adanya gejala glaucoma seperti pusing,
mual,pandangan ganda dan sakit kepala. Namun perlu dilakukan pemeriksaan
tonometri untuk mengukur tekanan bola mata. Namun kemungkinan glaucoma dapat
di eksklusi oleh ketiadaan gejala yang timbul pada glaucoma. Terdapat penglihatan
berkabut pada mata sebelah kanan pasien dan pasien telah menjalani operasi katarak
pada mata kiri.Maka dapat ditarik kesimpulan diagnose dari keluhan yang dialami
pasien adalah katarak
Mengingat umur pasien yaitu 70 tahun maka dapat dikatakan bahwa katarak
yang di alami pasien termasuk kedalam klasifikasi katarak senilis. Didukung dengan
pemeriksaan pada lensa mata pasien, didapatkan kekeruhan yang belum menutupi
seluruh lensa, sehingga maturasi katarak masih berada pada tahap imatur, iris shadow
(+) berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan
pasien mengalami katarak senilis imatur mata kanan.
1. Telah dilaporkan pasien Tn.S usia 70 tahun dengan diagnosa katarak senillis
imatur OD + Pseudofakia OS
2. Gejala katarak senilis imatur OD adalah visus menurun, lensa keruh hampir
seluruh, shadow test (+).
3. Penatalaksanaan berupa tindakan operatif dan pemberian antibiotik lokal untuk
mencegah infeksi sekunder dan komplikasi lebih lanjut.
1.
DAFTAR PUSTAKA