Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

November 2017

Katarak Senilis Imatur ODS

OLEH:
NURUL KHAIRIYAH AMRI

G1A215091

Pembimbing:

Dr. H Kuswaya Waslan SpM

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN MATA RSUD RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
KATARAK SENILLIS IMMATUR ODS untuk memenuhi tugas Kepaniteraan
Klinik Ilmu Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Jambi di Rumah Sakit Raden
Mattaher Jambi.

Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada dr


H.Kuswaya Waslan SpM , selaku konsulen ilmu mata yang telah membimbing dalam
mengerjakan laporan kasus ini sehingga dapat diselesaikan tepat waktu.

Dengan laporan kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi


penulis dan orang banyak yang membacanya terutama mengenai masalah Katarak
Juvenile. Saya menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu saya harapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan yang
akan datang.

Jambi, November 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR................. ....... ii
DAFTAR ISI................................ ....... iii
BAB I PENDAHULUAN................................ 1
BAB II LAPORAN KASUS................................ 3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... 9
3.1 Anatomi Lensa....................................................................................... 9
3.2 Fisiologi Lensa........................................................................................ 10
3.3 Definisi katarak............................... 11
3.4 Patogenesis katarak.................................................................................. 12
3.5 Faktor resiko katarak.................... 12
3.6 Klasifikasi Katarak................................................................................... 13
3.7 Manifestasi klinis..................................................................................... 17
3.8 Penatalaksanaan....................................................................................... 18
3.9 Komplikasi............................................................................................... 28
3.10 Prognosis................................................................................................. 28
BAB III PEMBAHASAN....................... 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI

Nama : Ny. H
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Status : menikah
Alamat :Kayo Aho Mangkak Koto Lanang kel Kayu Aho Mangkak
kec Depati Yujuh , Kerinci

II. ANAMNESIS (Autoanamnesis): 21 November 2017

2.1 Keluhan Utama

Penglihatan mata kiri dan kanan mulai kabur sejak 7 bulan yang lalu

2.2 Anamnesa khusus :

- Pasien mengeluhkan pandangan mata kiri dan kanan terasa


berkabut sejak 7 bulan SMRS.Makin lama mata sebelah kiri dan
kanan tersebut mengalami penurunan penglihatan sejak . Pasien
tidak mengeluhkan pandangan ganda, pasien tidak mengeluhkan
nyeri pada mata dan riwayat trauma disangkal oleh pasien, gatal (-
), kotoran (-), sakit kepala (-), mual (-), muntah(-).

2.3 Riwayat Perjalanan Penyakit


Riwayat Penyakit Dahulu
3 tahun yang lalu pasien pernah mengalami keluhan yang sama pada
mata sebelah kiri nya dan sudah dilakukan tindakan operasi.
Riwayat Penyakit Sistemik :
- Riwayat Hipertensi (di sangkal)
- Riwayat penyakit Diabetes Mellitus (di sangkal)

2.4 Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti pasien
Riwayat keluarga Hipertensi dan Diabetes Mellitus (-)

2.5 Riwayat Gizi : Baik

2.6 Keadaan Sosial Ekonomi : Menengah ke bawah

III. PEMERIKSAAN FISIK

3.1 Status Generalis

Keadaan umum : tampak baik

Kesadaran : kompos mentis

TB / BB : 145 cm / 42 kg

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Respiratory rate : 20 x/menit

Suhu : afebris

3.2 Penyakit Sistemik


Trac. Respiratorius : Tidak ada keluhan

Trac. Digestivus : Tidak ada keluhan

Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan

Endokrin : Tidak ada keluhan

Neurologi : Tidak ada keluhan

THT : Tidak ada keluhan

Kulit : Tidak ada keluhan

3.3 Status Oftalmologikus

Pemeriksaan eksternal

OD OS
Visus Dasar 6/60 6/15
TIO : Digital TIDAK DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN
Kedudukan bola mata
Ortoforia Ortoforia

Pergerakan bola mata

Duksi : baik
Duksi : baik
Versi : baik
Versi : baik
Jernih (Pseudofakia)
hampir keruh seluruhnya

Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Palpebra Superior edema (-) edema (-)


PalpebraInferior edema (-) edema (-)
Konjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-), Papil (-), folikel (-),
lytiasis (-). lythiasis (-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi (-), hiperemis (-) Injeksi (-),hiperemis (-)

Kornea Jernih Jernih

Bilik Mata Depan Sedang Sedang


Iris Kripta iris normal Kripta iris normal
Pupil Bulat, Isokor Bulat, Isokor
Diameter 3 mm 3mm
Lensa Hampir keruh seluruhnya Jernih

Pemeriksaan Slit Lamp


Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Conjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-). Papil (-), folikel (-)
Conjungtiva bulbi Injeksi (-), hiperemis (-) Injeksi (-), hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
Bilik mata depan Sedang Sedang
Iris Kripta iris normal Kripta iris normal
Lensa Keruh, iris shadow test (+) Jernih
TONOMETRI TIDAK DILAKUKAN
DIGITAL
TONOMETRI TIDAK DILAKUKAN
SCHIOTZ
VISUAL FIELD TIDAK DILAKUKAN
FUNDUSKOPI TIDAK DILAKUKAN
.

V. DIAGNOSIS KERJA

Katarak Senillis Imatur OD + Pseudofakia OS

VI. DIAGNOSA BANDING

-Katarak senilis imatur OD + Pseudofakia OS

-Katarak Traumatik

-Glaukoma

VI. ANJURAN PEMERIKSAAN

Persiapan pre op :

- Darah rutin
- GDS,GDP
- Rontgen Thorak
- EKG
VII. PENATALAKSANAAN

Anjuran Operasi Katarak dengan memakai lensa

VIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Lensa


Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transparan sempurna.Tebalnya sekitar 4 mmdan diameternya 9
mm.Ketebalan lensa bervariasi tergantung pada proses akomodasi. Berat lensa
bervariasi dari 135 mg (0-9 tahun) sampai 255 mg (usia 40-60 tahun).Lensa
memiliki dua permukaan yaitu permukaan anterior dan permukaan posterior.
Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung dibandingkan anterior.
Kedua pemukaan ini bertemu pada tepi lensa yang disebut ekuator.Posisi lensa
tepat di sebelah posterior iris dan disangga oleh serat-serat zonula yang berasal
dari korpus siliaris. Di sebelah anterior lensa terdapat akuous humor, di sebelah
posteriornya terdapat vitreus.1-5
Struktur lensa terdiri dari:
1. Kapsul
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel (sedikit lebih
permeabel daripada dinding kapiler) yang akan memperbolehkan air
dan elektrolit masuk.Kapsul ini merupakan suatu membran basal
transparan dan elastis yang terutama terdiri atas kolagen tipe IV dan
glikoprotein.Kapsul anterior berasal dari epitel, sedangkan kapsul
posterior berasal dari perpanjangan serat sel lensa. Kapsul pada
ekuator lebih tebal dibandingkan sentral dan lebih tebal pada anterior
(814 m, meningkat dengan bertambahnya usia) dibandingkan
posterior (2-3 m).1,3,5,6

2. Epitel subkapsuler
Di bawah kapsul anterior lensa terdapat selapis sel epitel.Tidak
terdapat epitel lensa di bagian posterior.Epitel subkapsular terdiri atas
selapis sel kuboid dan menjadi kolumnar di daerah ekuator.Lensa akan
terus bertambah besar dan tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya
serat lensa baru dari sel-sel epitel yang terdapat di daerah ekuator
lensa.Perubahan morfologi terjadi ketika sel epitel memanjang untuk
membentuk serat lensa. Perubahan ini berhubungan dengan
peningkatan massa protein seluler pada membran setiap serat sel. Pada
saat yang sama, sel akan kehilangan organela, termasuk inti sel,
mitokondria dan ribosom.3,4,6,7

3. Nukleus dan korteks


Epitel subkapsuler lensa akan membentuk serat lensa terus
menerus.Pembentukkan serat lensa yang terus-menerus
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa
sehingga membentuk nukleus lensa.Dibagian luar nukleus ini terdapat
serat lensa yang lebih muda yang disebut sebagai korteks lensa.
Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai
korteks anterior, sedang di belakangnya korteks posterior. Dengan
bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedangkan korteks
makin menipis, sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai
konsistensi nukleus.Serat lensa dihasilkan seumur hidup, namun
kecepatan produksinya makin lama makin berkurang.6,7

Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal


sebagai zonula (zonula Zinnii), yang tersusun atas banyak fibril; fibril-fibril
ini berasal dari permukaan korpus siliaris dan menyisip ke dalam ekuator
lensa.8

2.2 Fisiologi lensa


Selama hidup, sel epitel lensa pada ekuator akan terus membelah dan
berkembang menjadi serat lensa, menghasilkan pertumbuhan lanjut dari lensa.
Area lensa dengan tingkat metabolisme paling tinggi adalah epitelium. Oksigen
dan protein yang akan digunakan untuk sintesis protein serta transpor aktif
elektrolit, karbohidrat, dan asam amino disediakan oleh epitelium lensa. Energi
kimia ini dibutuhkan untuk memelihara pertumbuhan sel dan transparansi
lensa.Karena lensa bersifat avaskular, akuous humor berfungsi sebagai sumber
nutrisi dan mengeluarkan produksisa metabolik. Namun, hanya bagian anterior
lensa saja yang dibasahi oleh akuous humor.8
Lensa memiliki pH 6,9, suhu relatif rendah dan relatif hipoksia.Korteks
lensa lebihterhidrasi daripada nukleus lensa. Kadar natrium di dalam lensa sekitar
20 mM, dan kadar kalium sekitar 120 mM. Kadar natrium dan kalium di sekitar
akuoushumor dan vitreous humor sedikit berbeda: natrium lebih tinggi, sekitar
150 mM, sedangkan kalium sekitar 5 mM.8
Faktor-faktor yang berperan penting dalam menjaga kejernihan dan
tranparasi lensa adalah avaskularisasi, susunan protein lensa, karakter
semipermeabel kapsul lensa dan mekanisme pompa membran serat lensa yang
mengatur keseimbangan air dan elektrolit pada lensa.4
Walaupun terjadi fosfolirasi oksidatif di epiltel lensa, kebanyakan
produksi energi dengan proses anaerob (melalui glikolisis, jalur pentose-fosfat
dan HMP (hexose monophosphate) shunt. Glukosa dikonversi menjadi glukosa-
6-fosfat dan sedikit sorbitol.1
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein
(kandungan proteinnya lebih tinggi di antara jaringan-jaringan tubuh)dan jumlah
ini sedikit berubah dengan bertambahnya usia.Selain itu, terdapat sedikit mineral
seperti yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi
di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Karena lensa bersifat
avaskular dan tidak mempunyai persarafan, nutrisi lensa didapat melalui difusi
dari akuous humor. Metabolisme lensa terutama bersifat anaerob akibat
rendahnya kadar oksigen teralut di dalam akuous humor.2,8

2.3 Definisi katarak


Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan
latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa keruh. Katarak adalah
setiap kekeruhan atau berkurangnya tranparasi pada lensa. Normalnya lensa
akan mengkonvergensikan cahaya yang masuk. Kekeruhan pada lensa akan
menyebarkan ataupun menghambat cahaya. Jika kekeruhan sedikit dan letaknya
di perifer, ini hanya sedikit ataupun tidak akan mempengaruhi penglihatan.2-4,6
2.4 Patogenesis Katarak9
Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada
lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang
menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan
protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning
atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel diantara serat-serat
lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang.
Sejumlah faktor yang diduga berperan dalam terbentuknya katarak antara lain
kerusakan oksidatif ( dari proses radikal bebas, sinar UV dan malnutrisi.
Hingga kini belum ditemukan pengobatan yang memperlambat atau
membalikkan perubahan perubahan kimiawi yang mendasari pembentukan
katarak.

2.5 Faktor resiko katarak


a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
d. Merokok
e. Penyakit diabetes mellitus
f. Trauma mata
g. Obat-obatan
h. Kortikosteroid

2.6 Klasifikasi katarak


Berdasarkan etiologinya katarak dapat diklasifikasikan menjadi:4
I. Katarak kongenital dan developmental
II. Katarak didapat
1. Katarak senilis
2. Katarak traumatik
3. Katarak komplikata
4. Katarak metabolik
5. Katarak elektrik
6. Katarak akibat radiasi
7. Katarak toksik, misalnya
i. Katarak yang diinduksi kortikosteroid
ii. Katarak yang diinduksi obat-obat miotik
8. Katarak yang berhubungan dengan penyakit kulit (dermatogenik
katarak)
9. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang
10. Katarak dengan sindrom lainnya
i. Dystrophica myotonica
ii. Downs syndrome
iii. Lowes syndrome
iv. Treacher Collins syndrome
Berdasarkan Nana Wijaya katarak diklasifikasikan menjadi:5
1. Katarak developmental/katarak kongenital
2. Katarak degeneratif

1. Katarak kongenital
Katarak developmental adalah kekeruhan pada lensayang timbul saat lensa
dibentuk. Ini terjadi karena beberapa gangguan dalam pertumbuhan normal
lensa.ini merupakan kelainan kongenital. Pada katarak kongenital terjadi
kekeruhan hanya terbatas pada nukleus fetal atau embrionik.Katarak
developmental terjadi dari bayi sampai renaja. Oleh karenaitu kekeruhan
dapat terjadi pada nukleus infantil sampai dewasa.4,8
Bentuk katarak kongenital yang dapat terlihat memberikan kesan kepada
kita perkembangan embriogenik lensa disertai saat terjadinya gangguan
perkembangan lensa. Katarak kongenital tersebut dapat dalam bentuk katarak
lamelar atau zonular, katarak polaris posterior, katarak polaris anterior,
katarak nuklear dan katarak sutural.9
Tindakan pengobatan katarak kongenital adalah operasi. Bila kekeruhan
lensa sudah demikian berat sehingga fundus bayi sudah tidak dapat dilihat
pada funduskopi maka untuk mencegah ambliopia dilakukan pembedahan
secepatnya. Katarak kongenital sudah dapat dilakukan pembedahan pada usia
2 bulan pada satu mata.6,9

2. Katarak Degeneratif3
Katarak degeneratif dibedakan menjadi katarak primer dan katarak
komplikata
1. Katarak Primer
a. Katarak juvenile : katarak yang terjadi kurang dari 20 tahun
Katarak Juvenille merupakan katarak yang terjadi pada anak- anak
sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih
perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek
seperti bubur dan disebut sebagai soft katarak.
Katarak juvenille biasanya merupakan lanjutan dari katarak
kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit dari penyakit
sistemik atau penyakit metabolik lainnya seperti :
1. Katarak metabolik : diabetik, galaktosemik, defisiensi gizi,
penyakit Wilson.
2. Penyakit otot : distrofi miotonik.
3. Katarak traumatik
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, katarak traumatik
terjadi akibat adanya konstusi terhadap bola mata atau paparan
radiasi infra merah yang berulang dalam waktu yang lama. Katarak
ini sering terjadi berhubungan dengan pekerjaan dan bagian dari
kecelakaan olahraga. Insidennya lebih sering terjadi pada pria
dibanding wanita.
4. Katarak komplikata : kongenital dan herediter, degeneratif, toksik,
radiasi.

Katarak juvenille yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi


karena:
Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata
Penyulit penyakit lain, katarak komplikata yang terjadi akibat :
- Penyakit lokal pada satu mata, seperti uveitis anterior, glaukoma, ablatio
retrina, miopia tinggi, ptosis bulbi yang mengenai satu mata.

Biasanya katarak juvenille ini merupakan katarak yang dapat dipengaruhi


oleh beberapa faktor. Tindakan bedah pada katarak juvenille dilakukan pada :
1. Monokular katarak, yaitu bila memerlukan pekerjaan dengan binokular,
katarak telah total dan kosmetik sangat terganggu.
2. Binokular katarak yaitu bila mengganggu pekerjaan sehari-hari

b. Katarak presenilis : katarak yang terjadi sampai umur 50 tahun


c. Katarak senilis :
Katarak senilis meupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses
degenerative dan umum terjadi pada pasien diatas 50 tahun. Pada usia 70
tahun lebih dari 90% idividu mengalami katarak senilis. Umumnya
mengenai kedua mata dengan salah satu mata terkena lebih dahulu.
Faktor- Faktor yang mempengaruhi onset, tipe dan maturasi katarak
senilis antara lain :
1. Herediter
2. Radiasi sinar UV
3. Faktor makanan
4. Krisis dehidrasional
5. Merokok

Patofisiologi
Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin .
Kristalin alfa dan beta adalah chaperon, yang merupakan heat shock
protein. Heat shock protein berguna untuk menjaga keadaan normal
dan mempertahankan molekul protein agar tetap inaktif sehingga lensa
tetap jernih. Lensa orang dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin
untuk menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat
menyebabkan kekeruhan lensa.

Mekanisme terjadinya kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:


1. Katarak senilis kortikal
Terjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti oleh
penurunan asam amino dan kalium yang mengakibatkan kadar natrium
meningkat. Hal ini bisa menyebabkanlensa memasuki keadaan hidrasi yang
diikuti oleh koagulasi protein. Pada katarak seniliskortikal terjadi derajat
maturasi sebagai berikut :

Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien,


imatur, matur dan hipermatur5,6,9
1. Katarak insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk
gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya. Pada stadium
ini dapat menimbulkan keluhan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan
positif.
2. Katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai
seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada
keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
sehingga terjadi glaukoma sekunder.
3. Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa
lensa.Kekeruhan ini akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,
sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan
lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bila dilakukan
uji bayangan iris akan terlihat negatif.
4. Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair
dan dapat keluar melalui kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengkerut
dan berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks,
nukleus lensa tenggelam ke arah bawah (katarak Morgagni).Akibat masa
lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat menimbulkan penyulit
berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik.

2. Katarak senilis nuclear


Terjadi proses sklerotik dari nucleus lensa hal ini menyebabkan
lensa menjadi keras dan kehilangan daya akomodasi.
Maturasi pada katarak senilis nuclear terjadi melalui proses
ssklerotik, dimana lensa kehilangan daya elastisitas dan keras yang
mengakibatkan turunnya kemampuan akomodasi lensa , dan terjadi
obstruksi sinar cahaya yang melewati lensa mata. Maturasi dimulai
dari sentral menuju perifer . Perubahan warna terjadi akibat adanya
deposit pigmen . sering terlihat gambaran nucleus berwarna coklat
atau hitam akibat deposit pigmen dan jarang berwarna merah.

Tabel 2.1 Perbedaan stadium katarak senilis


Insipient Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Seluruh Massif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang (air
(air masuk) + masa lensa
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaucoma - Uveitis +
glaucoma

2.7 Manifestasi Klinis10


Anamnesis
Anamnesis yang cermat penting dalam menentukan progresi dan fungsional
penglihatan akibat katarak dan juga dalam mengidentifikasi penyebab lain
kekeruhan pada lensa.
Penurunan tajam penglihatan
Penurunan tajam penglihatan merupakan keluhan yang paling umum pada
pasien dengan katarak. Keluhan penglihatan berasap dan tajam penglihatan
yang menurun secara progresif. Bila kekeruhan lensa tipis, kemunduran
visus sedikit atau sebaliknya. Jika kekeruhan terletak di equator, penderita
tidak akan mengalami keluhan penglihatan.
Glare
Keluhan ini berupa menurunnya sensitifitas kontras pada cahaya yang
terang atau silau pada siang hari atau pada arah datangnya sinar pada
malam hari. Gangguan ini muncul utamanya pada pasien dengan katarak
subcapsular posterior dan pada pasien dengan katarak kortikal.
Myopic shift
Progresi katarak seringkali meningkatkan kekuatan dipotrik lensa
menyebabkan terjadinya myopic atau myopic shift derajat ringan maupun
sedang. Akibatnya, ada pasien presbiobic melaporkan peningkatan jarak
dekat dan tidak membutuhkan kacamata baca saat mereka mengalami hal
yang disebut second sight. Namun munculnya sementara saat kualitas lensa
mengalami gangguan makan second sight tersebut akan hilang.
Myopic shift dan second sight tidak terjadi pada katarak kortikal dan
katarak subkapsular posterior.

Monocular diplopia
Penderita melihat dua bayangan yang disebabkan refraksi dari lensa
sehingga benda benda yang dilihat penderita akan dilihat silau

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan mata lengkap dimulai dari pemeriksaan tajam penglihatan.


Pemeriksaan dengan slit lamp juga penting selain untuk memeriksa
kekeruhan lensa juga untuk pemeriksaan mata lainnya ( konjungtiva,
kornea, iris, kamera anterior). Selain itu pemeriksaan oftalmoskop direk
dan indirek penting untuk mengevaluasi posterior mata sehingga dapat
diketahui prognosis setelah ekstraksi lensa.

2.8 Penatalaksanaan11

1. Pengobatan Preoperatif
- Antibiotik topical
- Preparasi pada mata sebelum operasi dilakukan
- Informed consent
- Menurunkan tekanan bola mata (TIO)
- Menjaga agar pupil tetap berdilatasi
2. Teknik anestesi yang digunakan:
1. Lokal
Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah
anestesi `lokal. Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik:
a. Topikal anestesi
b. Sub konjungtiva ( sering digunakan ) obat anestesi yang dipakai Lidokain
+ Markain (1:1)
c. Retrobulbaer
d. Parabulbaer

2. Umum
Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari
bertahun- tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode
yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan
evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan
implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah
lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract
ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga
prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE,
dan phacoemulsifikasi.

Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)


Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan
dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Oleh karena itu, zonule atau
ligamen hialoidea yang telah berdegenasi dan lemah adalah salah satu dari indikasi
dari metode ini. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa
subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. Dapat dilakukan di
tempat dengan fasilitas bedah mikroskopis yang terbatas, pada kasus-kasus yang
tidak stabil seperti intumescent, hipermatur, dan katarak luksasi, jika zonular tidak
berhasil dimanipulasi untuk mengeluarkan nukleus dan korteks lensa melalui
prosedur ECCE.

Pembedahan Katarak dengan Metode ICCE


Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut pada katarak anak dan dewasa muda dan kasus ruptur
kapsula traumatic. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high myopia, marfan
syndrome, katarak morgagni, dan adanya vitreous di bilik mata depan.
Komplikasi:
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.

Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
kortek lensa dapat keluar melalui robekan meninggalkan kapsul posterior yang
masih intak. ECCE melalui ekspesi nukleus prosedur utama pada operasi katarak.
Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan alat, kemamppuan ahli
bedah dan densitas nukleus. Pada saat ini hampir semua kasus untuk katarak
dilakukan pembedahan dengan teknik ini kecuali jika ada kontraindikasi.9
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan
endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan
bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca,
mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami
ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk
mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps
badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder. Kontraindikasi yaitu adanya subluksasi dan dislokasi
dari lensa. Prosedur ECCE memerlukan keutuhan dari zonular untuk pengeluaran
nukleus dan materi kortikal lainnya. Oleh karena itu, ketika zonular tidak utuh
pelaksanaan prosedur yang aman melalui ekstrakapsular harus dipikirkan lagi.

Metode dengan ECCE


Keuntungan ECCE dibandingkan dengan ICCE:
1. ECCE dapat dilakukan pada penderita di semua usia kecuali jika zonule tidak
intak, sedangkan pada ICCE tidak dapat dilakukan pada penderita usia di
bawah 40 tahun.
2. Pada ECCE dapat dilakukan implantasi IOL sedangkan pada ICCE tidak dapat
dilakukan
3. Komplikasi postoperative yang berhubungan dengan vitreous (herniasi pada
bilik mata depan, papillary blok, vitreous touch syndrome) hanya dapat terjadi
pada ICCE, sedangkan pada ECCE komplikasi tersebut tidak dapat terjadi.
4. Insidens untuk komplikasi seperti endoftalmitis, cystoid macular edema, dan
ablasi retina lebih kecil pada ECCE dibandingkan dengan teknik ICCE
5. Kemungkinan astigmatisme postoperative lebih kecil pada ECCE
dibandingkan dengan ICCE karena insisi yang dilakukan lebih kecil
Keuntungan ICCE dibandingkan dengan ECCE:
1. Teknik ICCE lebih simple, mudah dilakukan, lebih murah dan tidak
memerlukan alat yang canggih.
2. Komplikasi kekeruhan lensa posterior pasca operasi sangat mungkin terjadi
pada proses ECCE, tidak dengan teknik ICCE
3. ICCE membutuhkan waktu yang relatif singkat, cocok untuk operasi massal

Ada 3 macam tipe dari ECCE:


Phakoemulsifikasi
Prosedur ekstrakapsular dengan mengemulsifikasi nukleus lensa menggunakan
gelombang ultrasonic (40.000 MHz) kemudian diaspirasi. Pada tehnik ini
diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic
akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan
menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra
Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang
kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang
memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-
hari.10 Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat,
dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan
lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular
fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.

SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil. Di negara yang berkembang, teknik ini lebih dipilih karena
biaya yang lebih murah, teknik yang lebih mudah dipelajari, lebih aman untuk
dilakukan dan mempunyai aplikasi yang lebih luas. Sesudah ekstraksi katarak
mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut afakia. Tanda-tandanya adalah bilik
mata depan dalam, iris tremulans dan pupil hitam. Pada (pseudofakia)
Menggunakan lensa kontak
Menggunakan kacamata afakia, kacamata ini tebal, berat, dan tidak nyaman.
Kacamata untuk penglihatan jauh dan dekat sebaiknya diberikan dalam dua
kacamata untuk menghindarkan aberasi sferis dan aberasi khromatis.
Kelebihan Conventional ECCE dibandingkan SICS:
Teknik yang lebih simple yang dapat dipelajari dalam waktu yang relatif lebih
singkat
Kekurangan Conventional ECCE dibandingkan SICS:
Insisi yang panjang (10-12mm)
Jahitan yang dibutuhkan banyak
Membutuhkan tindakan lepas jahitan yang rentan terhadap infeksi
Iritasi dan abses pada suture postoperasi
Insiden yang cukup tinggi untuk astigmatisme pasca operasi
Prolaps iris, bilik mata depan menjadi dangkal, kebocoran jahitan dapat terjadi
Prolaps vitreous, operative hard eye, dan expulsive choroidal hemorrage dapat
terjadi
Keuntungan SICS dibandingkan dengan phacoemulsifikasi
Dapat dilakukan pada semua jenis katarak, termasuk hard cataract grade IV
dan V
Prosedur yang lebih mudah untuk dipelajari dibandingkan dengan teknik
phacoemulsifikasi
Keuntungan yang paling signifikan dari SICS adalah tidak bergantung pada
mesin dan dapat dilakukan di mana saja
Komplikasi postoperasi lebih jarang
Waktu operasi yang dibutuhkan relatif lebih singkat
Biaya yang dibutuhkan lebih murah
Kekurangan SICS dibandingkan dengan phacoemulsifikasi
Injeksi konjungtiva selama 5-7 hari pada tempat dilakukannya pembedahan
Nyeri tekan yang ringan karena adanya insisi pada sclera
Terkadang postoperative hyphema dapat terjadi
Astigmatisma post operasi lebih mungkin terjadi karena insisi SICS (6mm)
lebih besar dibandingkan dengan phakoemulsifikasi.

Pemasangan Lensa Tanam (IOL)


Merupakan pilihan utama untuk kasus aphakia. Bahan dasar IOL yang dipakai sampai
saat ini yaitu polymethylmethacrylate (PMMA). Ada beberapa tipe dari IOL
berdasarkan metode fiksasinya di mata:
1. Anterior Chamber IOL

Lensa jenis ini berada di depan iris dan disuport oleh anterior chamber. ACIOL ini
dapat ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang dipakai karena
mempunyai resiko tinggi terjadinya bullous Keratopathy.

2. Iris-Supported lenses
Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang
dipakai karena mempunya insidens yang tinggi terjadinya komplikasi post operatif
3. Posterior chamber lenses
PCIOL ini terletak di bagian belakang iris yang disuport oleh sulkus siliar atau
oleh capsular bag. Ada 3 jenis dari PCIOL yang sering dipakai:
o Rigid IOL
Terbuat secara keseluruhan dari PMMA
o Foldable IOL
Dipakai untuk penanaman melalui insisi yang kecil(3,2mm) setelah tindakan
phacoemulsifikasi dan terbuat dari silikom, akrilik, hydrogel dan collaner
o Rollable IOL
IOL yang paling tipis dan biasa dipakai setelah mikro insisi pada phakonit teknik,
terbuat dari hydrogel.

Indikasi pemasangan IOL:


Sebaliknya pemasangan IOL dilakukan pada setiap operasi katarak, kecuali ada
kontraindikasinya.

Pseudophakia
Adalah keadaan aphakia ketika sudah dipasang lensa tanam (IOL). Keadaan setelah
pemasangan lensa tanam:
Emmetropia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam tepat. Pasien yang demikian hanya
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekat saja
Consecutive Myopia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam overkoreksi. Pasien yang demikian
membutuhkan kacamata untuk menangani myopia dan juga membutuhkan
kacamata plus untuk penglihatan dekatnya
Consecutive Hypermetropia
Keadaan dimana kekuatan lensa yang ditanam underkoreksi sehingga
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan jauhnya dan tambahan +2D dan
+3D untuk penglihatan dekatnya.
Tanda-tanda pseudophakia:
o Surgical scar, biasanya dapat dilihat di dekat limbus
o Anterior chamber biasanya sedikit lebih dalam dibandingkan dengan mata
normal
o Iridodonesis ringan
o Purkinje image test menunjukkan empat gambaran.
o Pupil bewarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter ke arah pupil maka
akan terlihat pantulan reflex. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi dengan
mendilatasi pupil.
o Status visus dan refraksi dapat bermacam-macam, sesuai dengan IOL yang
ditanam.

Perawatan Pasca Bedah


Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih
pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk
bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda
beratselama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan.
Matanyadapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman,
balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi
pakaikacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara dapat digunakan
beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat dengan baik
melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8
minggu setelah operasi ) Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka
diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul benerapa jam
setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan
Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu
diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak
sempurna.
Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk
mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.
Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.

2.9 Komplikasi
Komplikasi tindakan pembedahan
Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, injuri pada
iris/ iridodialisis, jatuhnya nucleus ke dalam rongga vitreous.
Komplikasi dini pasca operatif
Hyphema, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, prolaps vitreus, prolaps
iris, pendarahan
Komplikasi yang berhubungan dengan pemasangan IOL
Cystoid Macular Edema, kerusakan pada epitel kornea, uveitis, dan
glaucoma sekunder
Malposisi dari IOL
Sun set syndrome (Subluksasi inferior dari IOL)
Sun rise syndrome (Subluksasi superior dari IOL)
Lost lens syndrome yaitu dislokasi IOL ke vitreous
2.8 Prognosis12
Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam


BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Tn s umur 70 tahun datang berobat ke poliklinik mata RSUD Mattaher jambi
mengeluh penglihatan mata kanan kabur sejak 2 tahun yang lalu, pasien mengeluhkan
pandangannya seperti berkabut, pasien mengatakan keluhan ini dirasakan setelah pasien
menjalani operasi katarak pada mata sebelah kiri pasien.pasien tidak mengeluhkan pandangan
ganda,pasien tidak mengeluhkan nyeri pada mata dan riwayat trauma disangkal oleh pasien,
gatal (-), kotoran (-), sakit kepala (-), mual (-), muntah(-).

Pada pasien ditemukan penurunan tajam penglihatan didapat kan 6/60 OD dan
6/15 OS. Keluhan tidak disertai mata nyeri dan merah, oleh karena itu maka pasien
ini dapat digolongkan kedalam mata tenang visus menurun. Diagnosis banding yang
terpikirkan adalah katarak, glaucoma.

Pada kasus ini, tidak ditemukan adanya gejala glaucoma seperti pusing,
mual,pandangan ganda dan sakit kepala. Namun perlu dilakukan pemeriksaan
tonometri untuk mengukur tekanan bola mata. Namun kemungkinan glaucoma dapat
di eksklusi oleh ketiadaan gejala yang timbul pada glaucoma. Terdapat penglihatan
berkabut pada mata sebelah kanan pasien dan pasien telah menjalani operasi katarak
pada mata kiri.Maka dapat ditarik kesimpulan diagnose dari keluhan yang dialami
pasien adalah katarak

Mengingat umur pasien yaitu 70 tahun maka dapat dikatakan bahwa katarak
yang di alami pasien termasuk kedalam klasifikasi katarak senilis. Didukung dengan
pemeriksaan pada lensa mata pasien, didapatkan kekeruhan yang belum menutupi
seluruh lensa, sehingga maturasi katarak masih berada pada tahap imatur, iris shadow
(+) berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan
pasien mengalami katarak senilis imatur mata kanan.

Pada penatalaksanaan sebaiknya dilakukan prosedur operasi. Secara umum


terdapat tiga prosedur operasi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE dan
phacoemulsifikasi. Metode pembedahan pasien ini adalah tindsakan
phacoemulsifikasidengan pemasangan IOL.
BAB V
KESIMPULAN

1. Telah dilaporkan pasien Tn.S usia 70 tahun dengan diagnosa katarak senillis
imatur OD + Pseudofakia OS
2. Gejala katarak senilis imatur OD adalah visus menurun, lensa keruh hampir
seluruh, shadow test (+).
3. Penatalaksanaan berupa tindakan operatif dan pemberian antibiotik lokal untuk
mencegah infeksi sekunder dan komplikasi lebih lanjut.

1.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tsai James C. Oxford American Handbook of Ophthalmology. New York:


Oxford University Press; 2011. p 228 230, 625
2. K. Gerhard Lang, E. Gabriele Lang. Ophthalmology A Text Book Atlas. New
York: Thieme Stuttgart; 2006. p 169-174
3. Crick RP, Khaw PT. A Textbook Of Clinical Ophthalmology. 3rdEdision.
Singapore. World Scientific; 2003. p 35,94
4. KhuranaA K.Comprehensive Ophthalmology. New Delhi: New Age
International; 2007. p 167-170
5. Riordan Paul, Eva. AnatomidanEmbriologi Mata.Dalam: Vaughan & Asbury
OftalmologiUmum.Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2010. hal 11-12
6. IlyasSidarta, dkk. IlmuPenyakit Mata untuk Dokter Umum dan
MahasiswaKedokteran. Edisi ke-2. Jakarta: SagungSeto; 2010. hal. 6-7, 143-150
7. American Academy of Ophthalmology. Anatomy in Lens and Cataract. Section
11. Basic and Clinical Science Course; 2007. p 5-6, 33, 50-54, 60-61
8. IlyasSidarta. Ilmupenyakitmata. Edisi ke-3. Jakarta:
FakultasKedokteranUniversitas Indonesia; 2009. hal. 8-9, 200-208
9. Wva Riodan Paul, Eitcher P. Jhon. Ofthalmologi Umum. Edisi 17. Penerbit EGC.
2012
10. Sidarta I, Mailangkay H HB Hilman. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum
dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta. 2002. CV Sagung Seto. 2002.Hal: 491-6
11. Akura, J Kaneda, dkk. Manual Sutureles Cataract Surgery Using a Claw Vectis. J.
Cataract Refract Surgery, Vol 26. April 2002.
12. Vaughan. Katarak dalam Ofthalmologi Umum. Jakarta. 2007. Hal: 169-171

Anda mungkin juga menyukai