Anda di halaman 1dari 17

Bed Side Teaching

ABLASIO RETINA OD + KATARAK SENILIS


IMATUR ODS + ANOMALI REFRAKSI OS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan


Klinik di Kelompok Staf Medik Ilmu Kesehatan Mata RSUP. Dr. Mohammad
Hoesin Palembang

Oleh:
Peksi Saphira Miradalita, S.Ked

04084822124169

Pembimbing:
dr. Linda Trisna SpM (K)

KELOMPOK STAF MEDIK ILMU KESEHATAN MATA


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Bed Side Teaching

ABLASIO RETINA OD + KATARAK SENILIS IMATUR ODS


+ ANOMALI REFRAKSI OS

Oleh:

Peksi Saphira Miradalita, S.Ked


04084822124169

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya / Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang periode 2 Agustus – 18 Agustus 2021.

Palembang, 4 Agustus 2021


Pembimbing,

dr. Linda Trisna, SpM (K)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan BST dengan judul “Ablasio Retina + Katarak
Senilis Imatur ODS + Anomali Refraksi OS”. Bed Side Teaching ini disusun
dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang periode 2 Agustus – 18 Agustus 2021.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. Linda Trisna, SpM (K) selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian bed side teaching ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para residen, teman-teman dokter
muda dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan bed side
teaching ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan bed side teaching ini masih
jauh dari sempurna, baik isi maupun penyajiaannya sehingga diharapkan saran
dan kritik yang membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan bed side
teaching. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, 4 Agustus 2021

Penulis

iv
BAB I
STATUS PASIEN

Identifikasi
Nama : Ny. H
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Palembang
Tanggal Pemeriksaan : 2 Agustus 2021

Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien mengeluh mata kanan kabur mendadak sejak 2 minggu yang
lalu.

Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak 2 minggu yang lalu SMRS, pasien mengeluh mata kanannya
kabur secara tiba tiba. Keluhan mata merah pada mata kanan dan kiri
disangkal, nyeri disangkal, mata berair, rasa mengganjal dan adanya
kotoran pada mata kanan dan kiri disangkal, keluhan sakit kepala, mual
dan muntah disangkal. Pasien mengeluhkan pandangan seperti tertutup
tirai pada mata kanan, pandangan seperti melihat benda terbang tidak
ada, keluhan melihat kilatan cahaya tidak ada. Selain itu, pasien
mengeluh pandangan mata kabur seperti tertutup asap pada mata kiri,
tidak terdapat keluhan seperti melihat pelangi. Pada mata kanan dan kiri,
tidak terdapat keluhan seperti melihat terowongan, dan tidak ada
penglihatan ganda.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang sama disangkal

Riwayat trauma pada kedua mata disangkal.

Riwayat pemakaian kacamata: OD S -4.00, OS S -2.00

Riwayat operasi mata disangkal

Riwayat darah tinggi ada selama 2 tahun, tidak rutin minum obat
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat alergi disangkal

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 197/109 mmHg
Nadi : 71 x/menit reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Status Gizi : Baik

Status Oftalmologi

OD OS

Visus 1/300 3/60 ph 6/60

TIO 3,8 mmHg 16,7 mmHg


KBM Ortoforia

GBM

Segmen Anterior

Palpebra Tenang Tenang

Konjungtiva Tenang Tenang

Kornea Jernih Jernih

BMD Sedang Sedang

Iris Gambaran baik Gambaran baik

Pupil Bulat, sentral, refleks Bulat, sentral, refleks


cahaya (+) normal, cahaya (+) normal,
diameter 3 mm diameter 3 mm

Lensa Keruh, Shadow Test Keruh, Shadow Test


(+) (+)
Segmen Posterior

Refleks fundus RFOD (+) RFOS (+)

Papil Bulat, detail sulit dinilai Bulat, batas tegas, warna


merah, c/d ratio 0,3, a:v
2:3

Makula Sulit dinilai Refleks fovea (+)

Retina Undulasi (+), detail Tigroid appearance


sulit dinilai (+)

3
1.4 Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan USG OD

Gambaran
Vitreous: Hiperechoic membrane like lesion
Refleksifitas: Sedang
Mobilitas: Sedang
Retina: Tampak retina detach, sklera utuh
Axial length: 22,31

4
Diagnosis Banding
- Ablasio Retina Regmatogenosa OD + KSI ODS
- Ablasio Retina Eksudatif OD + KSI ODS
- Ablasio Retina Traksional OD + KSI ODS
-
Diagnosis Kerja
Ablasio Retina Regmatogenosa OD ec Myopia Berat + KSI ODS

Tatalaksana
1. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE):
a. Non-farmakologis
• Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita
oleh pasien beserta rencana terapi dan prognosisnya.
• Menjelaskan kepada pasien bahwa penurunan ketajaman
penglihatan adalah akibat lepasnya retina (selaput belakang
mata).
• Menjelaskan kemungkinan penyebab yang dialami pasien.
• Menjelaskan kepada pasien mengenai pemeriksaan lanjutan
yang akan dilakukan untuk menunjang diagnosis.
• Menyampaikan pada pasien bahwa tatalaksana yang akan
dilakukan segera adalah tindakan operatif untuk melekatkan
kembali bagian retina yang lepas.

5
2. Tindakan bedah
• Pars plana Vitrektomi OD
• Sclera Buckling OD

Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

6
BAB II
ANALISIS KASUS

Berdasarkan anamnesis yang dilakukan kepada Ny. H (46 tahun), Keluhan


mata merah pada mata kanan dan kiri disangkal, nyeri disangkal, mata berair, rasa
mengganjal dan adanya kotoran pada mata kanan dan kiri disangkal, keluhan sakit
kepala, mual dan muntah disangkal. Pasien mengeluhkan pandangan seperti
tertutup tirai pada mata kanan, pandangan seperti melihat benda terbang tidak ada,
keluhan melihat kilatan cahaya tidak ada. Selain itu, pasien mengeluh pandangan
mata kabur seperti tertutup asap pada mata kiri, tidak terdapat keluhan seperti
melihat pelangi. Pada mata kanan dan kiri, tidak terdapat keluhan seperti melihat
terowongan, dan tidak ada penglihatan ganda.

Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal, riwayat trauma pada


mata sebelumnya disangkal, riwayat pemakaian kacamata ada (OD S -4,00 dan
OS S -2,00). Riwayat operasi pada mata disangkal. Riwayat alergi disangkal.
Riwayat hipertensi ada sejak 2 tahun yang lalu namun pasien tidak rutin
mengonsumsi obat. Riwayat DM disangkal.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum baik, tanda vital dalam
batas normal kecuali tekanan darah 197/107 mmHg yang menunjukkan pasien
menderita hipertensi stage 2. Pada pemeriksaan oftalmologikus didapatkan VOD
1/300, VOS 3/60 ph 6/60 yang menandakan adanya kelainan organic mata dan
juga kelainan refraksi pada mata kiri; TIOD 3,8 mmHg, TIOS 16,7 mmHg;
kedudukan bola mata ortoforia; gerakan kedua bola mata baik ke segala arah;
palpebra kanan tenang, palpebra kiri tenang; konjungtiva ODS tenang; kornea
ODS jernih; bilik mata depan ODS sedang; iris ODS gambaran baik; pupil ODS
bulat, sentral, refleks cahaya (+), diameter 3 mm; lensa ODS keruh dengan
shadow test (+); RFODS (+); papil OD bulat, detail sulit dinilai, papil OS bulat,
batas tegas, warna merah N, c/d ratio 0,3 dan a:v 2:3, makula OD sulit dinilai,
macula OS refleks fovea (+) retina OD undulasi (+), detail sulit dinilai, retina OS
tigroid appearance (+).
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien antara lain adalah
pemeriksaan slit lamp, pemeriksaan USG mata dan funduskopi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologis.
7
Dari anamnesis, keluhan mengarah kepada penyakit mata tenang dengan
penglihatan turun mendadak yang disertai dengan penglihatan seperti tertutup
tirai yang mengarah ke ablasio retina. Diagnosis ablasio retina juga didukung dari
hasil pemeriksaan oftalmologi yang didapatkan adanya undulasi positif pada
oftalmoskop dan dengan pemeriksaan USG mata didapatkan: vitreous dengan
gambaran hyperechoic membrane lesion, refleksifitas sedang, mobilitas sedang,
sklera intak dan pada retina didapatkan retinal detachment.
Selain itu, pada pasien ditemukan lensa keruh pada mata kiri dengan shadow
test positif yang dapat mengarahkan pasien pada diagnosis katarak imatur.

Dengan demikian berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis


pada pasien ini dapat mengarah ke ablasio retina regmatogenosa OD dan katarak
senilis imatur karena terdapat retinal detachment di mata kanan dan terdapat
kekeruhan lensa dengan shadow test + di mata kanan dan kiri. Ablasio retina
regmatogenosa didiagnosis banding dengan ablasio retina eksudatif dan ablasio
retina tarikan atau traksi. Dari penyebabnya, diagnosis ablasio retina eksudatif
dan traksi dapat disingkirkan karena pada ablasio retina eksudatif biasa
disebabkan oleh penyakit epitel pigmen retina, dan koroid seperti pada skleritis,
tumor retrobulbar yang menyebabkan penimunan cairan subretina sebagai akibat
keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstravasasi). Diagnosis
ablasio retina traksional dapat disingkirkan karena bisa ini disebabkan akibat
tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan menyebabkan ablasi retina.
Pada badan kaca, dapat terlihat adanya fibrosis yang dapat disebabkan diabetes
mellitus proliferative, trauma dan perdarahan badan kaca. Pada pemeriksaan USG
mata kanan didapatkan hasil pada vitreous hyperechoic membrane like lesion,
refleksifitas sedang, mobilitas sedang, retina tampak detach, sklera utuh dengan
axial length 22,31 yang menggambarkan bahwa terdapat retina yang lepas dan
menegakkan diagnosis retinal detachment (ablasio retina).

8
Beberapa kondisi yang meningkatkan risiko ablasio retina yaitu miopia,
ablasio retina pada mata lainnya, riwayat trauma, terdapat lesi perifer risiko tinggi,
riwayat operasi katarak, dan adanya riwayat ablasio retina pada keluarga. Pada
pasien ini. Diagnosis ablasio retina rhegmtogen karena berdasarkan usia tua (46
tahun) dan faktor risiko myopia berat pada mata kanan yaitu pasien menggunakan
kacamata dengan spheris -4,00. Pada pemeriksaan TIO didapatkan tekanan
intraocular yang menurun karena pada ablasio retina terjadi kebocoran cairan
intraokuler dari mata melalui subretina ke jaringan ikat perioptik. Selain itu,
pasien dengan usia 46 tahun menjadi salah satu faktor risiko untuk katarak senilis
atau katarak terkait proses penuaan. Pengobatan pada ablasio retina adalah
pembedahan. Sebelum dilakukan pembedahan pasien dirawat dengan mata
ditutup. Pembedahan dilakukan secepat mungkin dan sebaiknya antara 1-2 hari.
Pengobatan ditujukan untuk melekatkan kembali bagian retina yang lepas dengan
krioterapi atau laser. Krioterapi ini dapat berupa: Krioterapi permukaan (surface
diathermy) dan krioterapi setengah tebal sklera (partial penetrating diathermy)
sesudah reseksi sklera. Selain itu dapat dilakukan Teknik bedah lainnya seperti
retinopeksi pneumatic dimana udara/ gas akan disuntikkan ke vitreous untuk
mempertahankan retina pada posisinya, scleral buckling dimana dilakukan
pelekukan sklera dengan eksplan yang dijahitkan pada daerah robekan retina, dan
vitrektomi dimana dilakukan pelepasan traksi vitreoretina. Pada ARR yang
ditangani dengan baik memiliki angka kesuksesan primer hingga 90%. Beberapa
tatalaksana operatif yang dapat dipilih seperti; scleral buckling, vitrektomi dengan
tamponade internal, dan pneumatic retinopexy. Vitrektomi menjadi pilihan utama
pada ARR sederhana maupun kompleks karena risiko komplikasi jangka panjang
pasca operasi yang lebih rendah dibandingkan scleral buckling. Selain itu untuk
kanarak senilis imatur, tindakan yang dapat diberikan adalah tindakan
pembedahan yang dilakukan bila pandangan kabur sudah mengganggu aktivitas
sehari-hari atau apabila katarak yang diderita menimbulkan penyulit seperti
glaukoma. Terdapat beberapa metode operasi katarak yang telah dikenal, di
antaranya adalah ICCE (intracapsular cataract extraction), ECCE (extracapsular
cataract extraction), SICS (small incision cataract surgery) dan
phacoemulsification. Pada pasien ini belum direncakanan tindakan pembedahan
karena keluhan pandangan kabur pada mata kiri pasien belum mengganggu
aktivitas sehari-hari.

9
Ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang
retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih
melekat erat dengan membrane Bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel
batang retina tidak terdapat suatu perlekatan structural dengan koroid atau pigmen
epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara
embriologis. Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel
pigmen epitel akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah
koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang
menetap. Pada ablasio retina regmatogenesa ablasi terjadi akibat adanya robekan
pada retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan
retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca air (fluid vitreous) yang masuk
melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga
mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid. Pada pasien,
myopia pada mata kanan yang tinggi memiliki mata yang lebih panjang
(pemanjangan aksial), yang berarti bahwa retina lebih teregang dan karenanya
rentan terhadap robekan retina perifer. Selain itu, mata rabun memiliki vitreous
yang mengalami degenerasi yang lebih cenderung kolaps dan terpisah dari retina,
juga meningkatkan risiko robekan retina.
Prognosis pascabedah dari ablasio retina tergantung dari keadaan
makulanya, jika sudah terlepas biasanya hasil tidak sempurna, tetapi jika macula
masih melekat tindakan bedah harus segera dilakukan dan akan mendapatkan hasil
yang lebih baik. Prognosis katarak sangat bergantung pada derajat keparahan
serta intervensi yang dilakukan yang akan berpengaruh pada kualitas hidup
pasien. Prognosis ad vitam pada pasien adalah bonam karena kondisi pasien tidak
mengancam nyawa. Prognosis ad functionam adalah dubia ad bonam dan
prognosis ad sanationam pada pasien ini belum dapat dipastikan,

10
LAMPIRAN

Gambar 1. Pemeriksan Oculi Dextra dan Sinistra dalam keadaan terbuka

Gambar 2. Pemeriksan Oculi Dextra dan Sinistra dalam keadaan tertutup

Gambar 3. Pemeriksaan Oculi Dextra Gambar 4. Pemeriksaan Oculi Sinistra


Gambar 5. Pemeriksaan Fundus
13

Anda mungkin juga menyukai