Anda di halaman 1dari 65

GANGGUAN

SKIZOAFEKTIF TIPE
DEPRESI
Pembimbing : dr. RA Latifah, Sp.KJ (K)

Oleh :

Devi Maharani, S.Ked 04084822124089


Irma Yolanda, S.Ked 04084822124093
Alya’ Tsabitah, S.Ked 04084822124032
Dary Dzakwan Bara, S.Ked 04084882124010
OUTLINE

01 PENDAHULUAN
02 STATUS PASIEN

TINJAUAN
03 PUSTAKA 04 ANALISIS KASUS
01

PENDAHULUAN
Pendahuluan
Menurut PPDGJ-III gangguan skizoafektif merupakan gangguan dimana terjadi gejala-
gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif yang sama-sama menonjol pada saat
yang bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode
penyakit yang sama dan tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala
skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.

Gambaran utama:
● Episode depresi mayor
● Manik
● Campuran yang terdapat bersamaan dengan gejala skizofrenia berupa waham, halusinasi,
perilaku aneh, atau gejala negatif.
● Berlangsung < satu bulan.
● Pada individu tertentu gejala-gejala ini dapat berlangsung bertahun-tahun.
Pendahuluan
● Skizoafektif tipe depresif episode depresi mayor berlangsung paling sedikit dua minggu.
● Pada episode manik yang ditandai : suasana perasaan melambung, meningkat, ekspansif, atau
iritabel harus berlangsung paling sedikit satu minggu.
● Pada episode campuran yang ditandai dengan kedua suasana perasaan tersebut harus
berlangsung paling sedikit satu minggu.

Pemahaman tentang diagnosis skizoafektif yang baik diharapkan dapat memberikan potensi
untuk prognosis yang lebih baik dengan diagnosis dini, mencegah terjadinya kesalahan
diagnosis, mencegah terjadinya kesalahan pengobatan, dan memungkinkan untuk mencegah
penyakit berlarut-larut.
02

STATUS PASIEN
Nama : Tn. D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 23 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Tempat Lahir : Tulung Selapan
Suku/ Bangsa : Komering/Indonesia
IDENTIFIKAS
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
I PENDERTIA
Agama : Islam
Alamat : Ogan Komering Ilir
Datang ke RS : 26 Januari 2022
Cara ke RS : Diantar polisi
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik
Riwayat psikiatri diperoleh dari:
• Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan istri pasien pada
Rabu, 26 Januari 2022 pukul 10.00 WIB.

A. Sebab U tama
RIWAYAT Pasien datang ke Poliklinik RS Ernaldi Bahar karena sering
PSIKIATRI mengamuk hingga memukuli warga.

B. Keluhan Utama
Pasien mendengar bisikan orang-orang yang mengatakan dirinya
tidak dewasa dan merasa warga sering membicarakannya.
4 tahun lalu, pasien putus dari mantannya
RIWAYAT
dan mulai menggunakan obat-obatan PERJALANAN
terlarang seperti narkoba namun sudah PENYAKIT
berhenti sejak 1 tahun yang lalu.

1 tahun lalu pasien dibawah ke RS Ernaldi


Bahar untuk diberikan perawatan.
Setelah pasien keluar dari RS, pasien
seringkali mengamuk, bicara sendiri, RIWAYAT
menjadi pendendam dan memukuli warga PERJALANAN
karena merasa warga sering PENYAKIT
membicarakannya.

Pasien merasa tidak ada kelainan tapi


pasien merasa orang-orang selalu
mengatakan dirinya sakit.

Pasien merasa disukai banyak wanita.


Pasien sedih ketika teringat keluarga.
5 hari SMRS pasien mengamuk dan
memukuli warga hingga ditangkap polisi
RIWAYAT
dan dimasukkan ke dala Yayasan.
PERJALANAN
PENYAKIT
Pasien dibawa ke RS Ernaldi Bahar untuk
diberi tatalaksana lebih lanjut.

Riwayat gangguan jiwa di keluarga tidak


ada. Gangguan tidur disangkal. Ide
bunuh diri (+) tapi tidak pernah
melakukan percobaan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

● Riwayat trauma :Tidak ada


● Riwayat alergi :Tidak ada
● Riwayat hipertensi :Tidak ada
● Riwayat diabetes melitus :Tidak ada
RIWAYAT PENGOBATAN

Pasien pernah berobat ke dokter jiwa 1


tahun yang lalu dan mendapat
pengobatan.

Obat Chlorpromazine
RIWAYAT PREMORBID

Riwayat masa prenatal : tidak diketahui


Riwayat masa perinatal : tidak diketahui
Riwayat masa anak-anak : tidak
diketahui
Riwayat masa remaja : tidak diketahui
RIWAYAT KELUARGA

● Dukungan keluarga terhadap pasien baik.

● Saat ini pasien tinggal dengan keluarga.

● Hubungan pasien dengan keluarga baik.

● Riwayat keluarga dengan gangguan jiwa lainnya tidak ada.

● Riwayat keluarga mengonsumsi alkohol dan NAPZA tidak ada

● Riwayat penyakit komorbid dalam keluarga tidak ada


Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama disangkal.

   

RIWAYAT      

KELUARGA Keterangan:
: Pasien bernama Tn. MY usia 41 tahun

: Perempuan

: Laki- Laki
RIWAYAT
RIWAYAT PENDIDIKAN RIWAYAT PEKERJAAN PERNIKAHAN
Pasien tidak Pasien tidak Pasien belum
tamat SD bekerja menikah

RIWAYAT SOSIAL RIWAYAT KEBIASAAN


EKONOMI Kebiasaan merokok (+)
Pasien tinggal dengan Kebiasaan konsumsi kopi
orang tua, 1 kakak laki- (-)
laki, dan 1 kakak ipar Kebiasaan konsumsi
perempuan.
PasienAGAMA
beragama alkohol (+)
islam Penggunaan NAPZA (+)
Pasien tidak bekerja. terakhir1 tahun lalu
Transkrip: Alloanamnesis
Pemeriksa Pendamping Pasien Interpretasi
(Psikopatologi)

“Selamat pagi pak, kami dokter “Saya pendamping pasien, petugas dari yayasan
muda Devi, Irma, Alya’, Bara, tapi kerja juga di sini.”
asisten dr. Latifah, Sp.KJ yang
bertugas di poli hari ini. Bapak
siapanya pasien?”

“Keluhan pasiennya apa pak?” “Jadi dia ini suka ngamuk kata keluarganya. 5 hari
yang lalu mengamuk ke warga sampai mukuli
warga karena merasa diomongin warga. Terus
dibawa ke kantor polisi. Sama keluarganya dibawa
ke yayasan.”

“Mengamuknya sering ya pak?” “Kata keluarganya iya memang udah sering,


apalagi kalau kemauannya dak dituruti, dan jadi
pendendam orangnya.”
Transkrip: Alloanamnesis
Pemeriksa Pendamping Pasien Interpretasi
(Psikopatologi)

“Ada lagi tidak pak perilaku lain “Dio ni selama di yayasan, sering ngomong sendiri,
selain sering mengamuk itu?” tibatiba nangis. Dak tau kenapo.”

“Sebelum kesini, pasien ini “Iyo dikasih obat cepzet dari dokter di Yayasan
diberi obat tidak pak?” sano.”

“Pasien ini tidurnya bagaimana “Dak ado dok. pacak tidur dio. Kurang lebih
pak? ada kesulitan tidur tidak? selama 8 jam dio tidur.”
Sehari berapa lama tidurnya?”
Transkrip: Autoanamnesis
Pemeriksa Pendamping Pasien Interpretasi
(Psikopatologi)

“Namanya siapa? Usianya “Saya pendamping pasien, petugas dari Kesadaran: compos
berapa?” yayasan tapi kerja juga di sini.” mentis
Memori : baik
“Tinggal dimana? sekarang “Jadi dia ini suka ngamuk kata keluarganya. 5
Orientasi : baik
kerjanya apa?” hari yang lalu mengamuk ke warga sampai
Atensi : baik
mukuli warga karena merasa diomongin warga.
Tilikan : Derajat 6
Terus dibawa ke kantor polisi. Sama keluarganya
Sikap: kooperatif
dibawa ke yayasan.”
Kontak mata:
“Sekarang tau dak lagi dimana?” “di RS Ernaldi Bahar” cukup
“Datang kesini sama siapa?” “Datang dengan kakak ini (petugas yayasan), Kontak verbal :
“Dandi tahu tidak sekarang hari tadinya aku ketipu dibilang mau dibawa cukup
apa? tanggal berapa? bulan berobat, ternyata dibawa ke yayasan, terus Psikomotor :
berapa? Tahun berapa, pak?” kesini.” Tenang
“Hari samo tanggal lupa, sekarang bulan Afek: Luas
Januari 2022”
Transkrip: Autoanamnesis
Pemeriksa Pendamping Pasien Interpretasi
(Psikopatologi)

“Kalau lihat warga kumpul, apa “Iya. pasti mereka lagi ngomongi aku.” Waham curiga
Dandi merasa lagi dibicarakan?”

“Mereka ngomong langsung “Adolah dok suaro yang bilangi aku kalau aku Halusinasi
atau Dandi cuma dengar?” sakit, kelainan.” Auditorik (+)

“Suaranya itu darimana tau “Yo pasti dari orang-orang sekitar aku tulah dok.
Ide bunuh diri (+)
tidak?” Sampe aku ni capek dok, rasanya mau mati aja.”

“Pernah mencoba bunuh diri “Belum pernah bunuh diri tapi kok dok.”
atau menyakiti diri sendiri
tidak?”

“Selain denger suara itu, apa “Dak ado dok” Halusinasi visual (-)
Dandi pernah lihat sesuatu yang
orang lain tidak bisa lihat?”

“Dandi pernah mencium baubau “Idak dok” Halusinasi olfaktori


Transkrip: Autoanamnesis
Pemeriksa Pendamping Pasien Interpretasi
(Psikopatologi)

“Tadi katanya pernah pakai “Iya dok. Udah berhenti tapi sekarangm sudah Riwayat
narkoba ya?” rehab dulu di rumah sakit.” pemakaian
NAPZA (+)
“Kapan itu rehabnya?” “Satu tahun yang lalu dok. Dari keluar rumah
sakit itu dok, warga jadi ngiro aku sakit,
kelainan.”

“Kenapo kemarin Dandi pakai “Diajak kawan, kareno pusing abis diputusi
narkoba” pacar.”

“Dari kapan itu pakai “4 tahun lalu dok. Adolah 4 tahun aku pakai
narkobanya? Berapa lama?” narkoba”

“Lalu berhenti karena kemauan “Awalnya disuruh dok. Tapi abis itu aku mau
sendiri atau disuruh? ” berobat dok.”

“Tidurnya semalem bagaimana? “Iya nyenyak” Tidak ada


Nyenyak? ” gangguan tidur
Transkrip: Autoanamnesis
Pemeriksa Pendamping Pasien Interpretasi
(Psikopatologi)

“Tinggal di rumah sama siapa “Sama mama, kakak lanang, samo kakak ipar.” Afek depresi
Dandi?” (Tiba-tiba menangis)

“Dandi kenapa nangis?” “Aku nih sedih kalau inget mama aku.”

“Ada lagi yang membuat Dandi “Ya itu dok, kalua inget nasib saya ni, ngapola
sedih?” orang-orang ngomongi aku ccak itu.”

“Dandi pernah minum minuman “Kalau minum alkohol idak dok. merokok iyo.”
beralkohol atau merokok tidak?” Merokok (+)

“Setelah keluar rumah sakit “Idak dok. Soalnyo mereka jugo sering ngomongi Kedenderungan
setahun lalu, Dandi masih sering aku, jadi aku dak galak lagi main sama mereka. merasa dirinya
main sama kawan?” Tapi aku tau sebenernyo kawan-kawan betino penting.
aku tu galak semua samo aku”

“Jadi sekarang aktivitasnya apa “Dak ado. Dulu tu aku begawe jadi tukang
Transkrip: Autoanamnesis
Pemeriksa Pendamping Pasien Interpretasi (Psikopatologi)

“Kenapa lesu?” “Capek dok. Aku nak tidur bae di Energi berkurang sehingga
rumah..” mudah lelah dan aktivitas
berkurang

“Ada riwayat penyakit tidak? “Dak ado dok.” Riwayat penyakit (-)
Seperti kencing manis, darah
tinggi?”

“Di keluarga ada yang punya “Dak ado dok.”


Riwayat keluarga dengan
keluhan sama?”
gangguan jiwa (-)

“Baiklah kalau begitu, terima kasih “Baik dok, sama-sama terima kasih
telah bersedia untuk menjawab banyak ya dok.”
pertanyaanpertanyaan yang saya
berikan tadi. Jangan lupa untuk
diminum ya Dandi obatnya dan
ikuti sesuai dengan yang sudah
PEMERIKSAAN FISIK

Status Internus Status


• Sensorium: Compos Neurologikus
Mentis • Tidak
• Nadi: 90 x/menit dilakukan
• TD: 120/80 mmHg pemeriksaan
• RR: 20 x/menit
• Suhu: 36,4oC
Status Psikiatrikus

Keadaan Umum

• Kesadaran: Compos mentis


• Penampilan & Dekorum: Terawat, sesuai usia, perawakan tubuh normal, perilaku
tampak sehat
• Keterhubungan: Sikap kooperatif, inisiatif aktif, kontak verbal cukup, kontak mata
cukup, kontak fisik tidak dilakukan.
• Psikomotor & Postur tubuh: Normoaktif, postur tubuh normal
• Pembicaraan: Artikulasi jelas, kuantitas banyak, kecepatan wajar, intonasi
bervariasi, volume wajar, latensi wajar, relevansi relevan.
Status Psikiatrikus
Keadaan Spesifik

Alam Perasaan Alam Pikiran


• Mood : Labil, empati 1. Kognisi
mudah dirasakan • Perhatian: Memusatkan mampu,
• Afek : Ekspresi afektif wajar, mempertahankan mampu, mengalihkan
rentang luas, mobilitas stabil, mampu
reaktivitas reaktif, keserasian • Ingatan: Tidak ada gangguan
serasi • Orientasi: Personal, spatial, temporal,
identitas mampu mengenali
• Insight : Derajat 6 (Sadar sepenuhnya
tentang situasi dirinya disertai motivasi
untuk mencapai perbaikan)
Status Psikiatrikus
Keadaan Spesifik

Alam Pikiran
2. Sensasi & Persepsi : Halusinasi ada, ilusi tidak ada, depersonalisasi tidak ada, derealisasi
tidak ada.
3. Proses Pikiran: Gangguan pemikiran formal tidak ada kelainan, kecepatan wajar, jumlah
wajar, mutu tajam
4. Isi Pikiran: Waham ada, ide terfiksir, fobia, obsesi tidak ada, preokupasi ada
5. Bentuk Pikiran: Autistik, dereistik, magis, simbolik, paralogik, simetrik, konkritisasi tidak ada

Alam Perbuatan
Perilaku : Normoaktif
Katatonia : Tidak ada kelainan
Seksualitas : Tidak ada kelainan
Seksualitas : Tidak ada kelainan
RESUME
4 tahun lalu 5 hari SMRS

• 4 tahun yang lalu, pasien • 1 tahun yang lalu, pasien • 5 hari SMRS pasien
putus dari mantannya dibawa ke RS Ernaldi Bahar mengamuk dan
untuk diberikan perawatan. memukuli warga
• Pasien mulai sehingga ditangkap
menggunakan narkoba • Setelah pasien keluar dari polisi dan kemudian
namun sudah berhenti RS, pasien sering mengamuk dimasukkan ke dalam
sejak 1 tahun yang lalu. hingga memukuli warga yayasan.
karena pasien merasa
bahwa warga sering • Pasien dibawa ke RS
membicarakannya. Ernaldi Bahar untuk
diberikan tatalaksana
lebih lanjut.
FORMULASI DIAGNOSTIK

Aksis I. Kriteria diagnosis Gangguan Skizoafektif Tipe Depresi (F25.1)

Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:

Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif √

yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagain besar

episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif.


Afek Depresif harus rnen.onjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, √

baik depresif maupun kelajnan perilaku terkait seperti tercantum dalam

uraian untuk episode depresif (F32);


Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan sebaiknya √

ada dua, gejala khas skizofrenia (sebagaimana ditetapkan dalam

pedoman diagnostik skizfrenia,F20 -, (a) sampai (d)).


FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis II. Gangguan Kepribadian Paranoid (F60.0)
Diagnosis memerlukan paling sedikit 3:
Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.

Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk

memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil.
Kecurigaan dan kecenderungan mendalam untuk mendistorsikan pengalaman dan

menyalah-artikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu
sikap permusuhan atau penghinaan.
Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi
x
yang ada (actual situation).
Kecurigaan berulang tanpa dasar (justification) tentang kesetiaan seksual dari
x
pasangannya.
Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substantif
x
dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada
umumnya.
FORMULASI DIAGNOSTIK

AKSIS III : Tidak Ada Diagnosa


AKSIS IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
AKSIS V : GAF scale 20-11: bahaya mencederai diri/ orang lain atau disabilitas sangat berat
dalam
komunikasi dan mengurus diri
a. Pemeriksaan radiologi/ CT scan : tidak dilakukan
Pemeriksaan b. Pemeriksaan darah rutin : tidak dilakukan
Lain c. Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan
d. Pemeriksaan urin : tidak dilakukan
e. Pemeriksaan LCS : tidak dilakukan
PEMERIKSAAN FISIK

● Kesadaran : Kompos mentis ● Kelainan sensasi persepsi


● Sikap : Kooperatif Halusinasi: Ada
● Mood : Labil ● Isi pikiran
● Afek : Luas Waham : Ada
● Daya konsentrasi : Baik Ide bunuh diri : Ada
● Keadaan dan fungsi intelektual ● Kecemasan: Tidak ada
Discriminative judgment: Baik ● Reality testing ability : Baik
Discriminative insight: Tilikan derajat 6
• AKSIS I : F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
• AKSIS II : F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid
DIAGNOSIS • AKSIS III : Tidak Ada Diagnosa
• AKSIS IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
MULTIAKSIA • AKSIS V : GAF scale 20-11: bahaya mencederai diri/ orang lain atau
L disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan
mengurus diri.
DIAGNOSIS
BANDING
• F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
• F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala
Psikotik
• F20.0 Skizofrenia Paranoid
TERAPI
Farmakologis
- Chlorpromazine tablet 100 mg 0-0-1
- Risperidone tablet 2 mg 1-0-1
- Trihexyphenidyl tablet 2 mg 1-0-1
- Fluoxetine tablet 20 mg 1-0-0
Non Farmakologis
- Memberikan pasien kesempatan untuk
menceritakan masalahnya dan meyakinkan
TERAPI
pasien bahwa ia sanggup menghadapi masalah
yang ada
- Psikoedukasi serta komunikasi dengan pasien
dan keluarga mengenai rencana pengobatan
- Memotivasi pasien untuk rajin minum obat
secara teratur, menjelaskan mengenai efek
samping obat dan pentingnya konsumsi obat
secara teratur
- Memberikan dukungan kepada pasien bahwa ia
PROGNOSIS

Quo ad Vitam : dubia ad bonam


Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
03
TINJAUAN
PUSTAKA
SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESI
Gangguan skizoafektif adalah gangguan jiwa yang ditandai
dengan dua gambaran yang berulang yaitu gambaran gangguan
skizofrenia (memenuhi kriteria A skizofrenia) dan episode mood
baik depresi mayor maupun bipolar.
Ada tiga subtipe gangguan skizoafektif yaitu:
1. Tipe Manik
2. Tipe Depresi
3. Tipe Campuran
Epidemiologi
Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki
dibandingkan para wanita; khususnya wanita yang menikah;
usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk
laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Laki-laki dengan
gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku
antisosial dan memiliki pendataran atau ketidaksesuaian afek
yang nyata.
Etiologi

Sulit untuk menentukan penyebab penyakit yang telah berubah


begitu banyak dari waktu ke waktu. Dugaan saat ini bahwa
penyebab gangguan skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi
skizofrenia. Oleh karena itu teori etiologi mengenai gangguan
skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan lingkungan.
Gejala Klinis
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan
episodik gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya
menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau
secara bergantian dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenik dan
manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut
gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe
depresif, gejala depresif yang menonjol.
Gejala yang khas pada pasien skizofrenia berupa waham,
halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai
dengan gejala gangguan suasana perasaan depresif
Gejala Klinis
Gejala Skizofrenia:
1. Thought echo, thought insertion or withdrawal, thought
broadcasting
2. Delusion of control, delusion of passivitiy, delusional perception
3. Halusinasi Auditorik
4. Waham-waham menetap jenis lainnya
5. Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja
6. Arus pikiran yang terputus
7. Perilaku katatonik
8. Gejala-gejala negatif
Diagnosis
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol
pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah
yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama.

Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif harus ada depresi yang menonjol,


disertai oleh sedikitnya dua gejala depresif yang khas atau kelainan
perilaku seperti yang terdapat dalam kriteria episode depresif
Tata Laksana
1. Psikofarmaka
Injeksi
a. Olanzapin, dosis 10mg/mL injeksi intramuskulus, dapat diulang setiap 2
jam, dosis maksimum 30mg/hari
b. Diazepam 10mg/2 mL injeksi intravena/ intramuskulus, dosis maksimum
30mg/hari
Oral
c. Litium 2 x 400 m g/hari atau atau divalproat dengan dosis awal 3 x 250
mg/hari atau karbamazepin dengan dosis awal 300-800 mg/hari atau
Lamotrigin dengan dosis 200-400 mg/ hari
d. Antidepresan, SSRI, misalnya fluoksetin 1 x 10-20 mg/hari
e. Antipsikotika generasi kedua, olanzapin 1 x 10 – 30 mg/hari atau
risperidone 2 x 1-3 mg/hari atau quetiapin 200 mg
f. Atau bisa diberikan juga antipsikotika generasi pertama sepereti
chlorpromazine, haloperidol.
Tata Laksana
2. Psikoterapi
Psikoterapi individual yang daoat diberikan berupa psikoterapi
suportif, client-centered therapy, atau terapi perilaku. Psikoterapi
suportifnya sebaiknya yang relatif konkrit, berfokus pada aktivitas
sehari-hari. Dapat juga dibahas tentang relasi pasien dengan orang-
orang terdekatnya. Ketrampilan social dan okupasional juga banyak
membantu agar pasien dapat beradaptasi kembali dalam kehidupan
sehari-harinya.
Diagnosis Banding

a. Episode depresi dengan gambaran psikotik


b. Skizofrenia paranoid
Prognosis
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki
prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan
depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan
gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien
dengan skizofrenia. Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa
penelitian yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah
episode yang ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan
juga perjalanan gangguan itu sendiri.
“Gangguan kepribadian paranoid adalah gangguan kepribadian
dengan ciri utama berupa perilaku curiga yang berlebihan
terhadap hal yang sebenarnya wajar dan sama sekali tidak
salah, diikuti kesulitan dalam memberikan kepercayaan kepada
orang lain dan cenderung menganggap orang lain
merendahkannya..”
—Gangguan Kepribadian Paranoid
Epidemiologi
• Sangat jarang pasien dengan gangguan paranoid
0,5-2,5% yang ingin datang untuk terapi atas kemauannya
sendiri, sebgaian besar diantar oleh keluarga atau
oleh teman kerja
• Gangguan ini lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan.
• Gangguan ini terbukti banyak ditemukan di antara
imigran, kelompok minoritas, dan orang yang
Prevalensi gangguan menderita ketulian
kepribadian paranoid
Etiologi dan Faktor Risiko
● Penyebab utama belum diketahui secara
pasti
● Faktor genetik  memiliki peran
● Pengalaman masa kanak-kanak yang
kurang menyenangkan
● Jenis kelamin ♂ lebih berisiko dari ♀
● Memiliki kelainan pada struktur otak atau
neurokimia dalam otak
● Riwayat kesehatan mental keluarga
● Pengaruh lingkungan
Manifestasi Klinis

menimbulkan suasana Sulit untuk bekerja sama dengan


ketakutan atau konflik orang lain, sangat sensitif ketika
dengan orang lain mendapat kritikan

berpikir bahwa mudah marah dan


orang lain berniat cenderung bersifat
buruk kepadanya memusuhi orang lain

kecurigaan dan jarang sekali menunjukkan


ketidakpercayaan kehangatan dan sering
pada orang lain bersikap tidak emosional
Berdasarkan PPDGJ III diagnosis Gangguan Kepribadian
Paranoid (F60.0)
Dapat ditegakkan apabila terdapat gangguan kepribadian yang paling sedikit memenuhi 3 dari ciri-ciri dibawah ini:
1. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.
2. Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka
hati atau masalah kecil.
3. Kecurigaan dan kecenderungan mendalam untuk mendistorsikan pengalaman dan menyalah-artikan tindakan orang
lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan.
4. Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada (actual situation).
5. Kecurigaan berulang tanpa dasar (justification) tentang kesetiaan seksual dari pasangannya.
6. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang bermanifestasi dalam sikap yang selalu
merujuk ke diri sendiri (self-referential attitude).
7. Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substantif dari suatu peristiwa, baik yang
menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada umunnya
Tatalaksana
• Terapi yang terbaik adalah psikoterapi.
• Terapis perlu bersikap jujur, mantap, konsisten, professional
serta tidak terlalu bersikap hangat atau akrab dengan pasien.
• Terapis diharapkan tidak bersikap terlalu menginterpretasi
khususnya dalam soal yang berhubungan dengan rasa
dependensi, soal seksualitas dan keinginan untuk intim,
karena hal itu justru dapat cepat menghilangkan kepercayaan
pasien terhadap terapis.
• Farmakoterapi dapat diberikan untuk gejala agitasi dan
kecemasan.
• Obat yang dapat diberikan adalah obat anticemas seperti
klobazam atau diazepam, dapat pula diberi obat antipsikotik
seperti haloperidol dalam dosis kecil dan untuk sementara
waktu
Prognosis
• Individu yang menerima pengobatan dapat mempertahankan pekerjaan dan menjaga
hubungan yang sehat. Namun, mereka harus meneruskan pengobatan sepanjang hidup
mereka karena tidak ada penyembuh untuk gangguan kepribadian paranoid. Gejala gangguan
kepribadian paranoid akan berlanjut, tetapi dapat dikendalikan dengan perhatian dan
dukungan.
• Komplikasi orang dengan gangguan kepribadian paranoid yang menolak pengobatan
mungkin akan menjalani kehidupan yang kurang fungsional. Kemampuan pengidap untuk
mempertahankan pekerjaan atau melakukan interaksi sosial yang positif bisa saja terancam
dikarenakan gejala-gejala akan gangguan kepribadian paranoid
04
ANALISIS KASUS
Tn. D, laki-laki, 23 tahun, pasien di antar ke RS Ernaldi Bahar Palembang karena sering mengamuk
hingga memukuli warga.

Pasien datang bersama polisi dalam kondisi sadar penuh. Wawancara yang dilakukan berupa
autoanamnesis dan alloanamnesis.

Dari hasil autoanamnesis diketahui bahwa sejak 4 tahun yang lalu, setelah pasien putus dari mantannya,
pasien sering mengamuk hingga memukuli warga karena pasien merasa bahwa warga sering
membicarakannya. Pasien merasa tidak ada kelainan tapi orang-orang selalu mengatakan dirinya sakit.
Pasien juga mendengar bahwa orang-orang mengatakan dirinya tidak dewasa. Pasien sering merasa
ingin mati karena sering dibicarakan orang-orang, namun pasien tidak pernah menyakiti diri sendiri.
Pasien merasa banyak wanita yang menyukainya. Pasien mudah sedih saat teringat keluarganya.

Menurut keluarga pasien, pasien selalu mengamuk apabila keinginannya tidak dituruti, dan memiliki sifat
pendendam. Terdapat riwayat pemakaian narkoba selama 4 tahun sejak usia 18 tahun. 1 tahun yang lalu
pasien pernah dibawa ke RSJ 1 kali, namun lupa diagnosis dan obatnya. Riwayat gangguan jiwa di
keluarga tidak ada. Tidak ada gangguan tidur.
Berdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis psikiatri dan pemeriksaan fisik, tidak ditemukan riwayat demam tinggi,
trauma, sakit berat, penurunan kesadaran dan kejang  menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0).

Pasien terdapat riwayat penggunaan obat-obatan terlarang seperti narkoba, namun sudah berhenti sejak 1 tahun yang lalu, dan
mendapat perawatan rehabilitasi  menyingkirkan diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F.1).

Pada pasien didapatkan adanya gangguan waham curiga berupa pasien merasa bahwa warga sering membicarakannya dan
halusinasi auditorik berupa suara-suara yang berkomentar tentang perilaku pasien  skizofrenia.

Pasien juga sering merasa sedih (afek depresif), malas beraktivitas dan mudah lelah (berkurangnya energi). Hasil pemeriksaan fisik
tidak ditemukan adanya kelainan  aksis I pasien didiagnosis dengan F25.1 Skizoafektif Tipe Depresi.

Diagnosis Episode Depresi Berat dengan Gangguan Psikotik dapat disingkirkan karena pada pasien tidak memenuhi kriteria
diagnosis episode depresi berat yaitu semua 3 gejala utama depresi harus ada ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya
dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat.
Aksis II
Pasien
didiagnosis Aksis III
gangguan Tidak ada
kepribadian
paranoid

Aksis V
Global
Aksis IV Assessment of
Tidak ada Functioning
(GAF) dengan
scala 20-11
Pengobatan

Pengobatan farmakoterapi berupa chlorpromazine sediaan tablet 1x100 mg/hari diberikan pada
malam hari, risperidone sediaan tablet 1x2 mg diberikan 2 kali sehari pada pagi dan malam hari,
Trihexyphenidyl sediaan tablet 1x2 mg diberikan 2 kali dalam sehari pada pagi dan malam hari,
dan Fluoxetine sediaan tablet 1x20 mg sekali sehari di pagi hari.
Obat Trihexyphenidyl yang merupakan obat
Obat antipsikotik yang diberikan pada pasien golongan antimuskarinik untuk mengatasi gejala
ini adalah chlorpromazine dan risperidone. ekstrapiramidal seperti tremor, kejang, kekakuan,
• Chlorpromazine merupakan obat antipsikotik dan kemampuan kontrol otot yang lemah akibat
generasi 1 yang bekerja dengan cara penggunaan obat antipsikotik yang diberikan pada
menghambat dopamin pada reseptor pasca pasien ini.
sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem
limbik dan ekstrapiramidal serta memiliki efek
sedasi sehingga efektif untuk pasien yang Obat antidepresan yang diberikan pada pasien ini
agitatif. adalah Fluoxetine yang merupakan antidepresan
• Risperidone merupakan obat APG-2 yang golongan selective serotonin reuptake inhibitor
bekerja dengan cara menghambat reseptor (SSRI) yang bekerja dengan cara meningkatkan
dopamine tipe 2 dan reseptor serotonin 5HT2 zat alami serotonin di dalam otak. Serotonin
sehingga bisa menyeimbangkan senyawa merupakan salah satu neurotransmitter yang
kimia alami di otak dan bermanfaat untuk bertugas mengatur emosi, tidur, dan nafsu makan.
gejala positif dan negatif.
Pengobatan
. Pengobatan psikoterapi yang diberikan pada pasien berupa psikoterapi suportif client-centered
therapy, atau terapi perilaku. Terapi ini berfokus pada aktivitas sehari-hari pasien dan dibahas
tentang relasi pasien dengan orang-orang terdekatnya. Keterampilan sosial dan okupasional juga
dapat dilatih untuk membantu agar pasien dapat beradaptasi kembali dalam kehidupan sehari-
harinya. Selain itu perlu diberikan pemahaman terhadap pasien dan keluarganya mengenai
penyakit yang dialami pasien, pengobatannya, efek samping obat, pentingnya kepatuhan dan
keteraturan dalam pengobatan, dan memberikan motivasi kepada pasien untuk tetap semangat
dalam menjalani terapi dan kehidupan kedepannya.
Prognosis
Prognosis quo ad vitam dubia ad bonam, quo ad functionam
dubia ad bonam, dan quo ad sanationam dubia ad bonam.
Secara keseluruhan prognosis pada pasien ini baik karena keluarga
mendukung pasien untuk sembuh, tidak ada kelainan
organobiologik, dan tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam
keluarga.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai