Pembimbing:
dr. RR Dyah Rikayanti N, SpKJ
Disusun oleh:
Monicha Vannesa R.G 2017730145
Ufaira Nadila Ardi 2017730123
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 29 Tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan Terakhir : SLB
Status Pernikahan : Belum menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Langensari, Banjar, Jawa Barat
No. Rekam Medik : 413583
Tanggal Masuk RS : 7 September 2021
Riwayat Perawatan
ANAMNESIS Rawat Jalan :
Pasien sudah pernah menjalani rawat jalan sebelumnya.
Rawat Inap :
Pasien sudah pernah rawat inap di RS sebanyak 3 ka l i.
Riwayat Psikiatri
Anamnesis didapatkan dari keluarga pasien (aloanamnesis) yaitu
Ibu kandung pasien, kooperatif, dan dapat dipercaya.
Keluhan utama
Suka marah-marah dan berbicara sendiri.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
4 tahun SMRS, adik pasien menikah duluan. Pasien mulai banyak diam dikamar, bicara dan
tertawa sendiri, menangis sendiri, melamun, malas beraktivitas, marah-marah, merusak barang,
merokok tanpa henti, mudah curiga, berpikir lebih hebat dari orang lain, berkelahi, sering merasa
seperti ada yang menyentuhnya, sering ketakutan (kepada siluman), sering menulis surat kemudian
surat tersebut dibakar, sering menonton acara TV ghaib, pasien dibawa ke ustadz 6 kali namun tidak
ada perubahan. Pasien dibawa ke Puskesmas lalu diberikan haloperidol tablet 1,5 mg (1 tab-0-1 tab)
namun keluhan tidak membaik dan pasien tidak dibawa ke psikiater karena musyawarah dulu dengan
keluarga.
2 tahun SMRS, perubahan perilaku pasien tambah parah seperti kurang tidur, sering keluar
rumah dini hari untuk berkelahi, mudah melamun jika sendirian di rumah, mudah curiga, merasa
lebih hebat dari orang lain, merasa mempunyai kekuatan, menyakiti diri sendiri, berkelahi sendiri,
bicara sendiri, mudah marah, mudah kesal, tertawa sendiri, makan banyak dan terburu-buru, sangat
jarang mandi. Pasien dibawa ke Puskesmas lalu diberikan haloperidol tablet 1,5 mg (1 tab-0-1 tab)
serta disarankan untuk ke psikiater. Pasien dibawa ke RSUD Banjar lalu dirawat di Ruang Tanjung
selama 3 minggu dan mendapatkan obat Clozapine 40,625 mg mf. Pulvus da in caps dtd XII (1 kap-0-1
kap), Depakote 437,5 mg mf. Pulvus da in caps dtd XII (I kap-0-1 kap), Clobazam tablet 10 mg (1/2 tab-
0-1 tab). Pulang dengan perbaikan. Kontrol dan minum obat teratur.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1 tahun SMRS, pasien mengalami lagi perubahan perilaku seperti teriak-teriak, memecahkan
kaca, bicara sendiri dan mudah curiga. Pasien dibawa ke RSUD Banjar dan dirawat di Ruang Tanjung
selama 2 minggu. Mendapatkan obat Clozapine tablet 100 mg (1/2 tab-0-1/2 tab), Dipalvi 562,5 mg
mf. Pulvus da in caps dtd XVI (1 kap-0-1 kap), Clobazam tablet 10 mg (1/2 tab-0-1 tab). Pulang dengan
perbaikan. Kontrol teratur dan minum obat teratur.
7 bulan SMRS, pasien mengalami perubahan perilaku lagi seperti kurang makan, kurang
tidur, keluar air liur banyak (ngiler), badan terasa kaku dan lemas, pasien lebih banyak diam, sering
keselek, sering mendengar bisikan sehingga menyayat tangannya sampai menimbulkan luka. Pasien
dibawa ke RSUD Banjar dan dirawat di Ruang Tanjung selama 3 hari. Mendapatkan obat Risperidone 2
mg (0-0-1 tab), Clozapine 100 mg (1 tab-0-1 tab), Dipalvi 250 mg (1 tab-0-2 tab), Diazepam 5 mg (0-0-
1 tab). Pulang dengan perbaikan. Kontrol teratur dan minum obat teratur.
1 bulan SMRS, perubahan perilaku pasien tambah parah seperti suka marah-marah,
berteriak, memukul tembok, berbicara sendiri, sulit tidur, merusak barang, mudah curiga, merokok
tanpa henti, lebih banyak diam dan ketakuran. Pasien dibawa ke RSUD Banjar oleh ibunya dan dirawat
di Ruang Tanjung.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien diduga mengalami kejang pada saat usia kurang dari 3 tahun.
Riwayat Keluarga
Daya Nilai
Daya nilai sosial : Baik
Menurut pasien mencuri adalah perbuatan tidak baik.
Uji daya nilai : Baik
Misalnya jika pasien menemukan dompet (dengan identitas pemilik) dijalan dan terdapat
uang Rp. 1.000.000,- ia akan mengembalikan dompet beserta uang tersebut ke kantor
Polisi
Reality Test Ability
Pasien memiliki gangguan RTA, memiliki ide curiga
Tilikan
Tilikan derajat I, Penyangkalan total atas
penyakitnya
STATUS MENTAL
Formulasi Diagnostik
Berdasarkan PPDGJ-III kasus ini digolongkan ke dalam :
Prognosis
Kesimpulan prognosisnya adalah:
Quo ad vitam : Dubia ad
bonam Quo ad functionam : Dubia
ad bonam Quo ad sanationam :
Dubia ad bonam
PENATALAKSANAAN
Tanggal 13 September – 16 September 2021
Tanggal 7 September 2021- 9 September 2021
(Bangsal Tanjung)
(Bangsal Tanjung) • Clozapine 56,25 mg
Mf. Pulvus da in caps dtd X
• Diazepam injeksi 10 mg vial
(1 kap-0-1 kap)
(1 vial-0-1 vial) • Carbamazepine 237,5 mg
Mf. Pulvus da in caps dtd X
Tanggal 10 September – 13 September 2021
(1 kap-0-1 kap)
(Bangsal tanjung) • Diazepam tablet 5 mg
(1 tb-0-1 tb)
• Clozapine tablet 100 mg
(1/2 tb-0-1/2 tb) Tanggal 16 September – 20 September 2021
(Bangsal Tanjung)
• Carbamazepin 225 mg
• Clozapine 62,5 mg
Mf. Pulvus da in caps dtd VIII Mf. Pulvus da in caps dtd X
(1 kap-0-1 kap)
(1 kap-0-1 kap)
• Carbamazepine 250 mg
• Diazepam tablet 5 mg Mf. Pulvus da in caps dtd X
(1 kap-0-1 kap)
(1 tb-0-1 tb)
• Diazepam tablet 5 mg
(1 tb-0-1 tb)
PENATALAKSANAAN
Tanggal 20 September 2021 (Bangsal Tanjung) Tanggal 21 September 2021 (Rencana rawat jalan)
• Clozapine 65,625 mg • Clozapine 65,625 mg
Mf. Pulvus da in caps dtd IV Mf. Pulvus da in caps dtd XIV
(1 kap-0-1 kap) (1 kap-0-1 kap)
• Carbamazepine 250 mg • Carbamazepine 250 mg
Mf. Pulvus da in caps dtd IV Mf. Pulvus da in caps dtd XVIII
(1 kap-0-1 kap) (1 kap-0-1 kap)
• Diazepam tablet 5 mg • Diazepam tablet 5 mg no. XVIII
(1 tb-0-1 tb) (1 tb-0-1 tb)
PENATALAKSANAAN
1. Terapi Psikoterapi
• Memotivasi pasien agar minum obat teratur dan control
rutin
2 •Terapi
Memberikan edukasi kepada pasien tentang obat
. •Kognitif
Menjelaskan pada pasien tentang penyakit dan gejala-gejalanya,
menerangkan tentang gejala penyakit yang timbul akibat cara berpikir,
perasaan dan sikap terhadap masalah yang dihadapi
3 Terapi
. •Sosial
Melibatkan pasien secara aktif dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok di
lingkungan rumah agar ia dapat beraktivitas dan berinteraksi dengan
lingkungannya
4. Terapi Keluarga
• Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai gangguan kejiwaan pasien.
Penyebabnya, faktor pencetus, perjalanan penyakit dan rencana terapi serta
memotivasi keluarga pasien untuk selalu dapat menerima keadaan pasien
dengan keterbatasan yang dimilikinya
TINJAUAN
PUSTAKA
Defini
si • Gangguan skizoafektif mempunyai gambaran baik
skizofrenia maupun gangguan afektif.
Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat model konseptual
telah diajukan.
• Gangguan skizoafektif merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia atau suatu
tipe gangguan mood
• Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia
dan gangguan mood
• Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang berbeda, tipe
yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu gangguan mood
• Kemungkinan terbesar, ganguan skizoafektif adalah kelompok gangguan yang heterogen yang
meliputi semua tiga kemungkinan pertama. Sebagian besar penelitian telah menganggap
pasien dengan gangguan skizoafektif Sebagai suatu kelompok heterogen.
MANIFESTASI
KLINIS
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-
III): Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
• Thought echo
• Delusion of control
• Halusinasi auditorik
• Waham-waham menetap jenis lainnya
• Halusinasi yang menetap dan panca indera apa saja
• Perilaku katatonik
• Arus pikiran yang terputus
• Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang
menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial
DIAGNOSIS DAN KRITERIA
DIAGNOSTIK
(Menurut PPDGJ-III)
Pedoman diagnostik gangguan skizoafektif menurut PPDGJ-III
• Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia
dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously) atau
dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam suatu episode penyakit yang sama
dan bilamana sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik
skizofrenia maupun episode manik atau depresif
• Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan
afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda
• Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu
episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (depresi pasca-skizofrenia).
• Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0)
maupun depreif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). pasien lain mengalami satu
atau dua episode skizoafektif terselip di antara episode manik atau depresif.
DIAGNOSIS DAN KRITERIA
DIAGNOSTIK
(Menurut PPDGJ-III)
F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia (F20.-) berada secara
bersama-sama dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran
(F31.6)
TATALAKSA
NA
Injeksi
Olanzapin 2x5-10mg/hari dengan diazepam 2x10
mg/hari
Oral
•Terapi
Olanzapin 1x10-30 mg/hari atau risperidone 2x1-3 mg/hari
kombinasi:
Farmakoterap atau quetiapin hari I (200 mg, hari II (400 mg), hari III (600
mg) dan seterusnya atau aripirazol 1x10-30 mg/hari
i • Litium karbonat 2x400 mg, dinaikkan sampai kisaran terapeutik 0,8-
1,2 mEq/L (biasanya sicapai dengan dosisi litium karbonat 1200-1800
mg/hari, pada fungsi ginjal normal) atau divalproat dengan dosis
3x250 mg/hari (atau konsentrasi plasma 50-125 μg/L.
• Lorazepam 3x1-2 mg/hari kalau perlu
TATALAKSA
NA
Psikoterapi
• Dapat diberikan psikoterapi individual, jarang dilakukan terapi
kelompok, karena biasanya mereka sering tidak nyaman atau
kurang mampu bertoleransi dalam terapi kelompok terutama bila
dengan pasien yang beraneka ragam diagnosisnya.
• Psikoterapi individual yang dapat diberikan berupa
psikoterapi suportif, client centered therapy, atau terapi
Psikotera perilaku
Edukasi keluarga
pi • Penting dilakukan agar keluarga siap menghadapi deteorisasi
yang mungkin dapat terjadi.
• Diskusi dapat tentang problem sehari-hari, hubungan dalam
keluarga dan hal-hal khusus lainnya, misalnya tentang rencana
pendidikan atau pekerjaan pasien.