Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

Gangguan Depresi berat


Identitas Pasien
Nama : Nn. R
No rekam medik : 582948
Tempat, tanggal lahir : Gresik, 12 Desember 1995
Alamat : Padasuka Indah RT 05/09 Ngamprah Bandung
Status perkawinan : Belum menikah
Pendidikan terakhir : Sarjana
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Masuk tanggal : 24-04-2019
Penanggung Jawab Pasien
Nama : Ny. T
Hubungan : Ibu Kandung
Alamat : Bandung

Keterangan didapat dari


Nama : Ny. R
Hubungan : Yang bersangkutan
Sifat perkenalan :-
Kebenaran anamnesa :-
Lama perkenalan :-
KELUHAN UTAMA
Sering merasakan ketakutan apabila keluar rumah

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang diantar oleh adiknya dengan keluhan merasa ketakutan seperti akan dikejar oleh seseorang
saat keluar rumah dan pasien menjadi sulit tidur semenjak 3 minggu SMRS. Keluhan sulit tidur sudah
dirasakan sejak akhir 2017. Sulit dirasakan dirasakan keluhan pasien bertambah berat hingga saat ini
sehingga pasien terkadang tidak bisa tidur karena ketakutan. Hal ini dirasakan setelah pasien memutuskan
keluar dari organisasi HTI (Hizbut Tahrir). Pada awalnya pasien mengikuti organisasi ini karena diajak
temannya tetapi pasien tidak menyangka terdapat program mengajar bagi kadernya setelah mengikuti
pengajian rutin. Pada tahun 2016 awalnya sembari mengikuti kuliah pasien tidak merasa terbebani oleh
kewajiban mengajar yang diberikan organisasi HTI. Pada awal 2017 pasien merasakan kewajiban mengajar
yang dibebankan kepadanya tidak wajar dan tidak seharusnya dilakukan karena waktu kuliah pasien makin
terganggu.
Setiap harinya pasien ditelefon oleh mentornya selama 2 jam terkait upgrade pembelejaran-pembelajaran
pengajaran yang diberikan organisasi tersebut, pasien merasa pemberian materi bagi dirinya tersebut
menjadi beban baginya. Bahkan saat pasien melakukan exchange program (program pertukaran mahasiswa
ke jepang), mentor pasien di HTI tersebut memperingatkan pasien harus tetap mengajar di tempatnya
berada. Peringatan tersebut membuat pasien merasa takut keluar rumah, seakan ada seseorang yang
mengawasi dirinya dan sulit memulai tidur, jika tertidur, pasien sering terbangun tengah malam dan tidak
dapat tertidur lagi. Pasien juga sering tidak percaya diri untuk bersosialisasi, nafsu makannya berkurang dan
sulit berkonsentrasi. Pasien juga terkadang mendengar bisikan suara dirinya memanggil dirinya, saat
kondisinya merasa takut namun tidak ingat apa yang dikatannya Akhirnya 2 minggu lalu pasien
memutuskan untuk berobat ke RSHS ke bagian Jiwa lalu kontrol di rujuk ke RS Dustira. Sejak berobat
pasien merasa baikan namun asih merasakan sedih dan perasaan terancam.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Menurut penjelasan adiknya, pasien baru pertama kali mengalami keluhan terkait kesehatan jiwa. Pasien
belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

RIWAYAT HIDUP PASIEN


Nn R adalah seorang yang aktif dalam berorganisasi.

RIWAYAT PERNIKAHAN
Pasien belum menikah.
Kehidupan fantasi
Ingin menjadi kebanggaan orangtua di masa depan.

Kehidupan seksual
Tidak ada kelainan.

Kehidupan sosial
Sebelum pasien mengalami gangguan jiwa pasien pribadi yang pendiam dan tertutup, namun pasien mudah
bergaul dengan teman-temannya. Setelah pasien mengalami gangguan jiwa pasien menjadi pribadi yang
lebih pendiam, tertutup dan pasien enggan untuk bergaul dengan teman sebayanya. Pasien menjadi lebih
sering mengurung diri di kamarnya.
Keluhan Utama:
Sering merasakan ketakutan apabila keluar rumah

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien dibawa ke rumah sakit Dustira karena pasien ketakutan dan mengurung diri sendiri dan tidak mau
makan. Pasien ketakutan karena pasien merasa di kejar kejar oleh organisasi HTI. Keluhan ini dirasakan
pasien ketika pasien mulai terbebani untuk menyebarkan ajaran dengan respon teman teman disana yang
tidak berminat. Pasien merasa dikejar kejar oleh organisasi HTI karena sering di telfoni untuk menyebarkan
ajaran. Pasien ingin keluar dari organisasi tetapi rasanya sangat sulit untuk dilakukan pasien merasa
dikejarkejar oleh organisasi HTI. Pasien merasa menyesal tidak mendengarkan saran dari orangtuanya
untuk tidak bergabung dengan organisasi HTI. Pasien merasa saat pasien suka mendengar suara kucing
pada saat malam hari yang seperti mrmanggil namanya. Pasien menjadi sulit untuk tidur karena merasa
ketakutan. Pasien sempat berobat ke RSHS sebelumnya karena pasien sempat tidak mau makan dan tidak
bisa tidur, setelah pasien berobat pasien mulai bisa tidur dan pasien mau makan tetapi perasaan takut dan
sedih pasien masih ada.
Gangguan Orientasi
Orientasi pasien terhadap tempat, waktu, orang lain, dan diri sendiri tidak ada kelainan

Gangguan Persepsi
Pasien mengalami halusinasi halusinasi auditorik yang suara dirinya yang berbisik dan tidak dimengerti oleh
pasien.

Gangguan Ingatan
Kemampuan pasien dalam mengingat tidak ada kelainan. Pasien bisa menceritakan keluhannya dan
ingatannya dalam berorganisasi lalu bisa menceritakan dari awal mula sakit hingga pasien di bawa berobat
ke rumah sakit.

Gangguan Pikiran
Pikiran pasien ada yang tidak wajar, yaitu pasien meyakini bahwa ada seseorang yang bebisik kepadanya
dan mengatakan bahwa ada seseorang yang sedang mengejar dan akan membunuh pasien. Pasien
menjadi curiga kepada setiap orang. Kemampuan abstraksi pasien dalam keadaan baik, ketika ditanya arti
dari peribahasa ada udang dibalik batu pasien menjawab bahwa seseorang berbuat tidak ikhlas.
Gangguan Emosi
Pasien menjadi gampang sedih dan merasa bahwa dirinya tidak berguna.

Perubahan Tingkah Laku


Sebelum pasien mengalami gangguan jiwa kepribadian pasien yaitu pendiam dan tertutup, namun pasien
mudah bergaul dengan teman SMK-nya. Setelah pasien mengalami gangguan jiwa pasien menjadi pribadi
yang lebih pendiam, tertutup dan pasien enggan untuk bergaul dengan teman sebayanya. Pasien menjadi
lebih sering mengurung diri di kamarnya.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya.
Riwayat Hidup
Pasien lahir secara normal. Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Pasien merupakan anak
yang diinginkan. Pasien disayangi oleh kedua orang tuanya. Ketika bayi pasien dalam keadaan sehat dan
normal. Masa kecil pasien periang dan sering bermain dengan teman-temannya.
Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah.

Kepribadian Sebelum Sakit


Pasien merupakan sesseorang yang gemar untuk bersosialisasi itu dibuktikan pasien mengikuti program
exchange dari Universitasnya.

Kehidupan Fantasi
Pasien ingin menjadi kebanggaan orangtuanya di masa depan.
Kehidupan Psikososial
Ketika pasien merasa terbebani oleh kewajiban organisasinya, organisasi terebut terus mencari pasien
untuk terus bisa menyebarkan pasien mengancam pasien untuk terus menyebarkannya.

Hubungan Sosial
Dalam keluarga: pasien dekat dengan kedua orangtuanya
Dengan kawan: pasien mudah bergaul

Kebiasaan dan Kesenangan


Semenjak sakit pasien menjadi sulit tidur, tidak mau makan, sulit BAB, dan menyendiri.
Keadaan Umum Thoraks : Bentuk dan gerak simetris
Kesan sakit : Tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis Jantung : BJ I/II murni regular
Paru-paru : VBS +/+ normal, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Tanda Vital:
TD : 110/70 mmHg Abdomen : Datar, Soepel, BU (+) normal
Nadi : 80 x/menit Hepar : Tidak ada kelainan
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,8 ⁰C Lien : Tidak ada kelainan
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Keadaan Gizi : Baik
Bentuk Tubuh : Atletikus Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
Kepala : Mata : Conjuntiva : Anemis -/- Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Sklera : Ikterik -/-
Funduskopi : Tidak Dilakukan Pemerikasaan Keadaan susunan saraf : Tidak ada kelainan
Pergerakan : Ke segala arah, normal Sarat otak : Tidak ada kelainan
Pupil : Bulat, isokhor
Refleks cahaya : Direk +/+, Indirek +/+ Sensibilitas : 7/7
Motorik : 5 5
Hidung : Tidak ada kelainan
Telinga : Tidak ada kelainan 55
Mulut : Tidak ada kelainan Vegetatif : BAB dan BAK tidak ada kelainan
Leher : KGB tidak teraba
Refleks Fisiologis : KPR +/+. APR +/+
Patologis : Tidak ada kelainan
Penampilan : Dekorum : Baik
Roman muka : Khawatir dan sedih
Kontak : Baik
Rapport : Adekuat
Cara bicara : Tidak terdapat blocking
Volume : Rendah
Intonasi : Rendah
Kecepatan : Lambat
Artikulasi : Jelas
Tingkah laku : Agitasi
Ekspresi emosi : Mood : Depresif
Afek : Tumpul
Kesesuaian mood dan afek : Sesuai
Pikiran dan persepsi
Isi pikiran : Waham kejar (+). Waham Curiga (+)
Bentuk : Realistik
Jalan : Koheren
Isi : Sering Curiga, minatnya berkurang, dan rasa isolasi sosial
Persepsi : Halusinasi auditorik (+)
Fungsi kognisi
Kesadaran : Compos mentis
Orientasi : Baik (tempat, waktu, diri sendiri, orang lain)
Konsentrasi : Baik
Memori : Baik
Kalkulasi : Baik
Intelegensia : Sesuai dengan usia dan tingkat pendidikan
Penilaian abstrak : Baik

Tilikan/wawasan (insight of illness): Baik


Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin:
Hb : 16, 7 g/dl
Eritrosit : 5,2 x 106/ml
Leukosit : 6.200/ml
Trombosit : 230.000/ml
HJL : 0/1/78/16/5
GDS : 79 mg/dl
Fungsi Hati :
SGOT : 28 U/L
SGPT : 26 U/L
Fungsi Ginjal :
Ureum : 16 mg/dl
Kreatinin : 1,0 mg/dl

Pemeriksaan Psikologis
Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan EEG
Tidak dilakukan pemeriksaan
Premorbid
Pasien merupakan orang yang aktif dan memiliki sifat terbuka terhadap orangtuanya, bila ada masalah,
pasien lebih sering menceritakannya dan tidak memendam masalahnya kepada orang tuanya, namun
orangtua pasien melarang anaknya untuk bergabung dengan organisasi HTI, tetapi pasien tidak
menghiraukan omongan orangtuanya. Saat ini pasien mulai tertutup dengan orangtuanya terutama untuk
organisasi HTI, karena pasien masuk tanpa sepengetahuan orangtuanya. Pasien masih mudah bergaul
dengan teman-temannya. Namun semenjak pasien mulai menolak untuk menyebarkan mandat pengajaran
organisasi ke pada orang lain yang menurutnya beban karena orang di jepang sulit untuk di ajak dan
berdiskusi hal seperti itu dan akhirnya bermasalah dengan organisasinya sehingga pasien menjadi lebih
menarik diri, selalu sedih, merasa bersalah, sering melamun.
Durante morbid
Mental mekanisme yang digunakan adalah : represi, isolasi, fantasi. Mental mekanisme yang digunakan
sudah tidak efektif, maka dari itu timbul gejala-gejala seperti, mendengar bisikan-bisikan, curiga terhadap
orang-orang disekitarnya, merasa ada yang mengejar-ngejar pasien.

Status present
Kesadaran pasien baik ketika diperiksa, pasien memiliki waham curiga dan waham kejar, Ingatan pasien
masih baik, kecerdasan pasien dalam batas normal. Pasien cenderung tiba-tiba berhenti saat berbicara
(blocking), pasien sering meremas-remas tangan.
Diagnosis Multiaksial
Aksis I
• Gangguan klinik : Gangguan Depresi berat dengan gejala psikotik
• Diagnosis banding : Gangguan Depresif berulang episode kini berat dengan gejala psikotik
• Kondisi yang mempengaruhi : Sosial organiasi
Aksis II
• Gangguan kepribadian : tidak ada
• Retardasi mental : tidak ada
Aksis III
• Kondisi medik umum :Tidak Ada
Aksis IV
• Masalah lingkungan sosial
Aksis V
• GAF Scale: F 51-60 (Gejala sedang, disabilitas sedang)
Diagnosis Kerja
Gangguan Depresi berat dengan gejala psikotik

Diagnosis Banding
Gangguan Depresif berulang episode kini berat dengan gejala psikotik

Penatalaksanaan
Anti depresan : Fluoxetine Cap 20 mg 1 dd 1 No.XIV
Anti psikotik : Chlorpromazine Tab 25 mg 1 dd 1 No.XIV

Prognosis
QAV : Dubia ad bonam
QAF : dubia ad malam
1 Definisi Depresi
Gangguan yang ditandai dengan keadaan patologi dan
dapat diidentifikasi. (ex: tumor otak, penyakit cerebrovaskuler,
intoksifikasi obat)

2 Gangguan Fungsional
Gangguan otak yang tidak ada dasar organik dan dapat
diterima secara umum (ex: Skizofrenia, Depresi).

BAB II 3 DSM III-R


GMO sebagai Delirium, Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan
PEMBAHASAN Kognitif lain, dan Gangguan Mental karena suatu kondisi medis
umum yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.

4 Menurut PPDGJ III


GMO meliputi berbagai gangguan jiwa yang dikelompokkan atas dasar;
 Penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit.
 Cedera paksa otak (berakibat disfungsi otak) terbagi menjadi;
1. Primer; ex: cedera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai
otak.
2. Sekunder; ex: gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak
sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh
Depresi adalah penurunan atau merendahnya aktivitas fungsional. Keadaan mental mood yang
menurun yang ditandai dengan perasaan sedih putus asa dan tidak bersemangat. Seseorang
yang mengalami depresi dapat menunjukan rasa rendah diri, rasa bersalah, menyalahkan diri
sendiri, menarik diri, dari lingkungannya dan adanya gangguan somatik berupa gangguan makan
maupun tidur.

DSM-V (Diagnostic and Statistical


Manual of Mental Disorders)
gangguan depresi dapat terjadi tanpa
adanya riwayat episode manik, maupun
episode campuran sebelumnya.
Depresi dapat ditegakkan sekurang-
kurangnya dalam dua minggu.
GAMBARAN KLINIS DEPRESI

kehilangan energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan
sehingga menunjukan penderita mengalami penurunan berat badan, dan pikiran tentang kematian
atau bunuh diri, postur tubuh yang membungkuk, tidak terdapat pergerakan spontan, dan
pandangan mata yang putus asa dan kadang kalanya memalingkan wajahnya. Retardasi
psikomotor menyeluruh merupakan gejala yang paling umum  khususnya pada sudah lanjut usia.
konsentrasi maupun perhatian berkurang, kepercayaan pada dirinya sendiri berkurang, memiliki
pemikiran bahwa dirinya tidak berguna, memiliki perasaan bersalah, memiliki pandangan masa
depan yang suram, bersikap pesimis, perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif,
pembicaraan, tidur, dan aktivitas seksual (libido menurun) yang menyebabkan gangguan fungsi
sosial, pekerjaan dan interpersonal,volume dan kecepatan berbicara yang menurun, berespon
terhadap pertanyaan tunggal, dan menunjukan respon yang melambat terhadap pertanyaan,
memiliki pemikiran negatif tentang dirinya, isi pikiran mereka melibatkan perenungan tentang
kehilangan, bersalah, bunuh diri dan kematin. Lebih dari 10% dari semua penderita depresi
memiliki gejala jelas gangguan berfikir.
2/3 dari penderita gangguan depresi merenungkan bunuh diri, dan 10-15% melakukan bunuh diri.
DIAGNOSIS GANGGUAN DEPRESI
• Perlu sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan diagnosis gangguan
depresi tapi jika gejala luar biasa berat dan berlangsung secara cepat 
diagnosis depresi krg dr 2 minggu
• PPDGJ-III  3 derajat (ringan, sedang, dan berat). Ringan: 2-3 gejala utama + 2
gejala lainnya sehingga sukar untuk meneruskan pekerjaan biasa dan kegiatan
sosial, namun penderita tetap bisa melakukannya tidak sampai berhenti sama
sekali.
• sedang  2-3 gejala utama + 3 gejala lainnya, sehingga mengalami kesulitan
untuk mengikuti kegiatasn sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
• berat  3 gejala utama + 4 gejala lainnya dan berintensitas berat sehingga
penderita sangat tidak mungkin mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
atau urusan rumah tangga.
Epidemiologi

Pengobatan Famakologis
1. Benzodiazepine kerja singkat dalam dosis kecil sebagai medikasi ansiolitik dan
Merupakan suatu gangguan yang sering dialami, dengan memiliki prevalensi seumur hidup kurang lebih 15 persen,
sedative
dan memiliki kemungkinan yang tinggi pada wanita yaitu sebanyak 25% atau 2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
2. Tetrahydroaminoacridine telah dianjurkan oleh FDA sebagai pengobatan penyakit
laki-laki.
Alzheimer.
Pada umumnya onsetObat
untukini merupakan
gangguan inhibitor
depresi berat terjadi akitivitas antikolinesterase
pada umur 40 dengan
tahun, dengan 50% dari semualama
penderita
mempunyai onset 20 sampai 50 tahun. Pada lanjut usia tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya gangguan
kerja yang agak panjang.
depresi, namun angka kejadian pada usia ini dapat dibilang jarang terjadi. Gangguan depresi berat memiliki
Faktor psikodinamik
kemungkinan meningkat pada usia kurang dari 20 tahun, hal ini terjadi berhubungan dengan meningkatnya
penggunaan alkohol dan zat-zat terlarang pada usia ini.
dapat
Gangguan ditemui
depresi perburukan
meningkat padakemampuan mental
daerah perdesaan pada pasien
dibandingkan demensia
dengan yang tidak
daerah perkotaan, dapat
namun tidak
diobati.
ditemukan perbedaan angka kejadian pada status sosial ekonomi rendah maupun status sosial ekonomi yang tinggi.
Etiologi depresi
• Faktor biologis
Penderita depresi memiliki beberapa kelainan di dalam metabolit amin biogenik seperti 5-
hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA), homovanillic acid (HVA) dan 3-methoxy-4-hydroxyphenylglycol
(MHPG) di dalam darah, urin, dan cairan serebrospinalis. Kelainan metabolik tersebut berhubungan
dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik. Norepinefrin dan serotonin merupakan dua
neurotransmiter yang berperan penting dalam depresi.

• Faktor Genetika
merupakan faktor penting di dalam perkembangan gangguan mood. Seseorang anak memiliki risiko
gangguan mood sebesar 10-25% apabila orang tuanya memiliki gejala tersebut. Pada anak kembar
memiliki peningkatan risiko yaitu sebesar 50% terutama pada kembar monozigot.
Etiologi depresi
• Faktor psikososial
merupakan keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang, seseorang akan beradaptasi pada perubahan tersebut. Peristiwa
kehidupan dan stres lingkungan merupakan penyebab timbulnya depresi
pada seseorang, stres yang menyerupai episode pertama gangguan mood
dapat merubah biologi otak yang cukup bertahan lama. Perubahan biologi
otak yang cukup lama ini dapat menyebabkan perubahan keadaan fungsional
berbagai fungsi neurotransmiter yang termasuk hilangnya neuron dan
penurunan besar dalam kontak sinaptik. Peristiwa kehidupan berperan utama
dalam depresi. Peristiwa kehidupan yang paling berhubungan dengan adanya
depresi adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun dan stresor
lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi
adalah kehilangan pasangan.
Faktor Risiko Depresi
• jenis kelamin, usia, ras, status perkawinan, dan pertimbangan sosioekonomi dan
kultural.
• gangguan depresi berat pada wanita yang dua kali lebih besar dibandingkan
dengan laki-laki. perbedaan tersebut melibatkan perbedaan hormonal, efek
kelahiran, perbedaan stresor psikososial bagi wanita maupun laki-laki, dan
perilaku wanita maupun laki-laki dalam keputusasaan.
• Usia 40 tahun adalah usia rata-rata onset untuk terjadinya gangguan depresi.
Depresi pada lanjut usia dapat berhubungan dengan status sosialekonomi
rendah, kematian pasangan, penyakit fisik dan isolasi sosial.3
• Sosioekonomi tidak mempunyai hubungan dengan gangguan depresi. Terdapat
perbedaan angka depresi antara perdesaan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan daerah perkotaan.
Pengukuran Derajat Depresi
• diukur oleh 2 alat, yaitu Beck Deppresion Inventory (BDI) atau
Hamilton Deppresion Rating Scale (HDRS).
• BDI : suatu alat ukur depresi yang dibuat oleh Aron T. Beck yang
sudah dikembangkan sejak 1960. BDI merupakan kuesioner yang
terdiri dari 21 pertanyaan yang akan di jawab sesuai dengan
gambaran perasaan pengisi. Pertanyaan pertanyaan tersebut
menggambarkan perasaan sedih, pesimis, kegagalan, perasaan
bersalah, kekecewaan terhadap diri sendiri, menyalahkan diri
sendiri, pikiran bunuh diri, dan lainnya
Pengukuran Derajat Depresi

Nilai total 0-9 : normal atau tidak adanya depresi


nilai total 10-15 : terdapatnya depresi ringan
nilai total 16-23 : terdapatnya depresi sedang
nilai total 24-63 : terdapatnya depresi berat.
Penatalaksanaan Depresi

Terapi Psikososial
1. Terapi Kognitif
Aaron Beck  menghilangkan episode depresi dan mencegah terjadinya rekurensi dengan membantu pasien mengidentifikasi dan uji
kognitif negatif. Terapi ini dilakukan dengan cara mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel dan positif dan melatih kembali respons
kognitif dan perilaku yang baru.

2. Terapi Interpersonal
Gerald Klerman menggunakan dua anggapan terhadap satu atau dua masalah interpesonal pasien. Pertama, masalah interpesonal sekarang
ini kemungkinan memiliki akar pada hubungan awal yang disfungsional. Kedua, masalah interpersonal sekarang kemungkinan terlibat dalam
mencetuskan atau memperberat gejala depresi yang di derita pasien pada saat ini. berlangsung dari 12 sampai 16 sesion mingguan. Terapi
dilakuakn dengan pendekatan terapeutik aktif.

3. Terapi Perilaku
Pada saat ini dinyatakan bahwa terapi perilaku adalah modalitas pengobatan yang efektif untuk gangguan depresi berat. Terapi ini didasari
oleh adanya pola perilaku maladapatif yang menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan balik positif dari masyarakat dan
kemungkinan penolakan yang palsu. Pada terapi ini pasien akan dipusatkan pada perilaku maladapatif tersebut sehingga pasien akan
belajar untuk berfungsi di lingkungan luar dengan cara tertentu di mana mereka mendapatkan dorongan positif.
Penatalaksanaan Depresi

Terapi Psikososial
1. Terapi Kognitif
Aaron Beck  menghilangkan episode depresi dan mencegah terjadinya rekurensi dengan membantu pasien mengidentifikasi dan uji
kognitif negatif. Terapi ini dilakukan dengan cara mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel dan positif dan melatih kembali respons
kognitif dan perilaku yang baru.

2. Terapi Interpersonal
Gerald Klerman menggunakan dua anggapan terhadap satu atau dua masalah interpesonal pasien. Pertama, masalah interpesonal sekarang
ini kemungkinan memiliki akar pada hubungan awal yang disfungsional. Kedua, masalah interpersonal sekarang kemungkinan terlibat dalam
mencetuskan atau memperberat gejala depresi yang di derita pasien pada saat ini. berlangsung dari 12 sampai 16 sesion mingguan. Terapi
dilakuakn dengan pendekatan terapeutik aktif.

3. Terapi Perilaku
Pada saat ini dinyatakan bahwa terapi perilaku adalah modalitas pengobatan yang efektif untuk gangguan depresi berat. Terapi ini didasari
oleh adanya pola perilaku maladapatif yang menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan balik positif dari masyarakat dan
kemungkinan penolakan yang palsu. Pada terapi ini pasien akan dipusatkan pada perilaku maladapatif tersebut sehingga pasien akan
belajar untuk berfungsi di lingkungan luar dengan cara tertentu di mana mereka mendapatkan dorongan positif.

Anda mungkin juga menyukai