Anda di halaman 1dari 35

1

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : Tn. Friskihari
Umur : 21 tahun
Tanggal Pemeriksaan : 25 Oktober 1997
Alamat : Jl. Staf No.33 RT 04/08 Lingkar Selatan Lengkong Bandung
Pekerjaan : Pelajar

Anamnesis
Seorang laki-laki berusia 21 tahun datang ke Poliklonik RS Dustira dengan
keluhan nyeri telinga sejak 6 hari yang lalu. Nyeri telinga dirasakan pada telinga
sebelah kiri. 1 hari sebelumnya telinga kiri terasa gatal, kemudian pasien
menggaruknya dan membersihkannya dengan cutton bud, setelah itu telinga kiri
menjadi nyeri.
Keluhan disertai dengan rasa tidak enak ditelinga kiri, telinga terasa penuh,
telinga terasa berdenging dan pendengaran telinga sebelah kiri menurun. Pasien tidak
mengeluhkan nyeri pada saat membuka mulut ataupun pada saat mengunyah.
Pasien mengatakan sering mengorek telinga dengan menggunakan jari tangan
dan cutton bud. Pasien juga sering membersihkan telinganya saat sedang mandi
menggunakan sabun mandi. Pasien tidak pernah memiliki riwayat telinga kemasukan
benda asing. Pasien jarang melakukan olahraga berenang. Tidak ada riwayat trauma
pada telinga kiri.
Pasien tidak mengelukan adanya batuk dan pilek. Pasien tidak mengeluhkan
keluar cairan dari telinga kiri ataupun kanan.
Riwayat penyakit serupa pada keluarga tidak ada. Pasien belum mengobati
keluhan sakit telinganya. Riwayat alergi obat tidak ada.
2

Status Generalis :
Keadaan Umum :
Kesadaran : Compos Mentis
Kesan Sakit : Sakit Ringan
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmhg
Nadi : 80 x/menit r.e.i.c
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,8oC

Status Lokalis THT:


Pemeriksaan Telinga Luar
Bagian Kelainan Auris Dextra Auris Sinistra

Preaurikula Fistula Tidak ada Tidak ada


Kista Brakhialis Tidak ada Tidak ada
Tragus Assesorius Tidak ada Tidak ada
Abses kista brakhialis Tidak ada Tidak ada
Parotitis Tidak ada Tidak ada
Tumor parotis Tidak ada Tidak ada
Hematom Tidak ada Tidak ada
Laserasi Tidak ada Tidak ada
Fraktur zigomatikum Tidak ada Tidak ada
Tragus sign (-) (+)
3

Aurikular Mikrotia Tidak ada Tidak ada


Makrotia Tidak ada Tidak ada
Anotia Tidak ada Tidak ada
Perikondritis Tidak ada Tidak ada
Melanoma Tidak ada Tidak ada
Basal cell carcinoma Tidak ada Tidak ada
Laserasi Tidak ada Tidak ada
Hematoma Tidak ada Tidak ada
Frozen bite Tidak ada Tidak ada
Retroaurikular Abses subkutan Tidak ada Tidak ada
Mastoiditis Tidak ada Tidak ada
Kista ateroma Tidak ada Tidak ada
Battle sign Tidak ada Tidak ada
Otoskopi Kulit Tenang Hiperemis
(CAE) Serumen - -
Sekret - -
Massa Tidak ada Tidak ada
Edema - (+)

Otoskopi Intak Intak (+) intak


(Membran Refleks cahaya (+) (+)
timpani)

AD AS
Tes suara Jarak 1 m: mendengar suara Jarak 1 m: mendengar suara
bisikan bisikan
Tes Rinne Positif Positif
4

Tes Weber Tidak ada lateralisasi


Tes Swabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Kesan Normal

Hidung luar
Bentuk Simetris
Deformitas Tidak ada
Krepitasi Tidak ada
Inflamasi Tidak ada

Rinoskopi Anterior
Dextra Sinistra
Vestibulum Nasi Tenang Tenang
Mukosa cavum nasi tenang Tenang
Sekret - -
Massa/benda asing - -
Konka inferior Eutrofi Eutrofi
Konka Media Eutrofi Eutrofi
Septum Deviasi (-)
Pasase udara (+) (+)
5

Pemeriksaan Tenggorok
Kavum Oris Trismus (-)
Mukosa Tenang
Lidah Atrofi (-)
Palatum durum Tidak ada kelainan
Gigi geligi 7654321 1234567
7654321 1234567
Orofaring: Mukosa Tenang/Tenang
Tonsil Besar T1-T1
Kripta (-)
Detritus (-)

Faring Mukosa Tenang


Granula (-)
Post nasal drip (-)
Refleks muntah (+)

Rinoskopi Posterior Sekret (-)


Koana Terbuka/ Terbuka
Muara Tuba Eustachius Terbuka/ Terbuka
Torus Tubarius Tenang/ Tenang
Fossa Rosenmuller Massa (-)/ Massa (-)
6

Laringoskopi Indirek
Laring Epiglotis Edema (-), massa (-)
Kartilago arytenoid Tenang/ Tenang
Plica aryepiglotica Tenang/ Tenang
Plica vokalis Simetris, massa (-/-)
Rima glotis Tenang/ Tenang
Cincin trakea Terbuka ditengah

Pemeriksaan Maksilofasial
Bentuk : Simetris
Parese Nervus Cranialis : Tidak ada

Sinus paranasal
Sinus Frontalis : Nyeri tekan -/-
Nyeri ketok -/-
Sinus maksilaris : Nyeri tekan -/-
Nyeri ketok -/-
Sinus Ethmoidalis : Nyeri tekan -/-
Nyeri ketok -/-

Leher
KGB : Tidak teraba
Massa : Tidak ada
7

I. CASE OVERVIEW
Anamnesis Analisis

Laki-laki berusia 21 tahun Identitas

KU: Nyeri telinga sejak 6 hari yang lalu. 6 hari menandakan penyakit memiliki
onset akut
Diagnosis Banding:
Kongenital:
Infeksi: Otitis Eksterna, Otitis Media
Akut
Neoplasma:
Trauma: Laserasi CAE
Lain-lain:
Nyeri telinga dirasakan pada Gejala Otitis Eksterna (Otalgia)
telinga sebelah kiri. 1 hari sebelumnya
telinga kiri terasa gatal, kemudian pasien
menggaruknya dan membersihkannya
dengan cutton bud, setelah itu telinga kiri
menjadi nyeri.
Keluhan disertai dengan rasa Tanda gejala Otitis Eksterna
tidak enak ditelinga kiri, telinga terasa Edema kulit liang telinga, sekret pada
penuh, telinga terasa berdenging dan telinga dan penebalan kulit yang
pendengaran telinga sebelah kiri progresif sering menyumbat lumen
menurun. CAE dan menyebabkan timbulnya
penurunan pendengaran
Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada saat Menyingkirkan Otitis Eksterna
membuka mulut ataupun pada saat Sirkumkripta
mengunyah.
8

Pasien mengatakan sering mengorek Faktor Risiko infeksi telinga luar


telinga dengan menggunakan jari tangan (Otitis Eksterna) yang menyebabkan
dan cutton bud. trauma mekanik
Pasien juga sering membersihkan Faktor Risiko (Memungkinkan air
telinganya saat sedang mandi masuk kedalam telinga pasien)
menggunakan sabun mandi.
Pasien tidak pernah memiliki riwayat Menyingkirkan kemungkinan adanya
telinga kemasukan benda asing. corpus alienum
Pasien jarang melakukan olahraga Menyingkirkan faktor risiko
berenang. swimmer’s ear
Tidak ada riwayat trauma pada telinga Menyingkirkan diagnosis banding
kiri. trauma telinga
Pasien tidak mengelukan adanya batuk Menyingkirkan diagnosis banding
dan pilek. Pasien juga tidak mengeluhkan Otitis Media Akut
keluar cairan dari telinga
Riwayat penyakit serupa pada keluarga Tidak ada faktor risiko genetik
tidak ada.
Pemeriksaan fisik

Status Lokalis: Tanda gejala khas otitis eksterna


Pem. Telinga luar : tragus sign (-/+)

Otoskopi: Tanda gejala otitis eksterna difus


CAE: Kulit (tenang/hiperemis), Edema (-
/+), Serumen (-/-), Sekret (-/-),
Massa (-/-), Edema (-/+)
Membrane timpani: intak/intak Menyingkirkan Otitis Media Akut
Reflex cahaya: (+/+)
9

Auris Dekstra Auris Sinistra


Tes suara Jarak 1 m: mendengar suara Jarak 1 m: mendengar suara
bisikan bisikan
Tes Rinne Positif Positif
Tes Weber Tidak ada lateralisasi
Tes Swabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Kesan Normal

II. DIAGNOSIS BANDING


1. Otitis Eksterna Akut Difus Auris Sinistra ec. Susp. Pseudomonas aeruginosa
2. Otitis Eksterna Akut Difus Auris Sinistra ec. Susp. Staphylococcus aureus

III. DIAGNOSIS KERJA


Otitis Eksterna Akut Difus Auris Sinistra ec. Susp. Pseudomonas aeruginosa

IV. DEFINISI
Otitis Eksterna adalah radang pada liang telinga akut maupun kronik yang disebabkan
infeksi bakteri, jamur dan virus.
Otitis Eksterna Sirkumkripta adalah peradangan pada folikel rambut berupa furunkel
yang berbatas tegas pada 1/3 luar liang telinga (MAE atau Pars Cartilagenous).
Otitis Eksterna Difus adalah peradangan pada kulit 2/3 dalam liang telinga.

V. KRITERIA DIAGNOSIS
1) Nyeri telinga (otalgia) merupakan keluhan tersering pada proses inflamasi telinga
luar/ tengah. Dua hari yang lalu menunjukkan suatu proses akut.
2) Mengorek telinga menimbulkan trauma mekanik kulit CAE sehingga merupakan
faktor risiko terjadinya infeksi telinga luar.
10

3) Tidak adanya batuk pilek dan otore untuk menyingkirkan otitis media akut.
4) Tidak adanya riwayat berenang menyingkirkan Swimmer’s ear, dan tidak adanya
riwayat benturan menyingkirkan Trauma telinga.
5) Tragal sign (+) adalah tanda khas pada otitis eksterna yakni rasa nyeri pada
telinga saat dilakukan penarikan aurikula dan penekanan tragus.
6) Kanalis akustikus eksternus berwarna kemerahan (hiperemis) dan bengkak
(edema) menandakan tanda khas otitis eksterna difusa.

VI. BASIC SCIENCE


Anatomi Telinga Luar
Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat di lateral dari membran
timpani, terdiri dari aurikulum, meatus akustikus eksternus (MAE) dan membran
timpani (MT). Aurikula merupakan tulang rawan fibroelastis yang dilapisi kulit,
berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang temporal melalui
otot-otot dan ligamen. Bagiannya terdiri heliks, antiheliks, tragus, antitragus dan
konka. Daun telinga yang tidak mengandung tulang rawan ialah lobulus. 1

Gambar 1. Anatomi daun telinga


Vaskularisasi Telinga Luar
Aurikula dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis superfisialis
di bagian anterior Kanalis akustikus eksternus dan di bagian posterior diperdarahi
11

oleh arteri aurikularis posterior cabang arteri karotis eksterna. Aliran vena menuju ke
gabungan vena temporalis superfisialis, vena aurikularis posterior dan vena emissary
mastoid yang menghubungkan korteks keluar mastoid dan sinus lateral.

Gambar 2. Vaskularisasi telinga


Inervasi Telinga Luar
Inervasi oleh cabang nervus cranial V, VII, IX dan X. Daun telinga dan liang
telinga luar menerima cabang-cabang sensoris dari cabang aurikulotemporalis Nervus
trigeminus (N. V) pars mandibularis untuk bagian depan kanalis akustikus eksternus,
bagian depan aurikula dan bagian depan pelipis. Dibagian posterior berasal dari
nervus aurikularis mayor untuk kulit prossesus mastoid dan kedua sisi aurikula,
cabang aurikula nervus vagua (N. Arnold) untuk bagian posterior kanalis akustikus
eksternus, dan cabang korda timpani Nervus fasialis untuk bagian posterior pars
osseus. Salah satu cabang nervus vagus dikenal sebagai nervus arnold. Stimulasi
syaraf ini akan menyebabkan refleks batuk bila telinga luar dibersihkan. Liang telinga
bagian tulang sebelah posterior superior dipersarafi oleh cabang sensoris nervus
fasialis.
12

Anatomi Meatus Akustikus Eksternus


MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka aurikula
sampai pada membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter
lebih kurang 0,5cm.2

Gambar 3. Anatomi telinga luar, tengah dan dalam


MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilage yang berada di sepertiga
lateral dan pars osseus yang berada di dua pertiganya. Pars cartilage berjalan ke arah
posterior superior, merupakan perluasan dari tulang rawan daun telinga, tulang rawan
ini melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh kulit yang merupakan perluasan kulit
dari daun telinga, kulit tersebut mengandung folikel rambut, kelenjar serumen dan
kelenjar sebasea. Kelenjar serumen memproduksi bahan seperti lilin berwarna coklat
merupakan pengelupasan lapisan epidermis, bahan sebaseus dan pigmen disebut
serumen atau kotoran telinga. Pars osseus berjalan ke arah antero inferior dan
menyempit di bagian tengah membentuk istmus. Kulit pada bagian ini sangat tipis
dan melekat erat bersama dengan lapisan subkutan pada tulang. MAE dialiri arteri
temporalis superfisialis dan arteri aurikularis posterior serta arteri aurikularis
profundus. Darah vena mengalir ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus
venosus pterygoid. Inervasi oleh cabang aurikularis dari n. vagus dan cabang
aurikulotemporalis dari n. mandibularis.3
13

Anatomi Membran Timpani


Membran timpani berbentuk kerucut dengan puncaknya disebut umbo, dasar
Membran timpani tampak sebagai bentukan oval. Membran timpani dibagi dua
bagian yaitu pars tensa memiliki tiga lapisan yaitu lapisan skuamosa, lapisan mukosa
dan lapisan fibrosa. Lapisan ini terdiri dari serat melingkar dan radial yang
membentuk dan mempengaruhi konsistensi MT. 3 Pars flasida hanya memiliki dua
lapis saja yaitu lapisan skuamosa dan lapisan mukosa. MT bagian medial disuplai
cabang arteri aurikularis posterior, lateral oleh ramus timpanikus cabang arteri
aurikularis profundus. Aliran vena menuju ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan
pleksus venosuspterygoid. Inervasi oleh nervus aurikularis cabang nervus vagus,
cabang timpanikus nervus glosofaringeus of Jacobson dan nervus aurikulotemporalis
cabang nervus mandibularis.3

Gambar 4. Anatomi membran timpani


Sistem Limfatik Telinga Luar
Pembuluh-pembuluh limfe berasal dari papila dermis dari sekeliling folikel
rambut dan kelenjar sebasea seperti anyaman berbentuk bintang menghubungkan
lakuna. Pengaliran dari pembuluh-pembuluh tersebut kedalam kelenjar pre dan
postaurikular. Sistim limfe liang telinga luar berhubungan erat dengan sistim limfe
14

prosesus mastoideus dan kelenjar parotis. Pada infeksi tertentu dari liang telinga
kelenjar-kelenjar limfe yang berdekatan dengan liang telinga menjadi membesar
sistem limfatik dan bagian anterior dan superior liang telinga, tragus dan kulitnya
berdekatan ke daerah temporal bermuara kedalam kelenjar preaurikular yang terletak
diatas kelenjar parotis. Saluran eferen kelenjar parotis menuju kelenjar servikal dalam
bagian superior lalu dari lobulus, heliks dan dinding inferor liang telinga mengalir
kedalam kelenjar infra aurikular ke inferior telinga dan posterior sudut ruang bawah.

Histologi Telinga Luar


Kulit yang melapisi kanalis auditori eksternusmemiliki epitel squamus kompleks.
Pada jaringan submukosa sepertiga lateral kanalis auditori eksternus terdapat folikel
rambut, glandula sebasea dan glandula seruminosa. Glandula seruminosa merupakan
modifikasi dari kelenjar apokrin yang berbentuk tubuler kompleks. Seperti glandula
apokrin yang lain, histologi glandula seruminosa berubah ketika produknya sudah
disekresikan. Ketika proses sekresi sedang berlangsung, sel sekretori glandula
seruminosa yang berbentuk kolumner berubah menjadi kuboid. Sel myoepitel
melapisi bagian luar glandula seruminosa membantu propulsi dari produk glandula ke
lumen kanalis auditori eksternus. Dibagian dalam kanalis auditori eksternus terdapat
membran tipis yang disebut membran timpani/gendang telinga. Membran ini tersusun
dari jaringan ikat. Terdapat migrasi epitel yang bermula dari bagian umbo membran
timpanisisi luarke arah lateral.4
Lapisan pada telinga luar memiliki lapisan kulit yang sama dengan lapisan kulit
pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi oleh epitel squamosa. Kulit liang telinga
merupakan lanjutan kulit daun telinga dan ke dalam meluas menjadi lapisan luar
membran timpani.6 Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang
rawan daripada bagian tulang. Lapisan kulit telinga bagian tulang lebih tipis, tidak
mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa lapisan subkutan,
berlanjut menjadi lapisan luar dari membran timpani dan menutupi sutura antara
tulang timpani dan tulang skuama kulit yang tidak mengandung kelenjar dan rambut.
15

Epidermis dari liang telinga bagian tulang rawan biasanya terdiri dari 4 lapis yaitu sel
basal, skuamosa, sel granuler, dan lapisan tanduk. Pada meatus akustikus eksternus
juga terdapat folikel rambut. Folikel rambut banyak terdapat pada 1/3 bagian luar
liang telinga tetapi pendek tersebar secara tidak teratur dan tidak begitu banyak pada
2/3 liang telinga bagian tulang rawan. Pada liang telinga bagian tulang, rambut-
rambutnya halus dan kadang-kadang terdapat kelenjar pada dinding posterior dan
superior. Dinding luar folikel rambut dibentuk oleh invaginasi epidermis yang mana
menipis ketika mencapai dasar polikel, dinding sebelah dalam folikel adalah rambut
sendiri. Ruang potensial yang terbentuk disebut kanalis folikularis. Kelenjar sebasea
atau kelenjar lemak banyak terdapat pada liang telinga dan hamper semuanya
bermuara ke folikel rambut.5
Kelenjar sebasea pada telinga banyak terdapat pada liang telinga luar bagian
tulang rawan, dimana kelenjar ini berhubungan dengan rambut. Pada bagian luar
liang telnga bagian tulang rawan, kelenjar sebasea menjadi lebih kecil, berkurang
jumlahnya dan lebih jarang atau tidak ada sama sekali pada kulit liang telinga bagian
tulang.Kelenjar sebasea terletak secara berkelompok pada bagian superficial kulit.5
Kelenjar apokrin terutama terletak pada dinding liang telinga superior dan
inferior. seperti kelenjar sebasea, kelenjar apokrin terbentuk dari local dari
pembungkus luar akar folikel rambut. kelenjar –kelenjar ini dapat dibagi kedalam 3
bagian, yaitu bagian sekresi, saluran sekresi di dalam kulit dan saluran termilal atau
komponen saluran epidermal.4
Bagian saluran yang melingkar adalah struktur tubular dimana jarang bercabang
dan terdiri dari lapisan epitel sebelah dalam, lapisan mioepitel ditengah dan
membrane proria disebalah luar. Disekeliling tabular adalah jaringan ikat padat.
Epitelnya berupa lapisan tunggal bervariasi dari bentuk silinder hingga kuboidal
sangat gepeng (pipih). Di dalam sitoplasma, biasanya terletak supranuklear terlihat
sebagai granul lipid dan pigmen dalam ukuran yang berpariasi. Lapisan mioepitelium
yang tebalnya satu lapis sel berbentuk pipih dan mengandung otot polos membentuk
pembungkus berkesinambungan disekeliling bagian melingkar dari kelenjar, dan
16

apabila berkontraksi akan menekan lumen tubuli sehingga sekret akan keluar. Apabila
sampai dipermukaan epidermis, sekret ini sebagian masuk folikel rambut dan
sebagian lagi kepermukaan bebas liang telinga, secara perlahan-lahan akan
mengering dan berbentuk setengah padat dan berwarna menjadi lebih gelap. Saluran
sekresi relatif panjang dan berbelok-belok dan mempunyai diameter yang bervariasi,
berbatas tegas dari bagian sekresi kelenjar.5

Fisiologi Telinga Luar


Telinga luar secara umum dianggap sebagai suatu saluran yang berfungsi
mengumpulkan suara, sehingga dapat meningkatkan seluruh sensitivitas
pendengaran. Aurikula juga memiliki fungsi untuk menentukan arah lokasi suara.6
Telinga luar mampu melindungi membrana timpani dari trauma, benda asing dan
efek termal. Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah dengan
pembentukan serumen atau kotoran telinga. Terlalu sedikit serumen yang terbentuk
dapat menjadi faktor predisposisi untuk terjadinya infeksi, sedangkan terlalu banyak
terbentuk serumen dapat menyebabkan retensi dari air dan debris. Sebagian besar
struktur kelenjar sebasea dab apokrin yang menghasilkan serumen terletak pada
bagian kartilaginosa.

VII. KLASIFIKASI
Otitis eksterna diklasifikasikan atas:
1. Otitis Eksterna Akut
a) Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/ bisul)
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di
liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan
furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada seseorang yang menderita
diabetes.
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya dari
ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila
17

mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup liang


telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat
atau abses pada 1/3 luar liang telinga.

b) Otitis Eksterna Difus


Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi
bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri penyebab
lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli, dan sebagainya. Kulit liang
telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat
furunkel (bisul). Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta
(furunkel = bisul). Kandang-kadang kita temukan sekret yang berbau namun tidak
bercampur lendir (musin). Lendir (musin) merupakan sekret yang berasal dari
kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media.
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara
obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika
sistemik.

Gambar 5. Otitis Eksterna Difus


Otitis ekterna dibagi menjadi 3 stadium:
1. Preinflamasi
18

Tahap preinflammatory dimulai ketika stratum korneum menjadi edematous


karena hilangnya lapisan lipid pelindung canalis akustikus eksternus, sehingga
menyumbat unit apopilosebaceous. proses obstruksi terus berlanjut, rasa penuh dan
gatal telinga dimulai. Terganggunya lapisan epitel memungkinkan invasi bakteri yang
baik berada di CAE atau benda asing dari luar masuk ke dalam saluran, seperti kapas
atau kuku kotor.

2. Inflamasi akut (ringan/sedang/berat)


Tahap inflamasi akut disertai dengan rasa sakit dan nyeri dari daun telinga.
Tahap ringan , kulit saluran pendengaran eksternal menunjukkan eritema ringan dan
edema minimal. Tampak adanya sekret yang terlihat pada CAE. Rasa sakit dan gatal
meningkat. Tahap sedang, CAE menunjukkan lebih edema dan eksudat tebal lebih
banyak. Jika tidak diobati maka akan menjadi lebih berat, ditandai dengan
peningkatan rasa sakit dan kerusakan pada lumen CAE. Banyaknya eksudat purulen
dan edema pada kulit CAE memungkin mengaburkan gambaran membran timpani.
Pseudomonas aeruginosa atau lain basil gram negatif hampir selalu dapat dikultur
pada tahap ini . Tahap berat, terjadi perluasan infeksi di luar CAE dengan melibatkan
kelenjar getah bening didaerah leher.

3. Inflamasi kronik
Pada tahap peradangan kronis, nyeri berkurang tapi gatal lebih terasa. Kulit
CAE menebal, dan mengelupas. Auricula dan concha sering menunjukkan perubahan
sekunder, seperti eczematization, lichenification, dan ulserasi dangkal.

2. Otitis Eksterna Kronik


Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan
ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks menyebabkan
liang telinga menyempit.
19

Gambar 6. Otitis Eksterna Kronik


Secara klinik otitis eksterna terbagi:
1) Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang
telinga menyempit.
2) Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan
eksudat positif.
3) Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak.
4) Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema
positif.

VIII. TANDA DAN GEJALA


Berbagai bentuk otitis eksterna mempunyai gejala-gejala yang serupa, karena
lebih tergantung pada struktur liang telinga dari pada etiologinya. Gejala permulaan
adalah rasa gatal dalam liang telinga, disebabkan oleh mulainya peradangan. Dengan
bertambah beratnya proses ini rasa gatal meningkat menjadi rasa nyeri yang mungkin
menjadi cukup hebat. Hal ini disebabkan oleh edem yang menyertainya dan menekan
liang telinga terkena. Tiap gerakan daun telinga atau tulang rawan liang telinga,
seperti untuk mengunyah, menimbulkan rasa nyeri.
Eksudasi dan pembengkakan dapat menyebabkan gangguan pendengaran
akibat tersumbatnya liang telinga. Mula-mula sekret encer, tetapi segera menjadi
purulen dan kental bila bercampur dengan sel-sel nanah dan epitel yang terkelupas.
Dalam bentuk kronis sekret hanya sedikit atau tidak ada, dan terbentuk gumpalan
20

dalam liang telinga, yang biasanya berbau amis atau busuk, karena reaksi saprofit
atau jamur dalam liang telinga.
Gejala-gejala toksis dengan demam menandakan adanya penyebaran limfatik.
Adenopati akan jelas di daerah segitiga servikal anterior bagian atas, daerah parotis
atau di kelompok belakang telinga akibat penyebaran infeksi ini.

IX. ETIOLOGI
Otitis eksterna paling sering disebabkan oleh bakteri patogen (91%). Bakteri
penyebab yang paling umum adalah Pseudomonas (38% dari semua kasus),
Staphylococcus, bakteri anaerob dan gram negatif.1
Etiologi otitis eksterna dibagi menjadi2,3,4,5:
1. Otitis Eksterna Sirkumskripta
Etiologi: Staphylococus aureus, staphylococus albus.
2. Otitis Eeksterna Difus
Etiologi: Pseudomonas, Staphylococus, Eschericia coli dan Enterobacter
Aerogenes. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media
supuratif kronis.
3. Otomikosis
Etiologi: Aspergillus, Candida Albican
4. Otitis Eksterna Maligna
Etiologi: Pseudomonas aeruginosa

X. FAKTOR RISIKO
Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah pH di liang telinga, yang
biasanya normal atau asam, bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun.
Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Hal
lainnya ialah membersihkan telinga secara berlebihan, seperti dengan cotton bud
ataupun benda lainnya yang menyebabkan trauma ringan atau ketika berenang, yang
21

menyebabkan perubahan kulit karena kena air, kebiasaan memasukkan air ke dalam
telinga, dan juga penyakit sistemik diabetes.6,7
Pada orang tua dengan diabetes melitus, pH serumennya lebih tinggi
dibandingkan dengan pH serumen non diabetes, yang menyebabkan penderita
diabetes lebih mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya faktor
immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis
eksterna maligna.6
A. Faktor Eksogen
1) Udara yang hangat dan lembab
2) pH liang telinga
3) Trauma ringan
4) Berenang
5) Alergi
6) Benda asing dalam telinga.
B. Faktor Endogen
1) Diabetes Melitus
2) Irigasi Telinga
3) Imunodefisiensi/ imunosupresi

XI. PATOFISIOLOGI
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna seperti suasana terlalu lembab dapat
menyebabkan maserasi kulit dan memberikan tempat berkembang biak yang baik
bagi bakteri. Obstruksi meatus akustikus eksternus oleh serumen yang berlebihan,
debris, atau kanal yang sempit dan berliku-liku juga dapat menyebabkan infeksi
dengan cara retensi kelembaban.
Trauma pada meatus akustikus eksternus sering terjadi pada upaya
pembersihan telinga dengan kapas, klip kertas, atau perkakas lain yang masuk dalam
telinga dapat menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema
epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri
22

masuk melalui permukaan superfisial epidermis, terjadi inflamasi dan cairan eksudat.
Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya karena kulit dari liang telinga luar
langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis
menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Kulit dan tulang
rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan tulang rawan
daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan ke
kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang
hebat pada penderita otitis eksterna. Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu
lalu menimbulkan perubahan rasa tidak nyaman dalam telinga. Selain itu, proses
infeksi akan mengeluarkan cairan serosa berlanjut menjadi seropurulen yang bisa
menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara
akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada liang telinga luar
dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.

XII.KOMPLIKASI
Jika tidak diobati, otitis eksterna akut dapat berkembang menjadi otitis
eksterna maligna, suatu kondisi serius yang sering menyebabkan morbiditas atau
mortalitas yang parah. Komplikasi ini hampir secara khusus terlihat pada pasien
immunocompromised, seperti penderita diabetes, penderita AIDS, orang-orang yang
menjalani kemoterapi, dan pasien yang memakai obat immunosuppressant (misalnya,
glukokortikoid). Jika tidak diobati, nekrosis otitis eksterna maligna memiliki tingkat
kematian mencapai 50%.
Proses infeksi dapat menghasilkan stenosis saluran telinga. Infeksi juga bisa
menyebar dan menyebabkan chondritis di daerah sekitarnya. Jika infeksi terus
berkembang, dapat melibatkan kelenjar parotid. Beberapa jenis otitis eksterna
menimbulkan peresis nervus fasialis.

XIII. PENATALAKSANAAN
23

Penatalaksanaan komprehensif dilakukan dengan cara sebagai berikut:7


1. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan hati – hati.
2. Selama pengobatan sebaiknya pasien tidak berenang dan tidak mengorek
telinga.
3. Farmakologi:
a) Topikal
Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium infiltrat diberikan salep ikhtiol
atau antibiotik dalam bentuk salep seperti polymixin B atau basitrasin.
Pada otitis eksterna difus, pengobatannya ialah dengan memasukkan tampon
yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik
antara obat dengan kulit yang meradang. Pilihan antibiotika yang dipakai adalah
campuran polimiksin B, neomisin, hidrokortison, dan anestesi topikal.
Pada otomikosis dilakukan pembersihkan liang telinga dari plak jamur
dilanjutkan dengan mencuci liang telinga dengan larutan asam asetat 2 – 5%
dalam alkohol 70% setiap hari selama 2 minggu. Irigasi ringan ini harus diikuti
dengan pengeringan. Tetes telinga siap beli dapat digunakan seperti asetat-
nonakueous 2% dan m-kresilasetat.
b) Oral sistemik
Antibiotik sistemik diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat.
Analgetik paracetamol atau ibuprofen dapat diberikan. Pengobatan herpes zoster
otikus sesuai dengan tatalaksana herpes zoster.
c) Bila otitis eksterna sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk
mengeluarkan nanahnya.
Pada infeksi kronis liang telinga, diperlukan operasi rekontruksi liang telinga.
Pada keratosis obliterans biasanya dapat dikontrol dengan melakukan pembersihan
debris akibat radang liang telinga secara berkala setelah gumpalan keratin
dikeluarkan. Sedangkan pada kolesteatoma eksterna perlu dilakukan operasi agar
kolesteatoma dan tulang yang nekrotik bisa diangkat sempurna. Tujuan operasi
mencegah berlanjutnya penyakit yang mengerosi tulang. Indikasi operasi adalah bila
24

destruksi tulang sudah meluas ke telinga tengah, erosi tulang pendengaran,


kelumpuhan saraf fasialis, terjadi fistel labirin atau otore yang berkepanjangan. Pada
operasi, liang telinga bagian luar diperluas agar mudah dibersihkan. Bila
kolesteatoma masih kecil dan terbatas dapat dilakukan tindakan konservatif.
Kolesteatoma dan jaringan nekrotik diangkat sampai bersih, diikuti pemberian
antibiotik topikal secara berkala. Pemberian obat tetes telinga dari campuran alkohol
atau gliserin dalam H2O2 3%, tiga kali seminggu seringkali dapat menolong.6
Pada otitis eksterna maligna pengobatan harus cepat diberikan. Sesuai dengan
hasil kultur dan resistensi. Mengingat kuman penyebab tersering Pseudomonas
aerugenosa, diberikan antibiotika dosis tinggi yang sesuai dengan Pseudomonas
aeruginosa. Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi, diberikan golongan
fluoroquinolon (ciprofloxacin) dosis tinggi per oral. Pada keadaan yang lebih berat
diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan antibiotika golongan
aminoglikosida yang diberikan selama 6 – 8 minggu. Antibiotika yang sering
digunakan adalah ciprofloxacin, ticarcillin – clavulanat, piperacillin (dikombinasi
dengan aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime (maxipime), tobramicin
(kombinasi dengan aminoglikosida), gentamicin (kombinasi dengan golongan
penicilin). Disamping obat – obatan, seringkali diperlukan juga tindakan
membersihkan luka (debrideman) secara radikal. Tindakan debrideman yang kurang
bersih akan dapat menyebabkan makin cepatnya penjalaran penyakit.6
Pada kasus post herpetis zooster otikus, perlu dilakukan evaluasi pendengaran
sebagai pemeriksaan penunjang lanjutan. Dalam rencana tindak lanjut, tiga hari pasca
pengobatan untuk melihat hasil pengobatan. Khusus untuk otomikosis, tindak lanjut
berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu.7

Penatalaksanaan pada Pasien


Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Dengan demikian, biasanya
perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga mengandung obat
25

agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa disisipkan
perlahan-lahan dengan menggunakan forsep aligator. Penderita harus meneteskan
obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari. Dalam 48 jam
tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen sudah bertambah besar. Polimiksin
B dan colistemethate merupakan antibiotik yang paling efektif terhadap Pseudomonas
dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik seperti glikol propilen yang telah
diasamkan bahan kimia lain, seperti gentian violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat
bakterisid dan bisa diberikan langsung ke kulit liang telinga. Setelah reaksi
peradangan berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat liang telinga
bersih dan kering.8
Ingat bahwa antibiotik harus berkontak seluruhnya dengan kulit liang telinga
secara efektif. Bila terdapat saluran yang baik dengan membrana timpani, pasien
disuruh berbaring pada satu sisi tubuhnya, kemudian diteteskan antibiotika dan
dipasang sumbat kapas dalam telinga. Harus diberikan 4 atau 5 tetes ke dalam telinga
setiap 4 jam untuk 48 jam pertama, setelah itu liang diperiksa kembali. Biasanya
terjadi perbaikan dramatis. Kemudian tetesan antibiotika harus diberikan 3 kali sehari
selama 1 minggu. Kadang-kadang terdapat pembengkakkan sedemikian rupa
sehingga tetesan tersebut tidak dapat masuk ke liang telinga. Pada keadaan ini,
masukkan dengan hati-hati gumpalan kapas tipis 5-7,5cm dan ditekan hati-hati ke
dalam liang telinga dengan forsep bayonet atau forsep buaya. Ujung dalam gumpalan
ini harus sedikit mungkin ke membran timapani dan ujung luarnya harus menonjol ke
luar dari liang telinga. Dengan pasien pada salah satu sisinya, gumpalan tersebut
harus dibasahi dengan larutan antibiotika setiap 3-4 jam. Setelah kapas tersebut
dibasahi, pasang sumbatan kapas ke dalam telinga. Dua puluh empat jam setelah itu
kapas harus diangkat dan telinga dibersihkan, serta kemudian dimasukkan gumpalan
kapas yang lebih besar. Biasanya dalam waktu 48 jam, edema akan mengurai
sedemikian rupa sehingga tetesan antibiotika dapat langsung masuk ke dalam
telinga.9,10
26

Suatu antibiotika yang mengandung neomisin bersama polimiksin B sulfat


(cortisporin) atau kolistin (colymiysin) akan efektif untuk sekitar 99 % pasien. Bila
infeksi disebabkan oleh jamur, salep Nystatin (mycostatin) dapat dioleskan semuanya
ke kulit liang telinga dan dapat digunakan tetesan m-kresil asetat (creysylate) atau
mertiolat dalam air (1:1000). Harus dihindarkan masuknya air selama 2 minggu
setelah infeksi teratasi untuk mencegah rekurensi.10
Biasanya terapi yang tepat menyebabkan penurunan dramatis bagi nyeri dalam
34-48 jam. Untuk nyeri hebat yang biasanya menyertai otitis ekterna difusa dapat
diberikan kodein atau aspirin. Kadang-kada ada individu yang sangat rentan terhadap
otitis eksterna, pasien-pasien ini harus diinstruksikan untuk menghindari masuknya
air, busa sabun dan smprotan rambut ke dalam telinga. Mereka dapat membersihkan
telinganya dengan alkohol.10
Terapi topikal biasanya cukup efektif, tetapi bila dijumpai adenopathy dan
gejala toksisitas, antibiotika sistemik dibutuhkan. Penggunaan kortikosteroid
diharapkan dapat mengurangi proses inflamasi.4
Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus berat; dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik khususnya diperlukan
jika dicurigai adanya perikondritis atau kondritis pada tulang rawan telinga.4
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin
terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya pasien harus
menjaga agar telinganya selalu kering, dengan cara menggunakan alkohol encer
secara rutin tiga kali seminggu. Pasien juga harus diingatkan agar tidak menggaruk /
membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering.11,12

a. Non Farmakologi
1. Membersihkan liang telinga secara hati-hati dengan pengisap atau kapas yang
dibasahi dengan H2O2 3%.
2. Bila terdapat abses, dilakukan insisi dan drainase.
3. Pasien diharapkan untuk tidak berenang dan tidak mengorek telinga.
27

b. Farmakologi
1. Analgetik: lidocaine HCL
2. Antibiotik : polimiksin B, neomisin sulfat
3. Kortikosteroid (fludrocortisone) otopain 3 x 5 tetes selama 5 hari

Nama Obat Spektrum Organisme


Kolistin Pseudomonas aeruginosa Golongan
Klebsiella-Enterobacter Escherichia coli

Polimiksin B Pseudomonas aeruginosa Golongan


Klebsiella-Enterobacter Escherichia coli

Neomisin Staphylococcus aureus dan S. Albus


Escherichia coli
Golongan Proteus
Kloramfenikol Staphylococcus aureus dan S. Albus Golongan
Klebsiella-Enterobacter Escherichia coli
Golongan Proteus

Nistatin Klotrimazol Mikonazol


Tolnaftat Karbol-fuhsin
(Castellani’s paint) Organisme jamur

Timol/alkohol Terutama organisme jamur, namun dapat pula


Asam salisilat/alkohol Asam efektif pada infeksi bakteri dengan cara
borat/alkohol Asam asetat/alkohol merendahkan pH kulit liang telinga

M-kresil asetat Mertiolat akueus Umumnya antiseptik

Tabel1. Obat-obatan topikal untuk terapi otitis eksterna


28

XIV. PENCEGAHAN
1. Preventif
Pasien harus menghindari berenang di dalam air yang terpolusi, menggunakan
semprotan rambut, dan menghabiskan waktu yang lama di air hangat, iklim yang
lembab. Berusaha untuk membersihkan saluran dengan lap kapas mengganggu
mekanisme membersihkan-sendiri yang normal dan bisa mendorong serpihan ke
dalam gendang telinga, dimana kotoran menumpuk. Juga, tindakan ini bisa
menyebabkan kerusakan kecil yang mempengaruhi otitis eksternal (Abdullah, 2003).
2. Rehabilitatif
Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus berat; dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik khususnya diperlukan
jika dicurigai adanya perikondritis atau kondritis pada tulang rawan telinga.4
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin terjadi
pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya pasien harus menjaga
agar telinganya selalu kering, dengan cara menggunakan alkohol encer secara rutin
tiga kali seminggu. Pasien juga harus diingatkan agar tidak menggaruk /
membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering.11,12
3. Promotif
Edukasi juga penting dalam mencegah otitis eksterna difus di masa depan. Hal
ini bertujuan untuk meminimalkan trauma kanal telinga dan menghindari paparan air.
Hindari membersihkan liang telinga terlalu sering maupun menggunakan alat
pembersih yang tidak sesuai karena dapat menyebabkan trauma.13
4. Kuratif
Biasanya perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga
mengandung obat agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon
kasa disisipkan perlahan-lahan dengan menggunakan forsep aligator. Penderita harus
meneteskan obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari. Dalam
48 jam tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen sudah bertambah besar.
29

XV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pada pemeriksaan otoskopi/pemeriksaan fisik telinga, biasanya didapatkan
nyeri tekan tragus, nyeri tarik auricula, CAE sempit, hiperemis, edema, KGB regional
membesar, dan sekret yang berbau.2,3,4
1. Pemeriksaan Histopatologi
Pada otitis eksterna difusa akut tampak adanya gambaran hiperkeratosis
epidermis, parakeratosis, akanthosis, erosi, spingiosis, hiperplasia stratum korneum
dan stratum germinativum, edema, hiperemis, infiltrasi leukosit, nekrosis, nekrosis
fokal diikuti penyembuhan fibroblastik pada dermis dan aparatus kelenjar berkurang,
serta aktifitas sekretoris kelenjar berkurang.8
2. Pemeriksaan Bakteriologi
Mengidentifikasi mikroorganisme patogen.14
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kadar gula darah untuk menyingkirkan diabetes.14

Gambar 6. Otitis eksterna difusa.15


Untuk menegakkan diagnosis yang tepat dari infeksi liang telinga luar,
menilai respon klinis terhadap pengobatan dan membersihkan liang telinga.
Pemeriksaan dengan otoskop dilakukan untuk pemeriksaan yang cepat tetapi
pemeriksaan yang baik untuk telinga dengan memakai mikroskop telinga.16
Pemeriksaan kultur dan sensitivitas sekret telinga dilakukan untuk
menentukan jenis kuman yang biasa berperan pada otitis eksterna akut difusa adalah
30

Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis dan kadang-kadang Staphylococcus


albus, Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes dan kultur juga diperlukan untuk
pemilihan antibiotik yang sesuai terhadap kuman tersebut.16

XVI. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun otitis eksterna terjadi pada 4 dari setiap 1000 orang di Amerika
Serikat. Kejadian lebih tinggi selama musim panas, mungkin karena partisipasi dalam
kegiatan air lebih tinggi. Otitis eksterna akut maupun kronis, dan eczematous
merupakan otitis yang umum di Amerika Serikat, namun otitis necrotizing jarang
terjadi.
Sebuah studi epidemiologi tunggal di Inggris menemukan prevalensi selama
12-bulan yang sama untuk individu yang berusia 5-64 tahun dan prevalensinya
meningkat pada usia lebih dari 65 tahun.
Secara umum di dunia frekuensi otitis eksterna tidak diketahui, namun
insidennya meningkat di negara tropis seperti Indonesia. Tidak ada ras ataupun jenis
kelamin yang berpengaruh terhadap angka kejadian otitis eksterna.
Umumnya, tidak ada hubungan antara perkembangan otitis eksterna dan usia.
Prevalensi otitis eksterna di Indonesia belum di ketahui pasti, namun kejadian otitis
eksterna sering terjadi di negara tropis seperti Indonesia. Di Indonesia otitis eksterna
dapat ditemukan pada semua kelompok usia, insiden tertinggi ditemukan pada anak
usia 7 hingga 12 tahun.

XVII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
31

XVII. ASPEK MEDIKOLEGAL


a. Berdasarkan Kaidah Dasar Moral
1. Beneficence : Mendiagnosis otitis eksterna difus berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Langkah-langkah tersebut
untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.
2. Non-maleficence: Dokter mampu menilai prognosis dan kemungkinan-
kemungkinan komplikasi seperti perikondritis, selulitis, dan dermatitis
aurikularis
3. Autonomy: Melakukan informed consent mengenai pengertian, penyebab dan
terbentuknya penyakit, komplikasi, serta pengobatan atau tindakan yang akan
dilakukan penyakit otitis eksterna difus. Menghargai hak sehat pasien untuk
mengetahui mengenai penyakitnya serta mengambil keputusan dalam
pemberian terapi pada pasien yang berkompeten.
4. Justice: Mampu mengerti dan memahami keragaman sosial budaya, seperti
pekerjaan dapat memengaruhi keputusan pasien dalam melakukan pengobatan
b. Berdasarkan Metode Fourbox
1. Medical Indication
No. Pertanyaan Etik Analisa
Apakah masalah medis pasien? Masalah medis: adanya nyeri dan gatal
Apakah masalah tersebut akut ? pada telinga disertai dengan keluarnya
1. Kronik ? Kritis ? Reversibel ? sekret yang berlangsung akut
Gawat darurat ? Kondisi Penyakit
yang Terminal ?
Apakah tujuan akhir Tujuan utama adalah mengeradikasi
pengobatannya ? infeksi pada telinga luar serta mencegah
2. berbagai komplikasi misalnya
perikondritis, dermatitis auricularis, dan
selulitis.
Pada keadaan apa pengobatan
3. atau penatalaksanaan tidak Tidak ada
diindikasikan ?
Berapa besar kemungkinan Otitis eksterna difusa memiliki
4
keberhasilannya dari beberapa keberhasilan terapi sangat baik, apabila
32

pilihan terapi? segera dilakukan pengobatan secara


tepat dan tuntas.
Adakah rencana lain bila terapi Ada, diperlukan evaluasi pengobatan.
gagal ? Evaluasi tersebut membahas tindakan-
tindakan pencegahan yang dilakukan
5 seperti tidak mengorek-ngorek telinga,
telinga terisi air. Lalu evlauasi prosedur
pengobatan yang dilakukan telah
dikerjakan secara tepat atau belum.
Bagaimana pasien ini diuntungkan Pengobatan dapat menguntungkan
dengan perawatan medis, dan pasien apabila pengobatan dilakukan
bagaimana kerugian dari dengan tepat dosis, tepat obat, dan
6 pengobatan dapat dihindari ? sesuai dengan penyakitnya. Dan
menghindari kerugian dengan cara
mengevaluasi klinis pasien secara
intens.

2. Quality Of Life
No. Pertanyaan Etik Analisa
1. Bagaimana prospek, dengan atau Otitis eksterna difusa memiliki prospek
tanpa pengobatan untuk kembali yang lebih baik dengan pemberian obat
ke kehidupan normal, dan apakah antibiotic topical disertai dengan
ada gangguan dari fisik, mental menghindari kebiasaan mengorek
,dan sosial bila pengobatan telinga dan menjaga agar teling tetap
berhasil? kering. Apabila otitis eksterna difusa
tidak diobati kemungkinan sembuh
dapat terjadi namun perjalanan penyakit
untuk sembuh cukup lama.
2. Apakah ada bias dalam penilaian
dokter mengenai kualitas hidup Tidak ada bias.
pasien ?
3. Isu Etik apa yang muncul terkait Melakukan informed consent mengenai
dalam peningkatan kualitas hidup pengertian, penyebab dan terbentuknya
pasien ? penyakit, komplikasi, serta pengobatan
atau tindakan yang akan dilakukan
penyakit otitis eksterna difus.
4. Bagaimana kondisi pasien Kondisi pasien sekarang tidak
sekarang atau masa depan, mengalami komplikasi dari otitis
apakah kehidupan pasien eksterna difusa. Namun bila pengobatan
selanjutnya dapat dinilai seperti tidak dilakukan sesuai anjuran dokter,
yang diharapkan ? dapat terjadi berulang dan memiliki
33

komplikasi.

5. Apakah penilaian kualitas hidup


menimbulkan pertanyaan
berkaitan dengan perubahan
Tidak.
rencana penatalaksanaannya
seperti untuk pengobatan yang
bersifat pendukung saja?
5. Apakah ada rencana alasan Ada, pasien harus control sesuai dengan
rasional untuk pengobatan anjuran dokter karena penyakit otitis
selanjutnya ? eksterna difusa dapat terjadi berulang.
6. Apakah ada rencana untuk
kenyamanan dan perawatan Tidak ada
paliatif ?

3. Patient Preferences
No. Pertanyaan Etik Analisa
1. Apakah pasien telah diinformasikan
mengenai keuntungan dan risikonya,
Tidak, penjelasan dan informasi
mengerti atau tidak terhadap informasi
diberikan kepada keluarga.
yang diberikan dan memberikan
persetujuan?
2. Apakah pasien secara mental mampu dan (syarat pasien yang kompeten
kompeten secara legal? apakah ada diatur dalam Permenkes No. 290
keadaan yang menimbulkan Th.2008 tentang persetujuan
ketidakmampuan ? tindakan kedokteran: pasal 1
ayat 7)
3. Bila berkompeten, apa yang pasien
katakan mengenai pilihan pengobatannya -
?
4. Bila tidak kompeten apakah ada
-
ungkapan pilihan pasien sebelumnya ?
5. Bila tidak berkompeten, siapa yang dapat (syarat pasien yang kompeten
menggantikanya, apakah orang yang diatur dalam Permenkes No. 290
berkompeten tersebut menggunakan Th.2008 tentang persetujuan
standar yang sesuai dalam pengambilan tindakan kedokteran: pasal 1
keputusan ? ayat 1 dan 2)
6. Apakah pasien tersebut telah
menunjukkan sesuatu yang lebih -
disukainya ?
6. Apakah pasien tidak berkeinginan / tidak -
34

mampu untuk bekerja sama dengan


pengobatan yang diberikan ? bila iya,
mengapa ?
7. Sebagai tambahan, apakah hak pasien
untuk memilih untuk dihormati tanpa Ya.
memandang etnis dan agama?

4. Contextual Features
No. Pertanyaan Etik Analisa
1. Apakah ada masalah kepentingan
professional, interprofesional ,yang
mungkin menimbulkan konflik Tidak ada
kepentingan dalam penatalaksanaan
pasien?
Apakah ada masalah keluarga yang
2. mungkin pengambilan keputusan -
pengobatan?
Apakah ada masalah dari dokter yang
2. mungkin mempengaruhi pengambilan -
keputusan pengobatan?
3. Apakah ada masalah faktor keuangan
-
dan ekonomi?
4. Apakah ada faktor religi dan budaya? -
5. Apakah ada batasan kepercayaan? -
Apakah ada masalah alokasi sumber
-
6. daya?
Bagaiamana hukum mempengaruhi Dokter memberikan obat yang
pengambilan keputusan pengobatan? sesuai agar pengobatan tidak
mempengaruhi kondisi ataupun
7. memberikan kerugian.
Apakah penelitian klinik atau
-
8. pembelajaran terlibat?
Apakah konflik kepentingan didalam
bagian pengambilan keputusan didalam -
9. suatu institusi?
35

Anda mungkin juga menyukai