Anda di halaman 1dari 26

CASE REPORT

OTITIS EKSTERNA DIFUSA

Disusun oleh:
Elisabeth Andintia Utami Harkristuti
1965050015

Pembimbing:

KEPANITERAAN KLINIK ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN


PERIODE 12 OKTOBER – 31 OKTOBER 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Otitis eksterna merupakan radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan
infeksi bakteri, jamur, dan virus. Dapat melibatkan seluruh liang telinga, tetapi pada furunkel
liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Faktor yang
mempermudah radang telinga luar ialah pH di liang telinga yang biasanya normal atau asam.
Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat
dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.

Faktor lain penyebab otitis eksterna adalah trauma lokal dan alergi. Predisposisi otitis
eksterna yang lain adalah trauma ringan ketika mengorek telinga. Faktor ini menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflamasi dan
menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas,
streptokokus, stafilokokus aureus dan bakteroides.

Penyakit otitis eksterna bisa terjadi pada semua umur dan kejadiannya cukup sering
terjadi di masyarakat. Sering kali di masyarakat belum mengetahui tentang bahaya dari tidak
bersihnya telinga, cuaca dan pola pembersihan telinga. Terkadang pada beberapa orang di
masyarakat membersihkan telinga sampai menyebabkan trauma ringan pada telinganya.
Maka dari itu perlu adanya pemahaman tentang hal tersebut.
BAB II
LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. D
b. Umur : 49 tahun
c. Alamat : Kramat Jati, Jakarta Timur
d. Pekerjaan : PNS
e. Pendidikan terakhir : Sarjana
f. Suku : Batak
g. Agama : Kristen
h. Status : Sudah Menikah

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama : Telinga kiri basah
b. Keluhan Tambahan : Terasa penuh dan gatal pada telinga kiri

3. Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang ke Poli THT RSU UKI dengan keluhan penuh pada telinga kiri sejak 2
hari yang lalu. Rasa penuh dirasakan terus menerus. Awalnya pasien mengeluh gatal
pada liang telinga, lalu pasien mencoba mengurangi gatal dengan menggunakan cotton
bud. Pasien juga mengeluh keluar cairan dari telinga kiri. Cairan tersebut bening encer
dan sedikit berbau. Pasien belum berobat ke dokter sebelumnya. Batuk, pilek, dan demam
disangkal. Pasien memiliki kebiasaan membersihkan telinga menggunakan cotton bud.
Riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus, dan alergi disangkal.

4. Riwayat Penyakit Dahulu dan Kebiasaan


Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat diabetes
melitus, hipertensi, dan alergi disangkal. Pasien sering membersihkan telinga dengan
cotton bud.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien. Riwayat diabetes melitus, hipertensi dan alergi disangkal.

6. Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
a. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tekanan darah : 120/80 mmHg
d. Frekuensi nadi : 80 kali/menit
e. Frekuensi napas : 20 kali/menit
f. Suhu : 36,5oC
g. Kepala : Normocephali
h. Mata : CA -/-, SI -/-
i. Leher : KGB tidak teraba teraba membesar
j. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
k. Thorak :
o Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Bising nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
o Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari di Linea Mid-clavicularis Sinistra ICS V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung dalam batas normal,tidak terdapat bunyi
jantung tambahan
l. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : BU (+) 4x/menit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
m. Ekstremitas
Reflex fisiologis : +/+
Reflex patologis : -/-
Oedem tungkai : -/-
Akral hangat : +/+
Sianosis : -/-
n. Integumen : kulit sawo matang, urtikaria (-)

STATUS LOKALIS THT


Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Bentuk Normotia Normotia
Trauma Tidak ada Tidak ada
Infeksi Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Ada nyeri Tidak ada
Daun telinga tragus
(auricula) Tumor Tidak ada Tidak ada
Fistel Tidak ada Tidak ada
Auricula Tidak ada Tidak ada
Pre auricula assesoris
Abses Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Pembengkakan Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Fistel Tidak ada Tidak ada

Retro auricula Sikatriks Tidak ada Tidak ada


Pembesaran Tidak ada Tidak ada
kelenjar pembesaran pembesaran
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Infra auricula Pembesaran Tidak ada Tidak ada
kelenjar parotis pembesaran pembesaran
Liang Telinga Lapang Sempit
Epidermis Merah muda Hiperemis
Liang telinga
Sekret Tidak ada Sedikit
Serumen Tidak ada Ada
Kelainan Lain Tidak ada Tidak ada
Intak Intak Intak
Warna Putih abu seperti Putih abu seperti
Membran
mutiara mutiara
Refleks Cahaya Positif Positif
Posisi Normal Normal
Timpani
Kelainan Lain Tidak Ada Tidak Ada
Tes Pendengaran
Tes garpu tala Rinne + +
Schwabach Sama dengan Sama dengan

pemeriksa pemeriksa
Weber Tidak ada lateralisasi
Audiometri Normal Normal

Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Bentuk luar Normal, simetris
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Hidung luar Krepitasi Tidak ada Tidak ada

Hidung Dalam
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Vestibulum Nasi Furunkel Tidak ada Tidak ada
Hiperemis Tidak ada Tidak ada

Cavum Lapang Lapang


Mukosa Merah muda Merah muda
Cavum nasi
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Konka inferior Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Konka media Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Meatus media & Sekret Tidak ada Tidak ada
inferior
Septum Deviasi Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi

Sinus paranasal
Pemerikssan Kelainan Dextra Sinistra
Sinus Maksilaris Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Sinus Frontalis Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Tenggorokan
Pemeriksaan Kelainan Hasil Pemeriksaan
Tonsil Ukuran T1-T1
Kripta Tidak melebar
Detritus Tidak ada
Perlekatan Tidak ada
Permukaan
Licin

Faring Massa Tidak ada


Warna Merah muda
Perlekatan Tidak ada
Gigi Lengkap, tidak ada gigi yang berlubang
Gusi Tidak ada bengkak dan perdarahan
Lidah Dalam batas normal
Kelenjar liur Dalam batas normal
Kelainan Lain Tidak ada
Kelenjar limfoid Tidak teraba membesar
Leher
Kelainan lain Tidak ada

7. Diagnosis kerja : Otitis Eksterna Difus Auricula Sinistra


8. Diagnosa Banding : Otitis Eksterna Sirkumskripta, Otomikosis

9. Tatalaksana:
Non-medikamentosa:

 Ear Toilet

 Menjaga kebersihan telinga

 Disarankan untuk tidak sering mengorek-ngorek telinga

 Disarankan untuk sementara tidak berenang

 Minum obat teratur

 Kontrol ke dokter 1 minggu

Medikamentosa:
 Otopain 2 dd III tetes telinga sinistra
 Na diclofenac 500 mg 2 dd 1
10. Prognosis
 Quo ad vitam : Ad bonam
 Quo ad Functionam : Ad bonam
 Quo ad sanationam : Ad bonam
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III. 1. Anatomi dan Fisiologi Telinga


Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar
yaitu daun telinga dan liang telinga hingga membran timpani; telinga tengah terdiri dari
membrane timpani, tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes), dan kanalis
semisirkularis; sedangkan telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) dan tuba
eustachius. Daun telinga tersusun dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan
dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5-3 cm.1
Batas-batas liang telinga bagian luar adalah anterior: fossa mandibula, kelenjar
parotis; posterior: mastoid; superior: resesus epitimpani (medial), kavitas cranial
(lateral); inferior: kelenjar parotis. Sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak
kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.
Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. 1

Gambar 3. 1. Anatomi Daun Telinga


Gambar 3. 2. Anatomi Telinga

Serumen merupakan hasil produksi kelanjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel


kulit yang terlepas dan partikel debu. Dalam keadaan normal, serumen terdapat di
sepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan di daerah ini.
Konsistensinya lunak, tetapi kadang-kadang kering.
Serumen keluar dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari
arah membran timpani menuju ke luar serta dibantu oleh gerakan rahang saat
mengunyah. Walaupun tidak memiliki efek anti bakteri atau anti jamur, serumen
memiliki sifat proteksi, menjebak kotoran, dan menghasilkan aroma yang tidak
disenangi serangga sehingga serangga tidak masuk ke dalam liang telinga.
Membran timpani adalah organ berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari
arah liang telinga dan tampak oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut
pars flaksida (membran Shrapnell) dan bagian bawah pars tensa (membran propria).
Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang
telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel saluran napas.
Pars tensa memiliki satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat
kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler
pada bagian dalam.1
III. 2. Definisi Otitis Eksterna
Otitis eksterna (OE) adalah peradangan atau infeksi pada saluran pendengaran
bagian luar, daun telinga, atau keduanya.  Penyakit ini merupakan penyakit umum
yang dapat ditemukan pada semua kelompok umur.  radang liang telinga akut maupun
kronis yang disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah
radang telinga tengah luar yaitu terjadi perubahan pH di liang telinga, yang biasanya
normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada
keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.
Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan akibat mengorek telinga.

III. 3. Definisi Otitis Eksterna Difusa


Otitis eksterna difusa radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan
oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus dapat menimbulkan telinga terasa sakit.
Biasanya dikenal sebagai “Swimmer’s ear”. Trauma ketika membersihkan liang telinga
cotton bud diketahui sebagai faktor lokal penyebab otitis eksterna difusa yang paling
sering terjadi.2

III. 4. Etiologi Otitis Eksterna


Penyebab tersering otitis eksterna adalah bakteri. Penyebab lainnya termasuk
jamur dan juga eksema. Hasil studi mengatakan bahwa 91% kasus otitis eksterna
disebabkan oleh bakteri, dan 40% kasus disebabkan oleh agen penyebab lainnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Romania tahun 2015, bakteri tersering yang
menyebabkan otitis eksterna difusa adalah Staphylococcus aureus (57% dari semua
kasus), Pseudomonas dan bakteri anaerob dan gram negative.4
Gambar 3. 3. Strain bakteri dari pasien dengan otitis eksterna difusa
Otitis eksterna yang disebabkan oleh infeksi jamur atau disebut otomikoasis dapat
disebabkan oleh penggunaan jangka panjang dari antibiotik ataupun keadaan liang
telinga yang terlalu lembab. Penyebab tersering dari infeksi jamur adalah Aspergillus
(80-90%) yang diikuti oleh Candida. Keadaan ini ditandai dengan filament hifa
panjang berwarna putih yang tumbuh pada permukaan kulit. Selain otorea, eritem dan
edem pada liang telinga juga sering ditemukan.
Otitis eksterna kronik dapat juga terjadi karena pengobatan otitis eksterna akut
yang tidak tuntas. Penyebab lain seperti iritasi kulit yang disebabkan oleh cairan otitis
media, trauma berulang, adanya benda asing, penggunaan cetakan (mould) pada alat
bantu dengar (hearing aid) dapat menyebabkan radang kronis yang akibatnya terjadi
stenosis atau penyempitan liang telinga karena terbemtuknya jaringan parut (sikatriks).2
Faktor predisposisi otitis eksterna, yaitu :
a. Keadaan Udara hangat dan lembab memudahkan kuman dan jamur untuk
tumbuh
b. Derajat keasaman (pH) liang telinga, dimana PH basa mempermudah
terjadinya otitis eksterna. biasanya normal atau pH asam. Bila pH menjadi
basa, proteksi terhadap infeksi menurun.
c. Trauma mekanik seperti trauma lokal dan ringan pada epitel liang telinga
luar (meatus akustikus eksterna), misalnya setelah mengorek telinga
menggunakan cotton bud merupakan faktor predisposisi terjadinya otitis
eksterna.
d. Berenang dan terpapar air. Perubahan warna kulit liang telinga dapat
terjadi setelah terkena air. Hal ini disebabkan adanya bentuk lekukan
pada liang telinga sehingga menjadi media yang bagus buat pertumbuhan
bakteri. Otitis eksterna sering disebut sebagai swimmer's ear.
e. Benda asing yang menyebabkan sumbatan liang telinga, misalnya manik-
manik, biji-bijian, serangga, dan tertinggal kapas.
f. Alergi misalnya alergi obat (antibiotik topikal dan antihistamin) dan
metal (nikel).
g. Penyakit diabetes. Otitis eksterna sirkumskripta sering timbul pada
pasien diabetes.
Sedangkan otitis eksterna kronik dapat disebabkan :
a. Pengobatan infeksi bakteri dan jamur yang tidak adekuat.
b. Trauma berulang.
c. Benda asing.
d. Alat bantu dengar (hearing aid), penggunaan cetakan (mould) pada
hearing aid.

III. 5. PATOFISIOLOGI
Sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan dikeluarkan
dari liang telinga. Pembersih kapas telinga dapat mengganggu mekanisme
pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di
sekitar gendang telinga.
Keadaan tersebut menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang
telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada
liang telinga menjadi tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya
lapisan pelindung yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi
lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan
rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/
nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatusakustikus eksterna) sehingga
hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.
Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan
tulang temporal. Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh beberapa faktor:
 Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan jaringan
lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan
menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
 Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit
dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga
akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga
mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.
III. 6. STADIUM OTITIS EKSTERNA DIFUSA

Stadium otitis eksterna difusa terdiri dari 2 stadium :

1. Stadium akut.
Rasa tidak nyaman hingga nyeri didalam dan sekitar liang telinga yang
sesuai dengan pergerakan dari rahang. Dalam kasus berat terdapat pembengkakan
di sekitar jaringan lunak dan bagian luar dari aurikula. Pada pemeriksaan, kulit
dari liang telinga berwarna merah, edema dan sangat sensitif. Dijumpai nanah
pada liang telinga dan sebagai perkembangan penyakit dari deskuamasi epitel
pada liang telinga yang terbentuk dari massa debris seperti keju didalam liang
telinga serta membran timpani sering tidak jelas terlihat.2
2. Stadium kronis.
Gejala stadium kronis adalah iritasi dan keluarnya cairan dari telinga. Dapat
terjadi tuli sebagai hasil dari akumulasi debris pada liang telinga. Tidak ada rasa
sensitif pada liang telinga tetapi terjadi penebalan pada kulit liang telinga serta
lumen liang telinga yang menyempit. 2

III. 7. Manifestasi Klinis


Gejala utama yang dilaporkan pasien adalah: nyeri, perasaan penuh di telinga,
sering gatal, gangguan pendengaran, terkadang demam. Biasanya otitis eksterna akut
berkembang menjadi secara terisolasi, yaitu terbatas pada satu sisi, sedangkan kasus
bilateral terbatas lebih jarang.
a. Rasa sakit dalam telinga

Rasa sakit yang dirasakan dapat bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak
enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga
rasa sakit yang hebat.

Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat


peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang
telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium,
sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit
yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja
dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar
dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.
b. Rasa penuh pada telinga
Merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa
dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.
c. Rasa gatal
Merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa
sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Rasa gatal yang hebat 9%,
sedang 23%, ringan 35%, tidak didapat rasa gatal 33%. Pada kebanyakan
penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda
permulaan peradangan suatu etitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik
merupakan keluhan utama.
d. Penurunan pendengaran
Keluhan ini mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut.
Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang
progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut,
serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup
lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara

III. 8. Diagnosis

Diagnosis otitis eksterna terutama didasarkan pada: pemeriksaan kesehatan,


pemeriksaan otoscopic, tes garpu tala dan timpanometri sebagai alat bantu. Tes garpu
tala menyarankan untuk memeriksa adanya gangguan pendengaran konduktif.
Pemeriksaan otoskopi menunjukkan hasil yang signifikan pembengkakan dan
kemerahan pada saluran telinga, daun telinga dan gendang telinga, yang mana sering
tidak terlihat pada hari-hari pertama infeksi.

Pada Anamnesis, pasien dapat melaporkan gejala seperti otalgia, rasa penuh
ditelinga, gatal, sekret berbau, penurunan pendengaran, tinnitus, demam namun
jarang, gejala bilateral namun jarang.

Rasa sakit di dalam telinga atau otalgia bisa bervariasi dari yang hanya berupa
rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Rasa sakit bisa tidak sebanding dengan
derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang
telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga
edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi
pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang
rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan
dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa
sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari
otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun
telinga. Gatal juga merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan
pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan
penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda
permulaan peradangan suatu otitis eksterna akut.

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna.
Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang
progresif pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen kanalis dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen,
debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang
mengakibatkan peredaman hantaran suara.

Pemeriksaan fisik juga perlu dilakukan. Biasanya temuan pemeriksaan fisik


dapat mencakup sebagai berikut: Nyeri tekan tragus, eritematosa dan edema saluran
auditori eksternal, discharge purulen, eczema dari daun telinga, adenopati
periauricular dan servikal, demam namun jarang.

III. 9. Penatalaksanaan
Meskipun biasanya tidak dilakukan di pusat perawatan primer, pembersihan
saluran telinga luar direkomendasikan untuk pengobatan OE akut oleh American
Academy of Otorhinolaryngology. Penyedotan dapat dilakukan hanya jika tidak ada
bukti atau kecurigaan perforasi membran timpani.
Pengobatan lini pertama untuk otitis eksterna difus tanpa komplikasi dari:
pemberian tetes antibiotik topikal dengan atau tanpa steroid, aplikasi sediaan antiseptik
pH rendah (misalnya asam asetat), dan penggunaan obat antiinflamasi dan analgesik
oral. Besar keuntungan menggunakan obat antibakteri topikal adalah bahwa mereka
mencapai konsentrasi terapeutik yang lebih tinggi di tempat infeksi daripada saat
diberikan secara oral, tetapi juga pada tingkat yang lebih rendah menyebabkan
resistensi obat. Antibiotik yang digunakan dalam terapi lokal terdiri dari sediaan dari
kelompok aminoglikosida (gentamisin, neomisin), polipeptida (gramicidin, polymyxin
B) atau fluoroquinolones (ciprofloxacin). Tetes telinga yang mengandung ciprofloxacin
tidak bersifat ototoksik.
Menggunakan sediaan gabungan, yang mengandung antibiotik dan steroid,
tampaknya menjadi solusi optimal karena propertinya. Waktu perawatan yang
disarankan minimal 7 hari hingga 2 minggu. Perbaikan klinis terjadi paling cepat 48-
72 jam setelahnya awal terapi. Dokter harus memberi tahu pasien tentang metode
aplikasi yang benar - setelah setiap penanaman, pasien harus tetap dalam posisi
terlentang selama 3–5 menit dengan telinga yang dirawat mengarah ke atas. Itu perlu
untuk melindungi telinga terhadap air selama seluruh periode pengobatan.
Komplikasi pengobatan topikal jarang terjadi. Tetes telinga aman dan dapat
ditoleransi dengan baik oleh pasien. Efek samping yang paling sering dilaporkan
Reaksinya adalah gatal di dalam telinga, lebih jarang ruam atau alergi kontak reaksi,
jarang pusing, gangguan pendengaran, dan superinfeksi dari saluran telinga.
Antibiotik sistemik tidak boleh diresepkan pada fase pertama pengobatan otitis
eksterna kecuali jika pasien berisiko parah otitis eksterna, memanifestasikan gejala
umum yang intensif atau sebenarnya diduga bahwa proses inflamasi tidak terbatas
hanya pada telinga luar.
Indikasi penggunaan antibiotik oral terbatas diakibatkan oleh fenomena
peningkatan resistensi antibiotik dan risiko efek samping (seperti: muntah, diare,
reaksi alergi). Otitis eksterna jamur diobati dengan membersihkan saluran telinga
sekresi dan menggunakan antijamur topikal.3
Dianjurkan untuk melakukan tindakan profilaksis bagi pasien yang cenderung
mengalami radang telinga luar, seperti menghindari cedera pada saluran pendengaran,
penggunaan emolien, sediaan antipruritik dan steroid topikal. Kebersihan telinga perlu
perhatian khusus, yaitu mengeringkan telinga dan menghindari sekresi basah,
membersihkan kotoran telinga dan menggunakan obat tetes pengasaman sebelum
berenang.3
Gambar 3. 4. Guideline tatalaksana otitis eksterna akut menurut Otolaryngology–Head and Neck
Surgery
(https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/0194599813517083)
Tabel 1. Obat Topikal untuk Terapi Otitis Eksterna

III. 10. Diagnosis Banding


Diagnosis banding untuk otitis eksterna difusa antara lain adalah :

1. Otitis eksterna sirkumskripta (Furunculosis)


Kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti
folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat
terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel. Kuman
penyebab biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.

Gejalanya berupa rasa nyeri yang hebat tidak sesuai dengan besar bisul
akibat kulit liang telinga tidak mengandung jaringan ikat longgar dibawahnya
sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat
timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain
itu, terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat
liang telinga.

Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses,


diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Local diberikan antibiotik
dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau bacitracin, atau antiseptic (asam
asetat 2-5% dalam alcohol). Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan insisi,
kemudian dipasang drain untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu
diberikan antibiotik secara sistemik, hanya diberikan obat simptomatik seperti
analgetik dan obat penenang.

2. Otomikosis

Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di


daerah tersebut. Penyebab tersering ialah Pityrosporum, Aspergillus. Kadang-
kadang ditemukan juga candida albikans atau jamur lain. Pityrosporum
menyebabkan terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan
predisposisi otitis eksterna bakterialis.

Gejala berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering juga
tanpa keluhan.Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga. Larutan
asam asetat 2% dalam alcohol, larutan iodiumpovidon 5% atau tetes telinga yang
mengandung campuran antibiotic dan steroid yang diteteskan ke liang telinga
biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti jamur
(sebagai salep) yang diberikan secara topical yang mengandung nistatin,
klotrimazol.

Gambar 3. 5. Otomikosis oleh Aspergillus dan Candida pada liang telinga


3. Otitis eksterna maligna

Merupakan infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain disekitarnya.
Biasanya terjadi pada orangtua dengan penyakit diabetes mellitus. Pada penderita
diabetes, pH serumennya lebih tinggi dibanding pH serumen non diabetes. Kondisi ini
menyebabkan penderita diabetes lebih mudah terjadinya otitis eksterna. Akibat adanya
faktor immunocompromised dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis
eksterna maligna.

Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progesif ke lapisan


subkutis, tulang rawan dan ke tulang di sekitarnya, shingga timbul kondritis, osteitis
dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.

Gambar 3. 6. Otitis eksterna maligna

Gejalanya adalah rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri,
secret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa nyeri tersebut
akan semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat
tumbuhnya. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis
fasial.

Penebalan endotel yang mengiringi diabetes mellitus berat, kadar gula darah yang
tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif, menimbulkan kesulitan
pengobatan yang adekuat.

Pengobatan harus cepat diberikan. Sementara menunggu hasil kultur dan


resistensi, diberikan golongan fluoquinolon (siprofloksasin) dosis tinggi peroral. Pada
keadaan yang lebih berat diberikan antibiotic parenteral kombinasi dengan antibiotic
golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu.

Disamping obat-obatan, sering kali diperlukan juga tindakan membersihkan luka


(debridement) secara radikal. Tindakan membersihkan luka yang kurang bersih akan
dapat menyebabkan makin cepatnya penjalaran penyakit.

III. 11. Prognosis

Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh dengan
cepat dengan pengobatan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Paulsen F. ATLAS OF ANATOMY Sobotta. 16th ed. Munich: Elsevier; 2017. 285–316 p.
2. Helmi, Hafil A.F, Sosialisman. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala &
Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2012.
3. Gamrot-Wrzoł M, Zięba N, Ścierski W, Misiołek M. Diffuse acute otitis externa. Pol Przegląd
Otorynolaryngologiczny. 2020;8(4):1–5.
4. Cirpaciu D, GOANŢĂ C, Tusaliu M, Curutiu C, Budu V. Microbial etiology of acute
otitis externa-a one year study. Rom Biotechnol Lett. 2017;22(1):12316.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai