Presentan :
Lisa Nuril Himawati 12100121605
Neng Resa Aulia Tullah 12100121654
M. Faishal Ramadhan 12100121511
Reza Rizqita M. H. 12100121626
Namira Putri H. 12100121506
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Usia : 53 th
Alamat : jl wargaluyu
Keluhan Utama
Pilek berulang
Anamnesis
Pasien datang ke Rumah Sakit RS Al-ihsan Bandung dengan keluhan pilek berulang. Keluhan
dirasakan pasien sejak 2005. Keluhan terjadi hilang timbul hingga saat ini. saat ini pasien pilek sejak tadi
malam. pilek terasa seperti hidung tersumbat dan meler dengan cairan berwarna bening, cair dan tidak
berbau. Keluhan dirasakan terutama jika udara dingin, seperti dini hari, pagi hari atau malam hari dan jika
terkena debu. Dirumah pasien memiliki karpet yang jarang dibersihkan. Keluhan akan membaik pada siang
hari. Keluhan dirasakan hampir setiap hari selama lebih dari 4 minggu namun tidak mengganggu tidur
maupun aktifitas sehari-hari.
Keluhan disertai bersin berulang yang terjadi kurang lebih selama 3 menit, mata berair, gatal
pada mata dan hidungnya. Pasien sering kali menggosok hidungnya dengan tangan karena gatal. Keluhan
tersebut muncul terkadang, memberat pada pagi hari atau ketika udara dingin dan akan membaik ketika
siang hari. Karena keluhannya pasien menjadi sulit untuk bernapas melalui hidung sehingga harus
bernapas melalui mulut.
Pasien menyangkal adanya demam, batuk, sakit tenggorokan, nyeri saat menelan, suara
serak dan sesak napas. pasien tidak merasakan nyeri atau penuh pada daerah kening atau
disamping hidung. Keluhan gangguan pendengaran, nyeri telinga dan keluar cairan ataupun
nanah dari telinga juga disangkal oleh pasien. Pasien menyangkal memiliki hewan peliharaan
berbulu di rumah.
Sejak 5 tahun yang lalu, pasien telah berobat ke poliklinik THT dengan keluhan
serupa dan telah diobati menggunakan obat yang diberikan dari rumah sakit seperti tremenza,
rhinos , dan semprot hidung dekongestan namun pasien tidak menggunakan obat tersebut
secara rutin. Riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis disangkal oleh pasien. Pasien
mengatakan bahwa ayahnya memiliki keluhan yang serupa dan ibunya memiliki riwayat asma.
Pemeriksaan Fisik
Kesan Umum:
► Tanda Vital :
TD : 120/80 MmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36.5
Kepala : - Maksilofasial :
Bentuk simetris
-Normocephal
Massa (-)
-Mata :
Deformitas (-)
konjungtiva anemis (-/-) Parase nervus cranialis (-/-)
Ekstremitas : Akral hangat ,CRT < 2 detik ,edema (-/-) ,sianosis (-/-)
Neurologis :
Dextra Sinistra
Dextra Sinistra
Dextra Sinistra
Dextra Sinistra
Keadaan Luar Warna, Bentuk dan Ukuran Dalam batas normal Dalam batas normal
Pemeriksaan Nasal
Dextra Sinistra
Uvula Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
Koana (sup, media, inf) Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
Rhinoskopi posterior Sekret Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
Masa/tumor Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
Torus tubarius Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
Fossa Rosenmuler Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
Adenoid Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Lokalis Mulut dan Orofaring
Bagian Kelainan Keterangan
Mukosa Normal
Faring (orofaring) Granula Tidak ada
Post nasal drip Tidak ada
Maksilofasial
Bagian Kelainan
Bentuk Normal
Parese N. kranialis Tidak ada parese
Inspeksi
Sinus maksila Tidak membengkak
Sinus frontalis
Tes palpasi dan perkusi di wajah sinus Nyeri tekan sinus etmoid (-/-)
maksila/ sinus frontalis/ sinus etmoid
farmakologi:
- antihistamin
- steroid intranasal
- antagonis receptor leukotrien (LTRA)
- imunoterapi
antihistamin:
Intranasal corticosteroid:
Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001
adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat
setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh lg E
Epidemiologi
- Prevalensi rhinitis alergi berdasarkan diagnosis fisik sekitar 15%
- Prevalensi berdasarkan gejala nasal 30%
- Kelainan kronik umum pada anak-anak
- Asma dan alergies pada anak-anak terdapat 14,6% pada usia 13-14 tahun dan 8,5 %
pada usia 6-7 tahun dengan gejala rhinokunjungtivitis
- Seasonal allergic rhinitis lebih umum terjadi pada anak , sedangkan rinitis kronik
lebih tinggi prevalensinya pada dewasa
Etiologi
Inhalant Allergens
1. Seasonal allergens : serbuk sari dari pohon, rumput dan rumput liar (Pada musim
tertentu)
2. Perennial allergens : jamur, tungau debu, kecoa dan bulu dari hewan (sepanjang
tahun)
3. Debu : tungau debu, bagian serangga, serat dan bulu binatang. Tungau debu biasanya
hidup di skin scales dan ditemukan di tempat tidur, kasur, bantal, karpet dan pelapis.
Genteic Presdisposition
Faktor Resiko
- Riwayat keluarga
- Jenis kelamin (laki-laki)
- Adanya allergen spesific IgE
- Serum IgE > 100 IU/mL sebelum usia 6 tahun
- Status ekonomi tinggi
- Young children
Klasifikasi
Berdasarkan sifat berlangsungnya (Dulu)
Klasifikasi berdasarkan rekomendasi dari WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and its
Impact on Asthma) tahun 2001. (saat ini)
1. Intermitten (kadang-kadang)
- Bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu
1. Persistent/menetap
- Bila gejala lebih dari 4hari/minggu dan lebih dari 4 minggu
Berdasarkan tingkat berat ringannya penyakit
1. Ringan
- Tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga,
belajar, bekerja dan hal-hal lain yang menggganggu
1. Sedang-berat
- Terdapat satu atau lebih dari gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu
Patogenesis
Patofisiologi
Anamnesis:
Diagnosis dan Manifestasi
- Serangan bersin berulang
Klinis
- Keluarnya sekret yang encer dan banyak dari hidung
- Hidung tersumbat
- Hidung dan mata gatal
- Terkadang banyak air mata keluar (lakrimasi)
Pemeriksaan fisik:
- Rhinoskopi anterior: mukosa edema, basah, berwarna pucat/livid disertai sekret yang encer dan banyak
- Mukosa inferior hipertrofi (jika gejala persisten)
- Allergic shiner (bayangan gelap dibawah mata karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung)
- Allergic salute (menggosok-gosok hidung karena gatal menggunakan punggung tangan)
- Allergic crease (timbulnya garis melintang di ⅓ bagian bawah dorsum nasal)
- Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi -> gangguan pertumbuhan gigi geligi (facies adenoid)
- Dinding posterior faring tampak granular dan edema (cobblestone appearance)
- Dinding lateral faring tampak menebal
- Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue)
Pemeriksaan penunjang:
a. In vitro
- Hitung eosinofil dalam darah dapat normal/meningkat (eosinophil dalam jumlah banyak -> alergi inhalan)
- Basophil (>5sel/lap) -> alergi makanan
- Terdapat sel PMN -> infeksi bakteri
- IgE total dapat normal kecuali jika tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit (misalnya selain
rinitis alergi juga menderita asma bronkial/urtikaria)
a. In vivo
- Skin prick test -> alergen inhalan
- Intracutaneus Provocative Dilutional Food Test (IPDFT) -> alergi makanan
Diagnosis Banding
- Vasomotor rhinitis
- Infectious rhinitis
- Cerebrospinal fluid leak
- Non-allergic rhinitis with eosinophilia syndrome (NARES)
- Chemical rhinitis
- Rhinitis of pregnancy and hormonally-induced rhinitis
- Drug-induced rhinitis - e.g., NSAIDs, ACE inhibitors, nasal decongestants, cocaine
- Autoimmune, granulomatous, and vasculitic rhinitis
- Nasopharyngeal neoplasm
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa:
1. Anti histamin
- Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamin H-1 -> bekerja secara inhibitor kompetitif pada
reseptor H-1 sel target
- Merupakan preparat farmakologik yang paling sering dipakai sebagai lini pertama pengobatan rinitis
alergi.
- Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral.
Antihistamin generasi 1: Antihistamin generasi 2:
- Bersifat lipofilik, sehingga dapat menembus - Bersifat lipofobik, sehingga sulit menembus sawar darah
sawar darah otak (mempunyai efek pada SSP) otak. Bersifat selektif mengikat reseptor H-1 perifer dan tidak
dan plasenta serta mempunyal efek kolinergik. rnempunyai efek anti-kolinergik, antiadrenergik dan efek
- Yang termasuk kelompok ini antara lain adalah pada SSP minimal (non-sedatif).
difenhidramin, klorfeniramin, prometasin, - Efektif untuk mengatasi gejala pada respons fase cepat
siproheptadin sedangkan yang dapat diberikan seperti rinore, bersin, gatal, tetapi tidak efektif untuk
secara topikal adalah azelastin. mengatasi gejala obstruksi hidung pada fase lambat.
- dibagi menjadi 2 golongan menurut keamanannya.
1. Kelompok pertama
astemisol dan terfenadin yang mempunyai efek kardìotoksik.
2. Kelompok kedua
loratadin, setirisin, fexofenadin, desloratadin dan
levosetirisin.
2. Kortikosteroid
Dipilih bila gejala terutama sumbatan hidung akibat respons fase lambat tidak berhasil diatasi dengan obat lain.
Yang sering dipakai adalah kortikosteroid topikal (beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason, mometason
furoat dan triamsinolon).
3. Antikolinergik topikal
Antikolinergik topikal adalah ipratropium bromida, bermanfaat untuk mengatasi rinore, karena aktifitas inhibisi
reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor.
Pengobatan baru lainnya untuk rhinitis alergi adalah anti leukotrien (zafirlukast / montelukast), anti IgE, DNA
rekombinan.
Operatif:
Tindakan konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka inferior), konkoplasti atau multiple outfractured,
inferior turbino plasty perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan
dengan cara kauterisasi memakai AgNO3 25% atau trikior asetat.
Imunoterapi:
- Cara pengobatan ¡ni dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung
lama serta dengan pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan.
- Tujuan dan imuno-terapi adalah pembentukkan IgG blocking antibody dan penurunan IgE. Ada 2
metode imunoterapi yang umum dilakukan yaitu intradermal dan sub-lingual.
Komplikasi
1. Polip hidung
Beberapa peneliti mendapatkan, bahwa alergi hidung merupakan salah satu faktor penyebab terbentuknya
polip hidung dan kekambuhan polip hidung
3. Sinusitis paranasal
Prognosis
Rinitis alergi memuncak pada masa remaja dan secara bertahap menurun seiring
bertambahnya usia.
Pada saat follow-up 23 tahun, 54,9% pasien menunjukkan perbaikan gejala, dengan 41,6%
dari mereka yang bebas gejala.
Tingkat keparahan AR dapat bervariasi dari waktu ke waktu dan tergantung pada berbagai
faktor seperti lokasi dan musim.
Alhamdulillah
Terima Kasih
Referensi
- Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Edisi Keenam
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538186/#_article-17370_s13_