Anda di halaman 1dari 54

CASE REPORT SESSION (CRS)

M Taufiq Johari – 12100118549


Conni Nabilla NS. – 12100118526
Desi Kurnia – 12100118627
Shintya - 12100118709

- SINUSITIS -
Preseptor :
Dr. Panca Bagja M., Sp. THT-KL.
SMF THT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AL-IHSAN
2019
IDENTITAS PASIEN
• NAMA : Tn. C
• JENIS KELAMIN : Laki-laki
• UMUR : 40 tahun
• PEKERJAAN : Wiraswasta
• ALAMAT : Jl. Ciparay
• TGL PEMERIKSAAN : 22 Juli 2019
KELUHAN UTAMA:

Hidung mengeluarkan cairan


ANAMNESIS
Pasien datang ke poliklinik THT RSUD AL-IHSAN dengan
keluhan hidung mengeluarkan cairan sejak 7 hari yang lalu.
Cairan keluar dari hidung sebelah kiri, berwarna hijau, encer,
dan berbau. Pasien mengatakan saat cairan dari hidungya
keluar, pasien merasakan hidungnya perih. Keluhan ini
dirasakan pasien terus menerus setiap hari.
Pasien juga mengeluhkan nyeri pada wajah sebelah kiri, hidung
tersumbat,dan gangguan penciuman. Pasien juga mengeluhkan
kadang muncul gejala panas badan tinggi. Selain itu pasien juga
mengeluh adanya pilek dan batuk yang dirasakan sejak 9 hari yang
lalu.

Pasien menyangkal adanya gatal pada hidung, bersin-bersin


terutama pagi hari, atau hidung tersumbat, dan nyeri menelan. Pasien
menyangkal mengalami mimisan sebelumnya. Pasien juga menyangkal
adanya nyeri pada gigi. Keluhan telinga berdenging, penurunan
pendengaran, dan terasa penuh ditelinga disangkal pasien.
Adik pasien memiliki keluhan yang sama seperti
pasien. Pasien maupun keluarga tidak ada yang
mempunyai alergi makanan, cuaca dan asma. Tidak ada
riwayat trauma atau pembedahan pada telinga pasien
sebelumnya. Pasien mengatakan bahwa keluhan ini
pertama kali dirasakan. Pasien mengatakan bahwa
keluhan ini sebelumnya sudah pernah diobati.
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 120/80mmHg
Respirasi : 21x/menit
Nadi : 72x/menit
Suhu : 37,2˚C
Berat badan : 71kg
Tinggi badan : 165cm
Status gizi : Baik
STATUS GENERALIS
• Kepala : Normocephal
• Mata : Letak simetris, edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-)
• Maksilofasial : Bentuk simetris, massa (-), deformitas (-), parese nervus
cranialis (-/-)
• Leher : Pembesaran KGB (-), pembesarakn kelenjar parotis (+)
pembesaran tiroid (-),kaku kuduk (-)
• Thorax : Bentuk dan gerak simetris, retraksi dinding dada (-)
• Cor : BJ reguler, murmur (-), gallop (-)
• Pulmo : VBS kiri=kanan, Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
• Abdomen : Datar, lembut, hepar dan lien tidak teraba besar, nyeri
tekan (-)
• Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), sianois (-/-)
STATUS LOKALIS: TELINGA
BAGIAN KELAINAN AD AS
Preaulikula Kongenital Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Radang Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada

Aurikula Kongenital Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan


Radang Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Sekret Tidak ada

Retroaulikula Edema Tidak ada Tidak ada


Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
CAE Kongenital Tidak Ada Tidak Ada
Kulit Tenang Tenang
Sekret Tidak ada Tidak ada
Serumen Ada Ada
Edema Tidak Ada Tidak Ada
Jaringan Granulasi Tidak Ada Tidak Ada
Massa Tidak Ada Tidak Ada
Cholesteatoma Tidak Ada Tidak Ada

Membran Timpani Warna Dalam batas normal Dalam batas normal


Intak intak intak
Refleks Cahaya (+) (+)
Gambaran membrane
Status lokalis: hidung
Nasal
Pemeriksaan
Dextra Sinistra
Keadaan Luar Bentuk dan Dalam batas Dalam batas
Ukuran Normal Normal
Mukosa Hiperemis Hiperemis
Sekret - +, hijau, encer
Krusta - -
Concha inferior Eutropi Hipertrofi

Rhinoskopi Septum Tidak ada deviasi


anterior
Polip/tumor Tidak ada Tidak ada
Pasase udara + +
•Rhinoskopi posterior : Tidak dilakukan

•Transilluminasi test :
cahaya redup pada hidung sebelah kiri
STATUS LOKALIS : ORAL CAVITY
Bagian Kelainan Keterangan
Mulut Mukosa mulut Tenang
Lidah Bersih, basah, gerakan normal ke segala
arah
Palatum molle Tenang, simetris
Gigi geligi Tidak ada
Uvula Simetris
Halitosis Tidak ada
Tonsil Mukosa Tenang
Besar T1– T1
Kripta Tidak ada
Detritus Tidak ada
Faring Mukosa Tenang
Granula Tidak ada
Post nasal drip +
PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL

• Inspeksi:
•Pada inspeksi sinus frontalis dan sinus maksilaris tidak
membengkak
• Palpasi:
• Nyeri tekan pada sinus maksilaris sinistra (+)
Maxillofacial
• Bentuk : simetris
• Parese nervus cranialis : (-)

Leher
• KGB : tidak teraba membesar
• Pembesaran thyroid (–)
• Massa atau abses (-)
Resume
Pasien datang ke poliklinik THT dengan keluhan hidung
mengeluarkan cairan sejak 7 hari yang lalu. Cairan keluar dari hidung
sebelah kiri, berwarna hijau, encer, dan berbau.
Pasien juga mengeluhkan sakit pada muka sebelah kiri serta
kadang mengalami panas badan. Selain itu pasien juga mengeluhkan
adanya pilek dan batuk sejak 9 hari yang lalu.
Pemeriksaan fisik
• Status lokalis :
• Hidung :
- Mukosa : sinistra hiperemis
- Sekret : hijau, encer,
- Concha Inferior : sinistra hipertrofi
Diagnosis Banding :
- Sinusitis maksilaris akut sinistra ec common cold
- Sinusitis maksilaris akut sinistra ec Rhinitis

DIAGNOSIS KERJA
• Sinusitis maksilaris sinistra akut et causa common
cold
USULAN PEMERIKSAAN

Pemeriksaan darah rutin: Hb, Ht, leukosit, trombosit


 X-ray: Waters
CT Scan Sinus
PENATALAKSANAAN
Umum:
• Istirahat yang cukup
• Menghindari minuman dingin

Khusus:
• Antibiotik : Penisillin seperti Amoksisilin (10-14 hari)
• Jika resisten : amoksisilin-klavulanat atau
sefalosporin generasi kedua
• Steroid topikal/oral
• Dekongestan
• Analgetik
Prognosis

• Qua ad vitam : ad bonam


• Quo ad functionam : ad bonam
• Quo ad sanasionam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
ANATOMI HIDUNG
• Merupakan bagian atas dari jalan nafas, terletak superior dari hard
palate, terdiri dari external nose dan nasal cavity, terbagi menjadi
kanan dan kiri cavities oleh nasal septum.

External Nose

HIDUNG

Nasal Cavity
Eksternal Nose
✢ Pangkal hidung (root)
✢ Puncak hidung/apex (tip)
✢ Batang hidung (dorsum)
✢ Alae (wings) hidung
✢ Lubang hidung (nares
anterior/nostril)
✢ Nasal septum.
Nasal Septum

• Sebagian berupa tulang dan sebagian lagi


tulang rawan (kartilago).
• Terdiri dari komponen:
 Lamina perpendicularis of ethmoidal
(membentuk bagian atas nasal septal)
 Vomer (membentuk bagian
posteroinferior nasal septum)
 Septal cartilage
Hidung disokong oleh tulang dan tulang rawan

✢ Tulang

• Frontal bone

• Nasal bones
• Maxilla

✢ Tulang rawan

• 2 cartilagines nasi laterales

• 2 cartilagines alares

• 1 cartilagines septi nasi


Komplek osteomeatal (KOM)
• Merupakan celah pada dinding lateral
yang dibatasi oleh konka media dan
lamina papirasea.
• Struktur anatomi penting yang
membentuk KOM adalah prosesus
unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus
semilunaris, bula etmoid, aggernasi dan
resesus frontal.
• KOM merupakan unit fungsional yang
merupakan tempat ventilasi dan drainase
yang letaknya dianteror yaitu sinus
maksilaris, etmoid anterior, dan frontal
• Jika terjadi obstruksi pada celah sempit ini
maka akan terjadi perubahan patologis
yang signifikan pada sinus yang terkait.
Nasal Cavity
• Nasal vestibule sampai dengan internal
nares (choanae).
• Dilapisi oleh otot dan nasal mucosa
(kecuali bagian nasal vestibule)
• Nasal mucosa :
 Terikat dari periosteum dan perichondrium berasal
dari bone dan cartilage hidung.
 Berhubungan dengan :
Nasopharynx (posterior)
Paranasal sinus (superior dan lateral)
Lacrimal sac dan conjutiva (superior)
• Terdapat 3 conchae : Superior conchae, Middle conchae,
Inferior conchae
Nasal conchae membagi nasal cavity menjadi 4
saluran :

• Sphenoethmoidal recess: Tempat


bermuaranya sphenoidal sinus.
• Superior nasal meatus: Tempat bermuaranya
sinus ethmoidalis superior melalui 1 muara /
lebih.
• Middle nasal meatus: bagian anterosuperior
berhubungan dengan ethmoid infundibulum
(jalan penghantar ke sinus frontalis) melalui
duktus frontonasalis. Dan sinus maxillaries
juga bermuara ke meatus ini.
• Inferior nasal meatus: Tempat bermuaranya
ductus nasolacrimalis di bagian anterior
meatus ini.
Vaskularisasi
1. Arteri ethmoidalis anterior
2. Arteri ethmoidalis posterior
(cabang arteri opthalmica)
3. Arteri sphenopalatina (cabang
arteri maxillaris interna)
4. Arteri labialis superior (cabang
arteri maxillaris externa)
5. Arteri Greater palatine
Inervasi
• Pterygopalatine ganglion
• Olfactory nerve (CN I)
• Lateral-internal nasal branch of anterior ethmoidal nerve (CN V1)
• Lateral-external nasal branch of anterior ethmoidal nerve (CN V1)
• Greater palatine nerves (CN V2)
• Lesser palatine nerves (CN V2)
• Maxillary nerve (CN V2)
• Nasopalatine nerve (CN V2)
• Nerve of pterygoid canal
• Pharyngeal branch of maxillary nerve ( CN V2)
• Posterior-superior-lateral nasal branch from greater palatine nerve
• Posterior-inferior-lateral nasal branch from greater palatine nerve
FISIOLOGI HIDUNG
1. Sebagai jalan nafas
2. Alat pengatur kondisi udara (air conditioning)
3. Penyaring udara
4. Indra penghidu
5. Resonansi suara
6. Membantu proses bicara
7. Refleks nasal
ANATOMI SINUS PARANASAL

 Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang kepala sehingga


terbentuk rongga dalam kepala.
Frontal Sinus
• Kanan dan kiri  terletak diantara bagian outer dan inner dari frontal bone,
posterior dari supercilliary arches dan roof of the nose.
• Ukurannya bervariasi : > 5 mm.
• Inervasi  cabang dari supraorbital nerve (CN V1)
• Drainase :
Frontal sinus ( r dan l )  frontonasal duct  ethmoidal indundibulum 
semilunar hiatus  middle nasal meatus
Ethmoidal Sinus
• Invaginasi mucus membran pada bagian middle dan
superior nasal meatus ke dalam ethmoid bone
• Ethmoidal sinus dibagi menjadi 3 bagian : anterior, middle,
posterior
• Inervasi : posterior ethmoidal branches of nasociliary
nerve (CN V I)
• Drainase :
anterior dan middle : middle nasal meatus
Posterior : superior nasal meatus
Sphenoidal Sinus
• Terletak pada bagian body of sphenoid bone dapat memanjang sampai bagian
wings
• Terbagi menjadi beberap ruangan dipisahkan oleh bony septum
• Vaskularisasi : posterior ethmoidal arteri
• Inervasi : posterior ethmoidal nerve
• Drainase :
• Sphenoidal sinus  spheno-ethmoidal recess  superior nasal meatus
Maxillary Sinus

• Terletak pada bagian body maxillary bone dan berhubungan dengan middle
nasal meatus.
• Terdapat 4 bagian :
– Apex : memanjang ke zygomatic bone
– Base : bagian inferior dari lateral wall nasal cavity
– Roof : dibentuk oleh bagian floor dari obit
– Floor : dibentuk oleh bagian alveolar maxilla bone
• Drainase :
Maxillary sinus  maxillary ostium  middle nasal meatus
FISIOLOGI SINUS
• Sebagai pengatur kondisi udara
• Sebagai penahan suhu
• Membantu keseimbangan kepala
• Membantu resonansi suara
• Peredam perubahan tekanan udara
• Membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung
CLINICAL SCIENCE
DEFINISI SINUSITIS
Inflamasi mukosa sinus paranasal.
EPIDEMIOLOGI
Hasil penelitian dari sub bagian Rinologi Departemen THT FKUI-RSCM
menyatakan dari 496 pasien ditemukan 50 persen penderita sinusitis.
ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI
• ISPA akibat virus  Infeksi tonsil
• Rinitis alergi  Infeksi gigi
• Rinitis hormonal
 Diskinesia silia
• Polip hidung
• Kelainan anatomi (deviasi septum atau hipertrofi konka)  Lingkungan berpolusi
• Sumbatan kompleks ostiomeatal  Udara dingin dan kering
 Merokok
KLASIFIKASI

Konsensus Internasional tahun 1995: Konsensus tahun 2004:


1.Akut 1. Akut
• Batas waktu empat minggu
Batas waktu 8 minggu
2. Subakut
2. Kronik • Empat minggu sampai tiga
Lebih dari delapan minggu. (>8 minggu) bulan
3. Kronik
• Lebih dari tiga bulan
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK

• Hidung tersumbat  Anosmia/ hiposmia


• Nyeri tekan pada  Halitosis
wajah
• Sekret hidung  Batuk
purulen  Sesak
• Post nasal drip
 Demam
• Nyeri gigi
• Nyeri telinga  Lesu
• Nyeri kepala
Manifestasi Klinis bedasarkan letak sinus
• Keluhan utama rinosinusitis : hidung tersumbat disertai nyeri/rasa tekanan pada wajah,
ingus purulent yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip). Dapat disertai gejala
sistemik seperti demam dan lesu.

• Sinusitis maksila : nyeri pipi/nyeri pada daerah rahang atas. Dapat menimbulkan nyeri
pindah ke gigi dan gusi. nyeri tekan region maksilaris, bengkak dan hiperemi pada pipi,
keluar secret dari hidung, pada rinoskopi anterior terlihat secret pada meatus medius

• Sinusitis frontalis : sakit kepala region frontal. Terlokalisasi pada daerah sinus, nyeri
tekan di dasar sinus frontal, bengkak pada kelopak mata atas, keluar secret dari hidung,
pada rinoskopi anterior terlihat secret pada meatus medius
• Sinusitis etmoidalis : nyeri diantara atau dibelakang kedua bola mata,
bengkak pada kelopak mata, keluar secret dari hidung

• Sinusitis sphenoidalis : sakit kepala terutama pada vertex, oksipital.


Nyeri dapat pindah ke region mastoid, post nasal discharge, pada
rinoskopi anterior terlihat pus pada meatus superior
Manifestasi Klinis

• Nyeri pipi/nyeri pada daerah rahang atas. Dapat menimbulkan nyeri


pindah ke gigi dan gusi.
• Nyeri tekan region maksilaris
• Bengkak dan hiperemi pada pipi
• Keluar secret dari hidung
• Pada rinoskopi anterior terlihat secret pada meatus medius
Diagnosis
Gejala Mayor Gejala Minor

• Nyeri pada wajah atau dengan Demam


penekanan Sakit kepala

• Kongesti/tersumbat atau rasa Fatigue


penuh pada wajah Halitosis
• Hidung tersumbat Sakit gigi

• Secret hidung purulent Batuk


Sakit atau rasa penuh pada telinga
• Gangguan penciuman
(hyposmia atau anosmia)
Pemeriksaan penunjang
• Foto polos/ CT scan posisi waters, PA
dan lateral.
• CT scan sinus (Gold Standard) karena
mampu menilai anatomi hidung dan
sinus, adanya penyakit dalam hidung
dan sinus secara keseluruhan dan
perluasannya.
• Transiluminasi; sinus yang sakit akan
menjadi suram atau gelap.
• Pemeriksaan mikrobiologi dan tes
resisten dilakukan dengan mengambil
secret dari medius/superior, untuk
mendapatkan antibiotic yang tepat
guna.
Terapi
• Tujuan terapi sinusitis : mempercepat penyembuhan, mencegah
komplikasi dan mencegah perubahan menjadi kronik

• Antibiotik dipilih adalah gol.penisilin spt amoxcicilin – resisten


maka diberikan amoksisilin-klavulanat/ sefalosporin generasi ke2

• Antibiotik diberikan selama 10-14 hari

• Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF/FESS) merupakan operasi


untuk sinusitis kronik
Komplikasi
• Kelainan orbita : edema palpebral, selulitis orbita, abses orbita,
thrombosis sinus kavernosus
• Kelainan intracranial (meningitis, abses intradural atau subdural,
abses otak)
• Osteomielitis dan abses subperiosteal, kelainan paru (bronchitis
kronik, bronkiektasis)
Terimakasih
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai