Anda di halaman 1dari 54

Tonsilitis Kronis Hipertrofi

Pembimbing :
dr. Yan Edwin Bunde, Sp.THT-KL, MH.Kes

Disusun Oleh :
Angelina Evita Dwiyanti 1415030
Almiya Khansa Putri 1415174
Fauzie Ilhamsyah Megantara 1415055
Astriani Oktaviana br Silaban 1315203
Dharmanadi Siddharta Welliangan 1415155

Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL


Universitas Kristen Maranatha - RS Immanuel
Bandung
2019
Identitas Pasien
• Nama : Nn. L
• Umur : 22 Tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Kota Tempat Tinggal : Bandung
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Suku Bangsa : Sunda
• Agama : Islam
• Status Pernikahan : Belum menikah
Anamnesis
Keluhan utama : Ngorok

Perempuan datang ke poliklinik THT dengan


keluhan ngorok sejak sejak 3 bulan yang lalu.
Sebelumnya pasien sempat nyeri tenggorokan
diberi obat oleh dokter dan disanrankan untuk
dilakukan operasi pengangkatan tonsil, namun
Pasien menolak dilakukan operasi karena takut.
Sekarang nyeri tenggorokan sudah tidak dirasakan.
Pasien mengaku nyeri tenggorokan sering kambuh
lebih dari 4 kali pertahun.
Pasien juga mengeluhkan tenggorokan terasa
kering dan rasa mengganjal di tenggorokan
terutama ketika menelan tapi masih dapat
makan dan minum. Rasa mengganjal dirasakan
terus menerus, tidak pernah hilang.
Pasien menyangkal adanya nyeri menelan,
demam, batuk, pilek, rasa penuh di telinga atau
nyeri pada telinga.
Anamnesis
RPD : Nyeri menelan hilang timbul
lebih dari 4 kali per tahun
RPK :-
Kebiasaan : sering mengonsumsi makanan
pedas, merokok (-)
Usaha berobat : belum ada usaha berobat
Riwayat alergi : Paracetamol
Pemeriksan Fisik
• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Compos mentis
• Kesan sakit : Ringan
• Berat Badan : 52 kg
• Tinggi Badan : 151 cm
• Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 88x/menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 36,5 ºC
Status Generalis
• Kepala
– Wajah: bentuk dan ukuran simetris
– Mata: konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-
• Leher : KGB tidak teraba membesar, trakea letak
sentral
• Toraks:
– Pulmo
• Inspeksi, Palpasi : bentuk dan pergerakan
simetris, taktil fremitus ka=ki
• Perkusi: sonor
• Auskultasi: VBS ka=ki, ronkhi -/-, wheezing -/-
Status Generalis
– Cor :
• Inspeksi : DBN
• Palpasi : DBN
• Perkusi batas – batas jantung; dalam batas normal
• Auskultasi : BJM s1=s2 murni reguler , murmur -.
• Abdomen
– Inspeksi : datar
– Auskultasi : bising usus + normal
– Perkusi : tympani
– Palpasi : soepel, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (-)
• Ekstremitas : akral hangat, CRT< 2’’
Status Lokalis Telinga
Telinga Kanan Kiri
1. Preauricula
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada

2. Auricula
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak Ada

3. Postauricula
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Kanan Kiri
Canalis Acusticus Externus
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Serumen (+) sedikit (+) sedikit
Benda asing Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Tidak ada Tidak ada
Granulasi/ polip/ tumor Tidak ada Tidak ada
Sekret Tidak ada Tidak ada

Membran Timpani
Warna Putih mutiara Putih mutiara
Permukaan Rata Rata
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Refleks cahaya Ada Ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Status Lokalis Hidung
Kanan Kiri

Rinoskopi Anterior
• Mukosa Normal Normal
• Ukuran Konka Eutrofi Eutrofi
• Sekret Tidak ada Tidak ada
• Polip - -
• Septum Deviasi Tidak ada Tidak ada

Rinoskopi Posterior Tidak Dilakukan


Status Lokalis Mulut dan Tenggorok
Mulut Tidak ada kelainan
Gigi Caries dentis (-)
Palatum durum Tidak ada kelainan
Palatum mole Tidak ada kelainan
Lidah Tidak ada kelainan
Uvula Sentral, anterior, tidak ada edem
Tonsila Palatina
• Warna mukosa Merah muda Merah muda
• Ukuran T3 T3
• Crypta Melebar Melebar
• Detritus - -
• Membran - -

Dinding posterior Tidak bergranul


Faring Tidak hiperemis
Resume
• Keluhan utama : Stridor
• Anamnesis khusus :
Perempuan 22 tahun datang ke poli klinik THT
dengan keluhan stridor sejak 3 bulan, pasien juga
mengeluhkan rasa mengganjal di tenggorokan dan
tengorokan terasa kering. Pasien menyangkal
odynophagia, febris, batuk, pilek.
RPD : odinofagia hilang timbul >4 kali/tahun
Kebiasaan : sering mengkonsumsi makanan pedas
Resume
Status Lokalis :
• Tonsilla Palatina :
– Mukosa merah muda
– T3/T3
– Kripta melebar +/+
Diagnosis Kerja
• Tonsilitis Kronis Hipertrofi
Penatalaksanaan
• Non medikamentosa :
– Edukasi untuk menghindari makanan berminyak,
pedas
– Persiapkan untuk operasi tonsilektomi
Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Anatomi Tonsil
Tonsil adalah massa yang
terdiri dari jaringan limfoid
dan ditunjang oleh jaringan
ikat dengan kriptus
didalamnya.
Terdapat 3 macam tonsil:
1. Tonsil faringeal (adenoid)
2. Tonsil palatina
3. Tonsil lingual
Fisiologi Tonsil
Terdapat 2 mekanisme pertahanan tonsil:
• Mekanisme pertahanan non-spesifik
Berupa lapisan mukosa tonsil dan kemampuan limfoid
untuk menghancurkan mikroorganisme.
• Mekanisme pertahanan spesifik
IgA : menyebabkan resistensi jaringan lokal terhadap
organisme patogen
IgE : berfungsi untuk mengikat sel basofil dan sel
mastosit, dimana sel-sel tersebut mengandung granula
yang bersifat mediator vasoaktif yaitu histamin
TONSILITIS
Definisi
• Tonsilitis: peradangan tonsil palatina yang
merupakan bagian dari cincin waldeyer.
• Tonsilitis kronis: infeksi atau inflamasi pada
tonsila palatina yang menetap (Chan, 2009),
disebabkan oleh serangan ulangan dari
tonsilitis akut yang mengakibatkan kerusakan
yang permanen pada tonsil.
Etiologi
• Streptococcus, beta • Escherichia coli
hemolitik Grup A • Epstein Barr virus
• Staphylococcus aureus • Adenovirus
• Staphylococcus • Haemophilus
epidermidis influenzae
• Bacteroides sp. • Coxackievirus A
• Enterobacter • Candida sp
• Pseudomonas
aeruginosa
• Klebsiella
Epidemiologi
• 1994-1996: prevalensi sebesar 3,8% tertinggi
kedua setelah nasofaring akut (4,6%).
• Anak-anak lebih sering (terutama usia 5-10
tahun)
• Tonsilitis karena streptokokus terutama terjadi
pada anak usia 5-15 th
• Tonsilitis viral  anak lebih kecil
Faktor Predisposisi
• Iritasi rokok (bertahun-tahun)
• Hygiene mulut yang buruk
• Pengobatan tonsilitis akut inadekuat (tidak
patuh pengobatan)
• Alergi (iritasi kronis dari allergen)
• Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)
Patogenesis dan patofisiologi
Epitel mukosa
Infeksi berulang dan jaringan Jaringan parut
limfoid terkikis

Perlengketan
Kripta melebar Pengerutan
pada fossa
Terisi detritus tonsil
tonsilaris
Gejala Klinik
• Anamnesis
– Rasa mengganjal tenggorokan
– Terasa kering
– Napas berbau (halitosis)
– Nyeri menelan
– Sesak
Gejala Klinik
• Pemeriksaan fisik
– Tonsil membesar
– Permukaan tak rata
– Kripta melebar sebagian terisi detritus
– Pembesaran kelenjar limfe pada leher
– Mukosa hiperemis
Pemeriksaan penunjang
• Mikrobiologi
– Gold standar
– Kuman yang terbanyak ditemukan adalah Streptococcus,
beta hemolitik Grup A dan Staphylococcus aureus
• Histopatologi
– Infiltrasi limfosit ringan sedang
– Infiltrasi limfosit yang difus
– Gambaran abses
Pemeriksaan penunjang
• Darah rutin
• Kultur apus tenggorok
• Rapid streptococcal antigen
• Imaging (CT-scan)
Penatalaksanaan
• Konservatif
– Perhatikan kesehatan umum, nutrisi
– Istirahat yang cukup
– Terapi infeksi pada gigi, hidung, dan sinus
– Hindari predisposisi seperti paparan asap rokok
– Perbanyak minum air putih
– Berkumur dengan air garam (1sdt dalam 250ml air hangat)
• Bedah
– Tonsilektomi bila terdapat indikasi
Medikamentosa
• Antibiotik (selama 10 hari)
• Antipiretik dan analgesik
– Penisilin
– Paracetamol
– Amoxicillin, ampicillin, atau
– Ibuprofen
amoxicillin/asam klavulanat
• NSAIDs
– Cephalosphorin
– Ibuprofen
• Gen.1  cefalexin
– Diklofenak
• Gen.2  Cefuroxime
• Gen.3  cefixime,
cefpodoxime
– Macrolide
• Eritromisin, azithromysin,
clarithromycin
– clindamycin
TONSILEKTOMI
• Indikasi absolut
– Tonsilitis berulang, didefinisikan sebagai
• 7 atau lebih episode dalam 1 tahun, atau
• 5 episode per 1 tahun untuk 2 tahun, atau
• 3 episode per 1 tahun untuk 3 tahun, atau
• 2 minggu atau lebih dari izin tidak bersekolah atau bekerja
dalam 1 tahun
– Abses peritonsilar
• Pada anak tonsilektomi dilakukan 4-6 minggu setelah abses
diterapi
• Pada dewasa, abses peritonsilar kedua merupakan indikasi
absolut
– Tonsilitis yang disebabkan kejang demam
– Hipertrofi tonsil, menyebabkan
• Obstruksi saluran napas (sleep apnoea)
• Kesulitan menelan dan
• Gangguan dalam berbicara
– Curiga keganasan
• Indikasi relatif
– Karier difteri, yang tidak berespon pada antibiotik
– Karier streptokokal
– Tonsilitis kronis dengan pengecapan yang buruk atau
halitosis yang tidak berespon pada medikamentosa
– Tonsilitis streptokokal berulang pada pasien dengan
penyakit katup jantung
• Kontraindikasi
– Kadar hemoglobin <10gr%
– Adanya infeksi akut pada saluran pernapasan bagian atas
– Anak usia <3 tahun
– Langit-langit mulut sumbing atau submukosa terbuka
– Penyakit Von Willebrand. Gangguan perdarahan, seperti
leukemia, purpura, anemia aplastik, hemofilia atau
penyakit sickle cell
– Epidemi polio
– Penyakit sistemik yang tidak terkontrol, seperti diabetes,
penyakit jantung, hipertensi atau asma
– Menstruasi
Metode tonsilektomi
1. Guilotine. Sebagian besar tidak melakukan metode ini. Karena
hanya dapat dilakukan saat tonsil dapat digerakkan dan
tonsilar bed tidak sedang terinfeksi berulang
2. Elektrokauter. Unipolar dan bipolar sering digunakan.
Mengurangi perdarahan tapi menyebabkan trauma thermal
pada jaringan
3. Laser tonsilektomi. Diindikasikan pada gangguan koagulasi,
menggunakan laser KTP-512 dan CO2
4. Laser tonsilotomi. Untuk mengurangi ukuran tonsil.
Diindikasikan pada pasien yang tidak toleransi anestesi umum.
Dikurangi ukurannya dengan ablasi laser
5. Tonsilektomi intrakapsular. Dengan menggunakan debrider
tonsil diangkat tetapi kapsul dipertahankan (dengan harapan
untuk mengurangi sakit)
6. Skalpel harmonik. Menggunakan Ultrasound untuk memotong
dan koagulasi jaringan. Dibandingkan dengan elektrokauter,
nyeri dan kerusakan jaringan post-operatif lebih ringan
7. Teknik ablasi dimediasi plasma. Dengan proton yang diberi
energi untuk memecah ikatan molekul antar jaringan
8. Coblation tonsilektomi. Dengan radiofrekuensi 200kHZ untuk
merusak ikatan antar jaringan
9. Teknik cryosurgical. Tonsil dibekukan dengan kation cryoprobe
lau dibiarkan mencair. Tonsil nekrosis, kemudian lepas.
Perawatan Pasca operasi
• Perawatan umum langsung/immediate
– Pasien tetap dalam posisi koma sampai sepenuhnya pulih
dari anestesi
– Perhatikan perdarahan dari hidung dan mulut
– Perhatikan tanda-tanda vital
• Diet
– Setelah pulih sepenuhnya dari anestesi pasien boleh
makan dan minum
– Makanan bertahap dari lunak hingga padat
– Perbanyak minum

• Kebersihan mulut
– Menggunakan condy atau air garam
– Berkumur 3-4x sehari
– Berkumur lagi dengan air putih setelah habis makan
• Analgesik
– Paracetamol setengah jam sebelum makan
– Hindari ibuprofen dan aspirin yang dapat
menyebabkan perdatahan
• Antibiotik
– Diberikan peroral atau injeksi selama seminggu
Komplikasi
• Abses peritonsil.
• Abses parafaring.
• Abses intratonsilar.
• Tonsilolith (kalkulus tonsil).
• Kista tonsilar.
• Fokal infeksi dari demam rematik dan
glomerulonephritis.
Prognosis
• Tatalaksana dengan pembedahan  prognosis
baik
• Dulu: prognosis buruk karena sering terjadi
scarlet fever dan demam rematik  insidensi
sekarang berkurang.

Anda mungkin juga menyukai