Pembimbing :
dr. Yan Edwin Bunde, Sp.THT-KL, MH.Kes
Disusun Oleh :
Angelina Evita Dwiyanti 1415030
Almiya Khansa Putri 1415174
Fauzie Ilhamsyah Megantara 1415055
Astriani Oktaviana br Silaban 1315203
Dharmanadi Siddharta Welliangan 1415155
2. Auricula
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak Ada
3. Postauricula
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Kanan Kiri
Canalis Acusticus Externus
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Serumen (+) sedikit (+) sedikit
Benda asing Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Tidak ada Tidak ada
Granulasi/ polip/ tumor Tidak ada Tidak ada
Sekret Tidak ada Tidak ada
Membran Timpani
Warna Putih mutiara Putih mutiara
Permukaan Rata Rata
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Refleks cahaya Ada Ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Status Lokalis Hidung
Kanan Kiri
Rinoskopi Anterior
• Mukosa Normal Normal
• Ukuran Konka Eutrofi Eutrofi
• Sekret Tidak ada Tidak ada
• Polip - -
• Septum Deviasi Tidak ada Tidak ada
Perlengketan
Kripta melebar Pengerutan
pada fossa
Terisi detritus tonsil
tonsilaris
Gejala Klinik
• Anamnesis
– Rasa mengganjal tenggorokan
– Terasa kering
– Napas berbau (halitosis)
– Nyeri menelan
– Sesak
Gejala Klinik
• Pemeriksaan fisik
– Tonsil membesar
– Permukaan tak rata
– Kripta melebar sebagian terisi detritus
– Pembesaran kelenjar limfe pada leher
– Mukosa hiperemis
Pemeriksaan penunjang
• Mikrobiologi
– Gold standar
– Kuman yang terbanyak ditemukan adalah Streptococcus,
beta hemolitik Grup A dan Staphylococcus aureus
• Histopatologi
– Infiltrasi limfosit ringan sedang
– Infiltrasi limfosit yang difus
– Gambaran abses
Pemeriksaan penunjang
• Darah rutin
• Kultur apus tenggorok
• Rapid streptococcal antigen
• Imaging (CT-scan)
Penatalaksanaan
• Konservatif
– Perhatikan kesehatan umum, nutrisi
– Istirahat yang cukup
– Terapi infeksi pada gigi, hidung, dan sinus
– Hindari predisposisi seperti paparan asap rokok
– Perbanyak minum air putih
– Berkumur dengan air garam (1sdt dalam 250ml air hangat)
• Bedah
– Tonsilektomi bila terdapat indikasi
Medikamentosa
• Antibiotik (selama 10 hari)
• Antipiretik dan analgesik
– Penisilin
– Paracetamol
– Amoxicillin, ampicillin, atau
– Ibuprofen
amoxicillin/asam klavulanat
• NSAIDs
– Cephalosphorin
– Ibuprofen
• Gen.1 cefalexin
– Diklofenak
• Gen.2 Cefuroxime
• Gen.3 cefixime,
cefpodoxime
– Macrolide
• Eritromisin, azithromysin,
clarithromycin
– clindamycin
TONSILEKTOMI
• Indikasi absolut
– Tonsilitis berulang, didefinisikan sebagai
• 7 atau lebih episode dalam 1 tahun, atau
• 5 episode per 1 tahun untuk 2 tahun, atau
• 3 episode per 1 tahun untuk 3 tahun, atau
• 2 minggu atau lebih dari izin tidak bersekolah atau bekerja
dalam 1 tahun
– Abses peritonsilar
• Pada anak tonsilektomi dilakukan 4-6 minggu setelah abses
diterapi
• Pada dewasa, abses peritonsilar kedua merupakan indikasi
absolut
– Tonsilitis yang disebabkan kejang demam
– Hipertrofi tonsil, menyebabkan
• Obstruksi saluran napas (sleep apnoea)
• Kesulitan menelan dan
• Gangguan dalam berbicara
– Curiga keganasan
• Indikasi relatif
– Karier difteri, yang tidak berespon pada antibiotik
– Karier streptokokal
– Tonsilitis kronis dengan pengecapan yang buruk atau
halitosis yang tidak berespon pada medikamentosa
– Tonsilitis streptokokal berulang pada pasien dengan
penyakit katup jantung
• Kontraindikasi
– Kadar hemoglobin <10gr%
– Adanya infeksi akut pada saluran pernapasan bagian atas
– Anak usia <3 tahun
– Langit-langit mulut sumbing atau submukosa terbuka
– Penyakit Von Willebrand. Gangguan perdarahan, seperti
leukemia, purpura, anemia aplastik, hemofilia atau
penyakit sickle cell
– Epidemi polio
– Penyakit sistemik yang tidak terkontrol, seperti diabetes,
penyakit jantung, hipertensi atau asma
– Menstruasi
Metode tonsilektomi
1. Guilotine. Sebagian besar tidak melakukan metode ini. Karena
hanya dapat dilakukan saat tonsil dapat digerakkan dan
tonsilar bed tidak sedang terinfeksi berulang
2. Elektrokauter. Unipolar dan bipolar sering digunakan.
Mengurangi perdarahan tapi menyebabkan trauma thermal
pada jaringan
3. Laser tonsilektomi. Diindikasikan pada gangguan koagulasi,
menggunakan laser KTP-512 dan CO2
4. Laser tonsilotomi. Untuk mengurangi ukuran tonsil.
Diindikasikan pada pasien yang tidak toleransi anestesi umum.
Dikurangi ukurannya dengan ablasi laser
5. Tonsilektomi intrakapsular. Dengan menggunakan debrider
tonsil diangkat tetapi kapsul dipertahankan (dengan harapan
untuk mengurangi sakit)
6. Skalpel harmonik. Menggunakan Ultrasound untuk memotong
dan koagulasi jaringan. Dibandingkan dengan elektrokauter,
nyeri dan kerusakan jaringan post-operatif lebih ringan
7. Teknik ablasi dimediasi plasma. Dengan proton yang diberi
energi untuk memecah ikatan molekul antar jaringan
8. Coblation tonsilektomi. Dengan radiofrekuensi 200kHZ untuk
merusak ikatan antar jaringan
9. Teknik cryosurgical. Tonsil dibekukan dengan kation cryoprobe
lau dibiarkan mencair. Tonsil nekrosis, kemudian lepas.
Perawatan Pasca operasi
• Perawatan umum langsung/immediate
– Pasien tetap dalam posisi koma sampai sepenuhnya pulih
dari anestesi
– Perhatikan perdarahan dari hidung dan mulut
– Perhatikan tanda-tanda vital
• Diet
– Setelah pulih sepenuhnya dari anestesi pasien boleh
makan dan minum
– Makanan bertahap dari lunak hingga padat
– Perbanyak minum
• Kebersihan mulut
– Menggunakan condy atau air garam
– Berkumur 3-4x sehari
– Berkumur lagi dengan air putih setelah habis makan
• Analgesik
– Paracetamol setengah jam sebelum makan
– Hindari ibuprofen dan aspirin yang dapat
menyebabkan perdatahan
• Antibiotik
– Diberikan peroral atau injeksi selama seminggu
Komplikasi
• Abses peritonsil.
• Abses parafaring.
• Abses intratonsilar.
• Tonsilolith (kalkulus tonsil).
• Kista tonsilar.
• Fokal infeksi dari demam rematik dan
glomerulonephritis.
Prognosis
• Tatalaksana dengan pembedahan prognosis
baik
• Dulu: prognosis buruk karena sering terjadi
scarlet fever dan demam rematik insidensi
sekarang berkurang.