Diare Akut
Disusun oleh :
Lidya Natasia Andea
1915025
PEMBIMBING :
dr. Franky S, Sp.A
\
ANAMNESIS
Heteroanamnesis oleh ibu dan ayah kandung pasien pada tanggal 20 Januari 2020
Keluhan utama : Mencret
Riwayat perjalanan penyakit :
Anak laki-laki berusia 1 tahun dibawa oleh ibunya ke IGD RS Immanuel, dengan
keluhan mencret sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit, setiap hari mencret
sebanyak 6-8 kali/hari, volume kurang lebih ¼ gelas air mineral setiap kali diare,
konsistensi cair, tidak ada ampas, awalnya berwarna kuning kehijauan pada hari
pertama kemudian berwarna coklat, menyembur, berbau asam, serta tidak disertai
darah atau lendir.
Keluhan mencret disertai muntah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit,
sebanyak 3 kali, dengan volume kurang lebih ¼ hingga 1/3 gelas air mineral tiap kali
muntah , berupa susu dan sisa makanan. Keluhan disertai adanya lecet pada bokong
pasien yang muncul sejak 3 hari yang lalu. Ibu pasien mengeluhkan adanya demam
yang tidak terlalu tinggi dan hilang timbul sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Ibu pasien mengaku pasien terlihat gelisah, bibir kering, dan anak juga ingin minum
terus.
Ibu pasien tidak mengeluhkan adanya kejang, penurunan kesadaran, dan sesak
nafas.
Riwayat Alergi
Tidak ada alergi obat dan susu.
Makanan
Pasien mengonsumsi makanan pendamping sejak usia 6 bulan dan minum ASI
hingga saat ini.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran penderita : compos mentis
Keadaan sakit : ringan, tampak gelisah.
Posisi : berbaring, tidak ada letak paksa
Tanda vital
Nadi : 125x / menit , kualitas : regular, ekual, isi cukup
Respirasi : 30x / menit, kualitas : reguler
Suhu: 36,8 oC
Pengukuran
Umur : 1 tahun 4 bulan
Berat Badan : 11 kg
Tinggi Badan : 84 cm
Status gizi (z-score)
PB / U : 0 s/d 2 SD (normal)
TB / U : 0 s/d 2 SD (normal)
BB / PB : -1 s/d 0 SD (normal)
Pemeriksaan Fisik
Kulit : Turgor kembali lambat, kulit tidak pucat, tidak ada bintik-bintik
merah.
Kepala : normocephal, ubun-ubun tidak cekung
o Mata : air mata +/+, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
mata tidak cekung
o Hidung : tidak ada PCH, tidak ada sekret hidung
o Telinga : tidak ada sekret
o Mulut : bibir pecah-pecah, mukosa mulut kering, tidak pucat,
tidak sianosis
Leher : trakea letak sentral, KGB tidak membesar, retraksi suprasternal (-)
Thorax
1. Dinding thorax
o Inspeksi : bentuk normochest, gerak simetris
o Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
2. Paru-paru
o Inspeksi : gerakan simetris kanan = kiri, retraksi intercostal (-)
o Palpasi : pergerakan simetris kanan = kiri
o Perkusi : sonor kedua lapang paru
o Auskultasi : VBS kanan = kiri, ronkhi +/+, wheezing -/-
3. Jantung
o Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat
o Palpasi : ictus kordis teraba di ICS IV linea midclavicularis kiri
o Auskultasi : bunyi jantung murni, reguler, tidak ada murmur
1. Abdomen
1. Inspeksi : cembung
2. Auskultasi : bising usus (+) meningkat
3. Perkusi : hipertimpani
4. Palpasi : soepel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kembali
lambat.
Genital : tidak ada kelainan
Anus dan rectum : diaper rash (+)
Anggota gerak/ekstremitas : akral hangat, CRT < 3 detik, akrosianosis (-),
pucat (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi (20 Januari 2020)
Hemoglobin : 12,1 gr/dl (10.7 - 14 gr/dl)
Hematokrit : 37% (33 – 44 %)
Leukosit : 10.030/ mm3 (6.000 - 18.000 / mm3)
Trombosit : 299.000/mm3 (200.000 - 550.000)
Eritrosit : 5.0 juta/mm3 (3.1-4.7 juta / mm3)
MCV : 74 fL (68 – 97 fL)
MCH : 24 pg/ml (24 – 32 pg/ml)
MCHC : 33 g/ dl (29 – 37 g/dl)
Hitung Jenis:
Basofil : 0,5 % (0-1%)
Eosinofil : 4,5 % (1-5%)
Neutrofil staf : 0,0 % (3-5%)
Neutrofil segmen : 33,1 % (25-60%)
Limfosit : 54,7 % (25-50%)
Monosit : 7,2 % (2-10%)
RESUME
Anamnesis
Anak laki-laki, usia 1 tahun 4 bulan
Anamnesis
◦ Diare 6 hari sebelum masuk RS, frekusensi 6-8 kali per hari, volume
kurang lebih ¼ gelas air mineral, berwarna coklat awalnya kuning kehijauan,
konsistensi cair, tidak ada ampas diare akut
◦ Berbau asam, eksplosif, diaper rash suspek rotavirus
◦ Febris tidak terlalu tinggi, hilang timbul suspek infeksi
◦ Vomitus 1 hari sebelum masuk RS, frekuensi 3 kali, volume 1/3 gelas
air mineral, berupa susu dan sisa makanan suspek Gastroenteritis
◦ Haus ingin banyak minum, bibir kering tanda dehidrasi ringan-
sedang
Pemeriksaan Fisik
◦ Keadaan Umum : Compos Mentis, kesan sakit sedang, tampak gelisah
◦ Status gizi normal
◦ Tanda Vital
Nadi : 125x / menit , kualitas : regular, ekual, isi cukup
Respirasi : 30x / menit, kualitas : regular
Suhu: 36,8 oC
◦ Abdomen : turgor kembali lambat, bising usus (+) meningkat,
hipertimpani
◦ Anus dan rectum : diaper rash (+)
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : diare akut non-disentriform dengan dehidrasi ringan – sedang e.c
DD/ Infeksi rotavirus
Infeksi virus lain
USUL PEMERIKSAAN
Feses rutin
Elektrolit (Na, K)
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa:
◦ Edukasi penyakit ke orang tua :
1. Mencuci tangan setelah buang air juga sebelum menyusui dan
memberi makan anak.
2. Menghindari pemberian susu formula dan meneruskan pemberian ASI
sesering mungkin.
3. Tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit.
4. Menjelaskan cara pemberian oralit
5. Membawa anak ke faskes jika diare tambah cair, munta-muntah,
demam, anak tampak kehausan, tidak mau minum, diare berdarah
Medikamentosa :
PENCEGAHAN
1. Menghindari pemberian susu formula
2. Memperbaiki hygiene ibu dan anak
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Ouo ad sanationam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
DIARE AKUT
Definisi
Perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam
tinja melebihi normal (10 mL/kgBB/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali
atau lebih dalam satu hari (24 jam). (WHO)
Epidemiologi
Di dunia, ditemukan hampir 1.7 miliar kasus anak menderita diare setiap
tahunnya. Diare merupakan penyakit urutan kedua yang sering menyebabkan
kematian pada anak kecil dengan usia di bawah 5 tahun dan setiap tahunnya sekitar
525.000 anak meniggal karena diare. (WHO)
Di Indonesia sendiri, sekitar 12.3 % balita di Indonesia mengalami diare dimana
terjadi penurunan 6.2 % dari tahun 2013. (Riskesdas, 2018)
Menurut Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan)
yang terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia (23,8%). Demikian pula
penyebab kematian anak balita (usia 12-59 bulan), terbanyak adalah diare (25,2%)
dan pnemonia (15,5%). (Riskesdas, 2007)
Etiologi
Infeksi
o Bakteri : E. coli, Shigella, Salmonella, Vibrio, Campylobacter, Yersinia
o Virus : rotavirus, Norwalk virus, adenovirus
o Parasit : E. hystolitica, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum
Alergi : protein air susu sapi
Intoleransi : karbohidrat
Malabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein
Keracunan makanan
Zat kimia beracun
Toksin mikroorganisme : Clostridium perfiringens, Staphylococcus aureus
Imunodefisiensi
Klasifikasi
1. Menurut waktu
Diare akut : Perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10 mL/kgBB/hari) dengan
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan
berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare kronis : diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
2. Menurut patomekanisme
Diare sekretorik : diare yang disebabkan karena aktifnya enzim adenilil
siklase yang mengubah ATP menjadi cAMP akibat toksin dari V. colera,
ETEC, Shigella, Clostridium, Salmonella, Campylobacter
Diare invasive : dibagi menjadi diare non disentriform (akibat rotavirus) dan
disentriform (akibat Shigella, Salmonella, EIEC)
Diare osmotic : diare akibat peningkatan tekanan osmotic di dalam usus
sehingga terjadi penarikan cairan ke dalam lumen usus dan menyebabkan
watery diarrhea
3. Menurut derajat dehidrasi
Patogenesis
Diare sekretorik
Diare osmotik
Gejala Klinik
Anamnesis :
Diare : frekuensi, volume, konsistensi, warna, bau, ada tidaknya lender /
darah
Muntah : frekuensi, volume
Demam
Tanda dehidrasi : rewel, sulit minum/makan, rasa haus berlebih, lemas badan
Gejala penyerta : batuk, flu, kejang, otitis media
Kencing : frekuensi, jumlah
Tanyakan : jumlah cairan yang masuk, makanan yang terakhir dikonsumsi,
riwayat penderita di sekitar, pengobatan yang diterima, imunisasi
Pemeriksaan fisik :
Kesadaran
Status gizi (berat badan dan tinggi badan)
Tanda vital
Kepala : ubun-ubun cekung, mata cekung, mukosa mulut kering, air mata
berkurang
Abdomen : turgor kembali lambat, bising usus meningkat, meteorismus
Anogenital : diaper rash (+)
Pemeriksaan penunjang
Hematologi rutin
Feses rutin
o Makroskopik : warna, konsistensi, darah, lender, nanah
o Mikroskopi : eritrosit, leukosit, telur cacing, amoeba, lemak
Analisis gas darah
Elektrolit serum
BUN, kreatinin
Penatalaksanaan
• Tujuan menurut WHO 2005:
o Identifikasi kemungkinan adanya penyakit berat / risiko timbulnya
komplikasi yg berat.
o Mencegah / koreksi dehidrasi & ggn keseimbangan elektrolit.
o Mencegah dan melakukan penata komplikasi seperti penyakit berat,
gangguan elektrolit berat, gangguan metabolik, komplikasi lain, malnutrisi
dengan tetap memberi makan/ASI saat/pasca diare.
o Terapi obat, pada kasus yg memerlukan suplementasi zinc.
o Tetap memberi makan / ASI kepada pasien saat & pasca episode diare.
• 4 unsur utama penatalaksanaan diare akut menurut WHO
o Pemberian cairan secara oral sedini mungkin pada anak yang menderita diare
o URO (upaya rehidrasi oral)
o Pemberian zinc
o Pemberian makanan, ASI, diteruskan selama diare dan masa penyembuhan.
• Indikasi rawat inap di RS:
o Dehidrasi berat (penurunan BB > 9 %)
o Adannya tanda-tanda syok
o Kelainana Neurologi (lethargy, kejang)
o Muntah-muntah terus menerus atau hebat (walaupun tidak ada tanda tanda
dehidrasi)
o Penyakit sistemik (demam tinggi, tampak toksik)
o Tanda-tanda komplikasi berat (gagal jantung, gangguan neurologi)
o Rehidrasi gagal tidak dapat dilakukan di rumah
o Derajat dehidrasi tidak jelas (dengan anak obesitas)
• Rencana terapi:
o Non-farmakologis
1. ASI harus terus diberikan
2. Edukasi tentang diare kepada orang tua, yaitu jika gejala memberat segera
bawa ke faskes, cara membuat cairan rehidrasi oral, terus memberikan
makanan kepada anak
3. Vaksinasi Rotavirus
Diberikan PO dengan dosis 2 mL/vial dengan jadwal pemberian:
Rotarix™ 2 dosis usia bayi 2-4 bulan
Rotateq™ 3 dosis usia 2, 4 dan 6 bulan
o Farmakologis
1. Terapi Zn
Terbukti bermanfaat mempersingkat diare dan mencegah berulangnya
insidensi diare untuk 2 – 3 bulan ke depan dengan dosis yang disesuaikan
dengan usia bayi atau anak:
≤ 6 bulan 1 x 10 mg/hari selama 10-14 hari
> 6 bulan 1 x 20 mg/hari selama 10-14 hari
2. Probiotik
Terbukti mempersingkat diare dan mencegah diare akibat penggunaan
antibiotic
3. Tidak menggunakan obat anti diare:
Obat mengurangi motilitas usus cairan akan terkumpul dalam lumen
usus usus dilatasi dan terjadi overgrowth bakteri dan ileus paralitik
Adsorben (kaolin, pectin, charcoal, bismuth) → terbukti tidak banyak
manfaat
4. Antibiotik
5. Antipiretik
Paracetamol 10-15 mg/kgBB
RENCANA TERAPI A
RENCANA TERAPI B
RENCANA TERAPI C
Pencegahan
• Penyuluhan kaum masyarakat terutama ibu yaitu beberapa hal yang mudah
diterapkan:
Komplikasi
• Gagguan sirkulasi darah : Bila terlalu banyak caiaran yang hilang → syok
hipovolemi
• Kejang
Prognosis
o Dehidrasi ringan-sedang
o Penatalaksanaan cepat dan adekuat