Anda di halaman 1dari 24

CASE BASED DISCUSSION

Diare Akut

Disusun oleh :
Lidya Natasia Andea
1915025

PEMBIMBING :
dr. Franky S, Sp.A
\

SMF/BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
2020
IDENTITAS PASIEN

 Nama penderita : AAA


 Jenis kelamin : Laki-laki
 Umur : 1 tahun 4 bulan
 Tanggal dirawat : 20 Januari 2020
 Tanggal diperiksa : 20 Januari 2020
 Ayah : Nama : Tn. A
Umur : 32 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Bandung
 Ibu : Nama : Ny. I
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Bandung

ANAMNESIS
Heteroanamnesis oleh ibu dan ayah kandung pasien pada tanggal 20 Januari 2020
Keluhan utama : Mencret
Riwayat perjalanan penyakit :
Anak laki-laki berusia 1 tahun dibawa oleh ibunya ke IGD RS Immanuel, dengan
keluhan mencret sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit, setiap hari mencret
sebanyak 6-8 kali/hari, volume kurang lebih ¼ gelas air mineral setiap kali diare,
konsistensi cair, tidak ada ampas, awalnya berwarna kuning kehijauan pada hari
pertama kemudian berwarna coklat, menyembur, berbau asam, serta tidak disertai
darah atau lendir.
Keluhan mencret disertai muntah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit,
sebanyak 3 kali, dengan volume kurang lebih ¼ hingga 1/3 gelas air mineral tiap kali
muntah , berupa susu dan sisa makanan. Keluhan disertai adanya lecet pada bokong
pasien yang muncul sejak 3 hari yang lalu. Ibu pasien mengeluhkan adanya demam
yang tidak terlalu tinggi dan hilang timbul sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Ibu pasien mengaku pasien terlihat gelisah, bibir kering, dan anak juga ingin minum
terus.
Ibu pasien tidak mengeluhkan adanya kejang, penurunan kesadaran, dan sesak
nafas.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah ada keluhan serupa.

Riwayat Alergi
Tidak ada alergi obat dan susu.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada yang mengalami keluhan serupa di keluarga dan tidak ada keluhan
penyakit lain.

Riwayat kehamilan dan persalinan


 Anak ke 1 dari 1 bersaudara
 Lahir hidup : 1 Lahir mati : -
 Abortus : -
 Pasien lahir aterm, normal dan ditolong oleh bidan.
 Berat badan lahir : 3000 gram
 Panjang badan lahir : lupa

Tumbuh kembang anak


 Berbalik : 4 bulan
 Duduk : 8 bulan
 Berdiri : 12 bulan
 Berjalan : 12 bulan
 Bicara : 14 bulan
 Membaca : -
 Menulis :-
Imunisasi
Dasar Ulangan Anjuran
1. BCG √ - - - 6. HIB -
2. DPT √ - - - 7. MMR -
3. POLIO √ - - - 8. Hep A -
4. Hep B √ - - - 9. Cacar air -
5. Campak - - -

Makanan
Pasien mengonsumsi makanan pendamping sejak usia 6 bulan dan minum ASI
hingga saat ini.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
 Kesadaran penderita : compos mentis
 Keadaan sakit : ringan, tampak gelisah.
 Posisi : berbaring, tidak ada letak paksa
Tanda vital
 Nadi : 125x / menit , kualitas : regular, ekual, isi cukup
 Respirasi : 30x / menit, kualitas : reguler
 Suhu: 36,8 oC
Pengukuran
 Umur : 1 tahun 4 bulan
 Berat Badan : 11 kg
 Tinggi Badan : 84 cm
 Status gizi (z-score)
 PB / U : 0 s/d 2 SD (normal)
 TB / U : 0 s/d 2 SD (normal)
 BB / PB : -1 s/d 0 SD (normal)

Pemeriksaan Fisik
 Kulit : Turgor kembali lambat, kulit tidak pucat, tidak ada bintik-bintik
merah.
 Kepala : normocephal, ubun-ubun tidak cekung
o Mata : air mata +/+, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
mata tidak cekung
o Hidung : tidak ada PCH, tidak ada sekret hidung
o Telinga : tidak ada sekret
o Mulut : bibir pecah-pecah, mukosa mulut kering, tidak pucat,
tidak sianosis
 Leher : trakea letak sentral, KGB tidak membesar, retraksi suprasternal (-)
 Thorax
1. Dinding thorax
o Inspeksi : bentuk normochest, gerak simetris
o Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
2. Paru-paru
o Inspeksi : gerakan simetris kanan = kiri, retraksi intercostal (-)
o Palpasi : pergerakan simetris kanan = kiri
o Perkusi : sonor kedua lapang paru
o Auskultasi : VBS kanan = kiri, ronkhi +/+, wheezing -/-
3. Jantung
o Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat
o Palpasi : ictus kordis teraba di ICS IV linea midclavicularis kiri
o Auskultasi : bunyi jantung murni, reguler, tidak ada murmur
1. Abdomen
1. Inspeksi : cembung
2. Auskultasi : bising usus (+) meningkat
3. Perkusi : hipertimpani
4. Palpasi : soepel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kembali
lambat.
 Genital : tidak ada kelainan
 Anus dan rectum : diaper rash (+)
 Anggota gerak/ekstremitas : akral hangat, CRT < 3 detik, akrosianosis (-),
pucat (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi (20 Januari 2020)
Hemoglobin : 12,1 gr/dl (10.7 - 14 gr/dl)
Hematokrit : 37% (33 – 44 %)
Leukosit : 10.030/ mm3 (6.000 - 18.000 / mm3)
Trombosit : 299.000/mm3 (200.000 - 550.000)
Eritrosit : 5.0 juta/mm3 (3.1-4.7 juta / mm3)
MCV : 74 fL (68 – 97 fL)
MCH : 24 pg/ml (24 – 32 pg/ml)
MCHC : 33 g/ dl (29 – 37 g/dl)
Hitung Jenis:
Basofil : 0,5 % (0-1%)
Eosinofil : 4,5 % (1-5%)
Neutrofil staf : 0,0 % (3-5%)
Neutrofil segmen : 33,1 % (25-60%)
Limfosit : 54,7 % (25-50%)
Monosit : 7,2 % (2-10%)

RESUME

Anak laki-laki 1 tahun 4 bulan.

Anamnesis
Anak laki-laki, usia 1 tahun 4 bulan
Anamnesis
◦ Diare 6 hari sebelum masuk RS, frekusensi 6-8 kali per hari, volume
kurang lebih ¼ gelas air mineral, berwarna coklat awalnya kuning kehijauan,
konsistensi cair, tidak ada ampas  diare akut
◦ Berbau asam, eksplosif, diaper rash  suspek rotavirus
◦ Febris tidak terlalu tinggi, hilang timbul  suspek infeksi
◦ Vomitus 1 hari sebelum masuk RS, frekuensi 3 kali, volume 1/3 gelas
air mineral, berupa susu dan sisa makanan  suspek Gastroenteritis
◦ Haus ingin banyak minum, bibir kering  tanda dehidrasi ringan-
sedang

Pemeriksaan Fisik
◦ Keadaan Umum : Compos Mentis, kesan sakit sedang, tampak gelisah
◦ Status gizi normal
◦ Tanda Vital
Nadi : 125x / menit , kualitas : regular, ekual, isi cukup
Respirasi : 30x / menit, kualitas : regular
Suhu: 36,8 oC
◦ Abdomen : turgor kembali lambat, bising usus (+) meningkat,
hipertimpani
◦ Anus dan rectum : diaper rash (+)
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : diare akut non-disentriform dengan dehidrasi ringan – sedang e.c
DD/ Infeksi rotavirus
Infeksi virus lain

USUL PEMERIKSAAN
 Feses rutin
 Elektrolit (Na, K)

PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa:
◦ Edukasi penyakit ke orang tua :
1. Mencuci tangan setelah buang air juga sebelum menyusui dan
memberi makan anak.
2. Menghindari pemberian susu formula dan meneruskan pemberian ASI
sesering mungkin.
3. Tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit.
4. Menjelaskan cara pemberian oralit
5. Membawa anak ke faskes jika diare tambah cair, munta-muntah,
demam, anak tampak kehausan, tidak mau minum, diare berdarah

Medikamentosa :

◦ PCT sirup 3 x ½ cth PO, bila perlu

◦ Zinc tablet 1x10 mg PO, selama 10-14 hari


◦ Edukasi pemberian cairan oralit ke orang tua

◦ Selama 3 jam pertama sebanyak 825 mL (75mL x 11 kg = 825


mL).

◦ Jika keadaan anak semakin membaik, pemberian oralit


dilanjutkan setelah anak BAB saja sebanyak 100-200 mL (rencana terapi A)

◦ Jika keadaan anak tampak semakin dehidrasi, segera bawa ke


RS untuk pemberian cairan lewat IV

PENCEGAHAN
1. Menghindari pemberian susu formula
2. Memperbaiki hygiene ibu dan anak

PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Ouo ad sanationam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN

DIARE AKUT

Definisi
Perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam
tinja melebihi normal (10 mL/kgBB/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali
atau lebih dalam satu hari (24 jam). (WHO)

Epidemiologi
Di dunia, ditemukan hampir 1.7 miliar kasus anak menderita diare setiap
tahunnya. Diare merupakan penyakit urutan kedua yang sering menyebabkan
kematian pada anak kecil dengan usia di bawah 5 tahun dan setiap tahunnya sekitar
525.000 anak meniggal karena diare. (WHO)
Di Indonesia sendiri, sekitar 12.3 % balita di Indonesia mengalami diare dimana
terjadi penurunan 6.2 % dari tahun 2013. (Riskesdas, 2018)
Menurut Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan)
yang terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia (23,8%). Demikian pula
penyebab kematian anak balita (usia 12-59 bulan), terbanyak adalah diare (25,2%)
dan pnemonia (15,5%). (Riskesdas, 2007)

Etiologi
 Infeksi
o Bakteri : E. coli, Shigella, Salmonella, Vibrio, Campylobacter, Yersinia
o Virus : rotavirus, Norwalk virus, adenovirus
o Parasit : E. hystolitica, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum
 Alergi : protein air susu sapi
 Intoleransi : karbohidrat
 Malabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein
 Keracunan makanan
 Zat kimia beracun
 Toksin mikroorganisme : Clostridium perfiringens, Staphylococcus aureus
 Imunodefisiensi

Cara Penularan dan Faktor Risiko


Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau
tidak langsung melalui lalat (4F = finger, files, fluid, field). (Bambang dan Nurtjahjo,
2011)
Faktor resiko yang dapat meningkatan penularan enteropatogen antara lain: tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4- 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higenis dan cara penyapihan yang tidak baik.
Selain hal-hal tersebut beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan
kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain gizi buruk, imunodefisiensi,
berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, dan faktor genetik.
(Juffrie dan Mulyani 2011)

Klasifikasi
1. Menurut waktu
 Diare akut : Perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10 mL/kgBB/hari) dengan
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan
berlangsung kurang dari 14 hari.
 Diare kronis : diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
2. Menurut patomekanisme
 Diare sekretorik : diare yang disebabkan karena aktifnya enzim adenilil
siklase yang mengubah ATP menjadi cAMP akibat toksin dari V. colera,
ETEC, Shigella, Clostridium, Salmonella, Campylobacter
 Diare invasive : dibagi menjadi diare non disentriform (akibat rotavirus) dan
disentriform (akibat Shigella, Salmonella, EIEC)
 Diare osmotic : diare akibat peningkatan tekanan osmotic di dalam usus
sehingga terjadi penarikan cairan ke dalam lumen usus dan menyebabkan
watery diarrhea
3. Menurut derajat dehidrasi

Derajat dehidrasi (Depkes RI, 2011)

Patogenesis
Diare sekretorik

Diare akut non disentriform


Diare akut disentriform

Diare osmotik
Gejala Klinik
Anamnesis :
 Diare : frekuensi, volume, konsistensi, warna, bau, ada tidaknya lender /
darah
 Muntah : frekuensi, volume
 Demam
 Tanda dehidrasi : rewel, sulit minum/makan, rasa haus berlebih, lemas badan
 Gejala penyerta : batuk, flu, kejang, otitis media
 Kencing : frekuensi, jumlah
 Tanyakan : jumlah cairan yang masuk, makanan yang terakhir dikonsumsi,
riwayat penderita di sekitar, pengobatan yang diterima, imunisasi
Pemeriksaan fisik :
 Kesadaran
 Status gizi (berat badan dan tinggi badan)
 Tanda vital
 Kepala : ubun-ubun cekung, mata cekung, mukosa mulut kering, air mata
berkurang
 Abdomen : turgor kembali lambat, bising usus meningkat, meteorismus
 Anogenital : diaper rash (+)

Pemeriksaan penunjang
 Hematologi rutin
 Feses rutin
o Makroskopik : warna, konsistensi, darah, lender, nanah
o Mikroskopi : eritrosit, leukosit, telur cacing, amoeba, lemak
 Analisis gas darah
 Elektrolit serum
 BUN, kreatinin
Penatalaksanaan
• Tujuan menurut WHO 2005:
o Identifikasi kemungkinan adanya penyakit berat / risiko timbulnya
komplikasi yg berat.
o Mencegah / koreksi dehidrasi & ggn keseimbangan elektrolit.
o Mencegah dan melakukan penata komplikasi seperti penyakit berat,
gangguan elektrolit berat, gangguan metabolik, komplikasi lain, malnutrisi
dengan tetap memberi makan/ASI saat/pasca diare.
o Terapi obat, pada kasus yg memerlukan suplementasi zinc.
o Tetap memberi makan / ASI kepada pasien saat & pasca episode diare.
• 4 unsur utama penatalaksanaan diare akut menurut WHO
o Pemberian cairan secara oral sedini mungkin pada anak yang menderita diare
o URO (upaya rehidrasi oral)
o Pemberian zinc
o Pemberian makanan, ASI, diteruskan selama diare dan masa penyembuhan.
• Indikasi rawat inap di RS:
o Dehidrasi berat (penurunan BB > 9 %)
o Adannya tanda-tanda syok
o Kelainana Neurologi (lethargy, kejang)
o Muntah-muntah terus menerus atau hebat (walaupun tidak ada tanda tanda
dehidrasi)
o Penyakit sistemik (demam tinggi, tampak toksik)
o Tanda-tanda komplikasi berat (gagal jantung, gangguan neurologi)
o Rehidrasi gagal tidak dapat dilakukan di rumah
o Derajat dehidrasi tidak jelas (dengan anak obesitas)
• Rencana terapi:
o Non-farmakologis
1. ASI harus terus diberikan
2. Edukasi tentang diare kepada orang tua, yaitu jika gejala memberat segera
bawa ke faskes, cara membuat cairan rehidrasi oral, terus memberikan
makanan kepada anak

3. Vaksinasi Rotavirus
Diberikan PO dengan dosis 2 mL/vial dengan jadwal pemberian:
 Rotarix™ 2 dosis  usia bayi 2-4 bulan
 Rotateq™ 3 dosis usia 2, 4 dan 6 bulan
o Farmakologis
1. Terapi Zn
Terbukti bermanfaat mempersingkat diare dan mencegah berulangnya
insidensi diare untuk 2 – 3 bulan ke depan dengan dosis yang disesuaikan
dengan usia bayi atau anak:
≤ 6 bulan 1 x 10 mg/hari selama 10-14 hari
> 6 bulan 1 x 20 mg/hari selama 10-14 hari
2. Probiotik
Terbukti mempersingkat diare dan mencegah diare akibat penggunaan
antibiotic
3. Tidak menggunakan obat anti diare:
Obat mengurangi motilitas usus  cairan akan terkumpul dalam lumen
usus  usus dilatasi dan terjadi overgrowth bakteri dan ileus paralitik
Adsorben (kaolin, pectin, charcoal, bismuth) → terbukti tidak banyak
manfaat
4. Antibiotik

Amubiasis / Kriptosporidium: Metronidazole 30 – 50 mg/ kgBB /


hari, 3 x / hari selama 7 – 10 hari
Giardiasis: Metronidazole 30 – 40 mg/KgBB/hari → 3 x / hari
selama 10 hari
Quinacrine 2,5 mg/KgBB/hari → 3 x/ hari selama 10 hari

5. Antipiretik
Paracetamol 10-15 mg/kgBB
RENCANA TERAPI A
RENCANA TERAPI B
RENCANA TERAPI C
Pencegahan

• Memutuskan rantai penularan diare dengan dengan control 4F (food, feces,


fly, finger)

• Penyuluhan kaum masyarakat terutama ibu yaitu beberapa hal yang mudah
diterapkan:

o Pemberian ASI eksklusif (6 bulan) dan teruskan minimal hingga usia 1


tahun
o Memperbaiki cara penyapihan gizi dan hygiene makanan sapihan usia
bayi 4-6 bulan
o Penyediaan dan penggunaan sarana air bersih untuk minum masak dan
MCK
o Hygiene perorangan, cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun
• Vaksinasi campak pada usia bayi lebih dari 9 bulan bila belum kena campak

Komplikasi

• Dehidrasi : gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit  Acute Renal


Failure  Gangguan elektrolit: hipo/hipernatremi, hipokalemia
• Malnutrisi → system imun tubuh menurun → penderita muda terkena infeksi

• Gagguan sirkulasi darah : Bila terlalu banyak caiaran yang hilang → syok
hipovolemi
• Kejang

Karena kejang demam, atau hipo atau hipernatremia, hipoglikemia, asidosis


metabolik, gagal ginjal akut

Prognosis

• Quo ad vitam: ad bonam

• Quo ad functionam: ad bonam  Alasan:


o Gizi dan tanda vital baik
o Komplikasi belum ada

o Dehidrasi ringan-sedang
o Penatalaksanaan cepat dan adekuat

• Quo ad sanationam: dubia ad bonam  Alasan: rasio rekurensi diare dan


menularkan ke orang sekitarnya

Anda mungkin juga menyukai