Anda di halaman 1dari 13

Case Based Discussion

Pneumonia Lobus Superior Dextra

Nama : Irman Hambali


NRP : 1815075
Preceptor : dr. Susana Farah Diba, Sp.A., M.Kes.

BAGIAN / SMF ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RS IMMANUEL BANDUNG
2019
PRESENTASI KASUS
Irman Hambali (1815075)
Preceptor: dr. Susana Farah Diba, Sp.A., M.Kes.
1. KETERANGAN UMUM
Nama : An. Malik Hattaraya
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 23 Oktober 2012
Umur : 7 tahun 1 bulan
Alamat : Margahayu
No Rekam Medis : 01.424.493
Tanggal mulai di rawat : 2 Desember 2019
Tanggal pemeriksaan : 2 Desember 2019
Nama ibu : Vivi Rubianti
Pendidikan ibu : SMA
Usia ibu : 37 tahun
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga
Nama ayah : Wandi Sutaman
Usia ayah : 37 tahun
Pendidikan ayah : SMA
Pekerjaan ayah : Karyawan Swasta
Penghasilan keluarga : ± Rp 3.000.000/bulan,-

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Batuk
Heteroanamnesis didapatkan dari ibu kandung pasien pada Senin, 2 Desember
2019 pukul 15.15 WIB
Sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita mengeluh batuk berdahak
warna kuning, tidak disertai darah. Keluhan di sertai sesak nafas yang muncul tiba –
tiba dan tidak membaik jika beristirahat disertai nyeri dada kanan, nyeri seperti ngilu,
hilang timbul dan tidak menjalar. Sejak kurang lebih 5 hari sejak masuk rumah sakit
pasien panas badan yang tidak terlalu tinggi dan dirasakan hilang timbul. Keluhan
juga disertai dengan muntah 1 kali saat pertama kali demam, isi sisa makanan. Selama
di rumah pasien dapat minum dan makan seperti biasa. Tidak ada pilek, nyeri telinga,
rasa terbakar di dada, jantung berdebar maupun nyeri di bagian perut. BAB belum
selama 4 hari. 1 hari yang lalu bak pasien berwarna seperti air teh sebanyak 1 kali.
Pasien tidak mempunyai riwayat keringat malam dan batuk lama, tidak ada
riwayat kontak dengan pasien TB atau batuk lama, tidak ada riwayat kontak dengan
air hujan atau banjir, tidak ada hewan peliharaan atau ternak di sekitar rumah.
Pasien merupakan anak ke 7 dari ibu P7A0 yang lahir secara spontan, aterm 38
minggu, letak kepala, langsung menangis, ditolong oleh bidan. Berat badan lahir 2900
gram dan panjang badan lahir 49 cm, selama kehamilan ibu sehat, gizi hamil cukup,
teratur melakukan kontrol kehamilan di bidan.
Pasien mendapatkan ASI dari lahir sampai usia 1 tahun minum kuat, bubur nasi
dan makanan lunak dari usia 6 bulan sampai 12 bulan. Sejak usia 1 tahun hingga
sekarang mengonsumsi menu keluarga. Sumber air minum keluarga adalah air tanah.
Lingkungan rumah pasien tidak berada di daerah rawan banjir.
Riwayat imunisasi dasar pasien tidak lengkap, pasien hanya mendapatkan
imunisasi BCG dan hepatitis B pada bulan ke-1.

1
III. PEMERIKSAAN FISIK
Senin, 2 Desember 2019 pukul 15.15 WIB
(Hari perawatan ke-1, pemantauan hari ke-1)
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : E4V6M5 (compos mentis)
Tanda vital
Tekanan darah : -
Nadi : 100 x/menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 28 x/menit, tipe abdominothorakal
Suhu : 36,8°C
Saturasi : 98 %
Status Antropometri
Berat badan : 15 kg
Tinggi badan : 115 cm
BMI : 11,3 kg/m2
BB/U : < -3 SD
TB/U : 1 SD
BB/TB : < -3 SD

Kepala : normocephal, rambut hitam, lebat, tidak mudah dicabut


Mata : konjungtiva anemis (-/-), sekret (-/-), sklera ikterik (+/+), kedua pupil
bulat isokor diameter 3 cm, reflek cahaya (+/+), mata cekung (-/-),
conjunctival suffusion (-/-)
Hidung :bentuk hidung normal, pernapasan cuping hidung (-), sekret (-/-)
Mulut : mukosa bibir basah, tonsil T1/T1, tidak hiperemis, faring tidak hiperemis,
lidah tidak kotor dan tidak tremor, tidak tampak karies dentis, tidak ada
perdarahan gusi
Telinga : bentuk dan ukuran normal, tidak ada sekret
Leher : kelenjar getah bening tidak teraba membesar, retraksi suprasternal (-)
Toraks :
Paru-paru Depan Belakang
o Inspeksi Bentuk normal, Bentuk normal,
Pergerakan simetris Pergerakan simetris
Retraksi intercostalis (-/-) Retraksi intercostalis (-/-)
o Palpasi Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
o Perkusi Dull lapang paru kanan ICS I Dull lapang paru kanan ICS
s/d III. ICS IV s/d VI dan I s/d IV. ICS V s/d VI dan
lapang paru kiri sonor lapang paru kiri sonor
o Auskultasi VBS +/+ kanan = kiri
VBS +/+ kanan = kiri
Ronkhi +/-
Ronkhi +/-
Wheezing -/-
Wheezing -/-
Jantung : bunyi jantung S1, S2 murni, regular, murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar, retraksi epigastrium (-)
Auskultasi : bising usus (+), meteorismus (-)
Perkusi : timpani
Palpasi : soepel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba,
lien tidak teraba, turgor kembali cepat

2
Ekstremitas : scar BCG pada bahu kanan, akral hangat, CRT < 2 detik,
akrosianosis (-), edema tungkai -/-, petekie (-), ikterik (-), nyeri
tekan gastrocnemius (-/-)
Anogenital : tidak ada kelainan
Status Neurologis :
• Rangsang meningeal : kaku kuduk (-)
• Saraf otak I -XII : normal
• Motorik : kesan parese (-)
• Sensorik : rangsang nyeri (+/+), raba (+/+)
• Reflek fisiologis : BTR(+/+), APR (+/+), KPR (+/+)
• Reflek Patologis : Babinsky (-/-), Oppenheim (-/-), Chaddock (-/-)

Pemeriksaan laboratorium
2/12/2019
Hematologi
Hb : 11,9 g/dL
Ht : 36 %
L : 17.31/mm3
Tc : 230.000/mm3
Eri : 4.5 juta/mm3
Nilai- nilai MC
MCV : 80 fL
MCH : 27 pg/mL
MCHC : 33 g/dL
Nilai- nilai MC
MCV : 80 fL
MCH : 27 pg/mL
MCHC : 33 g/dL
Urinalisis Rutin:
Warna : kuning
Kejernihan : jernih
BJ : 1.015
pH : 7.5
Protein : -
Leukosit : - -
Urobilinogen ; 0,2
Bilirubin : -
Nitrit : -
Leukosit esterase : -
Epitel : 0-2
Eri : 1-3
Leu : 3-5
Bakteri : -
Kristal : -
Lain – lain : -

3
Foto Thoraks (2/12/2019)

Cor normal
Diafragma normal. Sinus kiri dan kanan normal
Pulmo: Hilus kanan dan kiri kasar, corakan paru ramai di perihiler kiri, tampak bercak
lunak dan perselubungan opak dengan air bronchogram di lapang atas paru kanan.
Kesan: pneumonia di lapang atas paru kanan.

IV. DIAGNOSIS KERJA


Pneumonia Lobus Superior Dextra

V. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
o Bedrest
o Observasi tanda-tanda vital : nadi, respirasi, suhu, dan tekanan darah
Medikamentosa
o Infus 1000cc/hari
o Kortikosteroid  Dexamethasone 3x1,5mg (dosis 1–2 mg/kgBB/hari dibagi
3-4 dosis)
o Antipiretik  Paracetamol injeksi 3x150mg intravena
o Antibiotik  Ceftriaxone 1 x 1gr intravena
 Amikacin 2x 100mg
o Microlac suppositoria 1x per rectal

VI. PEMANTAUAN
Selasa, 3 Desember 2019 pukul 10.00 WIB
(Hari perawatan ke-2, pemantauan hari ke-2)
Subjektif (S) :
Menurut ibu, semalam keluhan batuk pasien sudah berkurang, masih berdahak hijau.
Sesak tidak ada, Demam sudah tidak dirasakan. Tidak ada mual dan muntah. Bab dan
bak tidak ada keluhan. Riwayat makan wortel (-), Labu (-), Pepaya (-)

Objektif (O) :
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : E4V5M6 (compos mentis)
Tanda vital :
Tekanan darah :-

4
Nadi : 112 x/menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 26 x/menit, tipe abdominothorakal
Suhu : 36,2 °C
Saturasi : 98%
Kepala : normocephal, rambut hitam, lebat, tidak mudah dicabut,
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sekret (-/-), sklera ikterik (+/+), kedua pupil
bulat isokor diameter 3 mm, reflek cahaya (+/+), mata cekung (-/-),
Hidung :bentuk hidung normal, pernapasan cuping hidung (-), sekret (-/-),
Mulut :mukosa bibir basah, tonsil T1/T1, tidak hiperemis, faring tidak hiperemis,
lidah tidak kotor dan tidak tremor, tidak tampak karies dentis, tidak ada
perdarahan gusi.
Telinga : bentuk dan ukuran normal, tidak ada sekret
Leher : kelenjar getah bening tidak teraba membesar, retraksi suprasternal (-)
Toraks :
Paru-paru Depan Belakang
o Inspeksi Bentuk normal, Bentuk normal,
Pergerakan simetris Pergerakan simetris
Retraksi intercostalis (-/-) Retraksi intercostalis (-/-)
o Palpasi Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
o Perkusi Dull lapang paru kanan ICS I Dull lapang paru kanan ICS I
s/d III. ICS IV s/d VI dan s/d IV. ICS V s/d VI dan
lapang paru kiri sonor lapang paru kiri sonor
o Auskultasi VBS +/+ kanan = kiri
VBS +/+ kanan = kiri
Ronkhi +/-
Ronkhi +/-
Wheezing -/-
Wheezing -/-
Jantung : bunyi jantung S1, S2 murni, regular, murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar, retraksi epigastrium (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal, meteorismus (-)
Perkusi : timpani
Palpasi : soepel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar, turgor kembali cepat
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, akrosianosis (-), edema tungkai
-/-,petekie (-), ikterik (-)
Anogenital : tidak ada kelainan
Status Neurologis : Dalam batas normal

Assessment (A) : Pneumonia Lobus Superior Dextra

Planning (P) :
Non Medikamentosa
o Bedrest
o Observasi tanda-tanda vital : nadi, respirasi, suhu, dan tekanan darah
Medikamentosa
o Infus 1000cc/hari
o Kortikosteroid  Dexamethasone 3x1,5mg (dosis 1–2 mg/kgBB/hari dibagi
3-4 dosis)
o Antipiretik  Paracetamol injeksi 3x150mg intravena
5
o Antibiotik  Ceftriaxone 1 x 1gr intravena
 Amikacin 2x 100mg

VII. DIAGNOSIS AKHIR


Pneumonia Lobus Superior Dextra

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad Bonam
Quo ad functionam : Ad Bonam
Quo ad sanationam : Ad Bonam

6
IX. ANALISIS KASUS
PENDAHULUAN

United Nations Children’s Fund (UNICEF) memperkirakan bahwa pneumonia pada


anak – anak membunuh 3 juta anak di seluruh dunia setiap tahunnya. Kematian ini terjadi
hampir secara eksklusif pada anak - anak yang disertai dengan penyakit yang mendasarinya,
seperti penyakit paru kronis prematuritas, penyakit jantung kongenital, dan immunosupresi.
Meskipun sebagian besar kejadian kematian terjadi di negara – negara berkembang,
pneumonia tetap menjadi penyebab morbiditas yang signifikan di negara – negara maju. 1

1) DEFISINI
Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut yang terjadi pada parenkim atau
jaringan paru yang diakibatkan bakteri, virus, jamur atau parasit. Pneumonia lobaris
merupakan infeksi parenkim paru yang terbatas pada alveoli kemudian menyebar
secara berdekatan ke bronkus distal terminalis. Pada pemeriksaan histologis terdapat
reaksi inflamasi dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai
penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi.2
2) INSIDENSI
Pneumonia yang sering terjadi adalah pneumonia komunitas (CAP), berkaitan
dengan jumlah kesakitan dan kematian terbesar di dunia. Angka kematian
mencapai 1,4 juta pertahunnya di dunia secara global. Angka kematian terbanyak
yaitu pada anak - anak dan orangtua >75 tahun. Angka kematian pneumonia lebih
banyak di temukan di negara berkembang dibandingkan negara maju.3
Di indonesia pada tahun 2010, Pneumonia termasuk ke dalam 10 besar
penyakit rawat inap di rumah sakit dengan proporsi kasus 53,95% untuk laki –
laki dan 46,05% untuk perempuan. Dengan crude fatality rate 7,6%, paling tinggi
dibandingkan penyakit lainnya. 3
Berdasarkan RISKESDAS 2018 prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan adalah sekitar 2,0% sedangkan pada tahun 2013 adalah 1,8%.
Penyebab pneumonia komunitas terbanyak di indonesia adalah kuman gram
negatif yaitu Klebsiella pneumonia, Acinetobacter baumanii, Pseudomonas
aeruginosa. Sedangkan penyebab penumonia komunitas di negara lainnya adalah
Gram positif yaitu Streptococcus pneumonia, Mycoplasma pneumonia dan
Haemophillus influenza.4

3) ETIOLOGI

Usia Penyebab Tersering

0-20 hari Bakteri : e.coli, grup B streptococcus, listeria


monocytogenes

3 minggu – 3 bulan Bakteri : chlamydia trachomatis, S.pneumonia

Virus : Adenovirus, Influenza virus,


Parainfluenza virus 1, 2, 3, respiratory

7
syncytial virus

4 bulan – 5 tahun Bakteri : chlamydia trachomatis, mycoplasma


pneumonia, S. pneumonia

Virus : Adenovirus, Influenza virus,


Parainfluenza virus, Rhinovirus, Respiratory
syncytial virus

6-18 tahun Bakteri : C. pneumonia, M. pneumonia, S.


pneumoniae.

4) KLASIFIKASI
Pneumonia di klasifikasikan menjadi 4 kategori, yaitu;
 Community aquired (CAP)
 Hospital aquired (HAP)
 Ventilator accociated (VAP)
 Health care associated (HCAP)2

 Klasifikasi derajat berat pneumonia pada anak usia 2 bulan sampai 5


tahun.5

Gambaran klinis Berat penyakit


Batuk atau kesulitan bernafas Pneumonia sangat berat
dengan: saturasi oksigen <90% atau
sianosis sentral
Retraksi dinding dada bagian bawah
berat, grunting
Tanda pneumonia disertai tanda
bahaya ( tidak dapat minum,
penurunan kesadaran, kejang )
Tarikan dinding dada bagian bawah Pneumonia berat
Nafas cepat : >50x/ menit pada anak pneumonia
usia 2-11bl
>40x/menit pada anak usia 1-5th
Tidak ada tanda pneumonia atau Bukan pneumonia
pneumonia sangat berat

5) PATOGENESIS
Pneumonia terjadi akibat hasil dari proliferasi mikroorganisme patogen pada level
alveolar dan sebagai respon pejamu terhadap patogen. Mikroorganisme bisa masuk ke
dalam saluran pernafasan bawah melalui berbagai cara. Cara yang paling sering
adalah melalui orofaring. Penyebaran melalui hematogen juga dapat terjadi misalnya
pada penderita endokarditis trikuspidalis.2

8
Faktor mekanik sangat penting dalam pertahanan tubuh pejamu. Rambut hidung
dan nares menangkap partikel besar sebelum udara masuk alveoli. Bentuk arsitektur
dari bronkhus menyebabkan mikroba terperangkap pada saluran udara, dimana
nantinya akan ada mekanisme mukosilier dan antimikrobial faktor yang dapat
mendegradasi mikroorganisme patogen. Refleks batuk juga sebagai proteksi terhadap
aspirasi. Flora normal pada dinding orofaring secara konstan mencegah pertumbuhan
bakteri patogen penyebab pneumonia.2
Jika mekanisme pertahanan tidak efektif, atau mikroorganisme terlalu kecil
sehingga dapat mencapai alveoli, maka makrofag alveolar akan bekerja untuk
mendegradasi mikroorganisme tersebut. Makrofag di bantu oleh protein yang di
hasilkan epitel alveoli yaitu surfaktan A dan Dnyang memiliki kemampuan opsonisasi
atau aktifitas antibakterial atau antiviral. Walaupun mikroorganisme tidak mati oleh
macrofag sekalipun, ia akan di keluarkan melalui mekanisme mukosilier atau di bawa
ke sistem limfatik sehingga raksi radang pada parenkim paru dapat dihindari.
Pada keadaan dimana makrofag tidak mampu untuk melawan banyaknya jumlah
mikroorganisme ini, maka makrofag akan menginisiasi respon inflamasi untuk
mendukung sistem pertahanan saluran nafas bawah. Respon inflamasi pejamu ini
akan menyebabkan timbulnya manifestasi klinis sebagai Pneumonia.2
Pelepasan mediator inflamasi seperti interleukin 1 dan TNF akan menyebabkan
demam. Kemokin, seperti interleukin 8 dan GCSF menstimulasi pelepasan neutrofil
dan peningkatan leukosit perifer juga peningkatan sekresi purulen. Mediator inflamasi
di lepaskan oleh makrofag dan segera merekrut neutrofil akibat adanya kebocoran
plasma yang terlokalisasi, bahkan eritrosit dapat menembus membran kapiler alveoli
sehingga timbul gejala hemoptisis. Kebocoran plasma ini terlihat pada radiografi
sebagai infiltrat dan terdengar bunyi pernafasan ronkhi pada auskultasi. Alveoli yang
terisi cairan di tambah vasokonstriksi akibat bakteri menyebabkan hipoksemia berat
sehingga terjadi alkalosis respiratorik.2
Kebocoran kapiler, hipoksemia, peningkatan dorongan nafas, peningkatan
sekresi, bronkhospasme akan mengarah pada dispnoe. Jika memberat, perubahan dari
mekanika paru, penurunan volume, serta pirau darah intrapulmoner menyebabkan
gagal nafas dan kematian.
Berdasarkan patologis nya pneumonia di bagi beberapa fase;
 Fase edema
Adanya sekresi eksudat dan bakteri pada alveoli
 Hepatisasi merah
Akumulasi eritrosit pada eksudat alveolar, peningkatan neutrofil
 Hepatisasi kelabu
Tidak ada akumulasi eritrosit baru, Eritrosit lama lisis dan
terdegradasi, terdapat neutrofil dan deposisi fibrin. Bakteri sudah
hilang
 Resolusi
Makrofag kembali menjadi sel yang dominan di intraalveolar,
pembersihan debris neutrofil, bakteri dan fibrin.2

6) MANIFESTASI KLINIS
Gejala infeksi umum : demam, sakit kepala, gelisah, malaise, nafsu makan
menurun, mual, muntah, diare. Pada anak malnutrisi berat jarang terjadi demam.
Gejala gangguan respiratori : batuk, sesak nafas, retraksi dinding dada, takipnea,
nafas cuping hidung, merintih dan sianosis.5

9
7) DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Demam, batuk, gelisah, rewel, dan sesak nafas. Pada bayi gejala tidak khas,
sering kali tanpa demam dan batuk. Anak besar kadan gmengeluh nyeri kepala,
nyeri abdomen serta muntah.5

2. Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis berbeda beda berdasarkan kelompok usia tertentu;
- Neonatus : takipnea, grunting, cuping hidung, retraksi dinding dada, sianosis
dan malas menetek.
- Bayi lebih besar : jarang ditemukan grunting. Gejala lain yang sering terlihat
adalah batuk, demam dan iritabel.
- Anak pra sekolah : selain gejala di atas dapat ditemukan batuk produktif /
nonproduktif dan dispnea
- Anak sekolah dan remaja, gejala lainnya yang dapat dijumpai yaitu nyeri
dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi.
- Auskultasi : fine crackles (ronkhi basah halus) yang khas pada anak besar,
mungkin tidak ditemukan pada bayi.
- Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat gerakan dada akan
tertinggal waktu indspirasi, anak berbaring ke arah yang sakit dengan kaki
fleksi. Rasa nyeri dapat menjalar ke leher, bahu dan perut.5

3. Pemeriksaan Penunjang
- Radiologis
Foto rontgent thoraks proyeksi posterior-anterior merupakan dasar
diagnosis utama pneumonia. Gambaran klasik pneumonia dapat berupa
konsolidasi lobaris atau segmental di serati air bronkogram, biasanya di
sebabkan Pneumococcus spp. Pneumonia interstistial biasanya di sebabkan
oleh virus, atau mikoplasma.5

8) PENATALAKSANAAN
Tatalaksana pneumonia berat
Rawat di rumah sakit
Pemberian oksigen bila saturasi O2 <90%
Tatalaksana patensi jalan nafas
Pemberian antibiotik
Terapi demam5

Antibiotik
Antibiotik empiris di berikan berdasarkan usia penderita dan derajat penyakit.
Untuk pneumonia atau bukan pneumonia berat dapat di berikan kotrimoksazol
8mg/kgbb/dosis diberikan tiap 12 jam per oral atau amoksisillin 25mg/kgbb/dosis
diberikan tiap 12 jam per oral selama 3 sampai 5 hari. Antibiotik parenteral di
berikan pada anak dengan pneumonia berat.5

Pilihan pemberian antibiotik inisial pada pneumonia anak

10
Ampisilin 50mg/kgbb/dosis iv atau im setiap 6 jam yang harus di pantau
dalam 48 sampai 72 jam pertama. Jika klinis berat, terapi inisial berupa
kombinasi ampisilin – gentamisin.
Bayi usia <2 bulan atau pneumonia sangat berat ampisilin dosis di atas di
tambah gentamisin 7,5 mg/kgbb iv atau im sekali sehari.
Pada keadaan dicurigai meningitis, malas menetek, letargi, kejang, menangis
lemah, fontanel menonjol dan septikemia maka pilihan obat pertama adalah
sefotaksim atau seftriakson iv.
Setelah 48 jam pengobatan pneumonia sangat berat tidak tampak perbaikan,
antibiotik diubah menjadi sefalosporin generasi ketiga , seperti seftriakson dan
sefotaksim.5

Pemantauan
Sesudah pemberian antibiotik inisial, pantau dalam 24 jam selama 48 – 72 jam
pertama. Apabila kondisi klinis membaik, tidak di dapatkan tanda sepsis,
empyema, necrotizing pneumonia dan abses paru, tanda vital stabil selama
minimal 48 jam, biakan darah tidak menunjukkan pertumbuhan kuman, dan dapat
makan atau minum per oral, maka antibiotik intravena dapat di ganti dengan
antibiotik oral. Umumnya peralihan ke antibiotik oral dilakukan sesudah 2-4 hari
pemberian antibiotik intravena. Selanjutnya terapi di lanjutkan di rumah dengan
amoksisilin per oral 15 mg/kgbb/kali 3x sehari. Pemberian antibiotik pada
pneumonia berat di lanjutkan sampai 5-7 hari.5

Indikasi pasien pulang


Perbaikan secara klinis, nafsu makan membaik, bebas demam 12 -24 jam,
stabil, saturasi O2 >92% dalam udara ruangan selama 12-24 jam dan orangtua
sudah mengerti cara pemberian antibiotik oral.5

9) KOMPLIKASI
abses paru
empyema

10) PENCEGAHAN
Vaksinasi dengan vaksin pertusis (DTP), campak, pneumokokus, dan haemofilus
influenza
Vaksin influenza untuk bayi >6 bulan dan usia remaja
Untuk orangtua atau pengasuh bayi <6 bulan disarankan untuk di berikan vaksin
influenza dan pertussis.5
11) PROGNOSIS
Prognosis pneumonia umumnya baik jika di beri terapi dengan benar. Biasanya
bakteri patogen dapat berespon jika di beri antibiotik. Komplikasi lanjut jarang terjadi
walaupun pada anak dengan pneumonia dapat terjadi komplikasi empyema dan abses
paru.1

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Medscape. Pediatrics Pneumonia. Medscape, 2019


2. Lionel A Mandell, Richard Wundering et al. Harrison's Principles of Internal
Medicine, 20th Edition. United States of America: Mcgraw-hil; 2018: 909
3. PDPI. Pneumonia . Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2003
4. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta: Badan Penelitian
Dan Pengembangan Depkes RI; 2018
5. H Garna, H M Nataprawira. Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Ilmu Kesehatan anak.
Edisi 5. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Padjadjaran/RSUP
Hasan Sadikin Bandung; 2017

12

Anda mungkin juga menyukai