Anda di halaman 1dari 35

CASE REPORT

OTOMIKOSIS

Disusun oleh :
Sakina shahab
1865050010

Pembimbing :
dr. Lina Marlina, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU THT – KL


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2020
Status Pasien
A. Identitas Pasien
1. Nama : Ny. S
2. Umur : 71 tahun
3. Alamat : Kramatjati Jakarta Timur
4. Pekerjaan : IRT
5. Pendidikan terakhir : SMP
6. Suku : Jawa
7. Agama : Islam
8. Status : Menikah

2
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama : Kedua telinga terasa gatal sejak 2 minggu yang lalu Keluhan
Tambahan : Telinga terasa penuh dan pendengaran berkurang

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poli-klinik THT RSU UKI dengan keluhan gatal pada kedua telinga sejak 2 minggu yang lalu dimana
gatal terus menerus dan bertambah parah pada saat pasien berkeringat atau sedang melakukan aktivitas. Keluhan disertai
telinga yang terasa penuh dan pendengaran yang berkurang. Pasien belum mengobati keluhan dengan obat apapun.
Keluhan keluar cairan dari telinga, telinga berdenging, nyeri belakang telinga, pusing berputar, bersin – bersin dan nyeri
pada tenggorokan disangkal.
Pasien mengatakan rutin membersihkan telinganya dengan pengorek kuping cotton bud, Pasien sering membersihkan
telinganya setelah mandi menggunakan cotton bud.

3
 
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa disangkal.DM (-) HT (-) .  
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga lain tidak pernah mengalami keluhan yang sama dengan pasien  
F. Riwayat Kebiasaan Pribadi
Pasien memiliki kebiasaan mengorek-ngorek telinga dengan cotton bud. Riwayat merokok serta minum minuman
beralkohol disangkal.

4
Pemeriksaan Fisik
A. STATUS GENERALIS
1. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
2. Kesadaran : Kompos mentis
3. Tekanan darah : Tidak dilakukan pengukuran
4. Frekuensi nadi : 85 kali/menit
5. Frekuensi napas :18 kali/menit
6. Suhu : 36,6 C
7. Kepala : Normocephali
8. Mata : CA -/-, SI -/-
9. Leher : KGB tidak teraba membesar 5
STATUS LOKALIS THT - K L [ Telinga]
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
  Bentuk Normotia Normotia
  Trauma Tidak ada Tidak ada
Daun telinga Infeksi Tidak ada Tidak ada
(auricula) Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada

  Fistel Tidak ada Tidak ada


  Auricula assesoris Tidak ada Tidak ada
Pre auricula
Abses Tidak ada Tidak ada

6
  Pembengkakan Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
 
Fistel Tidak ada Tidak ada
  Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Retro auricula Pembesaran kelenjar Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Infra auricula Pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran


kelenjar Parotis
  Liang Telinga Sempit lapang
Epidermis Merah muda Merah muda
Liang telinga
Sekret Tidak ada Tidak ada
Serumen Ada, sedikit Ada, sedikit
Kelainan Lain Bintik-bintik hitam Tidak ada
  Intak intak intak
Warna Putih keabuan Putih keabuan
Membran Timpani
Refleks Cahaya positif positif
Perforasi negatif negatif 7
Kelainan Lain Tidak ada Tidak ada
Tes Pendengaran
Tes garpu tala Rinne (-) (+)
Schwabach Memanjang Sama dengan
 
pemeriksa
  Weber  Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi

 
   

Tes Audiometri Auricula Dextra : 55 dB  Tuli sedang


Auricula Sinistra : >25 dB  normal
Audiometri
• 
Ambang Dengar =

• Auris dextra
=55 dB  tuli sedang

• Auris Sinistra
= 46.25 dB  Tuli sedang
9
STATUS LOKALIS THT - KL [ HIDUNG]
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra

  Bentuk luar Normal, Simetris


 
Hidung luar Deformitas Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Krepitasi Tidak ada Tidak ada

10
  Dextra Sinistra
Hidung Bentuk normal Bentuk normal
Sekret (-) (-)
Mukosa konka media Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)

Mukosa konka inferior Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)

Meatus media Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)

Meatus inferior Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)

Septum Deviasi (-) Deviasi (-)


Massa (-) (-)

11
Pemerikssan Kelainan Dextra Sinistra

Sinus Maksilaris Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan


pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan

Sinus Frontalis Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan


pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan

12
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Gigi Lengkap, Tidak ada karies dan gigi yang berlubang
Gusi Tidak ada pembengkakan, tidak ada perdarahan
S TAT U S L O K A L I S T H T - Te n g g o r o k a n

Lidah Posisi ditengah, geographic tounge dan coated tounge tidak ada
Kelenjar Parotis Tidak terdapat hipersekresi saliva
Arkus Faring Mukosa Hiperemis
Bentuk Simetris
Uvula Letak Ditengah
Tonsil Ukuran T1– T1

Warna Merah muda

Kripta Tidak melebar

Dedritus Tidak ada


Perlekatan Tidak ada
Permukaan Licin
Dinding Faring Warna Mukosa Merah Muda
Permukaan Tidak bergranul
Kelainan lain Tidak ditemukan 13
S TAT U S L O K A L I S T H T- K L [ L E H E R ]
No Pemeriksaan Hasil

1. Kelenjar Submentalis Tidak Pembesaran, Nyeri (-)

2. Kelenjar Submandibula Tidak Pembesaran, Nyeri (-)

3. Kelenjar Cervicalis Anterior Tidak Pembesaran, Nyeri (-)

4. Kelenjar Cervicalis Posterior Tidak Pembesaran, Nyeri (-)

5. Kelenjar Supra Clavicula Tidak Pembesaran, Nyeri (-)

6. Kelenjar Infra Clavicula Tidak Pembesaran, Nyeri (-)

7. Kelenjar Tiroid Tidak Pembesaran, Nyeri (-)


14
A. Diagnosis kerja : Otomikosis
B. Diagnosa Banding : 1. Otitis eksterna sirkumkripta
2. Otitis eksterrna difusa
C. Tatalaksana:

Non-medikamentosa: Medikamentosa:
• Tidak mengkorek-korek kuping • Pembersihan debris (ear toilet) pada kedua telinga
menggunakan jari tangan maupun benda dengan larutan asam asetat 2% dalam alcohol
lainnya. • Pemberian ketokonazol 2% cream
• Pasien sebaiknya menjaga kebersihan agar • Pemberian Antihistamin  Cetirizine 10mg
telinga tidak lembap dan tidak masuk air
untuk mencegah terjadinya kekambuhan
Prognosis

 Quo ad vitam : Ad bonam

 Quo ad Functionam : Dubia Ad bonam

 Quo ad sanationam : Dubia Ad bonam

16
Hasil Endoskopi

17
TINJAUAN PUSTAKA

18
Anatomi Telinga
Telinga dibagi
menjadi 3 bagian :
• Telinga luar
• Telinga tengah
• Telinga dalam

Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas Of Human Anatomy : Head, Neck & Neuroanatomy 15th edition. Elsivier. 2011; 137-156 19
Daun telinga (Pinna)
• Struktur daun telinga
yang khas berfungsi
untuk mengumpulkan
gelombang suara dan
meneruskannya ke
dalam liang telinga

Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas Of Human Anatomy : Head, Neck & Neuroanatomy 15th edition. Elsivier. 2011; 137-156 20
Membran Timpani dan tulang-tulang pendengaran

Gambar Membran Timpani Gambar Tulang-Tulang Pendengaran

Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas Of Human Anatomy : Head, Neck & Neuroanatomy 15th edition. Elsivier. 2011; 137-156 21
Tuba Eustachius – pada anak dan dewasa

Fungsi tuba Eustachius adalah:


 Menjaga tekanan di dalam kavum timpani sama dengan tekanan dunia luar (1 atm)
 Menjaga ventilasi udara di dalam kavum timpani (suplai O2)
 Drainase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke kavum timpani 22
Struktur Telinga Dalam

Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas Of Human Anatomy : Head, Neck & Neuroanatomy 15th edition. Elsivier. 2011; 137-156 23
Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas Of Human Anatomy : Head, Neck & Neuroanatomy 15th edition. Elsivier. 2011; 137-156 24
Fisiologi Pendengaran

Gelombang suara Menggerakan Kaki stapes menggerakkan


Diteruskan ke liang Menggetarkan
ditangkap oleh tulang-tulang menggetarkan perilimfe dalam
telinga (MAE) membran timpani
pinna pendengaran foramen ovale skala vestibule

Membran basilaris Menggerakkan


Pelepasan ion Defleksi sterosilia Membrana Reissner
Kanal ion terbuka dan membran endolimfe di skala
bermuatan listrik sel rambut bergetar
tektoria bergerak media

Korteks
Melepaskan
Potensial aksi N. dilanjutkan ke pendengaran (area
Depolarisasi neurotransmitter ke
Koklearis nukleus auditorius 39-40) lobus
sinaps
temporalis

Sherwood Laurale; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2.Penerbit: EGC. Jakarta. 2006. 25
Otomikosis
• Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga .Otomikosis adalah
infeksi akut, subakut atau kronis jamur yang melibatkan pinna dan
meatus auditori eksternal, namun dengan adanya perforasi membran
timpani, juga dapat melibatkan telinga tengah. Infeksi ini biasanya
unilateral dan ditandai oleh peradangan, pruritus, scaling dan
ketidaknyamanan berat seperti nanah dan nyeri

26
Epidemiologi
• Negara tropis dan subtropis mempunyai derajat kelembaban yang
tinggi sekitar 70 – 80% dengan suhu udara sekitar 15 – 30o C.

• Di RS Sardjito Yogyakarta didapatkan penderita otomikosis sebanyak


1,87% dari seluruh pasien rawat jalan di poliklinik, dan didapatkan
kecenderungan yang semakin meningkat setiap tahunnya dengan
angka kekambuhan yang tinggi .

27
Etiologi F.Predisposisi
• Otomikosis disebabkan oleh
beberapa jenis jamur saprofit, infeksi telinga kronis,
seperti jamur dan ragi, penggunaan minyak, obat tetes
terutama Aspergillus. Meliputi: telinga, steroid, renang (telinga
A. niger, A. flavus, A. fumigatus, basah merupakan predisposisi
Allescheria boydii, infeksi jamur), infeksi jamur
Scopulariopsis, Penicillium, lain yang ada di dalam tubuh
Rhizopus, Absidia dan Candida seperti dermatomikosis atau
vaginitis, status
immunocompromised,

Aspergillus niger Aspergillus Fumigates


Patofisiologi
Jamur
mengakiba
tkan
Dipengaruhi
inflamasi,
Flora faktor
Terjadi eksfoliasi
normal lingkungan
ketidaksei epitel
seperti (panas,lembab),
mbangan superfisial,
jamur dan perubahan pada
flora massa
bakteri epitel,Peningkat
normal di debris
ditemukan an PH, Faktor
dalam CAE yang
di CEA istemik, Riwayat
mengandu
OMSK, dll.
ng hifa,
supurasi,
dan nyeri
Gejala Klinis
1. Gatal pada liang telinga
2. Otalgia
3. Rasa penuh pada liang telinga
4. Ottorhoea
5. Tinitus

30
Diagnosa
Nyeri, rasa gatal, adanya secret yang keluar dari telinga. Yang
Anamnesa paling penting adalah kecenderungan beraktifitas yang
berhubungan dengan air

Yang khas terasa gatal atau sakit diliang telinga dan daun
telinga menjadi merah, skuamous dan dapat meluas kedalam
P.Fisik liang telinga sampai 2/3 bagian luar, adanya akumulasi debris
fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang
berwarna putih dan panjang dari permukaan kulit.

•Preparat langsung
Pemeriksaan
swab telinga dan pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10%
laboratorium •Pembiakan
Skuama dibiak pada media saboraud agar dan diletakan pada
suhu kamar koloni
Diagnosis Banding
• Otitis eksterna difusa
• Otitis eksterna sirkumkripta

32
Penatalaksanaan

Pengobatan yang dapat diberikan seperti :

Menjaga agar liang telinga •Larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol
tetap kering, jangan yang diteteskan kedalam liang telinga.
lembab dan disarankan •Larutan timol 2% dalam spiritus dilateus
untuk tidak mengorek- (alkohol 70%) atau meneteskan larutan
ngorek telinga dengan burrowi 5%
barang-barang yang kotor
seperti korek api, garukan •Neosporin dan larutan gentian violet 1-2%
telinga atau kapas •Fungisida topikal spesifik seperti nystatin,
ketokonazole, klotrimazole dan anti jamur
yang diberikan secara sistemik
TERIMA KASIH

34
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Kepala & Leher Edisi 7.
EGC. Jakarta .2012; 82-88
2. Matsuda Y, Kurita T, Ueda Y, Ito S, Nakashima T. Effect of tympanic membrane perforation on middle-ear sound
transmission. J Laryngol Otol. 2009 May. 123 Suppl 31:81-9
3. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Kepala & Leher Edisi 7.
EGC. Jakarta .2012; 10-22
4. Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas Of Human Anatomy : Head, Neck & Neuroanatomy 15th edition. Elsivier. 2011;
137-156
5. Sherwood Laurale; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2.Penerbit: EGC. Jakarta. 2006.
6. Dhingra PL, Shruti D. Disease of the Ear, Nose,and Throat Surgery 6th Edition. Elsevier. 2014; 66-72
7. Rukmini S, Herawati S. Tekhnik Pemeriksaan Telinga Hidung Dan Tenggorok. EGC:Jakarta
8. Buku Ajar penyakit THT BOIES Edisi 6. EGC. 2014

35

Anda mungkin juga menyukai