Anda di halaman 1dari 8

REFERAT

FRAKTUR GALEAZZI

Disusun Oleh:
Nabilla Risdiana Putri (1102012188)

Pembimbing:
Kolonel (Purn) dr. Abidin, Sp.Ot

KEPANITERAAN BEDAH
RUMAH SAKIT TK II MOH. RIDWAN MEURAKSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2019

1
FRAKTUR GALEAZZI

I. Definisi
Fraktur Galeazzi pertama kali diuraikan oleh Riccardo Galeazzi (1935) yaitu
fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi radio-ulnar distal. (1,2)

II. Epidemiologi
Fraktur Galeazzi meliputi 3-7% dari semua fraktur lengan bawah. Ia biasanya
lebih sering terjadi pada laki-laki.(2) Fraktur Galeazzi lebih banyak ditemukan daripada
fraktur Monteggia.(3,4) Kebanyakan ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak-
anak. (1)

III. Etiologi
Etiologi dari fraktur Galeazzi di duga akibat dari jatuh yang menyebabkan beban
aksial ditumpukan pada lengan bawah yang hiperpronasi.(2,3,5)

IV. Mekanisme trauma


Ada beberapa perbedaan pendapat pada mekanisme yang tepat yang
menyebabkan terjadinya fraktur Galeazzi. Mekanisme yang paling mungkin adalah jatuh
dengan tumpuan pada tangan disertai dengan pronasi lengan bawah yang ekstrim. Daya
tersebut diduga melewati artikulasi radiocarpal, mengakibatkan dislokasi dan
pemendekan dari tulang radius.(2,4) Terjadi fraktur pada 1/3 distal radius dan subluksasi
atau dislokasi sendi radioulnar distal.(4) Deforming forces termasuk brakioradialis,
kuadriseps pronator, dan ekstensor ibu jari, serta berat tangan. Cedera otot dan jaringan
lunak yang deformasi yang terkait dengan fraktur ini tidak dapat dikontrol dengan
imobilisasi plester.(3)

V. Diagnosis
Gambaran klinis
Terdapat gejala fraktur dan dislokasi pada daerah distal lengan bawah.(1) Adanya
tonjolan tulang atau nyeri pada ujung ulnar adalah manifestasi yang paling sering
ditemukan.(4) Nyeri dan edema pada jaringan lunak bisa didapatkan pada daerah fraktur
radius 1/3 distal dan pada pergelangan tangan. Cedera ini harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan radiologi.(2,3)

2
Anterior interroseous nerve palsy juga bisa terjadi tapi sering dilewati karena
tidak ada komponen sensorik pada temuan ini. Nervus interosseous anterior merupakan
cabang dari nervus medianus. Cedera pada nervus interosseous anterior ini bisa
mengakibatkan paralisis dari fleksor policis longus dan fleksor digitorum profundus pada
jari telunjuk, dan menyebabkan hilangnya mekanisme menjepit antara ibu jari dengan jari
telunjuk.(3)

Gambar 1. Fraktur Galeazzi.(6)

Pemeriksaan radiologis
(1)
Dengan pemeriksaan roentgen diagnosis dapat ditegakkan. Foto radiologi
lengan bawah posisi anteroposterior (AP) dan lateral di perlukan untuk menegakkan
diagnosis. Foto radiologi ekstremitas kontralateral bisa diambil untuk perbandingan. Foto
polos lengan bawah bisa ditemukan cedera pada sendi radioulnar distal: (3)
 Fraktur pada dasar dari styloideus ulnaris.
 Pelebaran dari ruang sendi radioulnar distal yang bisa terlihat pada foto posisi AP.
 Dislokasi radius yang relative dengan ulna pada foto lateral, yang bisa didapatkan
dengan mengabduksikan bahu 90˚.
 Pemendekan dari radius lebih dari 5 mm relatif dengan ulnar distal.

3
Gambar 2. Foto radiologis posisi anteroposterior menunjukkan fraktur Galeazzi klasik:
fraktur radius yang berbentuk oblik dan transversum dengan adanya dislokasi sendi
radioulnar distal.(3)

Gambar 3. Fraktur Galeazzi. Gambar menunjukkan perbedaan antara (a) fraktur


Monteggia dan (b) fraktur Galeazzi. (c,d) Tipe Galeazzi sebelum dan setelah reduksi dan
pemasangan plat.(4)

4
VI. Penatalaksanaan
Fraktur bersifat tidak stabil dan terdapat dislokasi sehingga sebaiknya dilakukan
operasi dengan fiksasi interna. Pada fraktur Galeazzi harus dilakukan reposisi secara
akurat dan mobilisasi segera karena bagian distal mengalami dislokasi. Dengan reposisi
yang akurat dan cepat maka dislokasi sendi ulna distal juga tereposisi dengan sendirinya.
Apabila reposisi spontan tidak terjadi maka reposisi dilakukan dengan fiksasi K-Wire.
Operasi terbuka dengan fiksasi rigid mempergunakan plate dan screw.(1)
Open reduction internal fixation merupakan terapi pilihan, karena closed
treatment dikaitkan dengan tingkat kegagalan yang tinggi. Fiksasi plate dan screw adalah
terapi pilihan. Pendekatan Henry anterior (interval antara fleksor karpi radialis dan
brakioradialis) biasanya menyediakan eksposur yang cukup untuk melihat fraktur radius,
dengan fiksasi plate pada permukaan yang datar, permukaan volar dari radius.(5)
Cedera sendi radioulnar distal biasanya menyebabkan ketidakstabilan bagian
dorsal, karena itu, capsulotomy dorsal dapat dilakukan untuk mendapatkan akses ke sendi
radioulnar distal jika tetap dislokasi setelah radius difiksasi. Fiksasi Kirschner wire
mungkin diperlukan untuk mempertahankan reduksi dari sendi radioulnar distal jika ianya
tidak stabil. Jika sendi radioulnar distal diyakini stabil, bagaimanapun, imobilisasi plester
pasca operasi mungkin sudah cukup. (5)
Ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi pada pasien dengan fraktur Galeazzi: (4)
1. Sendi radio-ulnar tereduksi dan stabil
Tidak dilakukan tindakan lanjut. Lengan di istirihatkan untuk beberapa hari,
kemudian dilakukan pergerakan aktif dengan hati-hati. Sendi radio-ulnar harus
diperiksa baik secara klinis dan radiologis setelah 6 minggu.

2. Sendi radio-ulnar tereduksi tapi tidak stabil


Imobilisasi lengan dalam posisi stabil (biasanya supinasi), jika diperlukan
disertai juga dengan K-wire transversum. Lengan di balut dengan cast di bagian atas
siku selama 6 minggu. Jika terdapat fragmen styloideus ulnaris yang besar, maka
harus direduksi dan difiksasi.

3. Sendi radio-ulnar tidak tereduksi


Keadaan ini jarang didapatkan. Open reduction harus dilakukan untuk
membersihkan jaringan lunak yang rusak. Setelah itu lengan di imobilisasi dalam
posisi supinasi selama 6 minggu.

5
Manajemen pascaoperasi: (5)
1. Jika sendi radioulnar distal stabil: Pergerakan dini adalah dianjurkan.
2. Jika sendi radioulnar distal tidak stabil: Imobilisasi lengan dalam posisi supinasi
selama 4 sampai 6 minggu dengan menggunakan long arm splint atau cast.
3. Pin sendi radioulnar distal, jika diperlukan, dan akan dilepas pada 6 sampai 8 minggu.

VII. Komplikasi
1. Malunion: Reduksi nonanatomik dari fraktur radius disertai dengan kegagalan untuk
mengembalikan alignment rotasi atau lateral dapat mengakibatkan hilangnya fungsi
supinasi dan pronasi, serta nyeri pada range of motion. Ini mungkin memerlukan
osteotomy atau ulnar distal shortening untuk kasus-kasus di mana gejala pemendekan
dari radius mengakibatkan ulnocarpal impaction. (5)
2. Nonunion: Ini jarang terjadi dengan fiksasi yang stabil, tetapi mungkin memerlukan
bone grafting.(5)
3. Compartement syndrome: kecurigaan klinis harus diikuti dengan pemantauan
tekanan kompartemen dengan fasciotomy darurat setelah didiagnosa sebagai sindrom
kompartemen.(5)
4. Cedera neurovaskuler: (5)
 Biasanya iatrogenik.
 Cedera saraf radialis superfisial (dibawahnya brakioradialis) adalah beresiko
dengan pendekatan radius anterior.
 Cedera saraf interoseus posterior (di supinator) adalah beresiko dengan
pendekatan radius proksimal.
 Jika pemulihan tidak terjadi, eksplorasi saraf setelah 3 bulan.
5. Radioulnar synostosis: Jarang terjadi (3% sampai 9,4% kejadian).(5)
 Faktor risiko meliputi:
 Fraktur kedua tulang pada tingkat yang sama (11% kejadian).
 Closed head injury
 Penundaan operasi > 2 minggu.
 Satu sayatan untuk fiksasi kedua fraktur lengan bawah.
 Penetrasi pada membran interoseus oleh bone grafting atau screw, fragmen
tulang, atau peralatan bedah.

6
 Crush injury.
 Infeksi.
 Prognosis terburuk adalah dengan synostosis distal, dan yang terbaik adalah
dengan synostosis diafisis.
6. Dislokasi rekuren: Ini bisa terjadi akibat dari malreduksi dari radius. Ini menekankan
bahwa perlunya pemulihan secara anatomi pada fraktur radius untuk memastikan
penyembuhan yang cukup dan fungsi biomekanik dari sendi radioulnar distal.(5)

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Chairuddin R. Bab 14 Trauma. Dalam: (Chairuddin R ed.) Pengantar Ilmu Bedah


Ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone.2009; P. 394-95, 418.
2. Mikic Z. DJ. Galeazzi Fracture-Dislocations. Vol 57-A No 8. 1975. P.1071-80. [cited
2012 27/11/2012]; Available from: http://jbjs.org/data/Journals/JBJS/546/1071.pdf.
3. Ertl J. P. Galeazzi Fracture. Medscape Reference; 2012 [updated 16/11/2012; cited 2012
27/11/2012]; Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1239331-
overview#aw2aab6b2b1aa.
4. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Injuries of the forearm and wrist. In: (Solomon L,
Warwick D, Nayagam S. eds.) Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. Ninth
Edition.UK: Hodder Arnold.2010; P.771-72.
5. Koval K. J, Zuckerman J. D. Upper Extremity Fractures and Dislocations Distal radius.
In: (Koval K. J, Zuckerman J. D. eds) Handbook of Fractures. Third Edition. USA:
Lippincott Williams & Wilkins. 2006; P.222-25.
6. Thompson J. C. Chapter 5 Forearm. In: (Thompson J. C. ed) Netter’s Concise
Orthopaedic Anatomy. Second Edition. Saunders. P.145.

Anda mungkin juga menyukai