Anda di halaman 1dari 14

Tinjauan Pustaka

FRAKTUR RADIUS DISTAL

Oleh:

dr.

Pembimbing:

dr.

STASE BEDAH ORTOPEDI MEI 2021

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO


FRAKTUR DISTAL RADIUS

A. ETIOLOGI

Fraktur radius distal merupakan fraktur yang paling sering ditemukan dalam
bidang kegawatdaruratan ortopedik yang melibatkan ektremitas atas. Fraktur ini
dapat terjadi disetiap kalangan usia mulai dari anak-anak, remaja hingga lansia.
Kalangan usia yang beresiko tinggi untuk mengalami fraktur radius distal adalah
dewasa muda dan orang tua. Pada dewasa muda, fraktur disebabkan oleh trauma
akibat energi tinggi yang berhubungan dengan kegiatan olahraga. Sedangkan pada
orang tua, fraktur lebih banyak disebabkan oleh trauma akibat energi rendah,
osteoporosis dan jatuh dari posisi berdiri atau duduk. Penyebab dari fraktur radius
distal disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti usia, pola hidup, pola makan
dan aktivitas sehari-hari.

Beberapa penyebab fraktur distal radius dan pengaruhnya pada morfologi


fraktur:
• Twisting force: Menyebabkan fraktur spiralis dengan destruksi tulang di
berbagai level (biasanya jatuh bertumpu tangan).
• Angulating force: Menyebabkan fraktur transversal dari kedua tulang
pada tingkat yang sama.
• Direct force: Menyebabkan fraktur tranversal pada satu tulang, biasanya
os ulnaris.
• Deformitas rotasi: Dapat disebabkan oleh tarikan otot pada os radius.1

B. EPIDEMIOLOGI

Jumlah kasus fraktur radius distal merupakan seperenam dari semua patah
tulang dengan lebih dari 640.000 kasus yang terdata pada tahun 2001 hanya di
Amerika Serikat. Di Swedia, angka kejadian fraktur radius distal adalah 24 per
10.000 orang/tahun. Dimana rasio antara perempuan dan laki-laki adalah 3:1.
Peningkatan insiden fraktur radius distal sebanding dengan peningkatan usia.
Kejadian fraktur radius distal di bawah usia 50 tahun yaitu sekitar 9 per 10.000
orang/tahun tanpa memandang jenis kelamin. Pada wanita, insiden fraktur

1
meningkat tajam dari usia diatas 50 tahun dan meningkat dua kali lipat dengan
setiap interval usia 10 tahun sampai usia 70 tahun dan mencapai puncaknya
setelah usia 90 tahun yaitu 144 per 10.000 orang/tahun.2

Fraktur radius distal lebih banyak terjadi pada rentang usia 20-29 tahun
dimana sebagian besar kasus berjenis kelamin laki-laki dengan rasio perbandingan
laki-laki dan perempuan adalah 1,8:1. Menurut studi, penyebab tersering fraktur
radius distal adalah kecelakaan lalu lintas. Fraktur radius distal paling banyak
disertai dengan fraktur ekstremitas atas selain radius distal sebagai keluhan
penyerta.3

Pada populasi anak-anak, fraktur radius distal seringkali terjadi pada masa
pubertas di mana pada periode ini mineralisasi tulang masih tergolong rendah.
Mekanisme terjadinya fraktur yang terjadi pada populasi anak-anak umumnya
meliputi kegiatan olahraga, kecelakaan kendaraan bermotor, dan bermain.
Untungnya, dalam hal ini reduksi anatomi tidaklah diperlukan karena ada tulang
yang signifikan pulih kembali, dan menghasilkan prognosis yang baik dengan
angka komplikasi yang rendah.2

C. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
 Anamnesis harus berfokus pada mekanisme cedera, durasi, dan kualitas
gejala.
 Gangguan neurovaskular seperti parastesia, kelemahan, atau perubahan
warna pada anggota tubuh.

2. Gejala
 Pasien dengan fraktur radius distal akan sering mengeluhkan nyeri pada
ekstremitas atas pasca trauma.

3. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan fisik harus mengevaluasi deformitas dan status lokalis
ekstremitas distal.
 Fungsi sensorik untuk nervus medianus dan ulnaris harus dievaluasi
dengan membedakan dua titik pada jari ke-2 dan ke-5.

2
 Fungsi sensorik nervus radialis dapat dievaluasi di proksimal MCP ke-
2.
 Instabilitas DRUJ, Instabilitas karpal, dislokasi elbow, atau fraktur pada
lengan atas mudah terlewatkan dalam evaluasi fraktur radius distal.4

4. PENCITRAAN

Gambaran Anteroposterior rutin (AP) dan lateral diperlukan untuk


pemeriksaan pencitraan. Fraktur radius sering terkait dengan trauma elbow dan
pergelangan tangan, sehingga kedua persendian harus terlihat pada radiografi.
Terdapat empat tanda radiografi yang dapat diandalkan pada fraktur radioulnar
distal:

 Fraktur basal styloid ulnaris


 Tampilan AP: Pelebaran ruang sendi radius distal-ulnaris
 Tampilan lateral: Dislokasi relatif radius distal ke ulna
 Shortening os radius > 5 mm3.5

5. JENIS FRAKTUR DISTAL RADIUS


1. Fraktur Galleazi

Mekanisme trauma fraktur Galleazi yaitu disebabkan akibat jatuh dengan


bertumpu tangan; dapat dengan gaya rotasi. Fraktur Galleazi terjadi pada
sepertiga distal radius dan subluksasi sendi radio-ulnaris inferior atau dislokasi.
Manifestasi klinis fraktur Galleazi:

 Penonjolan atau nyeri di distal ulna adalah ciri yang khas.


 Instabilitas sendi radio-ulnar dengan ‘ballotement' di ujung distal ulna
(Piano-key sign) atau dengan melakukan rotasi pada pergelangan tangan.

Gambaran X-ray fraktur Galleazi ditunjukan dengan fraktur transversal atau


oblik terlihat pada sepertiga distalradius, dengan angulasi atau overlap. Daoat
ditemukan juga sendi radio-ulnaris distal yang mengalami subluksasi atau
dislokasi.

3
Gambar 1. Gambaran X-ray fraktur Galleazi AP dan Lateral.5

Tatalaksana Sendi radio-ulnaris distal:

Penatalaksanaan fraktur radius distal membutuhkan waktu yang cukup


lama. Keberhasilan penatalaksanaan fraktur juga membutuhkan kontribusi pasien
dalam menjalani fisioterapi. Pada umumnya penatalaksanaan fraktur dilakukan
secara medis baik dengan tindakan operatif maupun non-operatif. Penanganan
awal pada pasien fraktur juga harus dilakukan dengan cepat untuk mencegah
komplikasi awal fraktur yaitu syok yang bisa berakibat fatal dalam beberapa jam
setelah cedera. Tatalaksana pada fraktur Galleazi dibedakan menjadi:

 Reduced and stable: Tidak diperlukan tindakan lebih lanjut.

 Reduced but unstable: Lengan bawah diimobilisasi dengan splint di atas


siku selama 6 minggu

 Irreducible: Open reduction diperlukan untuk menghilangkan jaringan


lunak.1

4
Gambar 2. Fraktur Galeazzi sebelum dan sesudah reduksi.1

2. Fraktur Colles’

Fraktur Colles adalah fraktur ekstra artikular pada tulang radius distal yang
sangat umum terjadi akibat terjatuh dengan kondisi tangan yang terulur. Fraktur
ini terdiri dari fraktur pada daerah metaphysisradius distal dengan angulasi
dorsal dan impaksi, namun tanpa keterlibatan dari permukaan articular.

Mekanisme trauma fraktur Colles’ yaitu fraktur radius tranversal tepat di


atas pergelangan tangan, dengan displacement dorsal dari fragmen distal.
Gaya trauma berada di sepanjang lengan bawah dengan pergelangan tangan
dalam keadaan ekstensi. Fraktur tulang di corticocancellous junction dan kolaps
fragmen distal akan menyebabkan posisi ekstensi, displacement dorsal, radial
tilt dan pemendekan tulang.1

Manifestasi klinis fraktur Colles’ yaitu:

 Deformitas ‘dinner fork' dengan penonjolan di bagian posterior


pergelangan tangan dan depresi di bagian anterior.
 Pada penderita yang kurang menunjukan deformitas mungkin hanya
terdapat nyeri lokal dan nyeri pada mobilitas pergelangan tangan.
 Tangan cenderung berdeviasi kearah radial
 Pergelangan tangan tampak supinasi

5
Gambar 3. Deformitas ‘dinner fork' pada pasien fraktur Colles’.6

Gambaran Xray fraktur Colles’:

• Fraktur tranversal radius di corticocancellous junction, dan


seringkali terjadi destruksi pada prosesus styloideus ulnaris.

• Fragmen radial menyebabkan radial tilt dan backward tilt.

Gambar 4. Deformitas Fraktur Colles tipikal displaced dan angulasi ke


arah dorsal dan sisi radial pergelangan tangan.1

6
(a) (b)

Gambar 5. (a) X-ray lateral fraktur Colles stable Tampak fraktur kominutif
minimal. (b) X-ray lateral fraktur Colles unstable,Tampak fraktur kominutif pada
korteks dorsal; Destruksi tulang spongiosa.6

Tatalaksana fraktur Colles’:

a. Penanganan Non Operatif

Pengobatan non operatif meliputi reposisi tertutup dan kemudian


dilanjutkan dengan immobilisasi. Berbagai teknik pemasangan cast telah
dikenal. Pada prinsipnya cast tidak boleh melebihi atau melewati sendi
metacarpofalangeal, dimana jari-jari harus dalam posisi bebas bergerak.
Immobilisasi dapat menggunakan gips ataupun functional brace yang dapat
dipasang di atas atau di bawah siku. Yang paling sering dipakai dan hasilnya
cukup stabil adalah pemasangan below elbow cast. Below elbow cast
menghasilkan posisi netral dari lengan bawah, sehingga pronasi dan supinasi
tidak dikurangi secara penuh. Beberapa penulis menganjurkan posisi supinasi
dalam pemakaian above elbow cast, dengan dasar hasil studi menunjukan
pemeriksaan EMG menunjukkan penurunan aktivitas otot brakhioradialis yang
berinsersi pada distal radius berperan penting terhadap penyebab redislokasi
pada fraktur colles.

Posisi pergelangan tangan dilakukan dengan posisi palmar fleksi 15 derajat


dan ulnar deviasi 20 derajat, karena dengan posisi tersebut tendon ekstensor

7
dan otot brakhioradialis sedikit teregang sehingga dapat menambah stabilitas
hasil reposisi. Tetapi posisi palmar fleksi dan ulnar deviasi yang ekstrim akan
menimbulkan komplikasi berupa edema dan kompresi saraf medianus,
sehingga jari sukar digerakkan yang akhirnya dapat menimbulkan kekakuan.

Lama pemasangan gips bervariasi antara 3-6 minggu. Wahlstrom dengan


bone scanning membuktikan bahwa setelah 28 hari fraktur sudah cukup stabil
dan boleh immobilisasi. Sarmiento menganjurkan pemakaian setelah 1 minggu
dengan gips. Pada kasus minimal displacemet immobilisasi cukup 3-4 minggu,
sedang pada tindakan operatif berkisar 6-12 minggu.

 Fraktur undisplaced
• Dorsal splint diterapkan selama satu atau dua hari sampai
pembengkakan telah teratasi
 Fraktur displaced
• Fraktur harus direduksi dengan anestesi. Reposisi dapat dilakukan
dengan memakai anastesi local, regional blok (plexus brachialis
dan axilaris) atau anastesi umum. Reposisi harus segera dilakukan
sebelum adanya edema yang dapat mengganggu
• Tangan difiksasi dan dilakukan traksi
• Fragmen distal kemudian didorong ke tempatnya dengan menekan
bagian dorsal sambil memposisikan pergelangan tangan menjadi
fleksi, deviasi ulnaris, dan pronasi.
• Fiksasi posisi tangan dengan perban krep.
• Lengan dielevasikan untuk satu atau dua hari berikutnya

b. Penanganan Operatif

Pengobatan operatif dilakukan pada kasus-kasus yang tidak stabil seperti


fraktur yang kominutif, angulasi hebat > 20 derajat, serta adanya kerusakan
pada permukaan sendi terutama pada penderita usia muda atau adanya
redislokasi dini dengan cara pengobatan konservatif.

 Fiksasi Internal

8
Keuntungan teoritis fiksasi internal radius distal tidak hanya terletak pada
reduksi anatomi, tetapi juga dalam membangun fiksasi yang stabil untuk
memungkinkan pergerakan di tahap awal dan juga rehabilitasi. Fiksasi plat
semakin banyak digunakan, disebut ‘volar locking plate’

Gambar 6. Fiksasi operatif Fraktur Colles. 1 Fraktur Colles - fiksasi


operatif (a) Fraktur Colles Comminuted direduksi dan difiksasi dengan
wire perkutan. (b,c) Pastikan sudut permukaan artikular direduksi dengan
benar sesuai gambar

Gambar 7. Fraktur Colles stable pre (a,b) dan post (c,d) reduksi, Os Radius
tampak lebih Panjang; Fragment fraktur telah dikoreksi.

 Fiksasi Eksternal

Fiksasi eksternal dapat digunakan secara sementara atau bisa juga


digunakan untuk manajemen pasti fraktur radius distal.

- Bridging External Fixation, dulunya menjadi pilihan pertama dalam


perawatan operasi hampir pada semua fraktur radius distal kecuali

9
fraktur volar Barton.Tetapi beberapa ahli bedah yang berpengalaman
keluar dari zona nyaman mereka dan mencoba melakukan perawatan
fraktur radius distal dengan volar locking plates atau implant lainnya
yang baru diperkenalkan.

- Nonbridging External Fixation. Indikasi; fraktur ekstra-artikular yang


mempunyai resiko tinggi untuk kambuh. Kontraindikasi; fragmen
distal terlalu kecil untuk penempatan pin

Komplikasi Fraktur Colles’:

Studi menyebutkan bahwa perawatan yang tidak adekuat pada fraktur yang
baru terjadi menyebabkan malunion, keluhan rasa sakit yang signifikan,
deformitas, dan keterbatasan dalam bergerak.

Sebagian besar pasien fraktur colles akan sulit menggerakkan pergelangan


tangan mereka setelah beberapa minggu tindakan immobilisasi dihentikan.
Adanya kekakuan sendi ini mungkin diakibatkan adanya adhesi intra-artikular
akibat fraktur yang melibatkan sendi radio carpal atau adhesi ekstra-artikular
akibat edema traumatik dengan terbentuknya eksudat serofibrinous dalam adhesi
tersebut. Salah satu upaya untuk menangani kekakuan sendi tersebut adalah
dengan menggunakan bahu, siku, dan tangan secara aktif dalam rutinitas
pengobatan sehingga dapat mencegah kekakuan lanjutan pada pergelangan
tangan.

Gambar 8. Komplikasi Fraktur Colles yang paling serin gterjadi.1 (a) Destruksi
ekstensor pollicis longus; (b) Malunion - CT scan menunjukkan malunion sendi
radio-ulnaris distal; (c) K-wire yang terinfeksi; d) Gagal fiksasi karena wire telah
memotong tulang yang osteoporosis.

3. Fraktur Smith

10
Fraktur Smith pada dasarnya adalah kebalikan dari fraktur Colles. Sering
disebut sebagai "Reverse Colles", dan terjadi akibat jatuh atau trauma langsung
ke dorsum manus. Gambaran klinis pada Fraktur Smith yaitup asien datang
dengan cedera pergelangan tangan, tetapi tidak ditemukan deformitas dinner
fork, kemudian terdapat deformitas ‘garden spade’.1

X-ray pada Fraktur Smith menunjukan fraktur melalui bagian distal


metafisis radius. Tampilan lateral menunjukkan bahwa fragmen distal tampak
displaced dan deviasi ke anterior. Seluruh metafisis dapat mengalami fraktur,
atau bisa juga fraktur obliq pada dorsal.

Gambar 9. Fraktur Smith (a, b) Berbeda dengan fraktur Colles,


perpindahan fragmen radial distal adalah ke anterior - bukan ke posterior.
Tampilan lateral menunjukkan bahwa fragmen distal tampak displaced.1

4. Fraktur Stilloid Radius/ Chauffeur’s


 Fraktur Chauffeur’s adalah fraktur intra-artikular radius yang mengenai
prosesus styloid radius.

 Sering kali diakibatkan oleh trauma pada tangan yang terulur dengan
gaya ke bagian belakang pergelangan tangan  dorsofleksi dan abduksi
 skafoid menekan styloid radial.4

5. Fraktur Barton
 Fraktur Barton adalah fraktur tepi intra-artikular dari radius distal.

11
 Gaya ini mengenai ligamen radiokarpal dan selanjutnya menyebabkan
fraktur avulsi tepi radial.

 Fraktur ini tidak stabil dan sering muncul dengan dislokasi tulang
karpal.4

6. Fraktur pada pediatri


a. Fraktur Jenis Salter-Harris
 Fraktur Salter-Harris adalah fraktur pediatrik yang melibatkan lempeng
epifisis.
b. Fraktur Torus
 Fraktur torus ditandai dengan buckling pada korteks tulang dan
periodosteum tanpa garis fraktur.
c. Fraktur greenstick
 Fraktur greenstick akan menunjukkan fraktur inkomplit dengan
permukaan lain masih utuh.

Gambar 10. (a, b) Pada anak yang lebih besar fraktur terjadi lebih proksimal
daripada fraktur Colles’ tipikal, seringkali terjadi fraktur greenstick atau fraktur
buckling. (c, d) Pada pediatri biasanya terjadi fraktur Salter–Harris tipe I atau II.
Pada kasus ini, reduksi akurat telah dilakukan (e, f).

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Apley G. and S. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. 9th ed.


London: Hodder Arnold; 2010.

2. Nellans KW, Kowalski E, Chung KC. The epidemiology of distal radius


fractures. Hand Clin [Internet]. 2012/04/14. 2012 May;28(2):113–25.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22554654

3. Tantri IN, Asmara AAGY, Hamid ARRH. Gambaran karakteristik fraktur


radius distal di RSUP Sanglah Tahun 2013-2017. Intisari Sains Medis.
2019;10(3):468–72.

4. Oestern HJ. Distal radius fractures. Bone Jt Inj Trauma Surg III. 2014;121–
37.

5. McGraw-Hill. Emergency Orthopedic. 6th editio. McGraw-Hill companies;


2011.

6. Salter RB. Specific Fractures and Joint injuries in Adults. In: Textbook of
disorders and injuries of the musculoskeletal system. Lippincott Williams
and Wilkins Publisher; 2007.

13

Anda mungkin juga menyukai