Oleh:
dr.
Pembimbing:
dr.
A. ETIOLOGI
Fraktur radius distal merupakan fraktur yang paling sering ditemukan dalam
bidang kegawatdaruratan ortopedik yang melibatkan ektremitas atas. Fraktur ini
dapat terjadi disetiap kalangan usia mulai dari anak-anak, remaja hingga lansia.
Kalangan usia yang beresiko tinggi untuk mengalami fraktur radius distal adalah
dewasa muda dan orang tua. Pada dewasa muda, fraktur disebabkan oleh trauma
akibat energi tinggi yang berhubungan dengan kegiatan olahraga. Sedangkan pada
orang tua, fraktur lebih banyak disebabkan oleh trauma akibat energi rendah,
osteoporosis dan jatuh dari posisi berdiri atau duduk. Penyebab dari fraktur radius
distal disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti usia, pola hidup, pola makan
dan aktivitas sehari-hari.
B. EPIDEMIOLOGI
Jumlah kasus fraktur radius distal merupakan seperenam dari semua patah
tulang dengan lebih dari 640.000 kasus yang terdata pada tahun 2001 hanya di
Amerika Serikat. Di Swedia, angka kejadian fraktur radius distal adalah 24 per
10.000 orang/tahun. Dimana rasio antara perempuan dan laki-laki adalah 3:1.
Peningkatan insiden fraktur radius distal sebanding dengan peningkatan usia.
Kejadian fraktur radius distal di bawah usia 50 tahun yaitu sekitar 9 per 10.000
orang/tahun tanpa memandang jenis kelamin. Pada wanita, insiden fraktur
1
meningkat tajam dari usia diatas 50 tahun dan meningkat dua kali lipat dengan
setiap interval usia 10 tahun sampai usia 70 tahun dan mencapai puncaknya
setelah usia 90 tahun yaitu 144 per 10.000 orang/tahun.2
Fraktur radius distal lebih banyak terjadi pada rentang usia 20-29 tahun
dimana sebagian besar kasus berjenis kelamin laki-laki dengan rasio perbandingan
laki-laki dan perempuan adalah 1,8:1. Menurut studi, penyebab tersering fraktur
radius distal adalah kecelakaan lalu lintas. Fraktur radius distal paling banyak
disertai dengan fraktur ekstremitas atas selain radius distal sebagai keluhan
penyerta.3
Pada populasi anak-anak, fraktur radius distal seringkali terjadi pada masa
pubertas di mana pada periode ini mineralisasi tulang masih tergolong rendah.
Mekanisme terjadinya fraktur yang terjadi pada populasi anak-anak umumnya
meliputi kegiatan olahraga, kecelakaan kendaraan bermotor, dan bermain.
Untungnya, dalam hal ini reduksi anatomi tidaklah diperlukan karena ada tulang
yang signifikan pulih kembali, dan menghasilkan prognosis yang baik dengan
angka komplikasi yang rendah.2
C. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Anamnesis harus berfokus pada mekanisme cedera, durasi, dan kualitas
gejala.
Gangguan neurovaskular seperti parastesia, kelemahan, atau perubahan
warna pada anggota tubuh.
2. Gejala
Pasien dengan fraktur radius distal akan sering mengeluhkan nyeri pada
ekstremitas atas pasca trauma.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus mengevaluasi deformitas dan status lokalis
ekstremitas distal.
Fungsi sensorik untuk nervus medianus dan ulnaris harus dievaluasi
dengan membedakan dua titik pada jari ke-2 dan ke-5.
2
Fungsi sensorik nervus radialis dapat dievaluasi di proksimal MCP ke-
2.
Instabilitas DRUJ, Instabilitas karpal, dislokasi elbow, atau fraktur pada
lengan atas mudah terlewatkan dalam evaluasi fraktur radius distal.4
4. PENCITRAAN
3
Gambar 1. Gambaran X-ray fraktur Galleazi AP dan Lateral.5
4
Gambar 2. Fraktur Galeazzi sebelum dan sesudah reduksi.1
2. Fraktur Colles’
Fraktur Colles adalah fraktur ekstra artikular pada tulang radius distal yang
sangat umum terjadi akibat terjatuh dengan kondisi tangan yang terulur. Fraktur
ini terdiri dari fraktur pada daerah metaphysisradius distal dengan angulasi
dorsal dan impaksi, namun tanpa keterlibatan dari permukaan articular.
5
Gambar 3. Deformitas ‘dinner fork' pada pasien fraktur Colles’.6
6
(a) (b)
Gambar 5. (a) X-ray lateral fraktur Colles stable Tampak fraktur kominutif
minimal. (b) X-ray lateral fraktur Colles unstable,Tampak fraktur kominutif pada
korteks dorsal; Destruksi tulang spongiosa.6
7
dan otot brakhioradialis sedikit teregang sehingga dapat menambah stabilitas
hasil reposisi. Tetapi posisi palmar fleksi dan ulnar deviasi yang ekstrim akan
menimbulkan komplikasi berupa edema dan kompresi saraf medianus,
sehingga jari sukar digerakkan yang akhirnya dapat menimbulkan kekakuan.
Fraktur undisplaced
• Dorsal splint diterapkan selama satu atau dua hari sampai
pembengkakan telah teratasi
Fraktur displaced
• Fraktur harus direduksi dengan anestesi. Reposisi dapat dilakukan
dengan memakai anastesi local, regional blok (plexus brachialis
dan axilaris) atau anastesi umum. Reposisi harus segera dilakukan
sebelum adanya edema yang dapat mengganggu
• Tangan difiksasi dan dilakukan traksi
• Fragmen distal kemudian didorong ke tempatnya dengan menekan
bagian dorsal sambil memposisikan pergelangan tangan menjadi
fleksi, deviasi ulnaris, dan pronasi.
• Fiksasi posisi tangan dengan perban krep.
• Lengan dielevasikan untuk satu atau dua hari berikutnya
b. Penanganan Operatif
Fiksasi Internal
8
Keuntungan teoritis fiksasi internal radius distal tidak hanya terletak pada
reduksi anatomi, tetapi juga dalam membangun fiksasi yang stabil untuk
memungkinkan pergerakan di tahap awal dan juga rehabilitasi. Fiksasi plat
semakin banyak digunakan, disebut ‘volar locking plate’
Gambar 7. Fraktur Colles stable pre (a,b) dan post (c,d) reduksi, Os Radius
tampak lebih Panjang; Fragment fraktur telah dikoreksi.
Fiksasi Eksternal
9
fraktur volar Barton.Tetapi beberapa ahli bedah yang berpengalaman
keluar dari zona nyaman mereka dan mencoba melakukan perawatan
fraktur radius distal dengan volar locking plates atau implant lainnya
yang baru diperkenalkan.
Studi menyebutkan bahwa perawatan yang tidak adekuat pada fraktur yang
baru terjadi menyebabkan malunion, keluhan rasa sakit yang signifikan,
deformitas, dan keterbatasan dalam bergerak.
Gambar 8. Komplikasi Fraktur Colles yang paling serin gterjadi.1 (a) Destruksi
ekstensor pollicis longus; (b) Malunion - CT scan menunjukkan malunion sendi
radio-ulnaris distal; (c) K-wire yang terinfeksi; d) Gagal fiksasi karena wire telah
memotong tulang yang osteoporosis.
3. Fraktur Smith
10
Fraktur Smith pada dasarnya adalah kebalikan dari fraktur Colles. Sering
disebut sebagai "Reverse Colles", dan terjadi akibat jatuh atau trauma langsung
ke dorsum manus. Gambaran klinis pada Fraktur Smith yaitup asien datang
dengan cedera pergelangan tangan, tetapi tidak ditemukan deformitas dinner
fork, kemudian terdapat deformitas ‘garden spade’.1
Sering kali diakibatkan oleh trauma pada tangan yang terulur dengan
gaya ke bagian belakang pergelangan tangan dorsofleksi dan abduksi
skafoid menekan styloid radial.4
5. Fraktur Barton
Fraktur Barton adalah fraktur tepi intra-artikular dari radius distal.
11
Gaya ini mengenai ligamen radiokarpal dan selanjutnya menyebabkan
fraktur avulsi tepi radial.
Fraktur ini tidak stabil dan sering muncul dengan dislokasi tulang
karpal.4
Gambar 10. (a, b) Pada anak yang lebih besar fraktur terjadi lebih proksimal
daripada fraktur Colles’ tipikal, seringkali terjadi fraktur greenstick atau fraktur
buckling. (c, d) Pada pediatri biasanya terjadi fraktur Salter–Harris tipe I atau II.
Pada kasus ini, reduksi akurat telah dilakukan (e, f).
12
DAFTAR PUSTAKA
4. Oestern HJ. Distal radius fractures. Bone Jt Inj Trauma Surg III. 2014;121–
37.
6. Salter RB. Specific Fractures and Joint injuries in Adults. In: Textbook of
disorders and injuries of the musculoskeletal system. Lippincott Williams
and Wilkins Publisher; 2007.
13