Anda di halaman 1dari 12

Malnutritionatau gizi buruk, adalah keadaan patofisiologis akibat dari kekurangan atau

kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi, ada empat bentuk malnutrisi
diantaranya adalah : (1) Under nutrition, kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut
untuk periode tertentu, (2) Specific deficiency, kekurangan zat gizi tertentu, (3) Over nutrition,
kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu, (4) Imbalance, karena disproporsi zat gizi,
misalnya kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL
(High Density Lipoprotein), dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein), (5) Kurang energi
protein (KEP), adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi protein dalam makanan sehari-hari atau gangguan penyakit tertentu.24
Sedangkan definisi gizi buruk menurut WHO 2007 adalah anak terlihat sangat kurus,
WHZ < - 3 SD, dan LILA < 11- 11,5 cm.25Severe Acute Malnutrition atau gizi buruk dapat
timbul dengan gejala non-oedem (marasmus) atau dengan oedem (kwashiorkor atau marasmic-
kwashiorkor), pada anak dengan HIV-positif lebih sering ditemukan gizi buruk dengan gejala
non-oedem atau marasmus. Anak HIV-positif dengan gizi buruk memiliki peningkatan risiko
untuk terkena infeksi opportunistik seperti tuberkulosis, infeksi saluran napas, gastroenteritis,
dan candidiasis, serta gejala lain seperti nafsu makan menurun dan diare persisten.26
Jika dibandingkan dengan anak HIV-negatif, anak yang terinfeksi HIV memiliki
kebutuhan nutrisi tambahan untuk memastikan tumbuh kembangnya tetap baik, termasuk diet
yang tinggi energi dan protein. Intake kalori perlu ditingkatkan hingga 150% dari kebutuhan
harian kalori normal, dan intake mikronutrien juga meningkat hingga lima kali dari kebutuhan
anak yang tidak terinfeksi.26
Pada anak yang juga terkena infeksi opportunistik seperti TB kronik atau diare kronik,
dibutuhkan sekitar 20-30% peningkatan intake kalori, dimana bisa diberikan melalui makanan
rumah atau suplemen nutrisi. Anak yang mengidap komplikasi dari infeksi HIV, seperti severe
acute malnutrition atau perawakan yang pendek (stunted), membutuhkan 50-100% peningkatan
intake setiap harinya hingga berat badannya meningkat.26
Status gizi pada anak dengan TB akan mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB.
Malnutrisi berat meningkatkan risiko kematian pada anak dengan TB. Penilaian status gizi harus
dilakukan secara rutin selama anak dalam pengobatan. Penilaian dilakukan dengan mengukur
berat, tinggi, lingkar lengan atas atau pengamatan gejala dan tanda malnutrisi seperti edema atau
muscle wasting.
Gizi buruk menurut keadaan klinisnya terdiri dari 3 macam yaitu:
1) Marasmus
Ciri-ciri:
a) Wajah seperti orang tua
b) Tampak sangat kurus
c) Iga gambang
d) Muscle wasting
e) Baggy pants
f) Perut buncit
2) Kwashiorkor
Ciri-ciri:
a) Mata sayu
b) Rambut merah seperti rambut jagung
c) Rambut mudah dicabut
d) Edema pada punggung kaki sampai seluruh tubuh
3) Marasmus-kwashiorkor
Ciri-ciri:
a) Gabungan keduanya
Tanda patognomonis : crazy pavements dermatosis
Pada pasien didapatkan tanda gizi buruk marasmus.Pasien tampak sangat kurus, iga gambang,
muscle wasting, baggy pants dan perut buncit.
Menurut Depkes, langkah-langkah yang perlu diperhatikan pada status gizi penderita
dengan AIDS adalah dengan pemberian diet sesuai status gizi penderita dan disesuaikan dengan
protap yang berlaku, dan menemukan kemungkinan penyebab penurunan Berat badan dan
penatalaksanan semua faktor-faktor resiko tersebut.9 Sedangkan tatalaksana untuk gizi buruk
pada anak dengan infeksi HIV harus mengikuti ketentuan WHO.26
Kunci dari penatalaksanaan akibat infeksi adalah dengan mengganti kalori yang hilang
(seperti dengan pemberian F75) dimana dengan begitu dapat mencegah hilangnya otot serta
lemak pada tubuh dan dapat memperbaiki imbalans elektrolit yang terjadi. Termasuk pada fase
stabilisasi dan diikuti dengan fase rehabilitasi. Pada fase rehabilitasi, meliputi pemberian
makanan dengan nutrisi tinggi, seperti F75 atau F100, dan pemberian mikronutrien/vitamin
secara bertahap. Pada fase ini biasanya terdiri dari 6-10 minggu dengan peningkatan kalori yang
diberikan sebesar 50-100%, juga disertai dengan tatalaksana secara holistik, terapi HIV dan
dukungan sosial yang memadai.26

Anak yang
menderita gizi buruk
juga perlu dilakukan
26
Gambar 1. Guideline pengobatan nutrisi pada anak dengan HIV positif tatalaksana yang
terdiri dari 10 langkah utama, yaitu:25
Tabel 1. Tatalaksana gizi buruk25
1) Hipoglikemia25
Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah <3mmol/L atau
<54mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan atau larutan glukosa/gula pasir
10% segera setelah masuk rumah sakit). Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk
memeriksa kadar gula darah, maka semua anak gizi buruk harus dianggap menderita
hipoglikemia dan segera ditangani sesuai panduan.
Tatalaksana:
a) Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya
memungkinkan.
b) Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml laturan
glukosa atau gula 10% ( 1 sendok teh munjung gula dalam50 ml air)secara oral
atau melalui NGT.
c) Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2-3 jam, siang dan malam selama minimal dua
hari.
d) Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-
75.
e) Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara intravena
(bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml
dengan NGT.

Pemantauan:
Jika kadar gula darah rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30 menit.
a) Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (<54 mg/dl), ulangi pemberian larutan
glukosa atau gula 10%.
b) Jika suhu rektal <35.5° C atau bila kesadaran memburuk, mungkin hipoglikemia
disebabkan oleh hiptermia, ulangi pengukuran kadar gula darah dan tangani
sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).
Pencegahan:
Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin atau jika perlu
lakukan rehidrasi lebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3 jam siang
malam.

2) Hipotermia25
Diagnosis: suhu aksilar <35.5° C
Tatalaksana:
a) Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu).
b) Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup dengan selimut
hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak) atau
lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada dada atau perut ibunya
(dari kulit ke kulit: metode kanguru). Bila anak menggunakan lampu listrik,
letakkan lampu pijar 40W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak.
c) Beri antibiotik sesuai pedoman.

Pemantauan:
a) Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi 36.5° C
atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam. Hentikan
pemanasan bila suhu mencapai 36.5° C
b) Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada malam
hari
c) Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia
Pencegahan:
a) Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal yang bebas angin
dan pastikan anak selalu terutup pakaian/selimut.
b) Ganti pakaian dan seprai yang basah, jaga agar anak dan tempatt tidur tetap
kering
c) Hindarkan anak dari suasana dingin (misalnya: sewaktu dan setelah mandi, atau
selama pemeriksaan medis)
d) Biarkan anak tidur dengan dipeluk orang tuanya agar tetap hangat, terutama di
malam hari
e) Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin,
sepanjang hari, siang dan malam.

3) Dehidrasi25
Anak gizi buruk dengan diare cair, bila gejalan dehidrasi tidak jelas, anggap dehidrasi
ringan.hipovolemia dapat terjadi bersamaan dengan adanya edema.
Tatalaksana:
a) Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat
dengan/tanpa syok.
b) Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding
jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
- Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
- Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5-10 ml/kgBB/jam berselang-seling dengan
F-75 dengan jumlah yang sama, setiap selama 10 jam. Jumlah yang pasti
tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja yang keluar dan apakah
anak muntah.
c) Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam
d) Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia <1th : 50-100ml
setiap buang air besar, usia ≥1 th : 100-200 ml setiap buang air besar.

Pemantauan:
Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah jam selama 2
jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya. Waspada terhadap gejala kelebihan
cairan, yang sangat berbahaya dan bisa menyebabkan gaganl jantung dan kematian.
Periksa:
a) Frekuensi napas
b)Frekuensi nadi
c) Frekuensi miksi dan jumlah produksi urin
d)Frekuensi buang air besar dan muntah
Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan mulai ada diuresis.
Kembalinya air mata, mulut basah; cekung mata dan fontanel berkurang serta turgor membaik
merupakan tanda membaiknya hidrasi, tetapi anak gizi buruk seringkali tidak memperlihatkan
tand tersebut walau hidrasi penuh telah terjadi, sehingga sangat penting untuk memantau berat
badan.
Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat 5x/menit dan frekuensi
nadi 15x/menit), hentikan pemberian cairan/ReSoMal segera dan lakukan penilaian ulang setelah
1 jam.

Pencegahan:
Cara mencegah dehidrasi akibat diare yang berkelanjutan sama dengan pada anak dengan
gizi baik, kecuali penggunaan cairan ReSoMal sebagai pengganti larutan oralit standar.
a) Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI
b) Pemberian F-75 sesegera mungkin
c) Beri ReSoMal sebanyak 50-100 ml setiap buang air besar cair

4) Gangguan Keseimbangan Elektrolit25


Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalsium dan magnesium yang
mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya. Terdapat kelebihan
natrium total dalam tubuh, walaupun kadar natrium serum mungkin rendah. Edema dapat
diakibatkan oleh keadaan ini. Jangan obati edema dengan diuretikum. Pemberian natrium
berlebihan dapat menyebabkan kematian.
Tatalaksana:
a) Untuk mengatasi gangguann elektrolit diberikan Kalium dan Magnesium, yang
sudah terkandung di dalam larutan Mineral-Mix yang ditambahkan ke dalam F-
75, F-100 atau ReSoMal
b) Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi
c) Siapkan makanan tanpa menambahkan garam (NaCl)

5) Infeksi25
Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam, seringkali tidak ada,
padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi. Oleh karena itu, anggaplah semua anak
dengan gizi buruk mengalami infeksi saat mereka datang ke rumah sakit dan segera tanganii
dengan antibiotik. Hipoglikemia dan hipotermia merupakan tanda infeksi berat.
Tatalaksana:
Berikan pada semua anak gizi buruk:
a) Antibiotik spektrum luas
b) Vaksin campak jika anak berumur ≥ 6 bulan dan belum pernah mendapatkannya,
atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah diberi vaksin sebelum
berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika anak syok.
Pemantauan:
Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik, lanjutkan pengobatan sampai
seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belum membaik, lakukan penilaian ulang secara
menyeluruh pada anak.

6) Defisiensi zat gizi mikro25


Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Meskipun sering
ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal, tetapi tunggu sampai anak mempunyai
nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat badannya, karena zat besi dapat memperparah
infeksi.
Tatalaksana:
Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu
a) Multivitamin
b) Asam folat (5 mg pada hari ke1, dan selanjutnya 1 mg/hari)
c) Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
d) Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
e) Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi)
f) Vitamin A : diberikan secara oral pada hari ke 1 (kecuali bila telah diberikan
sebelum dirujuk).

Tabel 2. Dosis Vitamin A

Umur Dosis (IU)


< 6 bulan 50000 (1/2 kapsul Biru)
6-12 100000 ( 1 kapsul Biru)
bulan
1-5 tahun 200000 ( 1 kapsul Merah)

7) Pemberian makanan awal (initial refeeding)25


Pada fase awal, pemberian makan (formula) harus diberikan secara hati-hati sebab keadaan
fisiologis anak masih rapuh.
Tatalaksana:
Sifat utama yang menonjol dari pemberian makan awal adalah :
a) Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun
rendah laktosa
b) Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral
c) Energi : 100 kkal/kgBB/hari
d) Protein : 1-1.5 g/kgBB/hari
e) Cairan : 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100 ml/kgBB/hari)
f) Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi F-75 harus dipenuhi.
Pemantauan:
a) Jumlah makanan yang diberikan dan dihabiskan
b) Muntah
c) Frekuensi defekasi dan konsistensi feses
d) Berat badan

8) Tumbuh kejar25
Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah :
a) Kembalinya nafsu makan
b) Edema minimal atau hilang
Tatalaksana:
Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula tumbuh kejar
(F-100) (fase transisi) :
a) Ganti F-75 dengan F-100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2
hari berurutan.
b) Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian sampai
anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi
ketika pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari
c) Setelah transisi bertahap, beri anak :
 Pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas
 Energi : 150-220 kkal/kgBB/hari
 Protein : 3-4 g/kgBB/hari
Pemantauan:
Hindari terjadinya gagal jantung. Amati gejala dini gagal jantung (nadi cepat dan
napas cepat). Jika nadi maupun frekuensi napas meningkat (pernapasan naik 5x/menit dan
nadi naik 25x/menit) dan kenaikan ini menetap selama 2 kali pemeriksaan dengan jarak 4
jam berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda bahaya (cari penyebabnya).
Lakukan segera :
a) Kurangi volume makanan menjadi 100 ml/kgBB/hari selama 24 jam.
b) Kemudian, tingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut :
- 115 ml/kgBB/hari selama 24 jam berikutnya
- 130 ml/kgBB/hari selama 48 jam berikutnya
c) Selanjutnya, tingkatkan setiap kali makan dengan 10 ml sebagaimana dijelaskan
sebelumnya atasi penyebabnya.

Penilaian kemajuan:
Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap transisi
dan mendapat F-100:
a) Timbang dan catat berat badan setiappagi sebelum diberi makan
b) Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam gram/kkgBB/hari
Jika kenaikan berat badan :
- Kurang (< 5 g/kgBB/hari), anak membutuhkan penilaian ulang lengkap
- Sedang (5-10 g/kgBB/hari), periksa apakah target asupan terpenuhi, atau
mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi
- Baik (> 10 g/kgBB/hari)
9) Stimulasi sensorik dan emosional25
Lakukan :
a) Ungkapan kasih sayang
b) Lingkungan yang ceria
c) Terapi bermain struktur selama 15-30 menit per hari
d) Aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat
e) Keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya menghibur, memberi makan,
memandikan, bermain)

10) Siapkan tindak lanjut25


Bila telah tercapai BB/TB > -2SD (setara dengan >80%) dapat dianggap anak telah
sembuh. Anak mungkin masih mempunyai BB/U rendah karena anak berperawakan pendek.
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah.
Beri contoh kepada orang tua :
a) Menu dan cara membuat makanan kaya energi dan padat gizi serta frekuensi
pemberian makan yang sering
b) Terapi bermain yang terstruktur
Sarankan:
a) Melengkapi imunisasi dasar dan/atau ulangan
b) Mengikuti program pemberian vitamin A

Anda mungkin juga menyukai