Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat: Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (UPTD Puskesmas Abiansemal I, 2018).
Pada kondisi kesehatan global saat ini, penetapan kedaruratan kesehatan
luar biasa dengan ditandai jumlah kasus dan/atau jumlah kematian telah
meningkat dan meluas lintas wilayah dan lintas negara dan berdampak pada aspek
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteran
masyarakat di Indonesia. Selain itu, atas pertimbangan penyebaran COVID19
berdampak pada meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda, sosial
ekonomi yang luas di Indonesia, telah dikeluarkan juga Keputusan Presiden
Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional (KEPPRES NO 12
TH, 2020).
Jumlah kasus COVID-19 pada tahun 2021 sebesar 684 kasus dan tahun
2022 jumlah kasus sebesar 717. Total temuan kasus dari tahun 2021 hingga 2022
sebesar 1.401. Berdasarkan permasalahan kesehatan tersebut, puskesmas
diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut serta memantau
terselenggaranya proses pemutusan tali penyebaran kasus COVID-19. Upaya
pelayanan yang diselenggarakan meliputi pelayanan kesehatan masyarakat yang
lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif dalam lingkup pelayanan
primer di Puskesmas (Kemenkes RI, 2016).
Upaya penanggulangan COVID-19 harus terus dilakukan secara masif
dengan beberapa strategi mengingat pandemi COVID-19 yang berkepanjangan
telah memberikan dampak besar bagi perekonomian dan kehidupan sosial.
Tingkat kerentanan masyarakat juga semakin meningkat yang disebabkan
kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan. Oleh
karena itu, diperlukan intervensi tidak hanya dari sisi penerapan protokol
kesehatan namun juga diperlukan intervensi lain yang efektif untuk memutuskan
mata rantai penularan penyakit melalui upaya vaksinasi.
Dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19 cakupan pelaksanaan menjadi
hal penting yang perlu diperhatikan karena berkaitan dengan konsep kekebalan
kelompok (herd imunity) dapat terbentuk apabila cakupan imunisasi tinggi dan
merata di seluruh wilayah, sehingga sebagian besar sasaran secara tidak langsung
akan turut memberikan perlindungan bagi kelompok usia lainnya. Berdasarkan
rekomendasi World Health Organization (WHO) dan Indonesian Technical
Advisory Group on Immunization (ITAGI) bahwa pembentukan kekebalan
kelompok (herd imunity) dapat tercapai dengan sasaran pelaksanaan vaksinasi
minimal sebesar 70% (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization,
2010).
Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dilakukan oleh pemerintah pusat dengan
melibatkan pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota
serta badan hukum/badan usaha. Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dilakukan
melalui vaksinasi program atau vaksinasi gotong royong. Vaksinasi gotong
royong dilaksanakan dalam rangka percepatan pelaksanaan vaksinasi COVID-19.
Dalam pelaksanaan vaksinasi COVID19, dinas kesehatan provinsi, dinas
kesehatan kabupaten/kota dan Puskesmas harus melakukan advokasi kepada
pemangku kebijakan setempat, serta berkoordinasi dengan lintas program, dan
lintas sektor terkait, termasuk organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan,
organisasi keagamaan, tokoh masyarakat dan seluruh komponen masyarakat
dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan vaksinasi COVID-19. Petugas kesehatan
diharapkan dapat melakukan upaya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
kepada masyarakat serta memantau status vaksinasi setiap sasaran yang ada di
wilayah kerjanya untuk memastikan setiap sasaran mendapatkan vaksinasi
COVID-19 lengkap sesuai dengan yang dianjurkan.
Berdasarkan permasalahkan kasus COVID-19 di Puskesmas Abiansemal I
dibutuhkan pertimbangan alternatif penyelesaian masalah serta plan of action
yang tepat, efektif dan efisien dalam meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19
di Puskemas Abiansemal I.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah prioritas masalah vaksinasi COVID-19 di wilayah Puskesmas
Abiansemal I?
2. Apakah intervensi dan solusi terbaik dalam menangani vaksinasi COVID-19
di wilayah Puskesmas Abiansemal I?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk membuat perencanaan berdasarkan skala prioritas masalah dalam
memilih alternatif intervensi untuk mengatasi prioritas masalah kesehatan
masyarakat Abiansemal.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor-faktor penyebab masalah prioritas di wilayah kerja
Puskesmas Abiansemal I.
b. Mengetahui alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi masalah
prioritas.
c. Menentukan pemecahan masalah yang paling sesuai untuk dipilih.
d. Mengetahui kekuatan, kelemahan internal, ancaman dan peluang (SWOT)
di lingkungan kerja Puskesmas Abiansemal I untuk mengatasi masalah
prioritas.

D. Manfaat
Manfaat penulisan ini, adalah sebagai berikut:
1. Bagi Dokter Intenship, dapat mengetahui cara penyusunan dan penerapan
Problem Solving Cycle dalam manajemen masalah vaksinasi COVID-19.
2. Bagi puskesmas, laporan ini diharapkan memberi manfaat sebagai bahan
untuk evaluasi kinerja puskesmas dan masukan perencanaan kebijakan
program layanan kesehatan masyarakat terutama dalam pelaksanaan vaksinasi
COVID-19.
3. Bagi lintas sektoral terkait, laporan ini diharapkan dapat memberi informasi
ilmiah mengenai masalah-masalah serta metode penanganan masalah-masalah
yang ada di Puskesmas Abinsemal I, Kabupaten Badung.

Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (2010) ‘Indonesia TAGI


Activities’.
KEPPRES NO 12 TH (2020) ‘KEPPRES NO 12 TH 2O2O Tentang Penetapan
Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 Sebagai Bencana
Nasional’, Fundamental of Nursing, (01), p. 18=30.

Anda mungkin juga menyukai