1
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA Tahun : 2016
PALEMBANG Tanggal Masuk : 20-12-2016
MENGETAHUI
SUPERVISOR
2
RESUME
I. IDENTIFIKASI
Nn. SA / 41 tahun / menikah / Islam / warga negara Indonesia / suku Jawa / tidak
tamat SD / tidak bekerja / Desa Tugu Agung Kecamatan Lempuing Kab. OKI
3
IV. STATUS PSIKIATRIKUS
Sebab Utama : Pasien sering sedih dan ketakutan
Keluhan Utama : Merasa takut dengan hewan ayam dan cicak
Riwayat Perjalanan Penyakit:
- Sering melamun dan terlihat - Semakin sering melamun dan terlihat sedih hingga
sedih menangis sendiri
- Mudah lelah dan aktifitas - Merasa takut pada ayam dan cicak karena merasa
menurun hewan itu menginanya
- Nafsu makan menurun - Mendengar cicak dan ayam membicarakan dan
- Sulit tidur menginanya
- Mimpi buruk (+), tidak ingat isi - Kepala dan badan terasa bergetar seperti kesemutan
mimpi dengan jelas, saat bangun - Nafsu makan semakin berkurang hingga berat badan
tidak panik menurun
- Masih dapat mengurus diri dan - Semakin sulit tidur
melakukan aktivitas sehari-hari - Merasa tidak percaya diri dan tidak berguna
- Perilaku berubah setelah pasien - Pesimis penyakitnya dapat sembuh
bertengkar dengan temannya - Masih dapat mengurus diri namun aktivitas sehari-
hari sebagai ibu rumah tangga terganggu
Riwayat Premorbid
Bayi : Pasien tidak tahu
Anak : Interaksi social baik, pendiam, sedikit teman
Remaja : Cenderung pemalu, tidak percaya diri, jarang bersosialisasi,
sedikit teman
4
Dewasa : Kondisi sekarang, tidak banyak menuntut, sulit bersosialisasi
Riwayat Keluarga
Riwayat Pendidikan
Tidak tamat SD
Riwayat Pekerjaan
Tidak bekerja
Riwayat Perkawinan
Menikah 1x sejak 20 tahun yang lalu, memiliki 3 anak
Psikopatologi
Keadaan umum:
Kesadaran compos mentis, perhatian adekuat, sikap kooperatif dan
tegang, inisiatif ada, tingkah laku motorik normoaktif, ekspresi fasial sedih,
cemas verbalisasi jelas, cara bicara lancar, kontak fisik, mata, dan verbal
adekuat.
Keadaan spesifik:
- Keadaan afektif, mood: appropriate, hipotimik (depresif)
5
- Hidup emosi: stabil, terkendali, echt, dapat dirabarasakan, dalam,
adekuat, skala diferensiasi normal, arus emosi normal.
- Keadaan dan fungsi intelek: daya ingat baik, amnesia tidak ada, daya
konsentrasi baik, orientasi tempat, waktu dan orang baik, luas
pengetahuan umum sesuai taraf pendidikan, discriminative
judgement baik, discriminative insight baik, taraf intelegensi rata-
rata, tidak ada kemunduran intelektual.
- Kelainan sensasi dan persepsi: Halusinasi visual tidak ada, halusinasi
auditorik ada, halusinsai haptik ada, ilusi tidak ada.
- Keadaan proses berpikir: psikomotilitas normal, mutu proses berpikir
baik, arus pikiran normal, waham paranoid ada, fobia ada,
kepemilikan pikiran normal, bentuk pikiran dereistik ada .
- Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan: hipobulia
- Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (overt) ada.
- Reality Testing Ability (RTA) terganggu dalam pikiran dan perasaan
6
FORMULASI DIAGNOSTIK
Seorang wanita usia 41 tahun, menikah, tidak tamat SD, beragama Islam,
kepribadian premorbid menghindar. Pasien datang ke poliklinik Jiwa RSJ Ernaldi
Bahar. Dari anamnesis dan observasi didapatkan sikap tegang, ekspresi fasial sedih
cemas, afek appropriate, mood hipotimik (depresif), halusinasi auditorik (+), halusinasi
haptic (+) waham paranoid (+), fobia (+) bentuk pikiran deristik, hipobulia, kecemasan
(anxietas) terlihat secara nyata, RTA terganggu alam pikiran dan perasaan.
Berdasarkan pemeriksaan ditegakkan diagnosis aksis I yaitu episode depresif
berat dengan gejala psikotik. Diagnosis didapatkan dari adanya tiga gejala utama yaitu
afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta rasa mudah lelah dan aktivitas
menurun. Selain itu juga didapatkan empat gejala lainnya yaitu nafsu makan berkurang,
tidur terganggu, pesimis dengan masa depan, serta rasa tidak percaya diri dan tidak
berguna. Pasien juga tidak mampu meneruskan kegiatan sehari-harinya. Waham dan
halusinasi yang didapat pada pasien merupakan gejala psikotik. Aksis II pada pasien ini
adalah ciri kepribadian menghindar, aksis III tidak ada diagnosis, aksis IV stressor
berkaitan dengan lingkungan social, dan aksis V skor GAF 50-41.
7
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
F25.1. Gangguan skizoafektif tipe depresif
TERAPI
Psikofarmaka:
Risperidon tab 2 mg 2x1
Fluoxentin tab 20 mg 2x1
THP tab 2mg 2x1
Psikoterapi:
Individu Menjelaskan mengenai penyakitnyaserta memberikan motivasi
untuk selalu berfikir positif
Religi: Memotivasi pasien dan keluarga untuk menuntun pasien dalam
meningkatkan intensitas dzikir dan berserah diri kepada Allah
SWT.
Memotivasi pasien untuk memperbanyak ibadah.
Keluarga: Memotivasi keluarga pasien untuk selalu mendampingi pasien,
memberikan dukungan kepada pasien dalam menghadapi
penyakitnya.
Menjelaskan mengenai penyakit yang dialami pasien dan
menghilangkan stigma negatif mengenai kondisi pasien terutama
perubahan perilakunya.
8
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
9
TUGAS
3. Bagaimana mekanisme sulit tidur, berkurang nafsu makan, dan mudah lelah?
Jawab:
Terdapat peran neurotransmitter serotonin pada gangguan mood.
Serotonin disintesa dari asam amino esensial tryptophan dalam 2 tahap
enzimatis. Plasma tryptophan masuk blood brain barier secara aktif dengan
melalui large neutral amino acid trasporter protein.perubahan fungsi
serotonergik otak menunjukkan perubahan fungsi tubuh dan perilaku yang
merupakan gejala klinis utama dari depresi, sepert nafsu akan, tidur, fungsi
seksual, sensitivitas nyeri, temperatur tubuh, dan irama sirkadian. Pelepasan
serotonin hampir konstan sepanjang hari dan mereda selama tidur REM (Rapid
Eye Movement). Pelepasan serotonin neuron elatif konstan namun responsif
10
terhadap stres. Penemuan penelitian yang paling konsisten adalah korelasi antara
penurunan 5-HIAA (5-Hydroxy-Indole Acetic Acid), metabolit serotonindengan
impulsivitas, agresi dan suiside dengan kekerasan. Studi post-mortem
menemukan pengurangan jumlah SERT (Serotonin Transporter) di kortex
frontalis orban bunuh diri dan di hipokampus dan kortex occipital pasien
depresi. Studi lain melaporkan adanya 5-HT1A di dorsal raphe dan median raphe
pada korban bunuh diri. Penelitian lain menemukan peningkatan reseptor 5-HT2
platelet darah pada pasien depresi atau bunuh diri.
Gangguan tidur dapat disebabkan oleh banyak hal atau bersifat holistik.
Hal yang mempengaruhi adalah biopsikososial yaitu dari faktor genetik,
psikologis, dan lingkungan. Sehingga bisa dikatakan penyebabnya sangat
kompleks dan memerlukan investigasi yang cermat. Etiologi depresi yang dapat
dihubungkan dengan gangguan tidur adalah terganggunya neurotransmiter
serotonin. Serotonin berperan dalam pengontrolan afek, agresivitas, tidur, dan
nafsu makan. Neuron serotoninergik berproyeksi dari nucleus rafe dorsalis
batang otak ke korteks serebri, hipotalamus, ganglia basalis, septum, dan
hipokampus. Proyeksinya ke tempat-tempat ini mendasari keterlibatannya pada
gangguan psikiatrik. Ada sekitar 14 reseptor serotonin, namun satu transmiter
saja dapat memberikan efek ke seluruh otak. Percobaan yang dilakukan pada
tikus menunjukkan gangguan pada 5-ht7 dapat mengurangi perilaku depresif dan
penurunan durasi REM.
11
mempertahankan hidup. Kortisol berfungsi dalam mengatur tidur, nafsu makan,
fungsi ginjal, sistem imun, dan semua faktor penting dalam kehidupan. Kadar
kortisol turun pada saat malam sebelum tidur, sedangkan pada saat bangun pagi
akan meningkat sehingga kita bisa bangun dengan segar. Peningkatan kortisol
akan menyebabkan mekanisme umpan balik ke hipotalamus untuk mengurangi
sekresi Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) dan ke kelenjar hipofisis
anterior untuk mengurangi sekresi Adenocorticotrophin Hormone(ACTH).
Sistem CRH merupakan sistem yang paling terpengaruh oleh stresor yang
dialami seseorang pada awal kehidupannya. Stresor yang berulang akan
menyebabkan peningkatan sekresi CRH dan penurunan sensitivitas reseptor
CRH adenohipofisis. Sehingga pada akhirnya sekresi kortisol juga terganggu.
Stresor pada awal kehidupan ini dapat menyebabkan perubahan yang menetap
pada sistem neurobiologik atau dapat membuat jejak pada sistem saraf yang
berfungsi merespon stresor tersebut. Akibatnya seseorang akan rentan terhadap
stresor dan risiko penyakit yang berkaitan dengan stresor menjadi meningkat.
Salah satunya depresi pada saat dewasa.
12
Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine,
dan bupropion, menurunkan gejala depresi (Kaplan, 2010).
13
Jawab:
14
trisiklik, SSRI menyebabkan efek antikolinergik lebih kecil dan
kordiotoksisitas lebih rendah. Namun demikian, inhibitor
ambilan kembali serotonin yang baru harus digunakan secara
seksama sampai nanti setelah efek iangka panjang diketahui.
Cara Kerja
Efek samping
SSRI yang ada di indonesia fluoxelin, paroxetin,
fluvoxamin dan sertralin. SSRI diserap baik dengan pemberian
oral, level puncak dalam darah setelah 6 jam. Penyerap di usus
tidak di pengaruhi oleh makanan
SSRI secara selektif menghambat ambilan kembali
serotonin dan dapat menyebabkan efek samping saluran cerna
dan penundaan orgasme; obat ini relatif aman pada overdosis.
Golongan antidepresan antagonis 5-HT2 (nefazodone), SNRI
(venlafaxine), NARI (reboxetine) dan NaSSA (mirtazapine) juga
menyebabkan efek samping yang lebih sedikit dibandingkan
antidepresan trisiklik, dan juga relatif aman pada overdosis,
dizzines sementara, mengantuk, tremor, berkeringat, sakit
kepala, mulut kering, diare, mual, muntah, penurunan berat
badan (sementara), di fungsikan seksual. SSRI kadang-kadang
15
juga memyebabkan efeksamping cemas dan insomnia
(fluoxetin), somnolen atau mengantuk berat (paroxetin), diare
(sertralin). Pada minggu pertama terapi dengan SSRI, sering
menimbulkan gejala cemas, gelisah, insomnis, dan gangguan
pada pencernaan. Apabila tidak dijelaskan kepada pasien
bahwa gejala tersebut akan menghilang dengan berlalunya
waktu, pasien sering kali menghentikan obat. Pemberian
benzodiazepin sementara (misalnya alprazolam) dapat
mengurangi lama dan beratnya gejala.
SSRI lebih aman dibandingkan dengan antidepresan TCA
bila terjadi overdosis. Penghentian obat secara mendadak dapat
menimbulkan gejala yang bersifat sementara, misalnya lemas,
anggota gerak kesemutan, dizziness dan lain-lain. Fluoxetin
dapat menyebabkan hipoglikemia oleh karen itu pada pasien
yang yang mendapat terapi insulin harus ada penyesuaian
dosis.
Fluoksetin
1. Efek: Fluoksetin merupakan contoh antidepresan yang
selektif menghambat ambilan serotonin. Fluoksetin sama
16
manfaatnya dengan antidepresan trisiklik dalam pengobatan
depresi major. Obat ini bebas dari efek samping antidepresan
trisiklik, termasuk efek antikolinergik, hipotensi ortosiatik dan
peningkatan berat badan. Dokter umum yang banyak menulis
resep antidepresan lebih menyukai fluoksetin dibanding
antidepresan trisiklik. Dengan demikian, fluoksetin sekarang
paling banyak diresepkan di AS sebagai antidepresan.
2. Pengggunaan dalam terapi: lndikasi utama fluoksetin.
Yang lebih unggul daripada antidepresan trisiklik, adalah
depresi. Digunakan pula untuk mengobati bulimia nervosa
dan gangguan obsesi kompulsif. Untuk berbagai indikasi lain,
termasuk anoreksia nervosa, gangguan panik, nyeri neuropati
diabetik dan sindrom Premenstrual.
3. Farmakokinetik: Fluoksetin dalam terapi terdapat sebagai
campuran R dan enantiomer S yang lebih aktif' Kedua
senyawa mengalami demetilasi menjadi metabolit
aktif,norfluoksetin. Fluoksetin dan norfluoksetin dikeluarkan
secara lambat dari tubuh dengan waktu paruh 1 sampai 10
hari untuk senyawa asli dari 3-30 hari untuk metabolit aktif .
Dosis terapi fluoksetin diberikan oral dan konsentrasi plasma
yang mantap tercapai setelah beberapa minggu pengobatan
Fluoksetin merupakan inhibitor kuat untuk isoenzim sitokrom
P-450 hati yang berfungsi untuk eliminasi obat antidepresan
trisiklik, obat neuroleptika dan beberapa obat antiaritmia dan
antagonis B-adrenergik. Sekitar 7% kulit putih tidak
mempunyai enzim P-450 sehingga metabolisme fluoksetin
sangat lambat.
4. Efek samping: Efek samping yang sering diakibatkan
fluoksetin disimpulkan dalam. Efek-efek seperli hilang libido,
ejakulasi terlambat dan anorgasme barangkali sedikit
dilaporkan sebagai efek samping yang sering ditemukan
dokter, dan tidak ditonjolkan dalam daftar standar efek
17
samping. Takar lajak fluoksetin tidak menyebabkan aritmia
jantung tetapi dapat menimbulkan kejang. Misalnya, laporan
pasien yang minum overdosis fluoksetin (sampai 1200 mg
dibanding dengan 20 mg/hari sebagai dosis terapi) kira-kira
separuh di antaranya tidak memperlihatkan gejala.
18
DAFTAR PUSTAKA
19