Anda di halaman 1dari 21

0

TUGAS UJIAN KEPANITERAAN KLINIK


PSIKIATRIKUS

Nama : Arief Tri Wibowo


NIM : 04054821517115
Semester : XII
Tanggal : 27 Januari 2017
Pembimbing : dr. H. M. Zainie Hassan AR ,SpKJ (K)
Kegiatan : Ujian Kepaniteraan Klinik

BAGIAN/DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RS Dr. ERNALDI BAHAR PROVINSI SUMATERA SELATAN
2017
1

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA Nomor Status : 67656


FAKULTAS KEDOKTERAN Nomor Registrasi :
UNIVERSITAS SRIWIJAYA Tahun : 2017
PALEMBANG Tanggal Masuk : 24 Jan 2017
Tanggal Meninggal : -

STATUS PASIEN JIWA

Nama : Herzuki Yanto Laki-laki/Perempuan


Tanggal Lahir/Umur : 36 tahun Tempat Lahir : Palembang
Status Perkawinan : Belum Menikah Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam Suku Bangsa : Sumatera
Tingkat Pendidikan : SMA Pekerjaan : Montir
Alamat dan nomor telepon keluarga terdekat pasien:
Jl. Letda A. Hanan LK I
Dikirim Oleh : Berobat sendiri

Nama Mahasiswa : Arief Tri Wibowo


NIM : 0405482151107115
Dokter Supervisor / yang mengobati : dr. H. M Zainie Hassan AR, SpKJ (K)
Bangsal : Poli Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar

MENGETAHUI
SUPERVISOR

dr. H. M Zainie Hassan AR, SpKJ (K)


2

RESUME

I. IDENTIFIKASI
Tn. HY / Laki-laki / 36 tahun / Belum Menikah / Islam / Warga Negara
Indonesia / suku Sumatera / SMA / Montir bengkel / Jl. Letda A. Hanan LK I /
berobat diantar oleh keluarga ke poli RS. Ernaldi Bahar pada tanggal 24
Januari 2017

II. STATUS INTERNUS


Sensorium : Compos Mentis Berat Badan : 43 kg
Tekanan Darah : 140/80 mmHg Tinggi Badan : 163 cm
Nadi : 98 kali/menit Gizi : Normal
RR : 18 kali/menit Sistem organ : Tidak ada kelainan
Temp : 36.7oC

III.STATUS NEUROLOGIKUS
Tidak ada kelainan

IV. STATUS PSIKIATRIKUS


Sebab Utama : Sering lupa dan minder sejak 3 tahun SMRS
Keluhan Utama :
Riwayat Perjalanan Penyakit:

4 Tahun SMRS 2-3 Tahun SMRS 24 Januari 2017


Bingung, ketakutan, Sering lupa, Berobat sendiri ke
menyendiri, jarang berbicara, minder/tidak percaya poli RS. Ernaldi
sering mendengar bisikan diri, menyendiri, Bahar
gaib, tertawa sendiri, emosi melamun, jarang
menurun, gangguan tidur (-). bicara, susah tidur,
Os berobat ke SpPD selama 4 kehilangan minat,
bulan dan lanjut ke dukun malas beraktivitas,
kampong. Os ada perbaikan nafsu makan turun,
pusing

Riwayat Premorbid
3

Bayi : Lahir normal, cukup bulan, ditolong oleh bidan


Anak : Ramah, mudah bergaul, banyak teman
Remaja : Ramah, mudah bergaul, banyak teman
Dewasa : Ramah, mudah bergaul, banyak teman

Riwayat Penyakit Dahulu


R/ Keluhan yang sama sebelumnya disangkal
R/ Kejang disangkal
R/ Trauma kepala disangkal
R/ Darah tinggi disangkal
R/ Kencing manis disangkal
R/ Alergi disangkal
R/ Asma disangkal
R/ Merokok, konsumsi alkohol ada
R/ NAPZA ada, jenis inex selama 1 tahun

Riwayat Pendidikan
SMA, tamat

Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai montir mobil di bengkel kakak kandungnya.

Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah.

Keadaan Sosial Ekonomi


Pasien tinggal bersama kedua orang tua. Dengan keadaan ekonomi
menengah ke bawah.

Riwayat Keluarga
Laki-laki
Perempuan
4

os

Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga disangkal

Psikopatologi
Keadaan umum:
Compos mentis, perhatian inadekuat, sikap rigid, ekspresi fasial
datar, verbalisasi jelas, cara bicara lancar, kontak fisik-mata-verbal ada,
tingkah laku hipoaktif.
Keadaan spesifik:
- Keadaan afektif: afek tumpul, mood hipotimik.
- Hidup emosi: stabil, terkendali, echt, sukar dirabarasakan.
- Keadaan dan fungsi intelek: amnesia tidak ada, daya
konsentrasi kurang, orientasi tempat kurang, orientasi waktu
dan orang baik, discriminative insight dan discriminative
judgment terganggu
- Kelainan sensasi dan persepsi: ilusi (-), halusinasi auditorik (+).
- Keadaan proses berpikir: inkoheren, waham kejar (+)
- Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan: hipobulia,
mutism
- Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (covert) tidak
ada.
- Reality Testing Ability (RTA) terganggu dalam perasaan,
pikiran dan perilaku.

FORMULASI DIAGNOSTIK
5

Seorang Laki-laki, 36 tahun, Belum Menikah, Islam, pendidikan tamat


SMA dengan gambaran kepribadian premorbid normal. Pasien berobat diantar
oleh keluarga ke poli RS. Ernaldi Bahar dengan sebab utama sering lupa dan
minder sejak 3 tahun yang lalu. 4 tahun SMRS, keluarga mengeluhkan pasien
menjadi bingung, ketakutan, menyendiri, jarang berbicara, terdapat halusinasi
auditorik, tertawa sendiri, emosi menurun. Pada pemeriksaan psikopatologi proses
berpikir inkoheren dan terdapatnya waham kejar. Os terdapat riwayat
mengkonsumsi narkoba, jenis inex selama 1 tahun. Sehingga dari gejala-gejala
tersebut, pasien mengalami gejala psikotik yang mengarah ke dalam gangguan
skizofrenia.
Setelah menjalani pengobatan, perilaku pasien menjadi sering lupa, tidak
mau bersosialisasi, tidak percaya diri, sering menyendiri, melamun, jarang
berbicara, susah tidur, kehilangan minat, malas beraktivitas, nafsu makan
menurun. Pada pemeriksaan psikopatologi terdapat sikap rigid, sikap hipoaktif,
afek tumpul, mood hipotimik, hipobulia, mutisme. Berdasarkan anamnesis dan
keluhan tersebut memenuhi kriteria depresi.
Atas dasar itu, sesuai PPDGJ III, pasien mengalami skizofrenia dengan
disertai episode depresif yang sama-sama menonjol. Oleh karena itu, dapat
ditegakkan suatu diagnosis skizoafektif tipe depresif dengan diagnosa banding
depresi pasca skizofrenia dan episode depresif berat tanpa gejala psikotik.

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
6

AKSIS I : F25.1 Skizoafektif tipe depresif


AKSIS II : Tidak ada diagnosis
AKSIS III : Tidak ada diagnosis
AKSIS IV : Tidak ada diagnosis
AKSIS V : GAF Scale 70-61

DIAGNOSIS DIFERENSIAL

F20.4 Depresi Pasca-skizofrenia


F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik

TERAPI

Psikofarmaka:
Risperidone 2 mg 1x1 Trihexiphenidil 2 mg 1x1
Clozapine 25 mg 1x1

Psikoterapi:
Suportif : Memberikan motivasi kepada pasien untuk selalu
berpikiran optimis dan meminum obat dengan teratur.
Keluarga : Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga agar
bersama-sama membantu dan mendukung pasien demi
kesembuhannya.
Religius : Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan
ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya.

PROGNOSIS
Quo ad fungsionam: dubia

TUGAS
7

1. Apa yang dimaksud dengan skizofrenia? Apa ciri khas skizofrenia?


Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani skhizein yang berarti
terbagi/terpisah dan phren yang berarti pikiran. Pada skizofrenia terjadi
pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif, dan perilaku.
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak
belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau
deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perumbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Gejala khas dari skizofrenia adalah 4A, yaitu Asosiasi longgar,
afek tumpul, autism dan ambivalensi.

2. Apa yang dimaksud dengan ciri kepribadian?


Ciri kepribadian adalah totalitas sifat-sifat emosional dan perilaku yang
tergambar dari kehidupan seseorang sehari-hari pada kondisi yang relatif
stabil.

3. Apa hubungan ciri kepribadian dengan penyakit fisik?


Kondisi fisik dan psikologis seseorang seringkali saling terkait.
Dari sakit fisik bisa muncul gangguan psikologis. Sebaliknya pula, dari
gangguan psikologis bisa muncul sakit fisik. Dalam mengkaji hubungan di
antara keduanya, analisis permasalahan meliputi pencarian/penggalian dan
penjelasan hubungan antara kepribadian dan penyakit fisik yang diikuti
dengan pendekatan penelitian kontemporer. Secara langsung, gangguan
psikologis dapat dijelaskan dengan mengetahui penyebab psikologis itu
sendiri seperti stres, pengalaman trauma, dan masalah kanak-kanak.
Sementara itu, gangguan fisik diakibatkan oleh penyebab fisik. Dari situ
diketahui bahwa gangguan psikologis seharusnya disembuhkan dengan
sarana psikologi seperti psikoterapi dan terapi perilaku, sedangan
gangguan fisik disembuhkan secara medis. Gangguan psikologis berkisar
dari penyakit mental yang serius sampai kasus yang depresi yang relatif
ringan yang biasanya disebabkan ketidakseimbang biokimia, sering
8

dianggap sebagai keturunan. Hal ini terutama didukung oleh penelitian


DNA. Di sisi lain, jenis kepribadian tertentu ada yang mudah terkena
penyakit jantung dan stres, yang merupakan faktor utama dalam penyebab
banyak penyakit fisik. Ciri kepribadian yang sering dihubungkan dengan
penyakit fisik adalah ciri kepribadian histrionik. Individu histrionik tidak
matur (matang) kepribadiannya. Bila ia mengalami suatu stres, truma
psikis, tekanan berat ia bisa mengalami apa yang disebut "Histeria-
Konversi", yang sekarang lazim disebut gangguan "Konversi" saja. Ia
secara mendadak bisa mengalami gejala-gejala sperti penyakit syaraf yang
bila diperiksa oleh neurolog tidak ditemukan tanda-tanda gejala syarafi
yang berarti. Tak ada kelainan. Gejala seperti kelumpuhan, kebutaan,
kejang-kejang dan sering pingsan yang cukup merepotkan orang
sekitarnya. Terjadi karena individu "memindahkan" konflik batin dalam
alam sadarnya ke luar dari kesadarannya diganti dengan "penyakit fisik"

4. Saat kita menjadi pimpinan, dan ingin melakukan seleksi pegawai,


bagaimana kita menentukan pegawai sesuai yang diinginkan, berdasarkan
kepribadian?
Ada beberapa macam cara untuk mengukur atau menyelidiki
kepribadian. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
1. Observasi Direct
Observasi direk memilih situasi tertentu, yaitu saat dapat diperkirakan
munculnya indikator dari ciri-ciri yang hendak diteliti, sedangkan
observasi biasa mungkin tidak merencanakan untuk memilih waktu.
Observasi direct diadakan dalam situasi terkontrol, dapat diulang atau
dapat dibuat replikasinya. Misalnya, pada saat berpidato, sibuk
bekerja, dan sebagainya. Ada tiga tipe metode dalam observasi direk
yaitu:

a. Time Sampling Method


9

Dalam time sampling method, tiap-tiap subjek diselidiki


pada periode waktu tertentu. Hal yang diobservasi mungkin
sekadar muncul tidaknya respons, atau aspek tertentu.
b. Incident Sampling Method
Dalam incident sampling method, sampling dipilih dari
berbagai tingkah laku dalam berbagai situasi. Laporan
observasinya mungkin berupa catatan-catatan dari Ibu tentang
anaknya, khusus pada waktu menangis, pada waktu mogok
makan, dan sebgainya. Dalam pencatatan tersebut hal-hal yang
menjadi perhatian adalah tentang intensitasnya, lamanya, juga
tentang efek-efek berikut setelah respons.
c. Metode Buku Harian Terkontrol
Metode ini dilakukan dengan cara mencatat dalam buku
harian tentang tingkah laku yang khusus hendak diselidiki oleh
yang bersangkutan sendiri. Misalnya mengadakan observasi
sendiri pada waktu sedang marah. Syarat penggunaan metode
ini, antara lain, bahwa peneliti adalah orang dewasa yang
cukup inteligen dan lebih jauh lagi adalah benar-benar ada
pengabdian pada perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Wawancara (Interview)
Menilai kepribadian dengan wawancara (interview) berarti
mengadakan tatap muka dan berbicara dari hati ke hati dengan orang
yang dinilai. Dalam psikologi kepribadian, orang mulai
mengembangkan dua jenis wawancara, yakni:
a. Stress interview
b. Exhaustive Interview
3. Tes proyektif
Cara lain untuk mengatur atau menilai kepribadian adalah dengan
menggunakan tes proyektif. Orang yang dinilai akan memprediksikan
dirinya melalui gambar atau hal-hal lain yang dilakukannya. Tes
proyektif pada dasarnya memberi peluang kepada testee (orang yang
dites) untuk memberikan makna atau arti atas hal yang disajikan; tidak
ada pemaknaan yang dianggap benar atau salah. Jenis yang termasuk
tes proyektif adalah:
a. Tes Rorschach
b. Tes Apersepsi Tematik (Thematic Apperception Test/TAT)
10

4. Inventori Kepribadian
Inventori kepribadian adalah kuesioner yang mendorong individu
untuk melaporkan reaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu.
Kuesioner ini mirip wawancara terstruktur dan ia menanyakan
pertanyaan yang sama untuk setiap orang, dan jawaban biasanya
diberikan dalam bentuk yang mudah dinilai, seringkali dengan bantuan
komputer. Menurut Atkinson dan kawan-kawan, investori kepribadian
mungkin dirancang untuk menilai dimensi tunggal kepribadian
(misalnya, tingkat kecemasan) atau beberapa sifat kepribadian secara
keseluruhan. Investori kepribadian yang terkenal dan banyak
digunakan untuk menilai kepribadian seseorang ialah:
a. Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI),
b. Rorced-Choice Inventories, dan
c. Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale).

5. Bagaimana psikodinamika skizofrenia?


Mekanisme terjadinya skizofrenia pada diri seseorang dari sudut
psikodinamik dapat diterangkan dengan dua buah teori, yaitu:
1. Teori homeostatik-deskriptif; diuraikan gambaran gejala-gejala
(deskripsi) dari suatu gangguan jiwa yang menjelaskan terjadinya
gangguan keseimbangan (balance) atau homeostatik pada diri
seseorang, sebelum dan sesudah terjadinya gangguan jiwa tersebut.
Misalnya apa yang dikemukakan oleh sigmund freud (1923),
yang menyatakan bahwa gangguan jiwa paranoia merupakan jelmaan
dari proyeksi laten dan pembalikan dari dorongan-dorongan
homoseksual.
2. Fasilitatif-etiologik; diuraikan faktor-faktor yang memudahkan
(fasilitasi penyebab (etiologi suatu penyakit itu muncul, bagaimana
perjalanan penyakitnya dan penjelasan mekanisme psikologis dari
penyakit yang bersangkutan. Menurut Melanie klein (1926), bahwa
skizofrenia muncul karena terjadi fiksasi pada fase paranoid-schizoid
pada perkembangan awal masa bayi. Teori lain menyatakan bahwa
11

pada penderita skizofrenia sudah terdapat faktor psikogenetik


sebelumnya.
Menurut Freud suatu gangguan jiwa muncul akibat terjadinya
konflik internal pada diri seseorang yang tidak dapat beradaptasi
dengan dunia luar. Sebagaimana diketahui bahwa pada setiap diri
terdapat 3 unsur psikologik yaitu yang dinamakan Id, Ego dan Super
Ego. Id merupakan jiwa seseorang berupa dorongan atau nafsu yang
sudah ada sejak manusia lahir, Id sifatnya vital sebagai suatu
mekanisme pertahanan diri, cintoh: nafsu makan, minum, seksual,
agresivitas, dan sejenisnya. Unsur Super Ego sifatnya sebagai badan
penyensor, memiliki nilai-nilai moral etika yang membedakan mana
yang boleh mana yang tidak, mana yang baik, mana yang buruk, mana
yang halal mana yang haram dan sejenisnya. Dengan kata lain
merupakan hati nurani manusia. Sedangkan Ego merupakan badan
pelaksana yang menjalankan kebutuhan Id setelah disensor dahulu
oleh Super-Ego.

6. Apa coping mekanisme?


Strategi coping menunjuk pada berbagai upaya, baik mental
maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau
minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Dengan
perkataan lain strategi coping merupakan suatu proses dimana individu
berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang menekan
akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan
perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam
dirinya.

Jenis Strategi Coping


Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya
digunakan oleh individu, yaitu: problem-solving focused coping, dimana
individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk
menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres; dan emotion-
focused coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur
12

emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan


ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Hasil
penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut
untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang
lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984). Faktor yang
menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan
sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat
stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Contoh : seseorang
cenderung menggunakan problem-solving focused coping dalam
menghadapai masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti
masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan; sebaliknya ia
akan cenderung menggunakan strategi emotion-focused coping ketika
dihadapkan pada masalah-masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti
masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tergolong
berat.
Hampir senada dengan penggolongan jenis coping seperti
dikemukakan di atas, dalam literatur tentang coping juga dikenal dua
strategi coping, yaitu active & avoidant coping strategi (Lazarus
mengkategorikan menjadi Direct Action & Palliative). Active coping
merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang
individu terhadap sumber stres, sementara avoidant coping merupakan
strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stres
dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu
kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stres. Apa yang
dilakukan individu pada avoidant coping strategi sebenarnya merupakan
suatu bentuk mekanisme pertahanan diri yang sebenarnya dapat
menimbulkan dampak negatif bagi individu karena cepat atau lambat
permasalahan yang ada haruslah diselesaikan oleh yang bersangkutan.
Permasalahan akan semakin menjadi lebih rumit jika mekanisme
pertahanan diri tersebut justru menuntut kebutuhan energi dan menambah
kepekaan terhadap ancaman.
13

7. Apa saja macam-macam mekanisme pertahanan?


Mekanisme pertahanan dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu:
1. Pertahanan Narsistik
Penyangkalan : Menghindari kesadaran dari beberapa aspek
realitas yang menyakitkan dengan menyangkal data indrawi/sensori.
meskipun penekanan mempertahankan terhadap pengaruh dan
dorongan tiruan. Penolakan menghapuskan realitas eksternal.
Penolakan dapat digunakan di kedua normal dan patologis
Distorsi : Dalam jumlah yang besar membentuk kembali
realitas eksternal untuk memenuhi kebutuhan batin (termasuk
keyakinan megalomanik yang tidak realistis, halusinasi, delusi
memenuhi keinginan) dan menggunakan perasaan delusi
kebesaran/keunggulan atau pemberian hak.
Proyeksi : Merasakan dan bereaksi terhadap dorongan
batin/internal yang tidak dapat diterima dan turunannya seolah-olah
mereka berada di luar diri. Pada tingkat psikotik, mekanisme
pertahanan ini mengambil bentuk delusi jujur tentang realitas
eksternal (biasanya persecutory) dan meliputi baik persepsi
perasaan sendiri pada lainnya dan bertindak berikutnya pada
persepsi (psikotik delusi paranoid). Impuls mungkin berasal dari id
atau superego (menuduh halusinasi) tetapi mungkin mengalami
transformasi dalam proses. demikian, menurut analisis Freud
tentang proyeksi paranoid, impuls libidinal homoseksual diubah
menjadi kebencian dan diproyeksikan ke dorongan homoseksual
objek yang tidak dapat diterima

2. Pertahanan Imature
Bertindak keluar : Mengekspresikan suatu keinginan yang
tidak disadari atau impuls melalui tindakan untuk menghindari
kesadaran dari dampak yang menyertainya. Fantasi bawah sadar
dihidupkan keluar menuruti kata hati dalam perilaku, sehingga
14

memuaskan dorongan, daripada larangan terhadapnya. Bertindak


keluar melibatkan secara kronik pemberian pada dorongan untuk
menghindari ketegangan yang akan dihasilkan dari penundaan
ekspresi.
Hambatan : Hambatan pikiran secara sementara atau singkat.
Afek dan impuls juga mungkin terlibat. Hambatan menyerupai
represi tetapi berbeda dalam ketegangan yang muncul ketika
dorongan, perasaan, atau pikiran dihambat
Hipokondriasis : Melebih-lebihkan atau terlalu menekankan
penyakit untuk tujuan penghindaran dan regresi. Celaan yang timbul
dari kehilangan, kesepian, atau impuls agresif yang tidak dapat
diterima terhadap lainnya diubah menjadi celaan diri dan keluhan
nyeri, penyakit somatik, dan neurasthenia. Pada Hipokondriasis,
pertanggungjawaban dapat dihindari, rasa bersalah dapat dielakkan,
dan dorongan naluriah yang dihindari. Karena introyeksi
hipokondriakal yang ego-alien, orang yang menderita mengalami
disforia dan rasa penderitaan
Introyeksi : Internalisasi kualitas suatu obyek. Meskipun
penting untuk pengembangan, juga melayani fungsi defensif
spesifik. Bila digunakan sebagai pertahanan, itu dapat melenyapkan
perbedaan antara subjek dan objek. Melalui introyeksi objek yang
dicintai, kesadaran yang menyakitkan dari keterpisahan atau
ancaman kehilangan dapat dihindari. Introjeksi dari suatu objek
yang ditakuti melayani untuk menghindari kecemasan ketika
karakteristik agresif objek yang diinternalisasikan, sehingga
menempatkan agresi di bawah kontrol sendiri. suatu contoh klasik
adalah identifikasi dengan korban juga terjadi, dimana kualitas
hukuman diri objek yang diambil alih dan didirikan dalam diri
seseorang sebagai suatu ciri gejala atau karakter
Perilaku pasif-agresif : Mengekspresikan agresi terhadap lainnya
secara tidak langsung melalui pasif, masokisme dan perubahan
15

dirinya. Manifestasi dari perilaku pasif-aggresif termasuk


kegagalan, penundaan. dan penyakit yang mempengaruhi orang lain
lebih dari diri sendiri
Regresi : Mencoba untuk kembali ke fase awal libidinal
berfungsi untuk menghindari ketegangan dan bangkitan konflik
pada tingkat sekarang pembangunan. itu mencerminkan
kecenderungan dasar untuk memperoleh kepuasan instingtual pada
periode yang kurang berkembang. regresi adalah fenomena normal
juga, sebagai jumlah tertentu regresi yang esensial untuk relaksasi,
tidur, dan orgasme dalam intercouse seksual. regresi juga dianggap
sebagai concominant essensial dari proses kreatif.
Khayalan schizoid : Terlibat dalam pengunduran autistik dalam
rangka untuk menyelesaikan konflik dan untuk memperoleh
kepuasan. Keintiman interpersonal adalah menghindari, dan
eksentrisitas berfungsi untuk mengusir orang lain. orang tersebut
tidak sepenuhnya percaya pada fantasi dan tidak menuntut akting
mereka keluar
Somatisasi : Mengkonversi derivatif psikis menjadi gejala
tubuh dan cenderung untuk bereaksi dengan manifestasi somatik,
daripada manifestasi psikis. Pada desomatisasi, tanggapan somatik
infantil digantikan oleh melalui dan efek, dalam resomatization,
orang regresi untuk membentuk somatik sebelumnya dalam
menghadapi konflik yang tak terselesaikan

3. Pertahanan Neurotik
Pengendalian : Mencoba untuk mengelola atau mengatur peristiwa
atau objek di lingkungan untuk meminimalkan kecemasan dan
menyelesaikan konflik internal.
Penggantian : Mengubah emosi dari sebuah ide atau objek lain
yang menyerupai aslinya dalam beberapa aspek atau kualitas. Offset
memungkinkan representasi simbolis dari gagasan asli atau objek
16

yang kurang sangat cathected atau membangkitkan kecemasan


kurang
Disosiasi : Bersifat sementara, tetapi secara drastis mengubah
karakter seseorang atau identitas pribadi untuk menghindari tekanan
emosional. Fugue negara dan konversi menjadi reaksi histeris
adalah manifestasi umum dari disosiasi. Disosiasi juga dapat
ditemukan dalam perilaku counterphobic, gangguan identitas
disosiatif dan penggunaan farmakologis yang berlebihan
Eksternalisasi : Cenderung untuk melihat dunia luar dan unsur-
unsur obyek eksternal dari kepribadiannya, termasuk impuls
naluriah, konflik, suasana hati, sikap dan gaya berpikir.
Eksternalisasi adalah istilah yang lebih umum dibandingkan
proyeksi.
Inhibisi : Secara sadar membatasi atau menolak beberapa
ego, sendiri atau dalam kombinasi, untuk menghindari kecemasan
yang timbul dari konflik dengan impuls insting, superego, atau
kekuatan lingkungan atau tokoh
Intelektualisasi : Penggunaan proses intelektual yang berlebihan
untuk menghindari ekspresi atau pengalaman afektif. Penekanan
tidak semestinya terfokus pada benda mati untuk menghindari
keintiman dengan orang, perhatian diberikan pada realitas eksternal
untuk menghindari ekspresi perasaan batin, dan stres yang
berlebihan ditempatkan pada rincian yang tidak relevan.
Intellectualisasi erat kaitannya dengan rasionalisasi.
Isolasi : membagi atau memisahkan ide dari efek yang
menyertai. Isolasi sosial terjadi karena tidak adanya hubungan antar
objek.
Rasionalisasi : Memberikan penjelasan yang rasional dalam upaya
untuk membenarkan sikap, keyakinan atau perilaku yang mungkin
tidak dapat diterima. Alasan ini umumnya ditentukan secara
naluriah.
17

Pembentukan reaksi : Mengubah impuls yang tidak dapat diterima


menjadi kebalikannya. Pembentukan reaksi adalah karakteristik
neurosis obsesional, namun juga dapat terjadi dalam bentuk
neurosis lain. Jika mekanisme ini sering digunakan pada tahap awal
perkembangan ego, ini bisa menjadi suatu sifat yang permanen,
seperti dalam karakter obsesif.
Represi : Menolak atau menahan ide-ide atau perasaan
secara sadar. Represi primer berarti menahan ide-ide dan perasaan
sebelum mereka mendapatkan kesadaran: represi sekunder
menghilangkan kegelisahan atas apa yang pernah dirasakan pada
keadaan sadar. Penekanan tidak sepenuhnya terlupakan dalam
perilaku simbolis yang mungkin hadir. Pertahanan ini berbeda dari
supresi akibat penghambatan impuls sadar dan tidak hanya
menunda tujuan yang berharga. Persepsi sadar naluri dan perasaan
terblokir pada represi.
Seksualisasi : Menyediakan suatu obyek atau fungsi dengan
signifikansi seksual yang sebelumnya tidak dimiliki tingkat yang
lebih rendah untuk menghindari kecemasan yang terkait dengan
impuls dilarang atau turunannya.

4. Pertahanan Matur
Altruism : Menggunakan layanan konstruktif dan intuitif
yang memuaskan kepada orang lain yang pengalaman tersebut
seolah-olah ikut dirasakan. Ini termasuk pembentukan reaksi yang
ramah dan konstruktif. Altruisme dibedakan dari pasrah altruistik, di
mana pengiriman kepuasan segera atau kebutuhan naluriah terjadi
dalam mendukung kebutuhan orang lain untuk menyakiti dirinya
sendiri, dan kepuasan hanya bisa dinikmati melalui introyeksi.
18

Antisipasi : Mengantisipasi atau berencana secara realistis atas


ketidaknyamanan di masa depan. Mekanismenya adalah tujuan
yang diarahkan dan menyiratkan perencanaan secara hati-hati atau
khawatir dan prematur tetapi realistis untuk mengantisipasi afek
yang berbahaya atau berpotensial berbahaya.
Pertapaan : Menghilangkan efek dari pengalaman
menyenangkan. Ada unsur moral dalam membangun nilai untuk
kesenangan tertentu. Kepuasan berasal dari penolakan, dan
ascetisim diarahkan terhadap semua kesenangan yang dirasakan
secara sadar.
Humor : Menggunakan komedi untuk membuka perasaan
dan pikiran mereka tanpa ketidaknyamanan pribadi atau imobilisasi
dan tanpa menghasilkan efek tidak menyenangkan pada orang lain.
Hal ini memungkinkan orang untuk mentolerir, tetapi fokus pada
apa yang terlalu mengerikan untuk terjadi, tapi berbeda dari
intelijen, yang melibatkan bentuk perpindahan dari gangguan
masalah afektif.
Sublimasi : Mencapai kepuasan dan tujuan yang bertahan,
tetapi dorongan untuk mengubah tujuan atau objek ke dapat
diterima secara sosial. Sublimasi memungkinkan naluri untuk
didistribusikan, daripada diblokir atau dialihkan. Perasaan diakui,
dimodifikasi, dan diarahkan menuju objek yang signifikan atau
tujuan, dan kepuasan naluriah sederhana terjadi.
Supresi : Secara sadar atau semisadar menunda perhatian
atas impulse atau konflik. Masalahnya mungkin sengaja ditahan,
tetapi mereka tidak dihindari. Ketidaknyamanan diakui tetapi
diminimalkan.

8. Apa nama psikopatologi dari mengamuk?


Raptus/impulsivitas : dorongan yang datang tiba-tiba dan tidak dapat
ditahan.
19

9. Ada berapa macam insomnia?


Insomnia dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
o Insomnia inisial: Kesulitan untuk memulai tidur.
o Insomnia intermiten: Merupakan ketidakmampuan untuk tetap
mempertahankan tidur sebab sering terbangun.
o Insomnia terminal: Bangun lebih awal tetapi sulit untuk tertidur
kembali.

10. Mengapa pada penderita depresi mengalami penurunan nafsu makan dan
gangguan tidur?
Kadar serotonin, dopamine di dalam otak akan mempengaruhi aktivitas
hipotalamus. Hipotalamus dan hipofisis terlibat dalam pengaturan tidur,
nafsu makan dan aktivitas seksual. Jadi dengan terjadi penurunan kadar
serotonin, dopamine pada penderita depresi akan menyebabkan gangguan
tidur, nafsu makan dan aktivitas seksual menurun.

11. Apa istilah lupa pada pasien depresi?


Amnesia anterograd.

12. Apa saja obat antipsikotik injeksi yang long acting?


Risperdal Consta
o Kandungan: risperidone
o Waktu paruh: 2 minggu
Invega Sustenna:
o Kandungan: paliperidone palmitate
o Waktu paruh: 1 bulan
20

DAFTAR PUSTAKA

1. American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and Statistical Manual


of Mental Disorders 4th Edition. Washington, DC. United State.
2. Ciraulo, D. A., Shader, R. I. & Greenblatt, D. J. 2011. Clinical Pharmacology
and Therapeutics of Antidepressants. Department of Psychiatry, Boston
University School of Medicine. England. Hal: 33-100.
3. Elvira, S. D. 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2.FKUI. Depok. Indonesia.
4. Getzfeld, Andrew R. 2004. Abnormal Psychology Casebook: A New
Perspective. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
5. Halverson, J. L. 2015. Depression Medication. (Online).
(http://emedicine.medscape.com/article/286759-medication#showall).
6. Kaplan, H. I., Sadock, B. J. & Grebb, J. A. 2010. Sinopsis Psikiatri, Ilmu
Pengetauan Perilaku Psikiatri Klinis. Binarupa Aksara. Tangerang.
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai