LAPORAN KASUS
DISUSUN OLEH:
NUR SAFRIYANTI
N 111 16 037
1
PEMBIMBING:
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. RM
Umur : 18 tahun
Alamat : Desa Malonda
Agama : Islam
Suku : Kaili
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Status perkawinan : Belum menikah
Tanggal pemeriksaan : 19 September 2016
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
2
Jantug berdebar, berkeringat.
Hendaya Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (-)
3
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan
psikis sebelumnya :
Pasien pernah di rawat di UGD dengan keluahan mual muntah 1
bulan lalu. Sampai sekarang keluhan mual muntah masih dirasakan.
4
jiwa dalam keluarga tidak ada. Pasien memiliki komunikasi yang lancar
dengan saudara-saudaranya, namun terkadang pasien tidak nyaman di
rumah karena sering dimarahi dan dipukuli oleh orang tuanya dengan
alasan pasien sering membantah jika diberi tahu.
F. Situasi Sekarang
Pasien dalam keadaan sadar namun ia merasa jantungnya berdebar.
Pasien sekarang tinggal bersama kedua orang tua dan kedua saudaranya.
b. Keadaan Afektif
- Mood : Hipotimia
- Afek : Tumpul
- Empati : Dapat diraba/rasakan
5
- Pikiran abstrak : Baik
- Bakat kreatif : Tidak diketahui
- Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
d. Gangguan Persepsi
- Halusinasi : Tidak Ada
- Ilusi : Tidak Ada
- Depersonalisasi : Tidak Ada
- Derealisasi : Tidak Ada
e. Proses Berpikir
- Arus Pikiran
a. Produktivitas : Baik
b. Kontinuitas : Relevan
c. Hendaya berbahasa :Tidak ada
- Isi Pikiran
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Gangguan isi pikir : Tidak ada
f. Pengendalian Impuls
Baik
g. Daya Nilai
Norma Sosial : Baik
Uji Daya Nilai : Baik
Penilaian Realitas : Baik
h. Tilikan (Insight)
Derajat 6 (Pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai
motivasi untuk mencapai perbaikan).
6
Ikterus : (-)/(-)
Sianosis : (-)/(-)
Thorax
o Inspeksi : Respirasi dada simetris/bilateral
o Palpasi : Massa (-), Pergerakan dada bilateral
o Perkusi : Paru (Sonor), Batas jantung normal, bunyi pekak
o Auskultasi : Paru (Bronkovesikuler) dan Jantung (S1 dan S2,
bunyi tambahan (-)
Abdomen
o Inspeksi : Massa (-), dalam batas normal
o Auskultasi : Peristaltik usus (+)
o Perkusi : Bunyi timpani di 4 kuadran, Pembesaran hepar (-),
lien (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-)
Neurologis
o Kesadaran : Compos mentis dengan GCS 15 (E4V5M6)
o Nervus Cranial : Tidak dilakukan
o Refleks Fisiologi : Normal
o Refleks Patologis : -
o Pemeriksaan kaku kuduk & meningeals sign: (-)
Status Neurologis :
GCS :E4M6V5, pupil bundar isokor, reflex cahaya (+)/(+), fungsi motorik
dan sensorik ke empat ekstremitas dalam batas normal.
7
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
A. Aksis I
Berdasarkan autoanamnesa didapatkan adanya gejala klinis yang
bermakna berupa berdebar-debar, rasa ingin meninggal dan
berkeringat. Keadaan ini menimbulkan disstress bagi pasien dan
keluarganya, serta menimbulkan disabilitas dalam sosial
dan pekerjaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
Gangguan Jiwa.
Pada pasien tidak ditemukan hendaya dalam menilai realita,
sehingga pasien didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Non Psikotik.
Berdasarkan data yang diperoleh juga ditemukan bahwa pasien
memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif, alcohol dan berjudi.
sehingga didiagnosa sebagai Gangguan Mental dan Perilaku
Akibat Penggunaan Zat. Pola penggunaan zat psikoaktif berupa
alcohol dan rokok yang merusak kesehatan, yang dapat berupa fisik
atau mental sehingga dapat didiagnosis Penggunaan Yang
Merugikan (F10.1)
B. Aksis II
Tidak Ada Diagnosis Aksis II.
C. Axis III
Pasien mengalami mual muntah sehingga terdapat penyakit sistem
pencernaan (K00-K93)
D. Aksis IV
Teradapat masalah dengan primary Support Group (keluarga).
E. Aksis V
GAF scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik).
8
Sosiologik
Ditemukan masalah hidup dalam bidang sosial dan ekonomi.
VII. PROGNOSIS
Prognosis pasien ini adalah dubia ad bonam
Faktor pendukung
Keinginan pasien untuk sembuh
Stressor psikologis yang jelas
Kepatuhan meminum obat
Dukungan keluarga yang baik
Edukasi
2. Non psikofarmaka
a. Cognitif Behaviour therapy (CBT)
9
Pendekatan kognitif perilaku pada psikoterapi untuk remaja
dengan penggunaan zat umumnya mensyaratkan remaja tersebut
memiliki motivasi untuk berpartisipasi di dalam terapi dan
menaha diri dari penggunaan zat lebih lanjut. Terapi ini berpusat
pada pencegahan kekambuhan dan mempertahankan abstinensia.
b. Terapi keluarga
Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakir pasien,
penyebabnya, faktor pencetus, perjalan penyakit dan rencana
terapi serta memotivasi keluarga pasien untuk selalu mendorong
pasien mengungkapkan perasaan dan pemikirannya
c. Terapi pekerjaan
Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau
pekerjaan yang bermanfaat.
IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai
efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek
samping obat yang diberikan.
10
alami, namun pada kenyataannya Zat tersebut justru dapat mengunci diri
pada resepteor dan membangkitkan suatu reaksi berantai pelepasan sejumlah
besar neurotransmitter pada otak secara terus menerus tanpa diimbangi
inhibisi yang sesuai, hal ini membuat pengguna merasakan mendapatkan
reward yang jauh lebih baik dan instan hanya dengan melalui penggunaan
obat. Seiring dengan berjalannya waktu, dapat terjadi proses toleransi,
sehingga pengguna akan merasakan butuh jumlah zat yang lebih dari
sebelumnya untuk memperoleh kembali reward nya. Hal ini pula
menyebabkan tubuh tidak lagi membutuhkan proses reward alamiah seperti
makanan, air dan sex dan merasa tubuhnya sudah lagi tidak berfungsi
sempurna tanpa NAPZA.
Penyalahgunaan NAPZA dapat memicu berbagai masalah, khususnya
masalah yang timbul dalam aspek Psikiatri akibat penyalahgunaan NAPZA
dapat berupa Gangguan memori dan penurunan fungsi kognitif, sindrom
amotivasional, ansietas, panic, bingung, psikosis paranoid sampai
Skizofrenia, depresi berat dan perilaku antisosial.
Adapun hal yang menentukan seseorang menderita gangguan jiwa
akibat penggunaan Zat Psikoaktif adalah gambaran klinisnya, yaitu apabila
penggunaan zat itu sedemikian rupa sehingga menimbulkan/menyebabkan
sindrom klinis tertentu, misalnya:
1. Intoksikasi akut
2. Penggunaan yang berlebihan
3. Sindrom ketergantungan
4. Keadaan putus zat
5. Gangguan psikotik
6. Sindrom amnestic
7. Gangguan psikotik residual dan beronset lambat
Hal-hal lain yang dipakai untuk membuktikan bahwa gangguan jiwa
yang terjadi adalah akibat dari zat psikoaktif berdasarkan atas:
1. Laporan individu
2. Pemeriksaan darah rutin, atau
3. Bukti lain, misalnya : ada zat itu pada pasien dan terbukti digunakan
oleh orang itu.
Kriteria diagnostic untuk penyalahgunaan zat:
11
a. Pola penggunaan zat maladaptive yang menyebabkan gangguan
ataupenderitaan yang bermakna secara klinis, seperti yang ditunjukan oleh
satu atau lebih hal berikut:
-Penggunaan zat rekuren yang menyebabkan kegagalan untuk memenuhi
kewajiban utama dalam pekerjaan, sekolah atau rumah (misalnya
membolos berulangkali atau kinerja pekerjaan yang memburuk yang
berhubungan dengan penggunaan zat, mangkir, skor atau pengeluaran
dari sekolah yang berhubungan dengan zat, penelantaran anak atau
rumah tangga.
-Penggunaan zat rekuren dalam situasi yang berbahaya secara fisik
(misalnya mengemudikan kendaraan atau menjalankan mesin saat
tergangu oleh penggunaan zat.
-Masalah hokum yang berhubungan dengan zat yang berulang kali
(misalya, penahanan karena gangguan tingkah laku yang berhubungan
dengan zat).
-Pemakaian zat yang diteruskan walaupun memiliki masalah social atau
interpersonal yang menetap atau rekuren karena efek zat (misalnya
bertengkar dengan pasangan tentang akibat intoksikasi, perkelahian
fisik).
12
maladaptive, yang dapat terjadi pada saat kapanpun selama periode 12 bulan
yang sama.
Penyalahgunaan zat adalah pola maldaptif penggunaan zat yang
menimbulkan hendaya atau penderitaan yang secara klinis bermakna, yang
ditunjukan dengan satu atau lebih gejala berikut ini dalam periode 12 bulan;
peggunaan zat berulang dalam situasi yang menimbulkan bahaya fisik pada
pengguna, penggunaan zat berulang saat menghadapi hendaya yang nyata di
sekolah atau situasi kerja, penggunaan zat berulang tanpa memandang
masalah hokum yang ditimbulkan, penggunaan berulang tanpa adanya
masalah social atau interpersonal. Untuk memenuhi kriteria untuk
penyalahgunaan zat, saat ini atau dimasa lalu, gejala tidak boleh memenuhi
kriteria untuk ketergantungan zat untuk golongan zat ini.
Intoksikasi zat adalah timbulnya sindrom yang reversible dan spesifik
zat dan disebabkan oleh penggunaan suatu zat. Perubahan psikologis atau
perilaku maladaptive yang secara klinis bermakna harus ada. Putus zat
adalah sindrom yang spesifik akibat penghentian, atau pengurangan di dalam,
penggunaan zat yang lama. Sindrom yang spesifik zat ini menyebabkan
penderitaanatau hendaya yang secara klinis bermakna didalam fungsi social
atau pekerjaan.
Pada kasus ini adanya komorbiditas yakni adanya lebih dari satu
gangguan penggunaan zat atau gabungan dari gangguan penggunaan zat dan
gangguan psikiatri lain (diagnosis ganda) lazim ditemukan dengan gangguan
mental lain biasanya ada pada seseorang yang mempunyai suatu gangguan
berhubungan dengan alcohol. Diagnostic psikiatri yang paling sering
berhubungan adalah gangguan berhubungan dengan zat lain, gangguan
kepribadian antisosial, gangguan mood dan gangguan kecemasan. Alcohol
adalah efektif dalam menghilangkan kecemasan, banyak orang menggunakan
alcohol karena alasan tersebut. Walaupun komorbiditas antara gangguan
berhubungan dengan alcohol dan gangguan mood telah dikenal luas, kurang
dketahui bahwa kemungkinan 25 50 % dari semua orang dengan gangguan
13
berhubungan dengan alcohol juga memenuhi kriteria diagnostic untuk suatu
gangguan kecemasan.
Beberapa data menyatakan bahwa alcohol dapat digunakan untuk usaha
mengobati sendiri gejala agoraphobia atau fobia social, tetapi suatu gangguan
berhubungan dengan alcohol kemungkinan mendahului perkembangan
gangguan panic atau gangguan kecemasan menyeluruh.
Diagnosis Banding
1. Gangguan Cemas Menyeluruh
Untuk mendiagnoasa F41.1 gangguan cemas menyeluruh. dapat
ditegakkan berdasarkan:
Penderita harus menunjukkan anxietas/ cemas sebagai gejala primer
yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada
keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau
mengambang
Gejala- gejala tersebut biasanya mencakup unsur- unsur berikut :
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti dujung
tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak
dapat santai); dan
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat,
jantung berdebar- debar, pusing kepala, mulut kering, dsb)
Adanya gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari)
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosa utama Gangguan
Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memebuhi kriteria
lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik
(F40.-), gangguan panik (F41.0) atau gangguan obsesif kompulsif
(F42.-)
Diagnosa Gangguan Cemas Menyeluruh (DSM- V) ditegakkan
bila terdapat
Kecemasan kronik yang lebih berat (berlangsung lebih dari 6 bulan;
biasnya tahunan dengan gejala bertambah dan kondisi melemah) dan
termasuk gejala seperti respon otonom (palpitasi, diare, ekstremitas
14
;lembab, berkeringat, sering buang air kecil), insomnia, sulit
berkonsentrasi, ras lelah, sering menarik nafas, gemetaran, waspada
berlebihan, atau takut akan sesuatau yang akan terjadi
Ada kecendrungan diturunkan dalam keluarga, memiliki komponen
genetik yang sedang dan dihubungkan dengan fobia sosial dan
sederhana depresi mayor (terdapat pada 40% atau lebih pasien;
meningkatkan resiko bunuh diri. Biasanya pada kondisi ini tidak
ditemukan etiologi stress yang jelas, tetapi harus dicari
penyebabnya).
2. Depresi
Depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis, yang
disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan,
berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah
lelah yang sangat nyata sesudah bekerja meskipun sedikit saja, dan
berkurangnya aktivitas. Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau
kumpulan gejala (sindroma).
Ada juga yang membagi depresi ke dalam 3 kelompok yaitu:
Depresi akut, memiliki ciri-ciri manifestasi gejala depresi jelas
(nyata), ada trauma psikologis berat yang mendadak sebelum
timbulnya gejala depresi.
Depresi kronis, memiliki ciri-ciri gejala depresi jelas (nyata), tetapi
tidak ada faktor pencetus yang mendadakl.
Depresi terselubung, gejala depresi tek jelas tetapi menunjukkan
gejala lain misalnya: hiperaktif, tingkah laku agresif, psikosomatis,
hipokondriasis, delikuensi dan sebagainya.
15
b. Pola perilaku negativistic, bermusuhan, menentang, provokatif dan
merusak tersebut berlangsung secara berkelajutan, yang jelas sekali
melampaui rentang perilaku normal bagi anak pada kelompok usia
yang sama dalam kelompok social-budaya yang serupa, dan tidak
mencakup pelanggaran yang lebih serius terhadap hak orang lain
seperti dalam kategori F91.0 dan F91.2. anak dengan gangguan ini
cenderung seringkali dan secara aktif membangkang terhadap
permintaan atau peraturan dari orang dewasa serta dengan sengaja
mengusik orang lain. Lazimnya mereka bersikap marah, benci, dan
mudah terganggu oleh orang lain yang dipersalahkan atas kekeliruan
dan kesulitan yang mereka lakukan sensed.
DAFTAR PUSTAKA
Elvira SD, Hadisukanto G, 2010, Buku Ajar Psikiatri, Badan Penerbit FKUI,
Jakarta.
Kaplan & Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. EGC. Jakarta.
Maslim R, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
Sadock B, Shadock, Virginia. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis,
Penerbit EGC. Jakarta
16
17