Anda di halaman 1dari 17

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa September 2016

FKIK Universitas Tadulako


Rumah Sakit Daerah Undata

LAPORAN KASUS

GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT


PENGGUNAAN ZAT

DISUSUN OLEH:

NUR SAFRIYANTI

N 111 16 037

1
PEMBIMBING:

dr. Dewi Suryani Angjaya , Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA RSUD UNDATA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2016

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. RM
Umur : 18 tahun
Alamat : Desa Malonda
Agama : Islam
Suku : Kaili
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Status perkawinan : Belum menikah
Tanggal pemeriksaan : 19 September 2016

LAPORAN PSIKIATRIK

I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama

2
Jantug berdebar, berkeringat.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Seorang pasien bernama R dibawa oleh ibunya ke Rumah Sakit Undata
dengan keluhan jantung berdebar-debar dan sering berkeringat sejak 2
minggu lalu. Pasien memiliki riwayat menggunakan alkohol sejak SMA
dan juga mengonsumsi rokok. Pasien juga mengaku mengonsumsi obat-
obatan namun tidak mengetahui jenis obat yang dikonsumsi jenis apa.
Pasien memiliki teman sepermaian yang sering mengajaknya untuk minum
minuman beralkohol hingga sekarang pasien masih sering bergaul dengan
temannya tersebut. Satu bulan lalu pasien mengalami mual muntah dan
dibawa ke UGD untuk mendapatkan pengobatan. Pasien menganggap
keluhan mual muntah tersebut akibat sering mengonsumsi alcohol
sehingga ingin berhenti untuk mengonsumsinya. Orang tua pasienpun
khawatir jika pasien masih mengonsumsi alkohol dan berharap pasien bisa
berhenti dengan kebiasaannya tersebut. Pasien juga sering bermain judi
hingga sempat menggadaikan laptop ibunya, selain itu juga emas ibunya
pun digadaikan untuk dipakai berjudi. Sejak sekolah dasar pasien sering
masuk ruangan BK (bimbingan konseling) karena sering berkelahi dengan
temannya. Hingga sekarang, ibunya masih menganggap anaknya adalah
anak nakal. Sejak pasien SD, orang tuanya masih membiarkan pasien,
namun saat SMP tingkah lakunya semakin kurang baik, sehingga orang
tuanya pernah memukulnya saat SMP. Pasien juga pernah pindah sekolah
karena berkelahi dengan temanya pada kelas XI SMA.

Hendaya Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (-)

Faktor Stressor Psikososial


Pasien tidak merasa nyaman tinggal dirumah karena sering mendapat
teguran oleh keluarganya akibat perilakunya yang sering
mengonsumsi alcohol dan berjudi.

3
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan
psikis sebelumnya :
Pasien pernah di rawat di UGD dengan keluahan mual muntah 1
bulan lalu. Sampai sekarang keluhan mual muntah masih dirasakan.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya.


Ada riwayat penggunaan NAPZA berupa merokok dan alkohol.

D. Riwayat Kehidupan Peribadi


Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal, cukup bulan dan dibantu dukun. Selama
mengandung, ibu pasien dikatakan dalam keadaan sehat.
Riwayat Masa Kanak Awal (1-3 tahun)
Tidak terdapat persoalan-persoalan makan diusia ini. Pertumbuhan
dan perkembangan sesuai umur dan tidak terdapat gejala-gejala
masalah perilaku. Tidak ada riwayat kejang, trauma atau infeksi pada
masa ini. Pasien mendapatkan kasih sayang dari orang tua dan
saudara-saudaranya.
Riwayat Masa Pertengahan (4-11 tahun)
Pada umur 6 tahun, pasien mulai masuk SD. Pasien menyelesaikan
pendidikan sekolah dasar dengan hubungan pertemanan yang baik
dengan teman sepermainan. Namun terkadang pasien berkelahi
dengan teman sepermainannya.
Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja. ( 12-18 tahun)
Pasien seorang yang pandai bergaul. Pasien memiliki banyak teman,
terutama dilingkungan rumah, tetangganya sering mengajak pasien
minum minuman alkohol dan berjudi. Pasien melewati pendidikan 9
tahun, namun pada kelas XI pasien tidak naik kelas, karena berkelahi
dengan teman sekolah sehingga pasien pindah sekolah.
Riwayat Masa Dewasa
Saat ini pasien masih menjalani pendidikan diperguruan tinggi di
widya loka jurusan komputer.

E. Riwayat Kehidupan Keluarga


Pasien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Anak pertama masih
kuliah dan anak ketiga masih duduk di bangku SMA. Riwayat gangguan

4
jiwa dalam keluarga tidak ada. Pasien memiliki komunikasi yang lancar
dengan saudara-saudaranya, namun terkadang pasien tidak nyaman di
rumah karena sering dimarahi dan dipukuli oleh orang tuanya dengan
alasan pasien sering membantah jika diberi tahu.

F. Situasi Sekarang
Pasien dalam keadaan sadar namun ia merasa jantungnya berdebar.
Pasien sekarang tinggal bersama kedua orang tua dan kedua saudaranya.

G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupan.


Pasien merasakan dirinya sakit dan ingin sembuh agar tidak menyusahkan
kedua orang tuanya lagi.

II. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


a. Deskripsi Umum
- Penampilan: Seorang laki-laki tampak sesuai umur, berkaos hitam,
mengenakan celana jeans pendek berwarna biru, rambut lurus, postur
tubuh baik, kulit kecoklatan, dan perawatan diri baik.
- Kesadaran: Komposmentis
- Perilaku dan aktivitas psikomotor : Baik
- Pembicaraan: Artikulasi jelas dan intonasi suara lemah serta menjawab
sesuai pertanyaan.
- Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif

b. Keadaan Afektif
- Mood : Hipotimia
- Afek : Tumpul
- Empati : Dapat diraba/rasakan

c. Fungsi Intelektual (kognitif)


- Taraf Pendidikan, Pengetahuan umum dan kecerdasan : Pengetahuan
dan kecerdasan sesuai dengan taraf pendidikannya.
- Daya konsentrasi : Baik
- Orientasi
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
- Daya ingat
Jangka Pendek : Baik
Jangka Sedang : Baik
Jangka Panjang : Baik

5
- Pikiran abstrak : Baik
- Bakat kreatif : Tidak diketahui
- Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

d. Gangguan Persepsi
- Halusinasi : Tidak Ada
- Ilusi : Tidak Ada
- Depersonalisasi : Tidak Ada
- Derealisasi : Tidak Ada

e. Proses Berpikir
- Arus Pikiran
a. Produktivitas : Baik
b. Kontinuitas : Relevan
c. Hendaya berbahasa :Tidak ada
- Isi Pikiran
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Gangguan isi pikir : Tidak ada

f. Pengendalian Impuls
Baik

g. Daya Nilai
Norma Sosial : Baik
Uji Daya Nilai : Baik
Penilaian Realitas : Baik

h. Tilikan (Insight)
Derajat 6 (Pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai
motivasi untuk mencapai perbaikan).

i. Taraf Dapat Dipercaya:


Dapat dipercaya

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Status Internus
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Denyut Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 37 C
Pernapasan : 16 kali/menit
Anemis : (-)/(-)

6
Ikterus : (-)/(-)
Sianosis : (-)/(-)
Thorax
o Inspeksi : Respirasi dada simetris/bilateral
o Palpasi : Massa (-), Pergerakan dada bilateral
o Perkusi : Paru (Sonor), Batas jantung normal, bunyi pekak
o Auskultasi : Paru (Bronkovesikuler) dan Jantung (S1 dan S2,
bunyi tambahan (-)
Abdomen
o Inspeksi : Massa (-), dalam batas normal
o Auskultasi : Peristaltik usus (+)
o Perkusi : Bunyi timpani di 4 kuadran, Pembesaran hepar (-),
lien (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-)
Neurologis
o Kesadaran : Compos mentis dengan GCS 15 (E4V5M6)
o Nervus Cranial : Tidak dilakukan
o Refleks Fisiologi : Normal
o Refleks Patologis : -
o Pemeriksaan kaku kuduk & meningeals sign: (-)
Status Neurologis :
GCS :E4M6V5, pupil bundar isokor, reflex cahaya (+)/(+), fungsi motorik
dan sensorik ke empat ekstremitas dalam batas normal.

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien remaja laki-laki umur 18 tahun datang ke Poliklinik Jiwa RSUD
Undata Palu dengan keluhan berdebar-debar dan berkeringat sejak dua
minggu lalu. Pasien memiliki riwayat penggunaan alcohol dan berjudi sejak
lama. Memiliki riwayat mual muntah 1 bulan lalu dan masuk ke UGD,
pasien menganggap keluhannya tersebut karena ia mengonsumsi alcohol
sehingga berkeinginan untuk berhenti. Pasien sering mengonsumsi alcohol
bersama teman-teman disekitaran rumahnya. Pasien sampai menggadaikan
laptop dan emas orang tuanya untuk dipakai berjudi. Orang tua sering
memarahi pasien karena kebiasannya yang mngonsumsi alcohol tersebut,
sehingga pasien merasa tidak nyaman tinggal di rumah.

7
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
A. Aksis I
Berdasarkan autoanamnesa didapatkan adanya gejala klinis yang
bermakna berupa berdebar-debar, rasa ingin meninggal dan
berkeringat. Keadaan ini menimbulkan disstress bagi pasien dan
keluarganya, serta menimbulkan disabilitas dalam sosial
dan pekerjaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
Gangguan Jiwa.
Pada pasien tidak ditemukan hendaya dalam menilai realita,
sehingga pasien didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Non Psikotik.
Berdasarkan data yang diperoleh juga ditemukan bahwa pasien
memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif, alcohol dan berjudi.
sehingga didiagnosa sebagai Gangguan Mental dan Perilaku
Akibat Penggunaan Zat. Pola penggunaan zat psikoaktif berupa
alcohol dan rokok yang merusak kesehatan, yang dapat berupa fisik
atau mental sehingga dapat didiagnosis Penggunaan Yang
Merugikan (F10.1)
B. Aksis II
Tidak Ada Diagnosis Aksis II.
C. Axis III
Pasien mengalami mual muntah sehingga terdapat penyakit sistem
pencernaan (K00-K93)
D. Aksis IV
Teradapat masalah dengan primary Support Group (keluarga).
E. Aksis V
GAF scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik).

VI. DAFTAR MASALAH


Organobiologik
Terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga pasien
memerlukan psikofarmaka.
Psikologik
Ditemukan adanya perasaan berdebar-debar yang mengganggu pikiran
pasien sehingga pasien memerlukan psikoterapi.

8
Sosiologik
Ditemukan masalah hidup dalam bidang sosial dan ekonomi.
VII. PROGNOSIS
Prognosis pasien ini adalah dubia ad bonam
Faktor pendukung
Keinginan pasien untuk sembuh
Stressor psikologis yang jelas
Kepatuhan meminum obat
Dukungan keluarga yang baik
Edukasi

VIII. RENCANA TERAPI


1. Psikofarmaka
Intervensi psikofarmakologis untuk penggunaan alcohol dan obat
remaja masih berada ditahap awalnya. Jika ada gangguan mood,
terdapat indikasy yang jelas untuk antidepresan dan umumnya
serotonin selective reuptake inhibitor (SSRI) adalah terapi lini
pertama. Pada keadaan tertentu, pemberian obat digunakan untuk
menyekat efek obat illegal yang menguatkan, contohnya memberikan
naltrekson untuk penyalahgunaan opioid.
Antidepressan golongan SSRI: Fluoxetin cap 20 mg 2 x 1
dapatdigunakan untuk mengatasi jantung berdebar-debar, pemberian
golongan SSRI (Serotonin Selective Re-uptake Inhibitors) dapat
digunakan untuk mengobati kecemasan akibat penggunaan alkohol
yang dialami pasien, dapat dipilih salah satu dari kohexin, sertalin,
fluoksetin, fluvoksamin, escitalopram, dan lain-lain. Obat diberikan
dalam 3-6 bulan atau lebih, tergantung kondisi individu, agar
kadarnya stabil dalam darah sehingga dapat mencegah kekambuhan.
Pemberian obat H2 histmamin bloker dapat digunakan untuk
mengatasi keluhan lambung yang dirasakan pasien. Ranitidin 150 mg
sekali sehari.

2. Non psikofarmaka
a. Cognitif Behaviour therapy (CBT)

9
Pendekatan kognitif perilaku pada psikoterapi untuk remaja
dengan penggunaan zat umumnya mensyaratkan remaja tersebut
memiliki motivasi untuk berpartisipasi di dalam terapi dan
menaha diri dari penggunaan zat lebih lanjut. Terapi ini berpusat
pada pencegahan kekambuhan dan mempertahankan abstinensia.
b. Terapi keluarga
Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakir pasien,
penyebabnya, faktor pencetus, perjalan penyakit dan rencana
terapi serta memotivasi keluarga pasien untuk selalu mendorong
pasien mengungkapkan perasaan dan pemikirannya
c. Terapi pekerjaan
Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau
pekerjaan yang bermanfaat.

IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai
efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek
samping obat yang diberikan.

X. PEMBAHASAN/ TINJAUAN PUSTAKA


Ketergantungan dan penyalahgunaan NAPZA (Narkotik, Psikotropik
dan zat adiktif lainnya) adalah istilah kedokteran. Seseorang disebut
ketergantungan dan mengalami penyalahgunaan NAPZA bila memenuhi
kriteria diagnosis tertentu. Menurut PPDGJ-III gangguan penggunaan
NAPZA terdiri atas 2 bentuk :
1. Penyalahgunaan, yaitu yang mempunyai efek buruk terhadap kehidupan
orang, menggangu kerja, mengganggu hubungan dengan orang lain.
2. Adiksi atau ketergantungan yaitu yang mengalami toleransi, putus zat,
tidak mampu menghentikan kebiasaan menggunakan NAPZA dan selalu
ingin lebih.
NAPZA memiliki bentuk dan ukuran yang serupa dengan
neurotransmitter yang ada pada tubuh. NAPZA yang dikonsumsi dapat
memasuki otak dan ikut masuk ke dalam otak layaknya neurotransmitter

10
alami, namun pada kenyataannya Zat tersebut justru dapat mengunci diri
pada resepteor dan membangkitkan suatu reaksi berantai pelepasan sejumlah
besar neurotransmitter pada otak secara terus menerus tanpa diimbangi
inhibisi yang sesuai, hal ini membuat pengguna merasakan mendapatkan
reward yang jauh lebih baik dan instan hanya dengan melalui penggunaan
obat. Seiring dengan berjalannya waktu, dapat terjadi proses toleransi,
sehingga pengguna akan merasakan butuh jumlah zat yang lebih dari
sebelumnya untuk memperoleh kembali reward nya. Hal ini pula
menyebabkan tubuh tidak lagi membutuhkan proses reward alamiah seperti
makanan, air dan sex dan merasa tubuhnya sudah lagi tidak berfungsi
sempurna tanpa NAPZA.
Penyalahgunaan NAPZA dapat memicu berbagai masalah, khususnya
masalah yang timbul dalam aspek Psikiatri akibat penyalahgunaan NAPZA
dapat berupa Gangguan memori dan penurunan fungsi kognitif, sindrom
amotivasional, ansietas, panic, bingung, psikosis paranoid sampai
Skizofrenia, depresi berat dan perilaku antisosial.
Adapun hal yang menentukan seseorang menderita gangguan jiwa
akibat penggunaan Zat Psikoaktif adalah gambaran klinisnya, yaitu apabila
penggunaan zat itu sedemikian rupa sehingga menimbulkan/menyebabkan
sindrom klinis tertentu, misalnya:
1. Intoksikasi akut
2. Penggunaan yang berlebihan
3. Sindrom ketergantungan
4. Keadaan putus zat
5. Gangguan psikotik
6. Sindrom amnestic
7. Gangguan psikotik residual dan beronset lambat
Hal-hal lain yang dipakai untuk membuktikan bahwa gangguan jiwa
yang terjadi adalah akibat dari zat psikoaktif berdasarkan atas:
1. Laporan individu
2. Pemeriksaan darah rutin, atau
3. Bukti lain, misalnya : ada zat itu pada pasien dan terbukti digunakan
oleh orang itu.
Kriteria diagnostic untuk penyalahgunaan zat:

11
a. Pola penggunaan zat maladaptive yang menyebabkan gangguan
ataupenderitaan yang bermakna secara klinis, seperti yang ditunjukan oleh
satu atau lebih hal berikut:
-Penggunaan zat rekuren yang menyebabkan kegagalan untuk memenuhi
kewajiban utama dalam pekerjaan, sekolah atau rumah (misalnya
membolos berulangkali atau kinerja pekerjaan yang memburuk yang
berhubungan dengan penggunaan zat, mangkir, skor atau pengeluaran
dari sekolah yang berhubungan dengan zat, penelantaran anak atau
rumah tangga.
-Penggunaan zat rekuren dalam situasi yang berbahaya secara fisik
(misalnya mengemudikan kendaraan atau menjalankan mesin saat
tergangu oleh penggunaan zat.
-Masalah hokum yang berhubungan dengan zat yang berulang kali
(misalya, penahanan karena gangguan tingkah laku yang berhubungan
dengan zat).
-Pemakaian zat yang diteruskan walaupun memiliki masalah social atau
interpersonal yang menetap atau rekuren karena efek zat (misalnya
bertengkar dengan pasangan tentang akibat intoksikasi, perkelahian
fisik).

b. Gejala diatas tidak pernah memenuhi kriteria ketergantungan zat untuk


kelas zat ini.
Menurut revisi teks edisi keempat DSM IV, gangguanterkait zat
mencakup gangguan-gangguan ketergatungan zat, penyalahgunaan zat,
intoksikasi zat dan putus zat. Ketergantungan zat adalah sekelompok gejala
kognitif, perilaku dan psikologis yang menunjukan bahwa seseorang terus
menggunakan suatu zat tanpa dipengaruhi oleh suatu masalah terkait zat yag
signifikan. Suatu pola penggunaan zat tersendiri secara berulang dapat
mengakibatkan toleransi, putus zat dan perilaku mengonsumsi obat yang
bersifat kompulsif. Hal ini memerlukan adanya sedikitnya tiga gejala pola

12
maladaptive, yang dapat terjadi pada saat kapanpun selama periode 12 bulan
yang sama.
Penyalahgunaan zat adalah pola maldaptif penggunaan zat yang
menimbulkan hendaya atau penderitaan yang secara klinis bermakna, yang
ditunjukan dengan satu atau lebih gejala berikut ini dalam periode 12 bulan;
peggunaan zat berulang dalam situasi yang menimbulkan bahaya fisik pada
pengguna, penggunaan zat berulang saat menghadapi hendaya yang nyata di
sekolah atau situasi kerja, penggunaan zat berulang tanpa memandang
masalah hokum yang ditimbulkan, penggunaan berulang tanpa adanya
masalah social atau interpersonal. Untuk memenuhi kriteria untuk
penyalahgunaan zat, saat ini atau dimasa lalu, gejala tidak boleh memenuhi
kriteria untuk ketergantungan zat untuk golongan zat ini.
Intoksikasi zat adalah timbulnya sindrom yang reversible dan spesifik
zat dan disebabkan oleh penggunaan suatu zat. Perubahan psikologis atau
perilaku maladaptive yang secara klinis bermakna harus ada. Putus zat
adalah sindrom yang spesifik akibat penghentian, atau pengurangan di dalam,
penggunaan zat yang lama. Sindrom yang spesifik zat ini menyebabkan
penderitaanatau hendaya yang secara klinis bermakna didalam fungsi social
atau pekerjaan.
Pada kasus ini adanya komorbiditas yakni adanya lebih dari satu
gangguan penggunaan zat atau gabungan dari gangguan penggunaan zat dan
gangguan psikiatri lain (diagnosis ganda) lazim ditemukan dengan gangguan
mental lain biasanya ada pada seseorang yang mempunyai suatu gangguan
berhubungan dengan alcohol. Diagnostic psikiatri yang paling sering
berhubungan adalah gangguan berhubungan dengan zat lain, gangguan
kepribadian antisosial, gangguan mood dan gangguan kecemasan. Alcohol
adalah efektif dalam menghilangkan kecemasan, banyak orang menggunakan
alcohol karena alasan tersebut. Walaupun komorbiditas antara gangguan
berhubungan dengan alcohol dan gangguan mood telah dikenal luas, kurang
dketahui bahwa kemungkinan 25 50 % dari semua orang dengan gangguan

13
berhubungan dengan alcohol juga memenuhi kriteria diagnostic untuk suatu
gangguan kecemasan.
Beberapa data menyatakan bahwa alcohol dapat digunakan untuk usaha
mengobati sendiri gejala agoraphobia atau fobia social, tetapi suatu gangguan
berhubungan dengan alcohol kemungkinan mendahului perkembangan
gangguan panic atau gangguan kecemasan menyeluruh.

Diagnosis Banding
1. Gangguan Cemas Menyeluruh
Untuk mendiagnoasa F41.1 gangguan cemas menyeluruh. dapat
ditegakkan berdasarkan:
Penderita harus menunjukkan anxietas/ cemas sebagai gejala primer
yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada
keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau
mengambang
Gejala- gejala tersebut biasanya mencakup unsur- unsur berikut :
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti dujung
tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak
dapat santai); dan
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat,
jantung berdebar- debar, pusing kepala, mulut kering, dsb)
Adanya gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari)
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosa utama Gangguan
Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memebuhi kriteria
lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik
(F40.-), gangguan panik (F41.0) atau gangguan obsesif kompulsif
(F42.-)
Diagnosa Gangguan Cemas Menyeluruh (DSM- V) ditegakkan
bila terdapat
Kecemasan kronik yang lebih berat (berlangsung lebih dari 6 bulan;
biasnya tahunan dengan gejala bertambah dan kondisi melemah) dan
termasuk gejala seperti respon otonom (palpitasi, diare, ekstremitas

14
;lembab, berkeringat, sering buang air kecil), insomnia, sulit
berkonsentrasi, ras lelah, sering menarik nafas, gemetaran, waspada
berlebihan, atau takut akan sesuatau yang akan terjadi
Ada kecendrungan diturunkan dalam keluarga, memiliki komponen
genetik yang sedang dan dihubungkan dengan fobia sosial dan
sederhana depresi mayor (terdapat pada 40% atau lebih pasien;
meningkatkan resiko bunuh diri. Biasanya pada kondisi ini tidak
ditemukan etiologi stress yang jelas, tetapi harus dicari
penyebabnya).

2. Depresi
Depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis, yang
disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan,
berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah
lelah yang sangat nyata sesudah bekerja meskipun sedikit saja, dan
berkurangnya aktivitas. Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau
kumpulan gejala (sindroma).
Ada juga yang membagi depresi ke dalam 3 kelompok yaitu:
Depresi akut, memiliki ciri-ciri manifestasi gejala depresi jelas
(nyata), ada trauma psikologis berat yang mendadak sebelum
timbulnya gejala depresi.
Depresi kronis, memiliki ciri-ciri gejala depresi jelas (nyata), tetapi
tidak ada faktor pencetus yang mendadakl.
Depresi terselubung, gejala depresi tek jelas tetapi menunjukkan
gejala lain misalnya: hiperaktif, tingkah laku agresif, psikosomatis,
hipokondriasis, delikuensi dan sebagainya.

3. Gangguan sikap menentang


Berdasarkan PPDGJ III gangguan sikap menentang ditegakkan apabila
memenuhi kriteria berikut:
a. Ciri khas dari jenis gangguan tingkah laku ini ialah berawal pada anak
dibawah usia 9 tahun dan 10 tahun. Ditandai oleh adanya perilaku
menentang, ketidakpatuhan (disobedient), perilaku provokatif, dan
tidak adanya tindakan dissosial dan agresif yang lebih berat yang
melanggar hukum maupun melanggar hak asasi orang lain.

15
b. Pola perilaku negativistic, bermusuhan, menentang, provokatif dan
merusak tersebut berlangsung secara berkelajutan, yang jelas sekali
melampaui rentang perilaku normal bagi anak pada kelompok usia
yang sama dalam kelompok social-budaya yang serupa, dan tidak
mencakup pelanggaran yang lebih serius terhadap hak orang lain
seperti dalam kategori F91.0 dan F91.2. anak dengan gangguan ini
cenderung seringkali dan secara aktif membangkang terhadap
permintaan atau peraturan dari orang dewasa serta dengan sengaja
mengusik orang lain. Lazimnya mereka bersikap marah, benci, dan
mudah terganggu oleh orang lain yang dipersalahkan atas kekeliruan
dan kesulitan yang mereka lakukan sensed.

Berdasarkan hal tersebut, kriteria pasien belum memenuhi hal


diatas karena saat pasien duduk dibangku SD, pasien terkadang berkelahi
dengan teman sekolah dan tidak ada perilaku menentang yang ditunjukan.

DAFTAR PUSTAKA

Elvira SD, Hadisukanto G, 2010, Buku Ajar Psikiatri, Badan Penerbit FKUI,
Jakarta.

Kaplan & Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. EGC. Jakarta.

Maslim R, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta.

Neal, J Michael. 2006. At A Glance Farmakologi Medis Edisi 5. Penerbit


Erlangga. Jakarta.

Sadock B, Shadock, Virginia. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis,
Penerbit EGC. Jakarta

16
17

Anda mungkin juga menyukai