Anda di halaman 1dari 31

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

POST OP KISTA OVARIUM


TIPE CYSTADENOKARSINOMA, SEROSUM
PAPILIFERUM

Disusun Oleh :

Nur Safriyanti

N 111 16 037

Pembimbing Klinik :

dr. Ni Made Astijani, Sp.OG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU, 2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

Ovarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan


menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling
sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker
ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang
banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang
bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.
Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau
kanker1,2.
Perjalanan penyakit yang secara diam-diam menyebabkan banyak wanita
tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya
mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar. Kista
ovarium biasanya berukuran kecil dengan ukuran kurang dari 5 cm, berkapsul
dengan isi cairan. Beberapa kista ovarium ini tidak menimbulkan gejala, dan dapat
mengalami resolusi spontan, tetapi ada yang menyebabkan nyeri dan perasaan
tidak menyenangkan. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya
karsinoma terutama pada wanita wanita yang mulai menopause1.
Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan
penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi. Terdapat variasi yang luas
insidensi keganasan ovarium, rerata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia
(14,5-15,3 per 100.000 populasi). Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua
ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 19913,4.
Penanganan terhadap kista ovarium didasarkan pada jenis kista tersebut. Jadi
tidak semua kista ovarium dioperasi, apalagi ternyata kista tersebut dapat resolusi
spontan. Tindakan operatif selain sangat invasif, dapat berdampak terhadap
fertilitas seseorang. Sehingga untuk menentukan apakah kista tersebut harus
diangkat atau tidak, diagnosisnya harus benar-benar jelas1.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch) yang


tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan,
nanah atau bahan-bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi
cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium5.

2.2 Klasifikasi

Di antara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang
berifat nonneoplastik. Tumor nonneoplastik dalam hal ini dibagi menjadi
tumor akibat radang dan tumor lain, yaitu kista folikel, kista korpus luteum,
kista lutein, kista inklusi germinal, kista endometrium dan kista stein-
leventhal. Tentang tumor-tumor neoplastik belum ada klasifikasi yang dapat
diterima oleh semua pihak. Hal ini terjadi oleh karena klasifikasi berdasarkan
histopatologi atau embriologi belum dapat diberikan secara tuntas berhubung
masih kurangnya pengetahuan mengenai asal-usul beberapa tumor, dan pula
berhubung dengan adanya kemungkinan bahwa tumor-tumor yang sama
rupanya mempunyai asal yang berbeda. Maka atas pertimbangan praktis,
tumor-tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan tumor ganas. Selanjutnya
tumor neoplastik yang bersifat jinak dapat dibagi menjadi tumor kistik dan
tumor solid. Berdasarkan hal tersebut diatas, tumor kistik dari ovarium yang
jinak dapat dibagi dalam golongan nonneoplastik dan golongan neoplastik6,7.

a. Kista Ovarium Nonneoplastik

1. Kista Folikel

Kista folikel merupakan jenis tumor ovarium jinak yang paling banyak
dijumpai. Ukuran bervariasi antara 3-8 cm. Kista ini berasal dari
folikel de Graff yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus

3
menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah
bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia
yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bila dilihat secara
histologi, kista folikel dilapisi oleh lapisan dalam berupa sel-sel
granulosa dan dilapisan luar berupa sel-sel teka interna. Cairan yang
terdapat di dalam folikel yang tidak seluruhnya terbentuk tidak dapat
diresorbsi sehingga menyebabkan pembesaran dari kista folikel.
Biasanya jenis kista ini tidak menimbulkan gejala, meskipun
ketidakteraturan haid, perdarahan di luar haid bahkan torsi bisa terjadi.
Bila ukuran kista telah membesar maka dapat menyebabkan nyeri
panggul. Kista folikel lambat laun mengecil dan dapat menghilang
spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista menghilang pula. Apabila
ukuran kista yang tidak lebih dari 5 cm maka dilakukan observasi
selama 3 siklus haid tanpa pengobatan untuk melihat regresi dari kista
tersebut. Bila setelah observasi tidak didapati adanya regresi kista atau
ukuran kista semakin membesar maka dilakukan tindakan operatif.

2. Kista Korpus Luteum

Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar


kehamilan. Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari
korpus luteum. Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun
mengecil dan menjadi korpus albikans. Pada keadaan tertentu, kadang-
kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum
persistens); Perdarahan yang sering terjadi didalamnya menyebabkan
terbentuknya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena
darah tua.

Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberikan


gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna
kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista
korpus luteum dapat memberikan gangguan haid, berupa amenorea
diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat juga

4
menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah. Perdarahan yang
berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Pada beberapa kasus
sering menyerupai kehamilan ektopik sehingga menyulitkan diagnosis.

3. Kista Teka Lutein

Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa


adanya kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik.
Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju. Pada
pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel
granulosa dapat juga menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali
sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini adalah akibat
pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan
hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.

4. Kista Inklusi Germinal

Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel germinal dari ovarium.


Biasanya terjadi pada wanita tua. Tidak pernah memberi gejala-gejala
yang berarti.

5. Kista Stein Leventhal

Pada kista stein-leventhal biasanya kedua ovarium membesar dan


bersifat polikistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan
berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika
yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak follikel dalam bermacam-
macam stadium, tetapi tidak ditemukan corpus luteum. Secara klinis
memberikan gejala yang disebut Stein-Leventhal Syndrom, yaitu yang
terdiri dari hirsutisme, infertilitas, obesitas dan oligomenorea sekunder.
Kecenderungan virilisasi pada jenis kista inin kemungkinan
disebabkan hiperplasi dari tunika interna yang menghasilkan zat
androgenic. Kelainan ini merupakan penyakit herediter yang
autosomal dominan.

6. Kista endometrial

5
Kista ini merupakan endometriosis yang berlokasi di ovarium.

b. Kista Ovarium Neoplastik

1. Kistoma Ovarii Simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya


bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista
tipis dan cairan di dalam kista tampak jernih, serous dan berwarna
kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung
dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan
gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis
kistadenoma serosum, yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung
dengan tekanan cairan dalam kista.

2. Kistadenoma Ovarii Musinosum

Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia


mungkin berasal dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya
satu elemen mengalahkan elemen-elemen lain. Ada penulis yang
berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum, sedang
penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan
tumor Brenner.

Gambaran Klinik. Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh


karena itu, permukaan berbagala (lobulated). Kira-kira 10% dapat
mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada penderita yang
datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat
ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral,
akan tetapi dapat juga ditemui yang bilateral.

Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang


dapat terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan

6
ini dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan
degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan
omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.

Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang


terakhir ini khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan
degeneratif di dalam kista. Pada pembukaan terdapat cairan lendir
yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai
coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.

Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh


epitel torak tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-
sel yang membundar karena terisi lendir (goblet cells). Sel-sel epitel
yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh
seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru,
yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan
pada dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan
peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan
pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah
timbulnya penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan
menyebabkan banyak perlekatan. Akhirnya, penderita meninggal
karena ileus dan atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat
ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat
tersebut perlu diteliti dengan seksama oleh karena di situ dapat
ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan ini terdapat dalam kira-kira
5-10% dari kistadenoma musinosum.

7
Gambar 1. Kistadenoma Ovarii Musinosum

3. Kistadenoma Ovarii Serosum

Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kita ini berasal


dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelium). Gambaran
Klinik. Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat
besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan
tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berrbagala karena kista
serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya
berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini
adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar
50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair,
kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak
jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papilloma).

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin


membedakan gambaran makroskopik kistadenoma serosum
papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan
mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan
mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau
epitel torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang
besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini barasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal ephithelium), maka bentuk epitel pada
papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas
epitel bulu getar, seperti epitel tuba.

Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam


stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya
menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarii serosum
papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas.

8
Perubahan Ganas. Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer,
proliferasi dan stratifikasi epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-
sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik digolongkan kedalam
kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara kistadenoma
ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa potensi keganasan
yang dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat
dikatakan bahwa 30% - 35% dari kistadenoma serosum mengalami
perubahan keganasan. Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada
peritoneum disertai dengan asites, maka prognosis penyakit itu kurang
baik, meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan itu mungkin
jinak (histopatologically benign). Klinis kasus tersebut menurut
pengalaman harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas
(clinically malignant).

Gambar 2. Kistadenoma ovarii serosum

4. Kista Endometroid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding


dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
endometrium. Kista ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun
1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.

9
5. Kista Dermoid

Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak


dimana struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna,
seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna
putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol daripada
elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista
dermoid, teori yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal
dari sel telur melalui proses partenogenesis.

Gambaran Klinik. Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista


dermoid. Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis.
Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat.
Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila
dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil
dalam dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding
bagian dalam yang menonjol dan padat.

Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan


entodermal. Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea,
gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal),
dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan, dan
jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista
ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak,
bercampur dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja,
tetapi dapat pula merupakan gelondongan seperti konde.

Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya
sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam
rongga peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira dalam
1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat
menopause. Yang tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh
dari salah satu elemen ektodermal. Ada kemungkina pula bahwa satu

10
elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya tumor yang
khas. Termasuk di sini:

- Struma ovarium

Tumor ini terutama terdiri atas jaringan tiroid, dan kadang-


kadang dapat menyebabkan hipertiroidi. Antara 1960 dan 1964 di
RS. Dr. Soetomo Surabaya pernah ditemukan 5 kasus struma
ovarium, semuanya tak berfungsi dan tidak ganas.

- Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum

Kista-kista dapat dianggap sebagai adenoma yang bertasal


dari satu elemen dari epitelium germinativum.

- Koriokarsinoma

Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagosis harus


dibuktikan adanya hormon koriogonadotropin.

Kista dermoid adalah satu teratoma yang kistik. Umunya teratoma


solid merupakan suatu tumor ganas, akan tetapi biarpun jarang, dapat
juga ditemukan teratoma solid yang jinak.

Gambar 3. Kista Dermoid

2.3 Epidemiologi

11
Kista ovarium paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20 50
tahun dan jarang sekali pada masa prapubertas. Di antara beberapa kista ovarium,
kista folikel, kista korpus luteum, kistadenoma musinosum, kistadenoma serosun dan
kista dermoid merupakan beberapa tipe kista yang paling banyak ditemukan.
Kistadenoma ovarii musinosum banyak ditemukan bersama-sama dengan
kistadenoma ovarii serosum. Kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40%
dari seluruh kelompok neoplasma ovarium. Sementara Kistadenoma ovarii
serosum ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma
musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Agak lebih sering
ditemukan kista bilateral (10 20%). Kedua tumor ini merupakan 60% dari
seluruh kelompok neoplasma ovarium. Kista dermoid dijumpai 10% dari
seluruh neoplasma ovarium yang kistik dan paling sering ditemukan pada
wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari semua kista dermoid bilateral,
lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun kista dermoid dapat
ditemukan pula pada anak kecil7.

2.4 Tanda dan Gejala

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama


tumor ovarium yang kecil. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak
spesifik. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan,
aktivitas endokrin, atau komplikasi tumor-tumor tersebut7,8.

Akibat Pertumbuhan. Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa


menyebabkan pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya
disebabkan oleh besarnya tumor dan posisinya didalam perut. Suatu kista
dapat menekan kandung kencing dan menyebabkan gangguan miksi atau
terkadang hanya menimbulkan rasa berat diperut jika terletak bebas di rongga
perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi
dan edema pada tungkai karena tekanan pada pembuluh balik atau limf. Pada
tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak dan lain-lain.

12
Akibat Aktivitas Hormonal. Pada umumnya tumor ovarium tidak
mengubah pola haid, kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon
yang sering terjadi pada tumor ganas, misalnya tumor sel granulose yang
dapat menimbulkan hipermenorea dan arhenoblastoma yang dapat
menyebabkan amenorea.

Akibat Komplikasi. Perdarahan ke dalam kista. Biasanya terjadi sedikit-


sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi apabila
perdarahan dalam jumlah banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista yang
menimbulkan nyeri perut mendadak.

Putaran Tangkai. Dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5


cm atau lebih akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas
gerakannya. Kondisi yang mempermudah terjadinya torsi adalah kehamilan,
karena pada kehamilan uterus yang membesar dapat mengubah letak tumor.
Sesudah persalinan dapat terjadi perubahan mendadak dalam rongga perut.
Selain itu, putaran tangkai sering menyebabkan gangguan sirkulasi walaupun
gangguan ini jarang bersifat total, rasa nyeri, dan bila putaran tangkai berjalan
terus akan terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor yang dapat menyebabkan
robekan dinding kista dengan perdarahan intraabdominal atau peradangan
sekunder.

Infeksi pada Tumor. Terjadi jika di dekat tumor terdapat sumber kuman
pathogen, seperti appendicitis, diverticulitis atau salpingitis akuta. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.

Robek Dinding Kista. Terjadi pada torsi tangkai atau karena trauma.
Apabila kista hanya mengandung cairan serus, rasa nyeri akibat robekan dan
iritasi peritoneum akan segera berkurang. Tetapi, apabila robekan pada kista
disertai perdarahan yang timbul secara akut dan berlangsung terus ke dalam
rongga peritoneum maka akan menyebabkan rasa nyeri yang terus menerus
disertai tanda-tanda abdominal akut. Robekan dinding kista pada kistadenoma

13
musinosum dapat menyebabkan terjadinya keadaan yang disebut
pseudomiksoma peritonei.

Perubahan Keganasan. Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti


kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum dan kista
dermoid. Oleh karena itu, setelah tumor diangkat pada operasi, perlu
dilakukan pemeriksaan mikroskopik yang seksama terhadap kemungkinan
perubahan keganasan. Adanya asites dan anak sebar (metastasis) memperkuat
kecurigaan terhadap keganasan.

2.5 Diagnosis

Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah


dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya,
lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak),
perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus
dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak di
garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu konsistensinya
kistik, perlu dipikirkan adanya kehamilan atau kandung kemih penuh,
sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan
tambahan.

Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor


ovarium dapat menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam
hal ini kadang-kadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut
disebabkan oleh tumor atau ascites, akan tetapi dengan pemeriksaan yang
dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi.

Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor


ovarium, maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau
nonneoplastik. Tumor nonneoplastik akibat peradangan umumya dalam
anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada
pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena

14
perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar dan
diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri7.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Tidak jarang tentang penegakan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian


sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis
yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam
pembuatan diferensial diagnosis7,9.

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan


diagnosis adalah:

a. Laparoskopi.

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor


berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor
itu.

b. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor
kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak. Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG)
kista abnormal dapat memberikan gambaran kantung dengan banyak
ruang-ruang dan terlihat pertumbuhan sel-sel yang menonjol dari dinding
dalam kista. Ini membuat permukaan kista menjadi bergerigi atau tidak
mulus. Dan tidak seperti kista fungsional yang hanya terisi cairan, kista
abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid.

15
Gambar 4. Pemeriksaan Ultrasonografi Kista Ovarium. Kiri gambaran kista
ovarium jinak. Kanan Gambaran kista ovarium ganas.

c. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi
dalam tumor.
d. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan
bahwa tindakan tersebut dapt mencemarkan cavum peritonei dengan isi
kista bila dinding kista tertusuk.
Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendeteksi
adanya kista. Selain itu, MRI dan CT Scan bisa dipertimbangkan tetapi tidak
sering dilakukan karena pertimbangan biaya.

2.7 Penatalaksanaan

Terapi kista ovarium bergantung dari beberapa faktor, yaitu ukuran dan
jenis kista, umur dan kondisi kesehatan penderita, rencana kehamilan di masa
depan, demikian juga dengan beratnya gejala-gejala yang terjadi.

Dua prinsip penting dalam manajemen kista ovarium yaitu7,10:

a. Sikap wait and see. Oleh karena mayoritas kista adalah kista fungsional
yang akan menyusut dengan sendirinya dalam 2 3 bulan. Semakin dini

16
deteksinya semakin mudah pengobatannya. Tentu setiap wanita berharap
agar ovariumnya tetap utuh, tidak rusak atau dapat dipertahankan, jika
diputuskan untuk mengangkat kista. Kemungkinan ini dapat terjadi jika
kista ditemukan dalam stadium dini.

b. Pilihan lainnya ialah terapi bedah. Indikasi bedah ialah kista yang tidak
menghilang dalam beberapa kali siklus menstruasi atau kista yang
memiliki ukuran demikian besar, kista yang ditemukan pada wanita yang
menopause atau kista yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa dan sampai
timbul perdarahan. Tindakan bedah dapat sangat terbatas berupa
pengangkatan kista dengan tetap mempertahankan ovarium. Tindakan ini
kemungkinan dapat menjadi lebih ekstensif, mulai dari pengangkatan
seluruh ovarium atau lebih luas lagi merembet ke pengangkatan uterus
(histerektomi total).

Prinsip penanganan kista ovarium bahwa tumor ovarium neoplastik


memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor
ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan yang
besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut
adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut
mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil
sikap untuk menunggu selama 2 3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat
peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat
dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai pengangkatan tuba
(salphyngo-ooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat
ialah histerektomi dan salphyngo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi pada
wanita muda yang masih ingin mendapatkan keturunan dan dengan tingkat

17
keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil
resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.

18
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
Nama : Ny. M
Usia : 43 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Kaili
Alamat : Ds. Anutapura, Bolano, Lambu
MRS : 07 Oktober 2017
Rekam Medik : 81-86-70

3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan terdapat benjolan di perut kanan bagian bawah yang
semakin lama semakin membesar sejak 5 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD Kebidanan RSUD Undata dengan keluhan terdapat
benjolan di perut kanan bagian bawah. Pasien mengatakan benjolan dirasakan
sejak 5 bulan yang lalu, semakin lama semakin membesar, keluhan disertai
dengan rasa nyeri. Pasien mengatakan perut terasa semakin berat dan keras
serta pasien semakin sulit beraktivitas 2 bulan terakhir. Pasien juga
mengeluh sesak terutama saat sedang duduk. Pasien mengatakan sebelumnya
tidak pernah mengalami perdarahan. Pasien juga mengeluhkan mual dan
muntah.
Pasien mengatakan nafsu makannya menurun sejak 2 bulan terakhir dan
berat badannya menurun 5 kg. BAK berwarna teh pekat, dan belum BAB
sejak 5 hari.

19
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah melalui operasi laparotomi 2 bulan yang lalu atas indikasi kista
ovarium di RS Anuntaloko.
Riwayat penyakit keluarga :
Pasien tidak memiliki penyakit keturunan. Menurut pasien di keluarga pasien
tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien. Riwayat penyakit jantung,
ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal.
Riwayat penyakit keganasan pada keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
keganasan.
Riwayat alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan
dan cuaca.
Riwayat Kontrasepsi :
Pasien tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.
Riwayat Obstetri :
Pasien telah menikah selama 21 tahun, dan ini merupakan pernikahan
pertamanya namun tidak memiliki anak. Pasien mengatakan belum
mengalami menopause.

3.3 Status Generalis


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : E4V5M6
Berat badan : 38 kg
Tinggi badan : 146 cm
IMT : Kurus
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekuensi nadi : 80 x/menit
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
Mata : An -/-, Ikterus -/-

20
Jantung : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler +/+, rhonki (-), wheezing (-)
Ekstremitas : edema -/-, akral hangat +/+, refleks patella +/+

3.4 Status Gynecologi


Abdomen :
- Inspeksi : tampak perut kanan membesar, tidak ada tanda peradangan,
terdapat bekas operasi
- Palpasi : TFU setinggi prosesus xypoieus, teraba massa dengan
konsistensi padat pada perut kanan dengan ukuran 36 x 26 cm,
permukaan irregular, berbatas tegas, tidak dapat digerakkan dan
terdapat nyeri tekan (+).
Pemeriksaan Inspekulo :
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Dalam (VT) :
Dinding vagina normal, massa (-). Portio licin, (-), nyeri goyang (-).
Adneksa Parametrium kanan teraba massa, padat, tidak dapat digerakkan,
nyeri (-). Adneksa Parametrium kiri Cavum Douglas dbn. Corpus Uteri
antefleksi.

3.5 Diagnosus
Pre Operasi : Ca Ovarium sinistra
Post Operasi : Kistadeno-karsinoma serosum papilliferum ovarium sinisra.

3.6 Rencana Tindakan


Observasi keadaan umum, tanda vital dan perdarahan
Cek laboratorium : darah lengkap, gula darah, Ureum, kreatinin,
HbSAg, rapid test albumin, dan Ca 125.
Pemeriksaan radiologi : foto thoraks
Konsultasi ke bagian jantung

21
3.7 Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
Hb : 10,8 g/dL WBC : 14,7 x 103/ul
RBC : 4,48 x 106/ul PLT : 451 x 103 ul
HCT : 33,7 % HbSAg : (-)
GDS : 135 mg%
SGOT : 19 u/l SGPT : 12 u/l
BUN : 43,8 mg% Kreatinin: 1,11 mg%
Ultrasonografi (USG) Abdomen :
Kesan : kista ovarium dextra, ukuran : 6,34 cm
Susp Malignansi

3.8 Pemeriksaan Patologi Anatomi

- Cara Pengamblan : Operasi

- Lokasi Lesi : Ovarium

- Diagnosa Klinis : Suspek Ca Ovarium Dextra

- Deskripsi Makroskopis : jaringan bentuk tidak beraturan rapuh


ukuran 15 x 13 x 9 cm. pada pemotongan warna putih tengahnya coklat
sebagian berongga.

- Deskripsi Mikroskopis : sediaan dari operasi tampak berupa rongga kista


dengan bagian ekrosis luas. Pada beberapa bagian tampak lapisan sel-sel
epitel silindris selapis bertumpuk menyusun papiler. Ratio inti sitoplasma
bertambah, hiperkhromatis, polimorfi. Dinding kista jaringna ikat
fibrokolagen menunjukan nekrosis luas.

- Kesimpulan: histopatologis ssuai Cystadenoma musinosum et serosum


papiliferum multiloculer dengan bagian-bagian mennjukkan cystadeno-
karsinoma serosum papilliferum ovarium.

22
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 41
tahun yang kemudian didiagnosa dengan diagnosa post op kistaovarium tipe
cystadenokarsinoma, serosum papiliferum.
Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch) yang
tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan,
nanah atau bahan-bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi
cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium
Pasien ini didiagnosa dengan kistadenokarsinoma ovarium dekstra, hal ini
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan. Pada kasus ini gejala dan tanda yang dialami pasien adalah adanya
benjolan di daerah perut bagian kanan bawah yang semakin lama semakin
membesar. Pasien merasakan perut semakin berat dan keras karena semakin
membesarnya kista. Pasien juga mengeluh sesak terutama saat sedang duduk, hal
ini dapat terjadi pada kista yang berukuran besar yang menekan difragma
sehingga timbul kesulitan untuk bernapas. Pada kista yang berukuran besar sering
dikeluhkan penurunan nafsu makan dan hal ini juga dikeluhkan oleh pasien. Pada
pasien ini juga keluhan buang air kecil berwarna seperti the pekat dan belum
buang air besar selama 5 hari hal ini terjadi karena penekanan oleh kista pada
vesika urinaria dan rectum.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien untuk menentukan diagnosis
kista dalam hal ini adalah pemeriksaan abdomen dan vaginal toucher. Dari
pemeriksaan abdomen teraba massa dengan konsistensi padat pada perut kanan
dengan ukuran 36 x 26 cm, permukaan irregular, berbatas tegas, tidak dapat
digerakkan dan terdapat nyeri tekan (+). Dari pemeriksaan fisik ini kecurigaan

23
terhadap kista ovarium neoplastiksemakin besar. Kecurigaan kista nonneoplastik
dapat disingkirkan dari diagnosis karena tumor yang diderita pasien semakin lama
makin membesar dan tidak dapat menghilang sendiri. Tidak didapatkan tanda-
tanda peradangan pada pasien seperti suhu badan tinggi dan tumor yang lengket
dengan peritoneum.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat dibuat beberapa
diferensial diagnosis yaitu tumor tumor abdomen yang biasanya terletak di
bagian bawah rongga perut seperti mioma subserosum dan mioma intraligamenter,
serta tumor-tumor bukan dari ovarium yang tertelak di daerah pelvis antara lain
ginjal ektopik, limpa bertangkai dan tumor dari kolon sigmoideum. Namun
pemeriksaan ini belum dapat menegakkan diagnosis pasti tumor ovarium, karena
harus menyingirkan diferensial diagnosis dari kista ovarium sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam
kasus ini adalah pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang menunjukkan kesan kista
ovarium dengan susp. malignansi.
Pasa pasien ini telah dilakukan tindakan operasi laparotomy untuk
pengangkatan kista ovarium 2 bulan yang lalu di RS Anuntaloko. Sehingga
sampel jaringan diambil dan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk
memastikan diagnosis pada pasien ini. Pemeriksaan ini perlu dilakukan sebagai
penentuan definitif sifat kista abnormal, apakah jinak atau ganas, dengan
mengambil contoh jaringan secara langsung. Hal ini dilakukan setelah tindakan
operasi. Dari hasil pemeriksaan PA yang dilakukan tampak adanya keganasan
pada sediaan. Diagnosis akhir pasien adalah cystadeno-karsinoma serosum
papilliferum ovarium dextra.
Pada kasus ini setelah dilakukan laparatomi 2 bulan yang lalu, pasien
mengalami penurunan kondisi, sehingga tindakan selanjutnya yang dilakukan
adalah memperbaiki keadaan umum untuk persiapan berobat lanjut.

24
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan kasus ini terdiri dari:

1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan patologi anatomi yaitu
cystadeno-karsinoma serosum papilliferum ovarium.

2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat yaitu tindakan
bedah dengan melakukan pengangkatan ovarium yang disertai pengangkatan
tuba (salphyngo-ooforektomi).

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Marret H. 2001. Doppler ultrasonography in the diagnosis of ovarian cyst:


indication, pertinence and diagnosis criteria. Dalam: Journal of Obstetry
Gynaecology Biology Reproduction Paris. Hal 20-33.
2. Anurogo D. 2009. Kista ovarium. Available from
http://www.netsains.com. (accessed: August, 13 2011)
3. Laurvick CL, Semmens JB. 2002. Ovarian Cancer in Western Australia,
1982-1998: a Population-based Review of the Rends and Outcomes.
Proceedings
Simposium on Health Data Linkage. Available from
http://www.publichealth.gov.au. (accessed: August, 13 2011)
4. Howe HL. Epidemiology of Ovarian Cancer in Illinois 1988-1991.
Available at http://www.idph.state.il.us
5. Dorland N. Dalam: Hartanto H, Koesoemawati H, Salim IN, dkk (eds).
Kamus Kedokteran Dorland, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC
2002.
6. Hadibroto BR. 2005. Laparoskopi pada Kista Ovarium. Dalam: Majalah
Kedokteran Nusantara Vol 38 No3. Jakarta. Hal 260-263.
7. Winknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 2007. Tumor Jinak pada
Alat Genital. Dalam: Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal 346-361.
8. Hafid A, Syukur A, Achmad IA, Ridad AM, Ahmadsyah I, Airiza AS, et al.
Esofagus dan diafgagma. Dalam: Sjamsuhidajat R, de JonG W (ed). Buku
Ajar Ilmu Bedah Edisi Kedua. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2005.
9. Peatkin J, Peattie AB and Magowan BA. 2003. Obstetrics and
Gynecology: an Illustrated Colour Text. Philadelphia, USA: Churchull
Livingstone.

26
10. Anonim. (2004), Kista Ovarium yang Jarang Disadari.
(majalahfarmasia), Available from: http://www.majalahfarmasia.com.
(Accessed: 20011, August 2011)

27
CATATAN PERKEMBANGAN
Waktu Subjektif Objektif Assesment Rencana
10-10-2017 Pasien datang ke KU : Baik Karsinoma Ovarium KIE ibu dan
10.00 poliklinik RSUD- Kes/GCS : CM/E4V5M6 stadium 3 keluarga
Undata dengan keluhan Vital Sign Drips
terdapat benjolan di TD : 100/80 mmHg
perut kanan bawah ketorolac 1 amp/8 j
N : 80 x/menit
yang semakin lama Inj.
RR : 20 x/menit
semakin membesar Ranitidin 1 amp/ 12j
sejak 3 bulan yang To : 36,5oC
Antasida syr
lalu, perdarahan (-), Perdarahan aktif (-)
3x1 cth
nyeri perut (+), BAK Pemeriksaan abdomen :
- Inspeksi : tampak perut Dulcolax sup
seperti warna teh pekat
dan BAB belum sejak 5 kanan membesar, tanda 1 tab ekstra
hari lalu. peradangan (-), bekas op (+) Inj.
- Palpasi : TFU setinggi Ceftriaxone 1 gr/ 12
prosesus xypoideus teraba j
massa padat pada perut
kanan dengan ukuran 36 x
26 cm, permukaan irregular,
berbatas tegas, mobile (-),
nyeri tekan (+)
USG : kesan terdapat kista
ovarium dextra dengan ukuran
6,34 cm
11-10-2011 Benjolan di perut kanan KU : Baik Karsinoma Ovarium KIE ibu dan
bawah (+), sesak (-), Kes/GCS : CM/E4V5M6 stadium 3 keluarga
perdarahan (-), nyeri Vital Sign Drips ketorolac
perut (+), BAK (+), TD : 110/80 mmHg 1 amp/8 j

28
BAB (+) N : 88 x/menit Inj. Ranitidin 1
RR : 20 x/menit amp/ 12j
To : 36,5oC Antasida syr 3x1
Perdarahan aktif (-) cth
Pemeriksaan EKG dbn Inj. Ceftriaxone
Photo Thorax 1 gr/ 12 j
- Kesan bronchitis
- Batas cor normal
- Tulang costa intak
Pemeriksaan Lab :
WBC : 14,7 x 103 L
Hb : 10,8 g/dL
RBC : 4,48 x 106 L
PLT : 451 x 103 L
GDS : 135 mg%
SPOT : 19 U/dl
SGPT : 12 U/dl
HbSAg : (-)
Albumin : 3,1mg/dl
12-10-2011 Benjolan di perut kanan KU : Baik Karsinoma Ovarium Observasi KU
bawah (+), sesak (-), Kes/GCS : CM/E4V5M6 stadium 3 KIE ibu dan
perdarahan (-), nyeri Vital Sign keluarga
perut (+) mulai TD : 110/80 mmHg Drips ketorolac 1
berkurang, BAK (+), N : 88 x/menit amp/8 j
BAB (+)
RR : 20 x/menit Inj. Ranitidin 1 amp/
To : 36,5oC 12j
Perdarahan aktif (-) Antasida syr 3x1 cth
Pemeriksaan EKG dbn Inj. Ceftriaxone 1 gr/

29
Photo Thorax 12 j
- Kesan bronchitis KIE :
- Batas cor normal Menasehati ibu agar
- Tulang costa intak
makan dan minum
Pemeriksaan Lab :
yang bergizi
WBC : 14,7 x 103 L
Menganjurkan ibu
Hb : 10,8 g/dL
istirahat cukup
RBC : 4,48 x 106 L
PLT : 451 x 103 L
GDS : 135 mg%
SPOT : 19 U/dl
SGPT : 12 U/dl
HbSAg : (-)
Albumin : 3,1mg/dl
13-10-2017 Benjolan di perut kanan KU : Baik Karsinoma Ovarium Rencana berobat
bawah (+), sesak (-), Kes/GCS : CM/E4V5M6 stadium 3 lanjut
perdarahan (-), nyeri Vital Sign
perut (+) mulai TD : 100/70 mmHg
berkurang, BAK (+), N : 80 x/menit
BAB (+)
RR : 20 x/menit
To : 36,3oC
Perdarahan aktif (-)

30
31

Anda mungkin juga menyukai