DEPRESI BERAT
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto
Disusun Oleh:
Antonio Marsendo
4112021108
Pembimbing:
Kombes Pol dr. Karjana, Sp.KJ
dr. Henny Riana, Sp.KJ (K)
dr. Witri Narhadiningsih, Sp.KJ
dr. Esther Margaretha Livida Sinsuw, Sp.KJ
dr. Hening Madonna, Sp.KJ
LAPORAN KASUS
DEPRESI BERAT
Disusun Oleh:
Antonio Marsendo
4112021108
Pembimbing:
Kombes Pol dr. Karjana, Sp.KJ
dr. Henny Riana, Sp.KJ (K)
dr. Witri Narhadiningsih, Sp.KJ
dr. Esther Margaretha Livida Sinsuw, Sp.KJ
dr. Hening Madonna, Sp.KJ
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga
penulisan laporan kasus mengenai gangguan kejiwaan yang berjudul “Gangguan Cemas”
dapat selesai dengan lancar dan baik. Penulisan dilakukan dalam rangka memenuhi syarat
presentasi kasus dalam rangkaian Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah
Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto periode 5 Juni - 7 Juli 2023.
Penulisan laporan kasus ini tidak dapat selesai tanpa bantuan banyak pihak. Maka dari
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kombes Pol dr. Karjana, Sp.KJ, dr. Henny Riana, Sp.KJ (K), dr. Witri Narhadiningsih,
Sp.KJ, dr. Esther Margaretha Livida Sinsuw, Sp.KJ, dan dr. Hening Madonna, Sp.KJ
yang telah senantiasa menyediakan waktu dan tenaga untuk memberikan ilmu, arahan,
kritik, dan saran mengenai topik yang penulis bahas serta motivasi pembelajaran yang
berharga bagi penulis;
2. Teman-teman sejawat Kepaniteraan Klinik Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Kesehatan
Jiwa Rumah Sakit Bhayangkari Tingkat I Raden Said Sukanto periode 5 Juni - 7 Juli
2023 yang telah berjuang bersama untuk menghabiskan tenaga, waktu, dan pikiran
sehingga penulisan laporan kasus ini dapat berjalan dengan lancar
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih belum sempurna karena
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu, penulis menerima segala
saran dan kritik yang membangun agar penulisan laporan kasus menjadi lebih baik. Semoga
laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Antonio marsendo
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I 1
I.1 1
I.2 1
I.2.1 1
I.2.2 1
I.2.3 1
I.2.4 2
I.2.5 5
I.3 7
I.3.1 7
I.3.2 8
I.3.3 8
I.3.4 8
I.3.5 9
I.3.6 9
I.3.7 9
I.3.8 10
I.3.9 10
I.4 10
I.4.1 10
I.4.2 10
I.5 10
I.6 11
I.7 11
I.8 12
I.9 12
I.10 12
I.11 12
BAB II 17
3
II.1 13
II.2 13
II.3 14
II.4 15
II.5 17
II.6 Error! Bookmark not defined.
BAB III 22
III.1 19
DAFTAR PUSTAKA 23
4
BAB I
STATUS PASIEN
5
I.2.3 Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke poli karena merasa ingin bunuh diri yang dirasakan
sejak 1 minggu SMRS. Keluhan yang dirasakan ini muncul tiba-tiba dengan
pencetusnya overthinking berlebihan dan tidak nyaman di tempat bekerja.
Terdapat keluhan mual jika melihat seragam brimob dan sulit tertidur
dimalam hari karena merasa tertekan di keluarga dan tempat kerja. Keluhan
yang dirasakan muncul karena merasa tertekan di keluarga dan tempat kerja.
Pasien mengatakan bahwa sering merasa tertekan saata di rumah dan tempat
kerja, terutama saat di tempat kerja dengan atau tanpa pemicu. Aktivitas
sehari-hari pasien dalam 1 minggu terakhir antara lain tidur, makan, kumpul
dengan teman-teman asrama dan bekerja di kantor brimob Cipanas. Pada saat
pasien sedang di asrama sendirian, pasien sering merasa sedih dengan apa
yang dialaminya sekarang karena permasalahan di keluarga dan tempat pasien
bekerja. Pasien merasa hidupnya tertekan karena banyak tekanan di tempat
kerja dan merasa tidak nyaman dirumah akibat perceraian ayah dan ibunya
serta tertekan oleh istrinya yang sering mengancam cerai dengan pasien.
Selain itu, pasien juga merasa mual jika melihat seragam brimob. Pasien juga
mengeluh adanya sulit tidur karena memikirkan pengalaman sebelumnya. 2
bulan sebelum datang ke poli, pasien sempat di rawat di bangsal jiwa Rumah
Sakit Bhayangkara Tk.I Pusdokkes Polri dengan diagnosis gangguan depresi.
Ibu pasien mengatakan pasien sering melamun, mual muntah saat melihat
brimob/polisi, dan pasien tidak pernah bercerita jika ada masalah dikeluarga
dan tempat kerjanya. Pasien mengatakan sebelum timbul keinginan untuk
bunuh diri, pasien mendapatkan tekanan yang besar di keluarga dan tempat
bekerjanya.
6
percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh pasien pertama kali. Pasien
mengatakan pasien menyakiti diri sendiri akibat sudah tidak kuat karena
banyak tekanan yang terjadi kepada pasien dari keluarga dan tempat kerja
pasien.
2.5
1.5
0.5
Keterangan:
0 : Baseline, tidak ada gejala pada pasien.
1 : Terdapat gejala minimal.
2 : Muncul gejala sedang yang cukup mengganggu kehidupan pasien.
3 : Muncul gejala berat yang mengganggu kehidupan pasien
4 : Gejala sangat berat yang menimbulkan hendaya signifikan
Intepretasi :
1. Pada mulai dari pasien lahir di tahun 1993 sampai lulus SMA pasien tidak
memiliki gejala apapun terutama gejala yang sama dengan yang
dikeluhkan oleh pasien saat ini.
2. Saat tahun 2012 pasien masuk bangku Sekolah Dasar. Pasien mengatakan
sejak pasien di kelas 4 pada tahun 2017, teman pasien mem-bully pasien
karena pasien terpilih untuk mengikuti lomba tari. teman pasien
mengatakan kata-kata negatif secara verbal kepada pasien saat di sekolah.
Selain itu, guru olahraga pasien juga mem-bully pasien dengan
mengatakan hal negatif mengenai penampilan pasien yang kurang
menarik. Kejadian ini berlangsung selama 2 tahun yaitu dari tahun 2017-
2019, pasien mengatakan selama perlakuan ini, pasien merasa murung,
tidak percaya diri, dan tidak semangat dalam melakukan kegiatan
sekolah.
7
3. Pada tahun 2019, pasien memasuki bangku SMP. Sejak tahun awal,
pasien mengatakan teman-teman pasien menuduhnya mencuri barang-
barang temannya. Saat pasien kelas 2 SMP, ayah pasien meninggal dunia.
Keluhan murung, tidak percaya diri dan tidak semangat yang sebelumnya
dialami oleh pasien saat ia di bangku SD muncul kembali disertai dengan
adanya keluhan sering menangis, sulit tidur dan penurunan nafsu makan.
4. Pada tahun 2021 saat pasien di bangku SMA, pasien mengalami kejadian
berulang yaitu teman pasien mem-bully pasien akibat masalah percintaan.
teman-temannya membully dengan verbal dan lewat media sosial. Pasien
mengatakan selama sekolah, keluhan yang sebelumnya ada pada saat
pasien di bangku sekolah SD dan SMP muncul kembali disertai dengan
rasa ingin melukai diri. Pada tahun yang sama, pasien meminta ibunya
untuk membawa pasien ke psikolog karena keluhannya yang makin
mengganggu pasien.
5. Pada tahun 2022, ibu pasien memergoki pasien sedang berusaha melukai
diri sendiri dengan cara memukul-mukulkan kepala pasien, membanting-
bantingkan barang dan berusaha bunuh diri dengan menyayat tangan kiri
pasien dengan pisau yang didapatkan di dapur rumahnya. Pasien
mengatakan pemicu utama perlakuan ini akibat pasien melihat postingan
teman pasien yang sedang bersama teman-teman lainnya. Pasien merasa
makin dijauhi oleh temannya dan merasa kesal karena tidak diajak oleh
teman pasien. Karena itu, ibu pasien mendatangi psikolog untuk meminta
surat rujukan untuk membawa anaknya ke psikiater.
6. Pada akhir tahun 2022, pasien sempat merasa jenuh karena harus terus
menerus mengkonsumsi obat yang diberikan oleh psikiater. pasien
merasa obat yang diberikan tidak memberi efek signifikan pada keluhan
yang dirasakan oleh pasien. Karena itu pasien memutuskan berhenti
mengonsumsi obat yang diberikan, namun keluhan yang dirasakan makin
memburuk.
7. Selama awal tahun hingga maret 2023, pasien sudah rutin mengonsumsi
obat yang diberikan oleh dokter dan merasa keluhan yang dirasakan
sudah mulai membaik dan berkurang. Namun, keluhan sulit tidur masih
ada. Pasien mengatakan tidak bisa tidur akibat pasien cemas takut
bertemu dengan teman-teman pasien.
8. Pada bulan april tahun 2023, pasien sempat melakukan percobaan bunuh
diri yang kedua kali nya dengan menyayat lengan pasien akibat melihat
media sosial teman pasien yang sebelumnya mem-bully pasien saat
pasien di SMA. Awalnya pasien merasa kesal, lalu pasien sedih karena
mengingat bahwa ia sudah dijauhi oleh temannya. Ibu pasien lalu
membawa pasien ke RS Polri, lalu pasien dirawat dengan gangguan
depresi. pasien dirawat selama kurang lebih 3 minggu.
9. Sekitar 2 minggu sebelum pasien datang ke poli jiwa untuk kontrol post
rawat, pasien merasa cemas karena pasien takut di-bully kembali sesaat
pasien masuk kuliah nanti. pasien cemas tidak akan punya teman di
8
kampus dan dijauhi lagi oleh teman-temannya nanti. keluhan sulit tidur
dan mudah menangis muncul kembali.
9
C. Riwayat Pendidikan
● SD : SD di Jakarta
D. Riwayat Pekerjaan
Saat ini pasien belum bekerja.
E. Kehidupan Beragama
Sejak lahir pasien sudah beragama islam dan menjalani ibadah
sesuai ketentuan agama islam.
F. Riwayat Pernikahan
Saat ini pasien sudah menikah.
H. Riwayat Sosial
Pasien sulit bergaul dengan teman-teman kerja dan lebih senang
berada diasrama dibanding bergaul dalam lingkungan sosial ataupun
masyarakat. Hubungan pasien dengan tema-teman pasien masih baik.
10
I. Riwayat Keluarga
11
Pasien dalam keadaan compos mentis dengan nilai glasgow coma
scale 15 (E4M6V5).
12
2. Kontinuitas : Koheren
3. Hendaya berbahasa : Tidak ada
B. Isi Pikir
1. Preokupasi : Tidak ada
2. Miskin isi pikir : Ide-ide cukup
3. Waham : Tidak ada
4. Obsesi dan kompulsi : Tidak ada
5. Fobia : Tidak ada
I.3.8 Tilikan
Pasien memiliki tilikan derajat 6, yaitu pasien menyadari sepenuhnya
tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.
15
Pada pasien tidak terdapat gangguan kepribadian dan retardasi mental serta
tidak terdapat bukti gangguan tumbuh kembang dan intelektual pada pasien.
C. Aksis III
Pasien tidak memiliki kondisi medik umum yang dapat mempengaruhi
kesehatan mental pasien.
D. Aksis IV
Merasa cemas dan sedih karena tekanan dari keluarga dan lingkungan
perkerjaan pasien.
E. Aksis V
Global Assessment of Function (GAF) Scale pada pasien ini adalah 61-70
yaitu beberapa gejala dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, dan
lainnya.
B. Psikoterapi
Intervensi psikoterapi pada gangguan kecemasan
I.11 Prognosis
A. Ad Vitam : Bonam
B. Ad Functionam : Bonam
C. Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi ini kemudian dapat menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik.
Efek depresi dapat berlangsung lama atau bahkan berulang dan mampu memengaruhi
kemampuan seseorang menjalani aktivitas sehari-hari. Tidak hanya itu, gangguan
kesehatan ini juga dapat memburuk dan bertahan lebih lama bila tak mendapatkan
penanganan.
Global
Depresi dilaporkan mempengaruhi lebih dari 300 juta orang di dunia dan
bertanggung jawab untuk mayoritas kasus bunuh diri setiap tahunnya. Secara global,
prevalensi depresi adalah 3,8%. Prevalensi dilaporkan sebesar 5% pada kelompok usia
dewasa dan meningkat menjadi 5,7% pada lansia. Prevalensi depresi dilaporkan
meningkat selama pandemi COVID-19.
Depresi lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Depresi jug lebih sering ditemukan pada pasien dengan penyakit fisik berat dan penyakit
kronis, misalnya diabetes mellitus, stroke, dan kanker. Prevalensi depresi pada pasien
dengan kanker dilaporkan 3-4 kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum.
Di Amerika Serikat, prevalensi depresi diperkirakan sebesar 8% pada
kelompok usia 12 tahun ke atas. Depresi dilaporkan menyumbang 3,7% dari semua
kecacatan di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Indonesia
Pada tahun 2019, dilaporkan bahwa prevalensi depresi di Indonesia adalah
3,7% berdasarkan data Indonesia Family Life Survey (IFLS). Meski begitu, responden
yang melaporkan gejala depresi mencapai 23,47%.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 melaporkan prevalensi depresi di
Indonesia sebesar 6,2%. Prevalensi depresi ditemukan semakin meningkat seiring usia.
Prevalensi tertinggi dilaporkan pada kelompok usia 75 tahun ke atas, yaitu sebesar
8,9%. Pada kelompok usia 65-74 tahun, prevalensi dilaporkan sebesar 8,0%. Pada
kelompok usia 55-64 tahun, prevalensi dilaporkan sebesar 6,5%.
17
Mortalitas
Pasien depresi mengalami peningkatan risiko bunuh diri. Peningkatan risiko
bunuh diri pada pasien dengan gangguan afektif, termasuk depresi, adalah sebesar 0,5%
hingga 4% seumur hidup dibandingkan dengan populasi umum.
Depresi adalah faktor risiko utama bunuh diri pada pria berusia lebih tua.
Tingkat bunuh diri pada populasi ini juga dilaporkan meningkat seiring usia. Lansia pria
yang berusia 75 tahun ke atas memiliki insidensi bunuh diri tahunan tertinggi
dibandingkan kelompok usia lainnya, yaitu 39 kematian per 100.000 pria. Angka ini
jauh di atas jenis kelamin wanita dalam kelompok usia yang sama, yaitu 4 kematian per
100.000 wanita 75 tahun ke atas.
a) Faktor Biologi.
18
b) Faktor genetik.
c) Faktor Psikososial.
19
gangguan bipolar I. Peristiwa stres baru-baru ini adalah prediktor paling kuat
dari timbulnya episode depresi. Penelitian telah menunjukkan bahwa stres
yang dialami pasien sebagai refleksi negatif pada harga dirinya lebih
cenderung menghasilkan depresi.
20
- Faktor Psikodinamik dalam Depresi. Pemahaman psikodinamik depresi
yang didefinisikan oleh Sigmund Freud dan diperluas oleh Karl Abraham
dikenal sebagai pandangan klasik depresi. Teori itu melibatkan empat poin
utama: (1) gangguan dalam hubungan bayi-ibu selama fase oral (10 hingga 18
bulan pertama kehidupan) merupakan predisposisi kerentanan berikutnya
terhadap depresi; (2) depresi dapat dikaitkan dengan kehilangan objek nyata
atau imajiner; (3) introjeksi benda-benda yang telah pergi adalah mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk menangani tekanan yang terkait dengan
kehilangan objek; dan
(4) karena objek yang hilang dianggap dengan campuran cinta dan benci,
perasaan marah diarahkan ke dalam diri.
Menurut PPDGJ-III, kriteria diagnosis episode depresif (F32) adalah sebagai berikut:
- Afek depresif
b) Gejala lainnya :
21
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
- Tidur terganggu
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
● Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas,
● Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.
● Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode
depresi ringan
22
● Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan
● Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan
banyak gejalanya secara rinci
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan
untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu
● Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
● Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggungjawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa
suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
F32.8 Episode Depresif
lainnya
23
YTT
24
● Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari : episode depresi ringan
(F32.0), episode depresi sedang (F32.1), dan episode depresi berat (F32.2 dan
F32.3). Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi
frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.
oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres atau trauma mental lain.
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan.
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna.
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif sedang.
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna.
F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat tanpa Gejala Psikotik
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala
psikotik.
25
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan
afektif yang bermakna.
F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala Psikotik
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan
gejala psikotik.
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus pernah dipenuhi di masa
lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk
episode depresif dengan derajat keparahan apapun atau gangguan lain
apapun.
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan
afektif yang bermakna.
F33. 8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya
F33.9 Gangguan Depresif Berulang YTT
1
1. Mood depresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang
ditunjukkan oleh salah satu laporan subjektif
2. Berkurangnya minat atau kesenangan pada semua hal, atau hampir semua,
kegiatan hampir sepanjang hari, hampir setiap hari.
3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet atau penurunan berat
badan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari.
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
5. Psikomotor agitasi atau retardasi hampir setiap hari
6. Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
7. Perasaan tidak berharga atau berlebihan atau merasa bersalah hampir setiap hari
(bukan hanya menyalahkan diri sendiri atau rasa bersalah karena menjadi
sakit).
8. Berkurangnya kemampuan berpikir atau berkonsentrasi, atau keraguan, hampir
setiap hari (baik secara subjektif atau seperti yang diamati oleh orang lain).
9. Pikiran berulang tentang kematian (bukan hanya takut mati), keinginan bunuh
diri berulang dengan sebuah rencana yang spesifik, atau usaha bunuh diri atau
rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.
2.5 TERAPI
Sebagian besar studi menunjukkan dan sebagian besar dokter dan peneliti percaya bahwa
kombinasi psikoterapi dan farmakoterapi adalah pengobatan yang paling efektif untuk
gangguan depresi, beberapa data menyarankan pandangan lain: Baik farmakoterapi atau
psikoterapi saja efektif, setidaknya pada pasien dengan episode depresi ringan dan
penggunaan terapi kombinasi secara teratur menambah biaya pengobatan dan menghadapkan
pasien pada efek samping yang tidak perlu.
a) Farmakoterapi
Antidepresan yang tersedia sekarang cukup bervariasi di dalam efek
farmakologisnya. Variasi tersebut merupakan dasar untuk pengamatan bahwa
pasien individual mungkin berespons terhadap antidepresan lainnya. Variasi
tersebut juga merupakan dasar untuk membedakan efek samping yang terlihat
pada antidepresan.
2
farmakologis yang terjadi, dimana ada antidepresan yang memiliki efek
farmakodinamika jangka pendek utamanya pada tempat ambilan kembali
(reuptake sites) atau pada tingkat inhibisi enzim monoamine oksidasi. bekerja
untuk menormalkan neurotransmitter yang abnormal di otak khususnya
epinefrin dan norepinefrin. Antidepresan lain bekerja pada dopamin. Hal ini
sesuai dengan etiologi dari depresi yang kemungkinan diakibatkan dari
abnormalitas dari sistem neurotransmitter di otak (NIMH, 2002).
3
dalam proses penghambatan deaminasi oksidatif katekolamin di
mitokondria, akibatnya kadar epinefrin, noreprinefrin dan 5-HT dalam
otak naik. Obat ini sekarang jarang digunakan sebagai lini pertama
dalam pengobatan depresi karena bersifat sangat toksik bagi tubuh.
Selain karena dapat menyebabkan krisis hipertensif akibat interaksi
dengan tiramin yang berasal dari makanan-makanan tertentu seperti
keju, anggur dan acar, MAOIs juga dapat menghambat enzim-enzim di
hati terutama sitokrom P450 yang akhirnya akan mengganggu
metabolisme obat di hati.
Efek samping :
4
Derivat Zat Aktif Nama Dagang
Trisiklik Imipramin Tofranil
Amitriptilin Laroxyl
Tetrasiklik Maproptilin Ludiomil
Mianserin Tolvon
Escitalopram Cipralex
5
Cara Kerja
6
Algoritma Tatalaksana Depresi
7
bisa digunakan pada berbagai kondisi medik), spektrum efek anti-
depresi luas, dan gejala putus obat sangat minimal.
Bila telah diberikan dengan dosis yang adekuat dalam jangka waktu
yang cukup (sekitar 3 bulan) tidak efektif, dapat beralih ke pilihan
kedua, golongan Trisiklik, yang spektrum anti-depresinya juga luas
tetapi efek sampingnya relatif lebih berat.
b) Non-Farmakologi
Jenis psikoterapi yang diberikan, tergantung pada kondisi pasien. Dapat
diberikan psikoterapi suportif, atau reeduktif (seperti psikoterapi kognitif,terapi
perilaku atau terapi kognitif perilaku). Pada pemilihan jenis psikoterapi
perhatikan kondisi pasien: bila pasien dalam kondisi depresi berat, terlebih
dengan ciri psikotik yang dapat dilakukan hanya psikoterapi suportif, itu pun
jangan dihibur atau diberi nasihat karena dapat bertambah sedih apabila tidak
mampu melakukan nasihat tersebut. Apabila pasien sudah tenang tidak
dipengaruhi gejala psikotiknya, dapat dipertimbangkan pemberian psikoterapi
kognitif, atau kognitif-perilaku. Psikoterapi adalah pilihan utama penderita
depresi ringan atau sedang.
8
2.8 PROGNOSIS
Gangguan depresi bukan gangguan akut tetapi cenderung kronis, dan
pasien cenderung kambuh. Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama
dari gangguan depresi memiliki sekitar 50 persen peluang untuk pulih pada tahun
pertama. Persentase pasien yang pulih setelah rawat inap berulang menurun dengan
berlalunya waktu. Banyak pasien yang belum pulih tetap terpengaruh dengan
gangguan dysthymic. Sekitar 25 persen pasien mengalami kekambuhan gangguan
depresi dalam 6 bulan pertama setelah keluar dari rumah sakit, sekitar 30 hingga 50
persen dalam 2 tahun berikutnya, dan sekitar 50 hingga 75 persen dalam 5 tahun.
Insiden kambuh lebih rendah daripada angka-angka ini pada pasien yang melanjutkan
pengobatan psikofarmakologis profilaksis dan pada pasien yang hanya memiliki satu
atau dua episode depresi. Secara umum, ketika seorang pasien mengalami lebih
banyak dan lebih banyak episode depresi, waktu antara episode berkurang, dan
keparahan setiap episode meningkat.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
9
rasa lelah, anhedonia, rasa tak berdaya, putus asa, dan bunuh diri. Gangguan
depresi terjadi tanpa riwayat episode manik, campuran, atau hipomanik.
Depresi diakibatkan oleh beberapa penyebab diantaranya biologik,
genetik, faktor kepribadian, faktor psikodinamik pada depresi.Apabila tidak
di rawat maka akan menimbulkan kejadian bunuh diri yang dapat
membahayakan jiwa, selain itu apabila tidak segera diobati maka akan lebih
sulit untuk diperbaiki.
Pada pasien ini terapi yang diberikan Lamictal 1 x 50 mg tablet untuk
keluhan , Olanzapin 1 x 2,5 mg tablet dan Alprazolam 1 x 0,25 mg prognosis
pada pasien ini cenderung dubia ad bonam, dimana dapat menunjukan hasil
yang baik apabila pengobatan pada pasien diikuti dan dipatuhi sesuai saran
dokter. Selain itu, pasien juga diberi motivasi dan penjelasan mengenai
pemahaman cemas yang dirasakan oleh pasien.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Dr.Rusdi. 2019. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta : FK-Unika Atma Jaya.
2. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott; Ruiz, Pedro. 2015. Kaplan and
Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 11 th Edition.
New York : Wolters Kluwer.
3. Ismail, Irawan, dkk. 2015. Gangguan Depresi dalam Buku Ajar Psikiatri Edisi 2.
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia.
4. Saddock, K. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis. NASPA Journal, 42(4), 1.
5. Bauke T. Stegenga. 2012. Differential Impact of Risk Factors for Women and Men on
the Risk of Major Depressive Disorder. USA: ELSEVIER
11