Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
Disusun Oleh:
Pembimbing
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Disusun Oleh:
2110221044
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Gangguan Depresi Berulang, Episode Kini Berat tanpa Gejala Psikotik”. Laporan
kasus ini adalah salah satu syarat dalam tugas Kepaniteraan Klinik di Departemen
Ilmu Kesehatan Jiwa.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga laporan kasus ini dapat
memenuhi tujuan penulisan dan bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. C
Umur : 22 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Suku : Minang
Tanggal Masuk IGD : 1 Juni 2022 (IGD); 2 Juni 2022 (Pav. Amino)
- Rabu, 8 Juni 2022 pukul 10.00 WIB di Ruang Bangsal Paviliun Amino
RSPAD Gatot Soebroto.
- Kamis, 9 Juni 2022 pukul 12.30 WIB di Ruang Bangsal Paviliun Amino
RSPAD Gatot Soebroto.
Alloanamnesa :
‑ Kamis, 9 Juni 2022 pukul 09.45 WIB di Ruang Tunggu Paviliun Amino
RSPAD Gatot Soebroto dengan ayah kandung pasien.
A. Keluhan Utama
Pasien melarikan diri dari rumah 1 hari SMRS dan gaduh gelisah
saat dibawa ke IGD RSPAD.
1
tanggal 2 Juni 2022. Pasien mengatakan bahwa alasan ia melarikan diri
karena ia merasa tidak nyaman dengan suasana di rumah. Hal ini bermula
ketika pasien pulang dari Padang tanggal 31 Mei 2022. Pasien selama satu
bulan menghabiskan waktunya di Padang berkumpul bersama keluarga
dan sanak saudaranya. Disana pasien sering bermain dan beraktivitas di
luar ruangan seperti mengunjungi tempat wisata setempat. Hal hal tersebut
membuat pasien merasa lebih tenang dan bahagia, dikarenakan
sebelumnya pasien merasa hampa, sedih dan kosong saat berada di
Jakarta. Perasaan hampa, sedih dan kosong ini sudah pasien rasakan
semenjak Januari 2022.
2
perawat. Sehingga pasien diberikan obat suntik yaitu olanzapine. Setelah
disuntik pasien tidur kembali dan masih tidak mau makan.
Pasien mulai sering merasa sedih dan hampa bermula dari Februari
2018. Saat itu pasien putus dengan pacarnya yang sudah menjalani
hubungan selama 1 tahun. Pasien mulai merasa sedih yang berlarut dan
kecewa terhadap dirinya sendiri. Pasien juga merasa tidak ada minat untuk
melakukan hobinya yang rutin yaitu bersepeda dan membaca buku. Pasien
juga mengatakan bahwa ia merasa kurang bertenaga dan hilang minat
untuk beraktivitas dan cenderung ingin diam di kamar. Namun, pasien
tetap menjalankan aktivitas perkuliahannya. Pasien mulai menarik diri dan
menjauhi teman teman dan keluarga di sekitarnya. Pasien juga
menonaktifkan semua akun sosial medianya dan hanya membuka
Whatsapp dan Line saja untuk kepentingan informasi kuliah. Hal ini
dikarenakan pasien merasa kurang percaya diri dan menganggap dirinya
3
rendah. Pasien sering menyalahkan dirinya sendiri dan pernah melukai
dirinya sendiri dengan menyayat tangannya dengan silet. Setelah pulang
kuliah, pasien biasanya langsung pulang ke rumah dan berdiam diri di
kamar dan merasakan sedih terus menerus sehingga pasien sering
menangis.
4
sedih yang ia rasakan perlahan menghilang. Pasien menghabiskan waktu
di Padang selama 3 bulan.
5
hubungannya dengan laki laki tersebut sehingga pasien putus. Setelah
putus, pasien mulai merasakan keluhan keluhan yang ia dulu pernah
rasakan di tahun 2018. Pasien merasa sedih yang terus menerus. Pasien
juga merasa hampa dan kosong. Pasien sering menyalahkan dirinya dan
kecewa terhadap dirinya karena merasa bahwa hubungannya hancur
disebabkan oleh pasien. Pasien mulai menarik diri dari teman teman
maupun keluarganya. Pasien sering menyendiri di kamar, duduk di sudut
ruangan sambil menangis setiap harinya. Pasien juga mulai tidak nafsu
makan dan sering tidak makan selama berhari hari. Pasien terkadang sulit
untuk tertidur karena selalu memikirkan hubungannya yang kandas.
Karena pasien merasa tidak nyaman di rumah, pasien berencana melarikan
diri. Pasien berangkat dari rumah pukul 04.00 agar tidak diketahui oleh
orang orang rumah. Pasien pergi ke terminal Lebak Bulus dan bingung
untuk pergi kemana. Sampai ketika pasien melihat bus jurusan
Yogyakarta, akhirnya pasien naik dan berencana untuk pergi ke
Yogyakarta. Pasien hanya menceritakan rencanya ke mantan pacarnya.
Keluarga pasien menyadari bahwa pasien tidak ada di rumah dan belum
kembali sampai malam hari. Sampai akhirnya mantan pacar pasien
menghubungi kakak pasien dan memberi tahu bahwa pasien melarikan diri
dan sedang dalam perjalanan ke Yogyakarta. Saat itu, ayah pasien dan
kakak pasien langsung menelfon pasien dan menyuruhnya untuk pulang.
Dengan dibantu oleh mantan pacarnya, akhirnya pasien mau pulang pada
keesokan harinya.
6
untuk 10 hari dan pasien disuruh kontrol jika obat telah habis. Dalam tiga
hari pertama pasien minum obat secara rutin, namun saat hari keempat
pasien berhenti minum obat dikarenakan pasien meraskaan efek samping
seperti mual, keleyengan dan rasa ingin selalu tidur yang menganggu
aktifitas sehari harinya.
7
RSPAD Gatot Soebroto. Pasien dirawat ke di Paviliun Amino pada awal
bulan Maret 2022. Saat itu pasien tidak mau diajak berbicara, murung,
merasa sedih, tidak mau makan, cenderung tidur dan menyendiri. Obat
minum yang telah dia dapat dulu dilanjutkan kembali saat dirawat di
Paviliun Amino. Pasien kembali tremor sehingga obatnya diganti dan
pasien merasa jauh lebih baik namun masih merasa sedih. Pasien dirawat
selama 5 hari dan setelah pulang pasien diberi obat rutin dan harus kontrol
rutin setiap bulannya. Pasien mulai rutin minum obat dan keluhannya
mulai membaik. Obat yang dikonsumsi adalah racikan Zipren 1x5 mg dan
Depram 2x10 mg.
Pada bulan April 2022 pasien dibawa orang tuanya berlibur ke kota
Padang tempat keluarga dan sanak saudara pasien berada. Disana keluhan
pasien mulai jauh membaik dikarenakan suasana disana lebih ramai dan
membuat pasien senang. Pasien juga sering berjalan jalan ke tempat wisata
bersama saudaranya sehingga rasa sedihnya mulai teralihkan. Sampai
bulan Mei 2022 pasien disuruh pulang oleh ayahnya karena pasien perlu
kontrol. Namun pasien menolak, sehingga ayah pasien mencoba untuk
mengundur jadwal kontrolnya. Karena ayah pasien khawati kondisi pasien
akan memburuk jika tidak kontrol dan meminum obat, akhirnya ayah
pasien membawanya pulang dari Padang pada akhir bulai Mei 2022. Saat
pulang ke Jakarta pasien mulai merasa sedih kembali yang diperberat oleh
suasana rumah di Jakarta yang tidak seramai di Padang. Hal ini yang
mencetuskan pasien untuk melarikan diri pada saat sebelum dirawat.
8
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Pasien tidak pernah menggunakan obat maupun zat psikoaktif dan
tidak mengkonsumsi alkohol.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Selama kehamilan, ibu pasien tidak memiliki penyakit atau
keluhan. Ibu pasien kontrol rutin ke bidan setiap bulannya. Pasien lahir
secara normal dengan usia kandungan cukup bulan dan dibantu oleh bidan.
Berat badan saat lahir yaitu sekitar 3500 gram namun panjang badan lupa.
Pasien langsung menangis, tidak ada kebiruan, kejang maupun kuning.
Riwayat trauma jalan lahir disangkal. Pasien merupakan anak yang
diharapkan. Pasien merupakan anak ketiga.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara. Kakak
pertamanya berjenis kelamin perempuan, kakak kedua berjenis kelamin
laki-laki, adik pertama berjenis kelamin perempuan, adik kedua berjenis
kelamin laki-laki. Selama masa kanak awal, petumbuhan dan
perkembangan pasien sesuai dengan usia tanpa ada keterlambatan. Pasien
mendapatkan ASI, namun pasien dan ayah pasien lupa berapa lama pasien
mendapat ASI. Ayah pasien juga lupa usia saat pasien mulai memakan
makanan padat dan makanan dewasa. Pasien dan ayah pasien lupa akan
riwayat imunisasi yang pernah pasien terima. Selama 2 tahun pasien
diasuh oleh kedua orang tuanya. Ibu kandung pasien meninggal saat pasien
berusia 2 tahun. Pada saat usia 3 tahun pasien diasuh hanya oleh ayahnya
saja.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien pada masa kanak
pertengahan sesuai dengan usianya tanpa ada masalah. Pasien bersekolah
di SD 49 Mandan Duri di Pekanbaru, setelah itu pindah ke SD 160 Jambi
dan tinggal bersama neneknya selama 1 tahun, lalu pindah ke SD 03
Cipedak di Jakarta bersama ayah dan kedua kakaknya. Setelah ibunya
meninggal, ayahnya menikah lagi. Selama bersekolah pasien mampu cepat
9
beradaptasi dengan lingkungan barunya meskipun pasien berpindah pindah
sekolah. Pasien tidak mengalami kesulitan berbaur dengan teman
temannya dan tidak ada kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Menurut
ayah pasien, pasien tumbuh menjadi anak yang pendiam namun masih
dapat berbaur bersama teman teman sebayanya. Selama pasien bersekolah
pasien selalu mendapatkan peringkat 5 besar. Selama masa ini pasien tidak
pernah ada riwayat perundungan ataupun pelecehan seksual.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien menjalani masa remaja tanpa masalah berarti. Meskipun
pasien pendiam, pasien memiliki cukup banyak teman dan mudah
bergaul. Pasien meneruskan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) 131 Jakarta. Setelah itu pasien bersekolah di Sekolah Menengah
Atas (SMA) 49 Jakarta. Pada masa SMP dan SMA, pasien tidak pernah
mengalami kesulitan dalam belajar maupun berteman. Ayah pasien
mengaku tidak pernah ada keluhan dari pihak sekolah selama SMP
maupun SMA. Saat SMA pasien menempuh jurusan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA). Selama bersekolah pasien tidak pernah mengalami kesulitan
dalam belajar. Pasien selalu mendapatkan peringkat 5 besar dan selalu naik
kelas. Selama masa ini pasien tidak pernah ada riwayat perundungan
ataupun pelecehan seksual.
5. Masa Dewasa
i. Riwayat Pendidikan
10
ii. Riwayat Pekerjaan
Saat pasien kuliah di tahun 2019, pasien bekerja part time sebagai
guru les privat di suatu institusi. Pasien mengajar mata pelajaran
matematika jenjang SMA. Pasien masih bekerja sebagai guru les privat
sampai saat ini. Setelah lulus kuliah, pasien melamar pekerjaan di suatu
perusahaan dan diterima sebagai pegawai. Namun dikarenakan pasien
merasa kondisinya saat itu sedang tidak baik secara psikis, pasien
mengundurkan diri. Hal ini juga didorong oleh ayah pasien mengingat jam
kerja yang begitu padat, sehingga hal ini membuat ayah pasien khawatir
akan kondisi pasien yang ditakutkan akan memburuk.
E. Riwayat Keluarga
11
dan adik tiri kedua berjenis kelamin laki laki. Pasien mengatakan
hubungan antar keluarga terjalin baik. Ayah pasien bekerja sebagai
karyawan swasta. Ibu kandung pasien meninggal saat pasien berusia 2
tahun. Ayahnya menikah lagi dan memiliki dua orang anak yang menjadi
adik tiri pasien. Setelah ibu kandung pasien meninggal dan ayahnya
menikah lagi, pasien mengatakan hubungannya dengan ibu dan adik tiri
tetap terjalin dengan baik. Di keluarga, pasien mengatakan tidak ada
anggota keluarga yang mempunyai riwayat gangguan seperti yang pasien
alami ataupun gangguan jiwa lainnya.
12
Genogram
Keterangan :
= Meninggal
13
G. Persepsi
1. Pasien Tentang Diri dan Lingkungan
Menurut ayah pasien, pasien adalah seorang yang ambisius dan sedikit
tertutup. Ayah pasien selalu memberikan hadiah apabila pasien mencapai
peringkat tinggi jika bersekolah. Ayah pasien sangat menyayangi pasien
sama seperti kepada anak anaknya yang lain. Semua anggota keluarga
pasien peduli terhadap kondisi kejiwaan pasien. Ayah pasien selalu
menemai pasien ketika berobat dan berharap pasien jauh lebih baik. Ayah
pasien dan kakak pasien juga selalu mengingatkan pasien untuk meminum
obat dan kontrol rutin setiap bulan ke dokter.
14
Skema dan Linimasa Perjalanan Penyakit
2019
Pertengahan tahun 2019 saat
libur semester, pasien pergi ke
Pertengahan 2018 Akhir 2018 Padang untuk mengunjungi
Awal 2018 Pasien mulai mengalami Saat libur semester pasien keluarga dan sanak saudaranya
Februari 2018 pasien putus hilangnya nafsu makan sampai bekerja sebagai guru les sekalian berlibur
dengan pacarnya berat badannya turun 4 kg privat Pasien merasa makin membaik
Pasien merasa sedih, hampa, Pasien mulai merasakan kualitas Pasien merasa perasaan karena pasien
kosong dan menyalahkan tidurnya semakin memburuk, sedihnya berkurang dan seringmmenghabiskan
dirinya sendiri pasien cenderung tertiudr sudah lebih bersemngat waktunya dengan bermain dan
Pasien sering menangis, tidak namun tidak nyenyak dan sering untuk beraktivitas berinteraksi bersama keluarga
berenergi, hilang minat dan terbangun Pasien mulai terbuka dan sanak saudaranya disana.
menyendiri Pasien mulai sulit kepada kakak Setelah masuk kuliah kembali,
Pasien menarik diri dari berkonsentrasi, khususnya saat perempuannya pasien aktif mengikuti kegiatan
lingkungan sekitarnya kuliah pasien sering melamun Pasien banyak bertemu organisasi
Pasien melukai dirinya dengan Pasien menganggap hal ini hal orang baru, sehingga Pasien kagum terhadap
menyayat tangannya dengan yang wajar bagi orang yang merasa rasa sedihnya seorang laki laki yang dapat
silet berpisah dengan pacarnya dan mulai teralihkan memotivasi pasien dan
15 akan hilang seiring waktu menginspirasi pasien.
Pasien merasa tidak perlu ke
psikolog atau psikiater
April 2022 Juni 2022
2020 - 2021 Januri – Maret 2022 Setelah pulang perawatan Setelah kembali ke Jakarta
Keadaan pasien stabil Pasien putus dengan pasien konsumsi obat pasien merasa tidak nyaman
Pertengahan 2021 pasien pacarnya rutin dengan suasana rumahnya yang
lulus kuliah Pasien merasakan keluhan Pasien pergi ke Padang sepi
Pasien mengambil keluhan yang sama seperti untuk berlibur dan Keluhan keluhan pasien mulai
program kursus bahasa saat 2018 bertemu keluarga serta muncul kembali dan memberat
inggris di Kediri bersama Pasien merasa sedih, tidak sanak saudaranya Pasien sering menangis, gelisah,
kakaknya berenergi, hilang minat Pasien merasa senang mondar mandir dan menyendiri.
Pasien bertemu banyak Pasien melarikan diri ke karena bisa bermain dan Pasien melarikan diri dari
orang baru dan dekat Yogyakarta keluar rumah hampir rumahnya untuk mencari suasana
dengan satu laki laki Pasien ke psikiater dan setiap hari baru
Pasien menjalin dikatakan ada gejala Pasien merasa tidak perlu Pasien ketahuan dan dibawa oleh
hubungan pacaran depresi kontrol lagi, namun ayah ayah dan kakaknya ke IGD
dengan laki laki tersebut Pasien konsumsi sertraline pasien khawatir sehingga RSPAD Gatot Soebroto
Setelah program kursus dan aripiprazole menyuruhnya pulang ke Pasien dirawat di Paviliun
selesai, pasien Keluhan menetap dan Jakarta Amino RSPAD
menjalankan hubungan melakukan percobaan Pasien sempat berhenti
16 minum obat selama 2
jarak jauh dengan bunuh diri
pacarnya Pasien dirawat di Paviliun minggu
Amino RSPAD
III. STATUS MENTAL (Dilakukan pada Kamis, 8 Juni 2022)
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
17
E. Pikiran
1. Proses Pikir
- Produktivitas : Proses piker koheren
- Kontinuitas : Terorganisir dan relevan
- Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir
Tidak ada waham dan tidak ada ide ide melukai diri maupun bunuh diri.
F. Sensorium dan Kognisi
1. Kesadaran
Kesadaran neurologi atau sensorium: Compos Mentis (GCS:
E4M6V5)
2. Orientasi
‑ Waktu : Baik, pasien dapat membedakan pagi, siang dan malam serta
dapat menyebutkan hari, bulan dan tahun saat wawancara
‑ Tempat : Baik, pasien tahu bahwa saat itu sedang dirawat di lantai 1
Paviliun Amino, RSPAD Gatot Soebroto
‑ Orang : Baik, pasien dapat mengenali dokter, perawat, koass, staff, dan
pasien lain
3. Daya Ingat
a. Jangka panjang : Baik, Pasien dapat mengingat tempat dan tanggal
lahirnya. Pasien juga mengigat tempat ia bersekolah dan mengingat
kejadian kejadian yang ia alami saat bersekolah.
b. Jangka sedang : Baik, pasien mengingat waktu saat dibawa ke IGD
RSPAD Gatot Soebrto dan siapa yang membawanya.
c. Jangka pendek : Baik, pasien mengingat waktu bangun tidur, waktu
minum obat dan menu sarapan.
d. Segera : Baik, pasien dapat mengulangi kalimat yang diucapkan oleh
pemeriksa.
4. Konsentrasi dan Perhatian
18
juga dapat menyelesaikan soal perkalian, yaitu 9x7 = 63. Pasien juga dapat
mengeja terbalik seperti kata “wahyu” dieja terbalik.
Pasien dapat membaca dengan baik, pasien juga dapat menulis nama,
dan alamatnya. Tulisan mudah dibaca dan terlihat rapih, sejajar.
6. Kemampuan Visuospasial
Pasien dapat menggambarkan dengan baik dan rapih gambar dua buah
segi 5 yang beririsan. Pasien juga dapat menggambar jam yang
menunjukkan waktu pukul 09:10.
7. Pikiran Abstrak
19
G. Pengendalian Impuls
Baik. Ketika ditanya apa yang akan pasien lakukan jika menemukan
dompet di jalan, pasien mengatakan akan mencari alamat dan
mengembalikan dompet tersebut kepada pemiliknya.
3. Tilikan
20
3. Status Gizi : BB 42 kg, TB 154 cm, IMT 17,7 (Underweight)
4. Tanda Vital :
Nadi : 97x/menit
Pernapasan : 22x/menit
Suhu : 36℃
5. Status Generalisata :
Mulut : Baik
B. Status Neurologis
1. GCS : 15 (E4V5M6)
2. Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk dan tanda Brudzinski negatif.
3. Saraf kranial : Tidak ada kesan paresis.
4. Refleks fisiologis : Normal, tidak ada refleks patologis.
5. Tanda efek ekstrapiramidal
- Tremor : negatif
- Akatsia : negatif
- Bradikinesia : negatif
6. Motorik : 5555 / 5555
5555 / 5555
7. Sensorik : Baik
21
C. Pemeriksaan Penunjang
Keluhan timbul diawali oleh putusnya pasien dengan pacarnya pada awal
2022. Saat itu pasien merasa sangat sedih yang berlarut larut, menyalahkan diri
sendiri, kurang energi, hilang minat untuk beraktivitas, tidak nafsu makan dan
menarik diri dari lingkungannya. Pasien sempat berobat ke psikiater dan diruqiyah
namun keluhannya tetap ada bahkan pasien mencoba untuk bunuh diri dengan
minum sianida. Saat itu pasien langsung dilarikan ke IGD RS terdekat dan
disarankan untuk menemui dokter kejiwaan. Pasien akhirnya dirawat di Paviliun
Amino RSPAD Gatot Soebroto selama 5 hari dan mendapatkan obat rutin. Setelah
itu pasien berlibur ke Padang, disana ia merasa bahagia karena sering bermain dan
keluar rumah. Pasien sempat berhenti minum obat selama 2 minggu. Akhirnya
ayah pasien membawanya pulang ke Jakarta untuk kontrol. Saat kembali ke
Jakarta keadaan pasien memburuk dan melarikan diri sehingga akhirnya pasien
dibawa ke IGD RSPAD Gatot Soebroto.
Keluhan yang sama pernah pasien alami pada Februari 2018. Hal ini
didasari oleh putusnya hubungan pasien dengan pacarnya saat itu. Pasien merasa
sedih berkepanjangan, menyalahkan diri sendiri, energi berkurang, hilang minat
untuk beraktivitas, menarik diri dari lingkungannya sampai tidak mau makan
selama berhari hari. Saat itu pasien merasa hal yang dirasakan pasien wajar akibat
berpisah dengan pacarnya. Pasien mencoba bekerja sebagai guru les privat dan
banyak bertemu orang baru. Pasien juga sempat berlibur ke Padang selama 3
bulan di tahun 2019. Setelah itu keluhan keluhan dan rasa sedih pasien mulai
menghilang.
22
Pemeriksaan status mental yang dilakukan pada Kamis 8 Juni 2022,
didapatkan penampilan pasien sesuai usia dan jenis kelamin, kulit sawo matang,
rambut hitam sebahu dan perawatan diri baik. Pasien biasanya memakai baju
lengan pendek, memakai alas kaki, dan tidak menggunakan masker saat
diwawancara. Saat wawancara kontak mata adekuat sesekali cenderung
menunduk. Pasien bersikap ramah, terbuka dan kooperatif terhadap pemeriksa.
Mood pasien hipotim, afeknya sempit dan keduanya serasi. Pasien berbicara
spontan, suara cenderung pelan, intonasi dan artikulasi jelas. Halusinasi, ilusi,
depersonalisasi dan derealisasi tidak ada. Proses piker koheren dengan kontinuitas
yang terorganisir dan relevan. Isi piker tidak ada waham, ide ide melukai diri
ataupun ide ide bunuh diri.
a. Aksis I
23
berhubungan dengan kondisi gangguan jiwa pasien. Oleh karena itu,
Gangguan Mental Organik (F0) dapat disingkirkan. Pasien juga tidak
sedang mengonsumsi alkohol maupun zat psikoaktif lainnya dan tidak ada
obat-obatan yang diresepkan oleh dokter sebelum gejala muncul yang
memungkinkan terjadinya efek psikosis pada pasien. Pasien juga tidak
merokok dan tidak memiliki riwayat adiksi zat lain, sehingga gangguan
mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat dieksklusi.
b. Aksis II
24
1. Upaya „gila‟ untuk menghindari pengabaian khayalan ataupun
sebenarnya (tidak mencakup perilaku bunuh diri atau mutilasi diri)
2. Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan instens ditandai
dengan perubahan antara idealisasi dan devaluasi yang ekstrem
3. Gangguan identitas: citra diri atau rasa diri yang secara menetap
dan nyata tidak stabil
4. Impulsivitas pada sedikitnya dua area yang berpotensi merusak diri
(berbelanja, seks). Tidak mencakup perilaku bunuh diri atau
mutilasi diri
5. Perilaku, sikap, atau ancaman bunuh diri berulang atau perilaku
mutilasi diri
6. Ketidakstabilan afektif akibat reaktivitas mood yang nyata (contoh:
disforia episodic intens, iritabilitas, atau ansietas biasanya
berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari beberapa hari)
7. Perasaan kosong yang kronis
8. Kemarahan intens yang tidak sesuai atau kesulitan untuk
mengendalikan kemarahan
9. Gagasan paranoid terkait stress yang terjadi sementara atau gejala
disosiatif berat
c. Aksis III
Berdasarkan anamnesis dan alloanamnesis pasien tidak memiliki
riwayat penyakit seperti kejang, penyakit saraf, tumor, diabetes mellitus,
hipertensi ataupun penyakit ginjal. Pasien menyangkal adanya riwayat
trauma atau cedera pada kepala. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
adanya kelainan pada pemeriksaan kepala sampai ekstremitas.
25
d. Aksis IV
Pasien memiliki masalah karena putus dengan pacarnya, perbedaan
suasana lingkungan di Jakarta dan di Padang serta tidak konsumsi obat
rutin selama 2 minggu.
e. Aksis V
Menggunakan skala Global Assessment of Functioning (GAF)
menurut PPDGJ III. GAF saat pasien masuk ke bangsal adalah 40 karena
terdapat beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita &
komunikasi dan terdapat disabilitas berat dalam beberapa fungsi. GAF
ketika pasien di wawancara (Kamis, 8 Juni 2022) adalah 65 karena
terdapat beberapa gejala ringan & menetap serta disabilitas ringan dalam
fungsi namun secara umum masih baik. Highest level of the past year
(HLPY) pasien didapatkan 80 dimana terdapat gejala sementara dan dapat
diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah. dll.
B. Psikologis
1. Mood : Hipotimia
2. Afek : Menyempit, serasi
26
3. Persepsi : Tidak ada halusinasi
4. Isi pikir : Ide melukai diri dan bunuh diri tidak ada, waham
tidak ada
5. RTA : Tidak terganggu
6. Tilikan : Derajat 5
C. Lingkungan dan Sosioekonomi
Masalah putusnya hubungan dengan pacarnya
Perbedaan suasana rumah di Jakarta dan di Padang
Kepatuhan minum obat pasien yang buruk
IX. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
X. RENCANA PENATALAKSANAAN
a. Psikofarmaka
Sertraline 1 x 50 mg
b. Psikoterapi
1. Kepada pasien
- Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyakit
yang diderita, faktor-faktor pencetus, penatalaksanaan, dan pencegahan.
- Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai langkah-
langkah penatalaksanaan, cara penggunaan obat, efek samping obat, dan
pentingnya meminum obat sehingga dapat dicapai efek terapeutik yang
adekuat dan menecagah remisi atau kekambuhan.
- Memberikan psikoterapi yang bersifat suportif pada pasien mengenai
kondisi penyakitnya dan memotivasi pasien terkait pengobatannya. Pasien
juga harus diberikan dorongan untuk mengeksplorasi kemampuan diri dan
kemampuan mengatasi masalah.
- Psikoterapi juga dapat dilakukan dengan mendengarkan cerita pasien
mengenai keluhan dan perasaannya dan memberikan respon yang cermat
dan empati.
27
- Memberikan motivasi pada pasien terkait cita-cita dan masa depan pasien
dan memberikan dukungan agar pasien dapat membina kembali hubungan
interpersonal yang baik dalam kehidupan sosialnya.
2. Kepada keluarga pasien
- Memberi penjelasan yang komunikatif, informative, dan edukatif
mengenai keadaan penyakit dan kondisi pasien kepada keluarga pasien.
Keluarga pasien diberikan penjelasan dengan sebaik mungkin sehingga
dapat menerima dan memahami keadaan pasien serta mendukung proses
penyembuhan.
- Menjelaskan kepada keluarga tentang proses dan pentingnya pengobatan
sehingga keluarga dapat berperan aktif dalam mengawasi dan memberikan
dukungan kepada pengobatan pasien.
- Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa kemungkinan pasien memiliki
ide-ide dan pikiran untuk menyakiti dirinya sendiri sehingga dapat
dilakukan pencegahan.
- Memberikan psikoterapi suportif kepada keluarga dengan memotivasi,
memberi pujian, dan memberikan dukungan atas perannya dalam upaya
penatalaksanaan pasien.
XI. DISKUSI
Berdasarkan hasil wawancara psikiatri, pemeriksaan status mental, dan
pemeriksaan fisik secara umum, didapatkan diagnosis aksis I pasien adalah F33.2
Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat tanpa Gejala Psikotik.
Diagnosis ini diambil setelah mengeliminasi diagnosis lain di atasnya berdasarkan
hierarki blok PPDGJ-III. Pedoman diagnostik untuk F33 Gangguan Depresif
Berulang berdasarkan PPDGJ III yaitu:1
28
Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggia afek dan
hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2).
Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode
singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi
kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah suatu episode depresif (kadang
kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi).
Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian
kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama
pada usia lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan).
Episode masing masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali
dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres atau trauma mental
lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).
29
secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat
dibenarkan.
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang
dari 2 minggu.
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.
30
sebelumnya. Selain itu, kepatuhan pasien dalam meminum obat yang buruk akibat
putus obat dapat mencetuskan gejala gejala depresi.2
Faktor risiko depresi yang terdapat pasien yaitu jenis kelamin perempuan.
Hal ini bersifat kultural, karena peran jenis yang berbeda ntuk laki laki dan
perempuan. Laki laki sangat didorong untuk mandiri, masterful dan asertif.
Sedangkan perempuan sebaliknya, diharapkan lebih pasif, sensitif terhadap orang
lain dan mungkin lebih banyak tergantung kepada orang lain. Selain itu
perempuan cenderung menggunakan emosi yang lebih fokus, ruminatif mengatasi
masalah, merenungkan masalah mereka ke dalam pikiran mereka. Adanya
kepribadian yang bersifat ambang menambah risiko munculnya depresi.2
Tentamen suicidum atau upaya untuk membunuh diri sendiri yang pertama
kali dilakukan seseorang dapat meningkatkan risiko untuk percobaan bunuh diri
atau terlaksananya bunuh diri di masa depan.2 Sekitar 20% orang yang melakukan
upaya bunuh diri pada akhirnya akan meinggal di tangannya sendiri.
Kemungkinan untuk timbulnya episode depresif pada kemudian hari juga tidak
menurun seiring bertambahnya usia seseorang karena gangguan depresi berat
merupakan gangguan yang rekurensinya sering terjadi. Oleh karena itu, selain
dilakukannya pemberian psikofarmaka dan psikoterapi pada pasien, perlu pula
dilakukan psikoterapi pada keluarga untuk mengurangi dan menghadapi stress,
serta mengurangi risiko timbulnya kekambuhan.2
31
DAFTAR PUSTAKA
32