SKIZOFRENIA PARANOID
Oleh:
Nabilah Dwi Noprida
NIM : 71 2020 062
Pembimbing:
dr. Abdullah Sahab, Sp. KJ.,MARS
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit
DR. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang dan Universitas Sriwijaya Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Skizofrenia Paranoid” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan
Klinik Di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit DR. Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir
zaman.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis mendapat bantuan,
bimbingan dan arahan, maka dari itu kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. dr. Abdullah Sahab, Sp. KJ.,MARS, selaku dosen pembimbing.
2. Orang tua yang telah banyak membantu dengan doa yang tulus dan
memberikan bantuan moril maupun spiritual.
3. Rekan Tim sejawat seperjuangan dan semua pihak yang turut membantu
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Aamiin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................i
Halaman Pengesahan..................................................................................................ii
Kata Pengantar...........................................................................................................iii
Daftar Isi.....................................................................................................................iv
Follow Up...................................................................................................................19
Daftar Pustaka............................................................................................................21
iv
BAB I
LAPORAN KASUS
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : MTS
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sabar Jaya No. 452 RT. 008 RW. 002 Kel. Mariana Ilir
Kec. Banyuasin
Datang ke RS : Rabu, 25 Mei 2022
Cara ke RS : Diantar keluarganya
Tempat Pemeriksaan : RS dr. Ernaldi Bahar Palembang.
1
1.2.2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh seperti ada yang menertawainya dan memerintahnya
7 hari SMRS.
2
ingin mencelakai pasien. Pasien mengatakan sangat ketakutan dengan orang
yang ingin mencelakai pasien tersebut. Selain itu, pasien juga mengatakan
bahwa pasien merasa orang disekitar pasien banyak yang membicarakan
pasien. Saat ditanya tentang apa yang dibicarakan orang lain terhadap
pasien, pasien mengatakan "Iyo, aku nih meraso cak banyak yang ngatoi
aku. Pokoknyo kesannyo nyindir".
Pasien mengatakan bahwa sejak tahun 2014 pasien rutin kontrol ke
dokter dan rutin mengkonsumsi obat setiap hari. Pasien rutin kontrol ke
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dan pada tahun 2019 pasien
mengatakan bahwa dokter sudah mulai menurunkan dosis obat yang
dikonsumsi oleh pasien hingga tahun 2019 akhir pasien mengatakan bahwa
pasien memutuskan sendiri untuk tidak mengkonsumsi obat lagi
dikarenakan bosan dan merasa sudah sehat.
Keluarga pasien mengatakan, pasien pernah dirawat di RS Ernaldi
Bahar pada tahun 1996. Keluarga pasien mengatakan bahwa saat itu baru
pertama kalinya pasien mengalami gangguan jiwa. Keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien mengamuk dan marah-marah dengan keluarga
serta warga sekitar. Selain itu keluarga pasien juga mengatakan bahwa pada
saat itu pasien sering berkata "ado yang ngejer dan nak ngebunuh aku".
Keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien saat itu berkata bahwa ada
suara orang yang menertawai pasien. Pada tahun itu keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien diberhentikan dari pekerjaannya dan pasien
merasa sangat sedih. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien dirawat di
RS Ernaldi Bahar selama 16 hari. Setelah dirawat inap pasien diperbolehkan
pulang tetapi keluarga pasien mengatakan bahwa setelah pulang dari RS
pasien tidak kontrol rutin dan juga tidak meminum obat dengan rutin.
Keluarga pasien mengatakan pasien kembali masuk ke RS Ernaldi
Bahar dan dirawat pada tahun 2002. Pada saat itu, keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien mengamuk kembali. Pasien marah-marah dengan
keluarga, memukul keluarga, meludah, dan keluarga pasien mengatakan
bahwa pasien terkadang merasa ketakutan dan berkata "jangan kejer aku,
jangan bunuh aku". Keluarga pasien juga mengatakan pasien sering
3
memukul orang dan jika ditanya mengapa memukul orang, pasien
menjawab bahwa pasien diminta memukul orang oleh suara yang
didengarnya. Keluarga pasien mengatakan setelah selesai dirawat di RS
Ernaldi Bahar, pasien sempat kontrol rutin dan minum obat rutin selama 1
tahun tetapi karena merasa tidak ada keluhan lagi pasien tidak melanjutkan
kontrol dan minum obat rutin.
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien kembali masuk RS Ernaldi
Bahar pada tahun 2014. Pada saat itu keluarga pasien mengatakan bahwa
pasien kembali mengamuk dan marah-marah dengan keluarga pasien.
Keluarga pasien mengatakan pada saat itu pasien mengatakan bahwa ada
yang memerintah pasien sehingga pasien mengamuk dan memukul orang
disekitar pasien. Pasien juga mendengar suara orang tertawa dan pasien juga
ketakutan karena merasa dikejar dan ingin dibunuh. Keluarga pasien
mengatakan bahwa pada saat itu pasien ingin pulang ke Cilacap karena
rindu dengan orangtua pasien tetapi sebelum pulang ke Cilacap pasien
sudah mengalami perubahan perilaku. Keluarga pasien mengatakan pada
saat itu setelah selesai dirawat di RS Ernaldi Bahar pasien rutin kontrol dan
minum obat secara teratur. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien rutin
kontrol di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tetapi keluarga pasien
mengatakan sejak awal tahun 2020 pasien sudah tidak kontrol dan tidak
minum obat lagi.
4
5. Riwayat kejang tidak ada
6. Riwayat hipertensi tidak ada
7. Riwayat stroke tidak ada
8. Riwayat diabetes mellitus tidak ada
9. Riwayat hiper/hipotiroid tidak ada
10. Riwayat sakit jiwa sebelumnya ada
5
1.3.4 Timeline Perjalanan Penyakit Pasien
6
1.4. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1.4.1 Riwayat Premorbid
1. Lahir : Pasien lahir spontan, cukup bulan, tidak ada kelainan fisik,
tidak ada kelainan kongenital, ditolong oleh bidan.
2. Bayi : Tidak diketahui.
3. Anak : Pasien merupakan anak yang sering bersosialisasi.
4. Remaja : Pasien menghabiskan banyak waktu dengan bekerja.
5. Dewasa : Pasien menghabiskan banyak waktu dengan bekerja.
Keterangan :
7
1.4.4 Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah MTS. Pasien mengatakan tidak
melanjutkan sekolah karena masalah biaya. Pasien mengaku selalu
naik kelas dan tidak pernah ada masalah dalam proses pembelajaran,
tetapi tidak pernah mendapat juara kelas.
1.4.7 Agama
Pasien beragama Islam.
8
1.5 PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
1.5.1 Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki-laki, tampak sesuai dengan usianya
yaitu terlihat seperti usia 59 tahun. Pakaian tampak rapi. Perawatan
diri tampak baik. Postur tubuh tidak ada cacat. Berat badan dan tinggi
badan tampak ideal. Kulit berwarna sawo matang. Rambut berwarna
hitam cepak. Pada saat wawancara pasien menggunakan baju seragam
RS Ernaldi Bahar berupa kaos berwarna orange lengan pendek hitam
dan celana panjang, menggunakan sandal dan masker.
1.5.3 Pembicaraan
Spontanitas : Spontan
Kecepatan : Normal
Intonasi : Sedang
Artikulasi : Jelas
Produksi suara : Baik dan Lancar
9
Halusinasi auditorik ( 7 hari SMRS) pasien mendengar suara
10
tertawa dan suara memberi perintah untuk memukul orang
disekitarnya.
3. Isi Pikiran
Gangguan isi pikiran :
Waham rujukan (+), waham kejar (+)
12
perbuatan.
2. Tilikan : Derajat 4
13
1.7 FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I:
1. Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan,
pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan
yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan
(distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial.
Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa
pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.
2. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan,
tidak terdapat penyakit yang menyebabkan disfungsi otak. Hal ini dapat
dinilai dari tingkat kesadaran, daya ingat atau daya konsentrasi, serta
orientasi yang masih baik, sehingga pasien ini bukan penderita
Gangguan Mental Organik (F.0).
3. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien tidak pernah mengonsumsi
NAPZA, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini bukan pasien
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif atau Alkohol (F.1)
4. Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita
berupa adanya halusinasi, maka pasien ini menderita gangguan psikotik
(F20- F29). Gangguan persepsinya yaitu halusinasi auditorik dan
gangguan isi pikir yaitu waham rujukan dan waham dikendalikan.
Gangguan psikotik yang dialami pasien sudah terjadi lebih dari 1 bulan,
sehingga termasuk kedalam skizofrenia (F.20).
5. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien sering mendengar suara orang
tertawa dan suara orang yang memerintah pasien, terdapat waham kejar,
dan waham rujukan sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini
menderita Gangguan Skizofrenia Paranoid (F20.0).
Aksis II:
Pada pasien untuk diagnosis multiaksial aksis II, ciri kepribadian paranoid.
Aksis III:
Pada diagnosis multiaksial aksis III ditemukan tidak adanya gangguan
kondisi medik umum yang menyertai penderita.
14
Aksis IV:
Pada aksis IV, terdapat masalah pekerjaan.
Aksis V:
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale
saat datang ke IGD Rumah Sakit yaitu 50-41 gejala berat, disabilitas berat.
GAF Scale saat dilakukan pemeriksaan 70-61, sesuai dengan pasien
memiliki gejala ringan dan disabilitas ringan dan secara umum masih baik.
1.9.2 Psikologik
Pasien mengalami halusinasi auditorik, waham kejar, dan waham
rujukan.
15
1.10 PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
1.11.2 Psikoterapi
1. Pada penderita
Memberikan edukasi terhadap penderita untuk mampu
berinteraksi dengan baik, mampu mengendalikan emosi,
memahami penyakit serta cara pengobatannya, memahami
pentingnya untuk hadir kontrol rutin setiap bulan, mengetahui
efek samping yang dapat muncul apabila melanggar kepatuhan
dan keteraturan dalam minum obat.
Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan kualitas
hidup individu, perbaikan fungsi sosial. Misalnya mampu
membangkitkan semangat pasien untuk kembali bekerja dan
berinteraksi dengan orang lain
16
Memotivasi penderita agar tidak merasa putus asa atas apa yang
dialaminya.
Bimbingan keagamaan agar pasien tetap taat beribadah, yaitu
menjalankan sholat lima waktum menegakkan amalan sunnah
seperti mengaji, berdzikir dan berdoa kepada Allah SWT.
2. Pada keluarga
Memberikan pemahaman kepada keluarga mengenai berbagai
kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan
pentingnya kontrol pengobatan, sehingga keluarga dapat memahami
dan menerima kondisi penderita serta membantu penderita dalam hal
minum obat serta kontrol secara teratur dan mengenali gejala-gejala
kekambuhan untuk segera dikonsultasikan kepada dokter.
17
BAB II
DISKUSI
18
menimbulkan stress, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia.
Komponen lingkungan dapat biologis atau psikologis. Empat jalur dopamin utama
telah terlibat dalam neurobiologi skizofrenia yaitu mesolimbik, mesokorteks,
nigrostriatal, dan tuberoinfundibular.6
Pada pasien ditemukan adanya gejala psikotik yang ditandai dengan adanya
gangguan dalam menilai realita. Pasien mengalami gangguan persepsi berupa
halusinasi auditorik dan gangguan isi pikiran berupa waham kejar, dan waham
rujukan, sehingga diagnosis skizofrenia paranoid dapat ditegakkan (F.20.0).7
Pada aksis II untuk diagnosis multiaksial ditemukan adanya ciri kepribadian
paranoid, dimana pasien memiliki kepekaan berlebih terhadap kegagalan seperti
pemecatan dan hasil kerja pasien yang kurang bagus, serta kecurigaan yang tinggi
terhadap orang lain.
Pada pasien untuk diagnosis multiaksial aksis III tidak ada diagnosis karena
tidak ditemukan adanya gangguan kondisi medik umum yang menyertai pasien.
Pada pasien untuk aksis IV terdapat masalah pekerjaan. Pada aksis V didapatkan
Global Assessment of Functioning (GAF) Scale yaitu GAF Scale 50-41 (saat di
IGD) dan GAF Scale 70-61 (saat pemeriksaan).
Pengobatan yang diberikan pada pasien berupa psikoterapi dan
farmakoterapi. Pengobatan farmakoterapi yang diberikan berupa risperidone 2 x
2 mg. Risperidone merupakan antipsikotik generasi II APG-2. Antipsikotik
generasi II ini bermanfaat untuk mengontrol gejala positif dan negatif, karena
memiliki afinitas terhadap reseptor serotonin dan reseptor dopamin. Risperidone
merupakan antipsikotika pertama, setelah clozapine, yang mendapat persetujuan
FDA. Risperidone termasuk ke dalam kelompok benzisoxazole. Risperidon
dengan nama dagang Risperidal tersedia dalam bentuk tablet yaitu 1mg, 2mg,
dan 3mg. Dosis berkisar antara 4-16 mg tetapi dosis yang biasa digunakan
berkisar antara 4-8 mg. Selain dalam bentuk tablet, risperidone juga tersedia
dalam bentuk depo (long acting) yang dapat digunakan setiap dua minggu.
Risperidone merupakan antagonis kuat baik terhadap serotonin (terutama 5-
HT2A) dan reseptor D2. Risperidone juga mempunyai afinitas kuat terhadap
a1dan a2 tetapi afinitas terhadap B-reseptor dan muskarinik rendah.8,9
Selain menggunakan terapi psikofarmaka, pasien juga ditunjang dengan
psikoterapi. Dalam hal ini diberikan melalui edukasi terhadap penderita agar
19
memahami tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala, faktor penyebab
(stresor), cara pengobatan, prognosis dan risiko kekambuhan agar pasien tetap taat
minum obat dan segera datang ke dokter bila gejala serupa muncul di kemudian
hari. Dijelaskan juga bahwa pengobatan berlangsung lama, adanya efek samping
obat dan pengaturan dosis hanya boleh diatur oleh dokter.10
Prognosis pasien ini Quo ad Vitam adalah Dubia ad bonam, Quo ad
Functionam adalah Dubia ad bonam dan Quo ad Sanationam adalah Dubia ad
bonam.3
20
TABEL FOLLOW UP
P: Risperidone 2 x 2 mg
P: Risperidone 2 x 2 mg
21
DAFTAR PUSTAKA
22