Oleh :
Nabilah Dwi Noprida, S. Ked
712020062
Pembimbing :
dr. Rudyanto, Sp.B
Oleh:
Nabilah Dwi Noprida, S. Ked
712020062
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang di Departemen Ilmu
Bedah di Rumah Sakit Umum Palembang BARI.
dr.Rudyanto, Sp.B
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Hemopneumothorax ec Vulnus Punctum Dengan Efusi Pleura Kanan
Minimal” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior
di Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. dr. Rudiyanto, Sp.B, selaku pembimbing yang telah memberikan masukan
serta bimbingan dalam penyelesaian laporan kasus ini,
2. Rekan sejawat seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi........................................................................................... 3
2.2 Pneumothorax................................................................................. 6
2.3 Hemothorax..................................................................................... 6
BAB III LAPORAN KASUS................................................................. 57
BAB IV ANALISIS KASUS.................................................................. 47
BAB V KESIMPULAN........................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 51
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini antara lain:
1. Memahami dan mampu mendiagnosis hemopneumothorax ec vulnus
punctum dengan efusi pleura kanan minimal secara tepat berdasarkan
gejala klinis dan pemeriksaan fisik.
2. Meningkatkan kemampuan penulisan ilmiah di bidang kedokteran
khususnya di Bagian Ilmu Bedah.
3. Memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
Thorax adalah bagian atas batang tubuh yang terletak antara leher dan
abdomen. Cavitas thoracis yang dibatasi oleh dinding thorax, berisi thymus,
jantung, paru-paru, bagian distal trachea dan bagian besar oesophagus.
30
31
2.1.2 Costae
Costae adalah tulang pipih yang sempit dan lengkung membatasi
bagian terbesar sangkar dada.
a. Ketujuh (kadang-kadang delapan) costae pertama disebut costa
sejati (vertebrosternal) karena menghubungakn vertebra dengan
sternum melalui cartilago costalisnya.
b. Costa VIII sampai costa X adalah costa tak sejati (vertebrokondral)
karena cartilafo masing-masing costa melekat kepada cartilago
costalis tepat di atasnya.
c. Costa XI dan XII adalah costa bebas atau costa melayang karena
ujung cartilago costalis masing-masing costa berakhir dalam
susunan otot abdomen dorsal.
Cartilago costalis memperpanjang costa ke arah ventral dan turut
menambah kelenturan dinding thorax. Cartilago costalis VII sampai
cartilago costalis X terarah ke kranial dan bersatu untuk membentuk
angulus infrasternalis dan arcus costarum pada kedua sisi. Costa berikut
carilago costalisnya terpisah satu sama lain oleh spatium intercostalis
yang berisi musculus intercostalis, arteria intercostalis, vena
intercostalis, dan nervus intercostalis.
a. Pleura
Paru-paru masing-masing diliputi oleh sebuah kantong
pleura yang terdiri dari dua selaput serosa yang disebut pleura,
yakni : pleura parietalis melapisi dinding thoraks, dan pleura
visceralis meliputi paru-paru, termasuk permukaannya dalam
fisura.
Cavitas pleuralis adalah ruang potensial antara kedua
lembar pleura dan berisi selapis kapiler cairan pleura serosa yang
melumas permukaan pleura menggeser secara lancar satu terhadap
yang lain pada pernapasan.
Pleura parietalis melekat pada dinding thorax, mediastinum
dan diaphragma. Pleura parietalis mencakup bagian-bagian
berikut :
Pleura kostal menutupi permukaan dalam dinding thoraks
(sternum, cartilago costalis, costa, musculus intercostalis, dan
sisi vertebra thoracica)
Pleura mediastinal menutupi mediastinum
Pleura diafragmatik menutupi permukaan torakal diafragma
Pleura servikal (cupula pleurae) menjulang sekitar 3 cm ke
dalam leher, dan puncaknya membentuk kubah seperti mangkuk
di atas apex pulmonis.
Pleura parietalis beralih menjadi pleura visceralis dengan
membentuk sudut tajam menurut garis yang disebut garis refleksi
pleural. Ini terjadi pada peralihan pleura kostal menjadi pleura
mediastinal di sebelah ventral dan dorsal, dan pada peralihan
pleura kostal menjadi pleura difragmatik di sebelah kaudal. Pada
radix pulmonis terjadi peralihan pula antara lembar pleura
visceralis dan pleura parietalis; sebuah duplikatur pleura parietalis
yang dikenal sebagai ligamentum pulmonale tergantung ke arah
kaudal di daerah ini.
33
pulmonis ialah ujung kranial yang tumpul dan tertutup oleh pleura
servikal. Apex pulmonis dan pleura servikal menonjol ke kranial
(2-3 cm) melalui apertura thoracis superior ke dalam pangkal leher.
Karenanya, bagian-bagian ini dapat mengalami cedera karena luka
pada leher, sehingga terjadi pneumothorax.
2.2 Pneumothorax
2.2.1 Definisi
Pneumothorax adalah terperangkapnya udara dalam ruang pleura
yang menyebabkan kolaps paru sebagian atau seluruhnya.
Pneumothorax dapat terjadi spontan atau sebagai akibat dari trauma
atau prosedur medis. Diagnosa berdasarkan klinis dan x-ray dada.
2.2.2 Etiologi
a. Primary spontaneous pneumothorax
Terjadi pada pasien tanpa penyakit paru yang mendasari,
biasanya pada laki-laki muda tinggi, kurus usia remaja dan usia
sekitar 20. Diperkirakan disebabkan oleh ruptur spontan dari
subpleural apical blebs atau bulla yang diakibatkan dari merokok
atau keturunan. Primary spontaneous pneumothorax juga terjadi
selama penyelaman dan penerbangan di ketinggian karena
perubahan tekanan dalam paru yang tidak merata.
b. Secondary spontaneous pneumothorax
Terjadi pada pasien dengan penyakit paru yang mendasari.
Paling sering disebabkan oleh rupturnya bleb atau bulla pada
pasien dengan COPD berat, infeksi Pneumocytis jirovecii yang
berkaitan dengan HIV, cystic fibrosis, atau penyakit parenkim paru
lain yang mendasari. Secondary spontaneous pneumothorax lebih
serius daripada primary spontaneous pneumothorax karena terjadi
pada pasien di mana penyakit paru yang mendasari menurunkan
pulmonary reservenya.
c. Iatrogenic pneumothorax
35
Open Pneumothorax
Pada beberapa pasien dengan traumatic pneumothorax terdapat
pembukaan tidak tertutup pada dinding dada. Ketika pasien dengan open
pneumothorax menarik napas, tekanan intratoraks yang negatif menyebabkan
udara mengalir masuk ke dalam paru melalui trakea dan secara bersamaan
juga ke dalam ruang intrapleura melalui defek dinding dada. Pada defek
dinding dada yang kecil aliran udara yang masuk sedikit sehingga efek yang
tidak diinginkan sedikit. Namun jika pembukaan di dinding dada cukup besar
(sekitar dua pertiga diameter trakea atau lebih besar), lebih banyak udara
yang masuk melalui defek dinding dada daripada yang melalui trakea ke
dalam paru. Defek yang lebih besar dapat menghilangkan ventilasi pada sisi
yang terkena. Ketidakmampuan ventilasi paru menyebabkan kesulitan napas
dan gagal napas.
36
Pada pasien yang sadar, luka dada nyeri dan pasien mengalami kesulitan
napas serta manifestasi pneumotoraks lainnya. Udara yang masuk melalui
luka membuat suara menghisap yang khas (sucking sound).
2.2.4 Diagnosa
1. Evaluasi klinis
Diagnosa open pneumothorax dibuat secara klinis dan membutuhkan
inspeksi seluruh permukaan dinding dada.
2. X-ray dada
Diagnosa biasanya dibuat dengan x-ray, namun pada
pneumothorax kecil USG (dllakukan pada saat resusitasi awal) dan CT
lebih sensitif daripada x-ray dada. Ukuran pneumothorax, disebutkan
sebagai persen dari hemithorax yang kosong, dapat diperkirakan dengan
x-ray.
2.2.5 Penatalaksanaan
1. Plester 3 sisi
Penanganan segera untuk open pneumothorax adalah dengan
menutup luka terbuka menggunakan occlusive dressing (kedap air dan
udara) steril berbentuk segi empat yang ditutup rapat dengan plester
37
pada 3 sisi saja. Dengan demikian, akan mencegah udara luar memasuki
dinding dada saat inspirasi namun bisa mengeluarkan udara intrapleura
yang keluar saat ekspirasi. Saat pasien stabil perlu dilakukan tube
thoracostomy.
2. Tube thoracostomy
Penanganan untuk sebagian besar pneumothorax adalah dengan
insersi thoracostomy tube ke dalam ruang interkosta anterior garis
midaxillary ke 5 atau 6.
Pada pasien dengan pneumothorax kecil dan tidak ada gejala
respirasi dapat diobservasi dengan x-ray dada serial hingga paru
mengembang kembali.
Jika kebocoran udara besar masih tetap ada setelah tube
thoracostomy, perlu dicurigai adanya trauma tracheobronchial tree dan
perlu dilakukan bronkoskopi atau konsultasi bedah secepatnya.
2.3 Hemothorax
2.3.1 Definisi
Hemothorax adalah akumulasi darah dalam ruang pleura. Volume
perdarahan bervariasi mulai dari minimal sampai masif. Hemothorax masif
seringkali didefinisikan sebagai akumulasi cepat darah 1500 ml dalam 24
jam atau .
2.3.2 Etiologi
Penyebab yang biasa terjadi adalah laserasi paru, pembuluh
interkosta, atau arteri mammary internal. Dapat disebabkan oleh
trauma tembus atau tumpul. Hemothorax seringkali disertai oleh
pneumothorax.
2.3.4 Diagnosa
Hemothorax dicurigai berdasarkan gejalan dan temuan fisik.
Diagnosa khususnya dikonfirmasi dengan X-ray dada.
2.3.5 Penatalaksanaan
1. Resusitasi cairan sesuai kebutuhan
Pasien dengan hipovolemi (takikardia, hipotensi) diberikan
larutan kristaloid intravena dan kadang transfusi darah.
2. Tube thoracostomy
Jika volume darah cukup untuk tampak pada x-ray dada
(biasanya sekitar 500 ml), atau jika terdapat pneumothorax,
chest tube ukuran besar (32 hingga 38 Fr) dimasukkan dalam
ruang interkosta 5 atau 6 di midaxillary line. Drainase selang
meningkatkan ventilasi, mengurangi resiko pembekuan
hemothorax (yang bisa menjadi empyema atau fibrothorax), dan
memfasilitasi penilaian kehilangan darah dan intergritas
diafragmatika. Darah yang dikumpulkan dari tube thoracostomy
dapat ditransfusikan, mengurangi kebutuhan kristaloid dan darah
eksogen.
3. Kadang dibutuhkan thoracostomy
Thoracotomy segera diindikasikan jika terjadi situasi ini :
- perdarahan awal > 1500 ml
- perdarahan > 200 ml/jam selama lebih dari 2-4 jam dan
menimbulkan gangguan respirasi atau hemodinamik atau
butuh transfusi darah berulang.
39
BAB III
LAPORAN KASUS
Status Generalisata
Kepala : Normocephali.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung
(-/-), pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
Telinga : Simetris, sekret (-), otorrhea (-), nyeri mastoid (-)
Hidung : Simetris, napas cuping hidung (-), lendir (-)
Tenggorokan : Dalam batas normal, Tonsil T1-T1.
Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), mukosa kering (-)
Leher : JVP meningkat (-), trakea di tengah, pembesaran KGB (-),
pembesaran kelenjar tyroid (-).
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tak tampak.
Palpasi : Pulsasi ictus cordis tidak teraba.
Perkusi : Pekak, Batas jantung dalam batas normal.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II (+) normal, murmur (-), gallop (-)
Thorax
Inspeksi : Gerakan dada tidak simetris, retraksi dinding dada (-/-).
Ketinggalan saat bernafas (+), 1 luka tusuk regio thorax
posterior dextra yang telah di jahit.
Palpasi : Stem fremitus dextra melemah, nyeri tekan bagian luka
tusuk.
41
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, tampak tegang, tidak terlihat ada massa.
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani seluruh abdomen.
Genitalia : Dalam batas normal
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, sianosis (-), edema (-), CRT < 2”.
Inferior : Akral hangat, sianosis (-), edema (-), CRT < 2”.
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13,7 12-14 g/dL
Eritrosit 4,85 4.0 - 5.0 juta/uL
Leukosit 13,8 5 - 10 x 103/µL
Hematokrit 41 35 - 47 / %
Trombosit 395 150 - 400 ribu/mm3
Hemostatis
Masa Perdarahan 3 1-3 menit
Masa Pembekuan 10 10-15 menit
Pemeriksaan foto thoraks AP
43
3.6 Tatalaksana
Pada Saat di IGD RSUD Palembang Bari
- O2 Nasal Canul 3 lpm
- IFVD RL 500 ml gtt 20x/menit
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
- Inj. Ketorolac 2 x 30 gr
- Jahit Luka
- Rencana Operasi, Rabu 20 Juli 2022 Pukul 10.00 WIB
Operatif
Pemasangan WSD
Post-Operatif
44
3.7 Prognosis
Quo ad Vitam : Ad Bonam
Quo ad Functionam : Ad Bonam
Quo ad Sanationam : Ad Bonam
3.8 Follow Up
Waktu dan tanggal Hasil follow up
21-07-2022 S/ nyeri bekas luka operasi, sesak nafas (+)
Pukul 07.00 berkurang
Pulmo:
Inspeksi : Gerakan dada simetris, retraksi
dinding dada (-/-).
Palpasi : stem fremitus dextra sinistra
simetris.
Perkusi : sonor kedua lapang paru.
Auskultasi : vesikuler (+/+) normal,
wheezing(-/-), rhonki (-/-)
WSD dextra :Undulasi (-), air bubble (-) dan
cairan sanguinis (-)
36
37
40
DAFTAR PUSTAKA
41
42