Anda di halaman 1dari 48

Laporan Kasus

VERTIGO VESTIBULAR CENTRAL

Oleh :
Rizky Saniyyah Wahyuni, S. Ked 712019066

Pembimbing :
dr. Yesi Astri, Sp.N ,M.Kes

SMF ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus
Judul:
VERTIGO VESTIBULAR SENTRAL

Oleh:
Iffat Nabila Ikbar 712020043
Indah KurniaSari 712020016

dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Saraf di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

Palembang, Agustus 2021


Pembimbing

dr. Yesi Astri, Sp.N, M.Kes

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada allah swt atas segala rahmat dan karunia-nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul : “Vertigo
vestibular sentral” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. dr.Yesi Astri, Sp.N, M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan
masukan serta bimbingan dalam penyelesaian laporan kasus ini,
2. Rekan sejawat seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua.

Palembang, September 2021

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I. STATUS PENDERITA NEUROLOGI
1.1 Identifikasi......................................................................................................1
1.2 Anamnesis......................................................................................................1
1.3 Pemeriksaan Fisik...........................................................................................1
1.4 Rencana Pemeriksaan Penunjang.................................................................10
1.5 Ringkasan.....................................................................................................11
1.6 Diskusi Kasus ..............................................................................................14

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Anatomi dan Fisiologi..................................................................................17
2.2 Definisi Vertigo ...........................................................................................21
2.3 Epidemiologi ..............................................................................................21
2.4 Etiologi ........................................................................................................23
2.5 Faktor Resiko................................................................................................25
2.6 Klasifikasi.....................................................................................................26
2.7 Patofisiologi …………………………………………………………….....29
2.8 Diagnosis......................................................................................................31
2.9 Pemeriksaan Fisik ……. …………………………………………………..32
2.10 Pemeriksaan Penunjang .............................................................................39
2.11 Penatalaksanaan .........................................................................................40

BAB III ANALISA KASUS.................................................................................45


BAB IV KESIMPULAN......................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................48

BAB I
STATUS PENDERITA NEUROLOGI

1.1 IDENTIFIKASI
Nama : Tn. W
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Jepang No 183 RT50 RW05 Kemang agung
Kertapati
Agama : Islam
MRS Tanggal : 03 Agustus 2021

1.2 ANAMNESA
Pasien datang ke poli saraf Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Palembang mengeluh sakit kepala berputar-
putar.
Sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu, pasien mengeluh pusing
berputar. Pusing dirasakan perlahan-lahan bertambah berat.
Keluhan bertambah berat ketika pasien merubah posisi dari
bangun tidur, langsung duduk, berjalan, dan membuka mata.
Keluhan sedikit berkurang ketika berbaring di tempat tidur dan
memejamkan mata. Pasien tidak mengeluhkan adanya pandangan
mata yang gelap. Namun, pasien mengeluh mual namun tidak
sampai muntah. Keluhan telinga berdenging tidak ada, demam
tidak ada, batuk tidak ada. Lalu pasien dibawa oleh keluarganya
ke klinik 24 jam dan pasien diberikan obat-obatan.
Pasien mempunyai riwayat hipertensi (terkontrol), Riwayat
kolestrol tinggi ada. Riwayat diabetes mellitus, riwayat trauma
kepala tidak ada. Riwayat merokok dan alcohol tidak ada.
Riwayat keluarga mengalami keluhan yang sama tidak ada.
Keluhan ini baru dirasakan pertama kali.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

I. Status Praesens
Kesadaran : Kompos mentis (E:4, V:6, M:5)
Suhu Badan : 37,1ºC
Nadi : 100 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
TD : 140/ 90mmHg

II. Status Internus


Jantung : Murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Vesikuler (+/+), ronkhi (-), wheezing (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Anggota Gerak : Lihat status neurologikus
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

III. Status Psikiatrikus


Sikap : Kooperatif
Perhatian : Ada
Ekspresi Muka : Wajar
Kontak Psikis : Ada

IV. Status Neurologis


A. Kepala
Bentuk : Normoocephali
Ukuran : Normal
Simetris : Simetris

B. Leher
Sikap : Lurus
Torticolis : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada
Deformitas : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
C. Saraf-Saraf Otak
1. N. Olfaktorius
Kanan Kiri
Penciuman Normal Normal
Anosmia Tidak ada Tidak ada
Hyposmia Tidak ada Tidak ada
Parasomia Tidak ada Tidak ada

2. N.Optikus
Kanan Kiri
Visus Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Campus visi

- Anopsia Tidak ada Tidak ada


- Hemianopsia Tidak ada Tidak ada
Fundus Okuli
- papil edema Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- papil atrofi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- perdarahan retina Tidak diperiksa Tidak diperiksa

3. N. Occulomotorius, Trochlearis, dan Abducens


Kanan Kiri
Diplopia Tidak ada Tidak ada
Celah mata Normal Normal
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Sikap bola mata
- Strabismus Tidak ada Tidak ada
- Exophtalmus Tidak ada Tidak ada
- Enophtalmus Tidak ada Tidak ada
- Deviation Tidak ada Tidak ada
conjugae
- Gerakan bola mata Baik segala arah Baik segala arah
Pupil
- Bentuk Bulat Bulat
- Besarnya ± 3 mm ± 3 mm
- Isokor/anisokor Isokor Isokor
- Midriasis/miosis Tidak ada Tidak ada
- Refleks cahaya
Langsung Positif Positif
Konsensuil Positif Positif
Akomodasi Positif Positif
- Argyl Robertson Negatif Negatif

4. N. Trigeminus
Motorik Kanan Kiri
- Menggigit Kuat Kuat
- Trismus Tidak ada Tidak ada
- Refleks kornea Tidak ada Tidak ada
Sensorik
- Dahi Normal Normal
- Pipi Normal Normal
- Dagu Normal Normal

5. N. Facialis
Motorik Kanan Kiri
Mengerutkan dahi Simetris
Menutup mata Normal Normal
Menunjukkan gigi Normal Normal
Lipatan nasolabialis Normal Normal
Bentuk muka
- Istirahat Simetris
- Berbicara/bersiul Normal
Sensorik
2/3 depan lidah Tidak diperiksa
Otonom
- Salivasi Tidak ada kelainan
- Lakrimasi Tidak ada kelainan
- Chvostek’s sign Tidak diperiksa

6. N. Cochlearis
Kanan Kiri
Suara bisikan Normal Normal
Detik arloji Normal Normal
Tes Weber Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Tes Rinne Tidak diperiksa Tidak diperiksa

7. N. Glossopharingeus dan N. Vagus


Kanan Kiri
Arcus pharingeus Simetris
Uvula Di tengah
Gagguan menelan Tidak ada
Suara serak/sengau Tidak ada
Denyut jantung Normal
Refleks
- Muntah Normal
- Batuk Tidak diperiksa
- Okulokardiak Normal
- sinus karotikus Normal
Sensorik
- 1/3 belakang lidah Tidak diperiksa

8. N. Accessorius
Kanan Kiri
Mengangkat bahu Normal Normal
Memutar kepala Normal

9. N. Hypoglossus
Kanan Kiri
Mengulur lidah Tidak ada deviasi
Fasikulasi Tidak ada
Atrofi papil Tidak ada
Disartria Tidak ada

D. Kolumna Vertebralis
Kyphosis : Tidak ada kelainan
Skoliosis : Tidak ada kelainan
Lordosis : Tidak ada kelainan
Gibbus : Tidak ada kelainan
Deformitas : Tidak ada kelainan
Tumor : Tidak ada kelainan
Menikokel : Tidak ada kelainan
Hematoma : Tidak ada kelainan
Nyeri Ketok : Tidak ada kelainan

E. Badan dan Anggota Gerak


1. Motorik
Lengan Kanan Kiri
Gerakan Cukup Cukup
Kekuatan 4 5
Tonus Normal Normal
Refleks fisiologis
- Biceps Normal Normal
- Triceps Normal Normal
- Radius Normal Normal
- Ulna Normal Normal
Refleks patologis
-Hoffman Tromner Negatif
Trofik Eutrofik
Tungkai Kanan Kiri
Gerakan Cukup Cukup
Kekuatan 4 5
Klonus
- Paha Negatif Negatif
- Kaki Negatif Negatif
Refleks fisiologis
- KPR Normal Normal
- APR Normal Normal

Refleks patologis Kanan Kiri


- Babinsky Negatif Negatif
- Chaddock Negatif Negatif
- Oppenheim Negatif Negatif
- Gordon Negatif Negatif
- Schaeffer Negatif Negatif
- Rossolimo Negatif Negatif
- Mendel Bechterew Negatif Negatif
Refleks kulit perut
- Atas Tidak ada kelainan
- Tengah Tidak ada kelainan
- Bawah Tidak ada kelainan
- Trofik Tidak ada kelainan

2. Sensorik
Tidak diperiksa

F. Gambar
G. Gejala Rangsang Meningeal
Kanan Kiri
Kaku kuduk Negatif
Kernig Negatif
Lasseque Negatif
Brudzinsky
- Neck Negatif
- Cheek Negatif
- Symphisis Negatif
- Leg I Negatif
- Leg II Negatif

H. Gait dan Keseimbangan


1. Gait
Ataxia : Tidak ada
Hemiplegic : Tidak ada
Scissor : Tidak ada
Propulsion : Tidak ada
Histeric : Tidak ada
Limping : Tidak ada
Steppage : Tidak ada
Astasia-Abasia : Tidak ada

2. Keseimbangan dan Koordinasi


Romberg : Positif
Dysmetri :
- jari-jari : Tidak ada
- jari hidung : Tidak ada
- tumit-tumit : Tidak ada
Dysdiadochokinesis : Tidak ada
Trunk Ataxia : Tidak ada
Limb Ataxia : Tidak ada

I. Gerakan Abnormal
Tremor : Tidak ada
Chorea : Tidak ada
Athetosis : Tidak ada
Ballismus : Tidak ada
Dystoni : Tidak ada
Myocloni : Tidak ada

J. Fungsi Vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Ereksi : Normal

K. Fungsi Luhur
Afasia motorik : Tidak ada
Afasia sensorik : Tidak ada
Apraksia : Tidak ada
Agrafia : Tidak ada
Alexia : Tidak ada
Afasia nominal : Tidak ada

1.4 Rencana Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium
- Hematologi (Hemoglobin, Eritrosit, Hematokrit dan Hitung jenis)
- Profil Lipid (Kolesterol total, Trigliserida, HDL, LDL)
- Asam urat
- hemostasis
b. Foto Rontgen servikal
c. CT-Scan Kepala

1.5 RINGKASAN
1.5.1 Anamnesa
Pasien datang ke poli saraf Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Palembang mengeluh sakit kepala berputar-
putar.
Sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu, pasien mengeluh pusing
berputar. Pusing dirasakan perlahan-lahan bertambah berat.
Keluhan bertambah berat ketika pasien merubah posisi dari
bangun tidur, langsung duduk, berjalan, dan membuka mata.
Keluhan sedikit berkurang ketika berbaring di tempat tidur dan
memejamkan mata. Pasien tidak mengeluhkan adanya pandangan
mata yang gelap. Namun, pasien mengeluh mual namun tidak
sampai muntah. Keluhan telinga berdenging tidak ada, demam
tidak ada, batuk tidak ada. Lalu pasien dibawa oleh keluarganya
ke klinik 24 jam dan pasien diberikan obat-obatan.
Pasien mempunyai riwayat hipertensi (terkontrol), Riwayat
kolestrol tinggi ada. Riwayat diabetes mellitus, riwayat trauma
kepala tidak ada. Riwayat merokok dan alcohol tidak ada.
Riwayat keluarga mengalami keluhan yang sama tidak ada.
Keluhan ini baru dirasakan pertama kali.

1.5.2 Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
I. Status Praesens
Kesadaran : Compos mentis (E:4, M:6, V:5)
Suhu Badan : 37ºC
Nadi : 100 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
TD : 130/80 mmHg
II. Pemeriksaan Motorik
Lengan Kanan Kiri
Gerakan Cukup Cukup
Kekuatan 5 4
Tonus Normal Hypertonus
Refleks fisiologis
- Biceps Normal Normal
- Triceps Normal Normal
- Radius Normal Normal
- Ulna Normal Normal
Refleks patologis
- Hoffman Tromner Negatif
Trofik Eutrofik
Tungkai Kanan Kiri
Gerakan Cukup Cukup
Kekuatan 5 5
Klonus
- Paha Negatif Negatif
- Kaki Negatif Negatif
Refleks fisiologis
- KPR Normal Normal
- APR Normal Normal

Refleks patologis Kanan Kiri


- Babinsky Negatif Negatif
- Chaddock Negatif Negatif
- Oppenheim Negatif Negatif
- Gordon Negatif Negatif
- Schaeffer Negatif Negatif
- Rossolimo Negatif Negatif
- Mendel Bechterew Negatif Negatif
Refleks kulit perut
- Atas Tidak ada kelainan
- Tengah Tidak ada kelainan
- Bawah Tidak ada kelainan
- Trofik Tidak ada kelainan

1.5.3 Diagnosa
- Diagnosa Klinik : Vertigo
- Diagnosis Topik : Organ Vestibular sentral
- Diagnosis Etiologi : Insufisiensi Vaskular (Arteri Vertebralis)
1.5.4 Anjuran Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Hematologi (Hemoglobin, Eritrosit, Hematokrit dan Hitung jenis)
- Profil Lipid (Kolesterol total, Trigliserida, HDL, LDL)
- Asam urat
- hemostasis
b. Foto Rontgen servikal
c. CT-Scan Kepala

1.5.5 Penatalaksanaan
a. Racikan (betahistin dan fluranizine) 2x1 cap
b. Mecobalamin 2x1 cap

1.5.6 Prognosa
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam

1.6 Diskusi Kasus


Vertigo tipe sentral
A. Diagnosis klinis
1. Vertigo non vestibular Pada penderita ditemukan gejala :
- Melayang/ goyang Tidak ada
- Tidak ada mual dan Ada mual
muntah
- Gelap pada mata Tidak ada
Jadi, kemungkinan vertigo non
vestibular dapat disingkirkan
2. Vertigo vestibular
- Sensasi berputar Ada
- Mual dan muntah Ada mual tidak sampai muntah
- Gerakan kepala dan ada
perubahan posisi
Jadi, kemungkinan vertigo vestibular
dapat ditegakkan
B. Diagnosis Banding Topik
1) Vertigo Tipe Perifer Pada penderita ditemukan gejala :
- Onset tiba- tiba Lambat
- Pusing berputar- putar Pusing berputar pada onset, perlahan
lahan semakin berat, menetap.
- Mual dan muntah hebat Ada mual tetapi tidak sampai
muntah.
- Pusing dan bergantung Perubahan posisi tidak mencetuskan
pada perubahan posisi pusing, namun diperparah dengan
dan pergerakan kepala . pergerakan kepala secara cepat.
- Gangguan pendengaran Tidak ada gangguan pendengaran
Jadi, kemungkinan tipe perifer dapat disingkirkan
2) Vertigo Tipe sentral Pada penderita ditemukan gejala :
Bangkitan lambat Bangkitan lambat
Kelainan koordinasi kesulitan Terdapat gangguan koordinasi ,
dan gemetaran saat melakukan wajah dan tungkai gemetar setelah
aktivitas melakukan aktivitas.
Pengaruh gerakan kepala Tidak ada
Mual, muntah, keringatan Ada mual tetapi tidak sampai
muntah
Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan pendengaran
pendengaran
Disertai dengan kelainan batang Tidak ada kelainan batang otak.
otak : diplopia, disartria,
disfagia, difonia.
Jadi, kemungkinan tipe sentral dapat ditegakkan
B. Diagnosis Banding Etiologi
1) Vascular Pada penderita ditemukan gejala :
- Sakit kepala ada
- kehilangan keseimbangan dan
ada
koordinasi
- kesemutan anggota gerak Tidak ada
Jadi, kemungkinan vaskular tidak dapat disingkirkan
2) demyelinisasi Pada penderita ditemukan gejala :
- Dyplopoa Tidak ada
- Hemiparesis Tidak ada
- Gangguan penglihatan Tidak ada
- Disartria Tidak ada
- Inkontinesia Tidak ada
Jadi, kemungkinan demyelinisasi dapat disingkirkan

Kesimpulan
Diagnosis etiologi yaitu :
Vascular

Kesimpulan Diagnosis
- Diagnosis Klinis
Vertigo vestibular
Diagnosis Topik
Vertigo tipe sentral
- Diagnosis Etiologi
Vascular

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi


Dalam Pengertian secara umum, keseimbangan didefinisikan
sebagai kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi tubuh dalam
basis dukungannya. Keseimbangan terbagi atas dua yaitu keseimbangan
statis dan dinamis. Keadaan statis dimana adanya kekuatan untuk
mempertahankan tubuh statis dalam dukungannya. Sedangkan keadaan
dinamis adanya kemampuan untuk beralih dari keadaan dinamis ke statis.1
Adapun sistem yang mengatur keseimbangan tubuh yaitu: sistem
vestibular, sistem proprioseptik, dan sistem optik. Sistem vestibular
meliputi labirin (aparatus vestibularis), nervus vestibularis dan vestibular
sentral. Labirin terletak dalam pars petrosa os temporalis dan dibagi atas
koklea (alat pendengaran) dan aparatus vestibularis (alat keseimbangan).
Labirin terdiri atas labirin membran yang berisi endolimfe dan labirin
tulang berisi perilimfe yang mempunyai kandungan kimia berbeda dan
tidak berhubungan.

Gambar 2.1 Organ Keseimbangan Tubuh


Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga
pasang kanalis semisirkularis. Otolith terdiri dari sepasang kantong yang
disebut sakulus dan utrikulus. Sakulus dan utrikulus mempunyai suatu
penebalan atau makula sebagai mekanoreseptor khusus. Makula terdiri dari
sel-sel rambut dan sel penyokong. 7

Kanalis semisirkularis adalah saluran labirin tulang yang berisi


perilimfe, sedang duktus semisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi
endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis terletak saling tegak lurus dan
terletak di bidang yang berbeda. Kanalis semisirkularis lateral terletak di
bidang horizontal, dan dua kanalis semisirkularis lainnya tegak lurus
dengannya dan satu sama lain. Kanalis semisirkularis posterior sejajar
dengan aksis os petrosus, sedangkan kanalis semisirkularis anterior tegak
lurus dengannya. Karena aksis os petrosus terletak pada sudut 45 0 terhadap
garis tengah, kanalis semisirkularis anterior satu telinga pararel dengan
kanalis semisirkularis posterior telinga sisi lainnya, dan kebalikannya.
Kedua kanalis semisirkularis lateralis terletak di bidang yang sama (bidang
horizontal). 7
Dari ketiga kanalis semisirkularis, masing-masing berhubungan
dengan utrikulus. Setiap kanalis semisirkularis melebar pada salah satu
ujungnya untuk membentuk ampula, yang berisi krista ampularis, yaitu
organ reseptor sistem vestibular. Rambut-rambut sensorik krista tertanam
pada salah satu ujung massa gelatinosa yang memanjang yang disebut
kupula, yang tidak mengandung otolit. Pergerakan endolimfe di kanalis
semisirkularis menstimulasi rambut-rambut sensorik krista, yang dengan
demikian, merupakan reseptor kinetik (reseptor pergerakan). 7

Gambar 2.2 Krista ampularis

Utrikulus dan sakulus mengandung organ resptor lainnya, makula


utrikularis dan makula sakularis. Makula utrikulus terletak di dasar
utrikulus paralel dengan dasar tengkorak, dan makula sakularis terletak
secara vertikal di dinding medial sakulus. Sel-sel rambut makula tertanam
di membrana gelatinosa yang mengandung kristal kalsium karbonat, disebut
statolit. Kristal tersebut ditopang oleh sel-sel penunjang. 7
Reseptor ini menghantarkan implus statik, yang menunjukkan posisi
kepala terhadap ruangan, ke batang otak. Struktur ini juga memberikan
pengaruh pada tonus otot. Implus yang berasal dari reseptor labirin
membentuk bagian aferen lengkung refleks yang berfungsi untuk
mengkoordinasikan otot ekstraokular, leher, dan tubuh sehingga
keseimbangan tetap terjaga pada setiap posisi dan setiap jenis pergerakan
kepala. 7
Stasiun berikutnya untuk transmisi implus di sistem vestibular
adalah nervus vestibulokokhlearis. Ganglion vestibulare terletak di kanalis
auditorius internus; mengandung sel-sel bipolar yang prosesus perifernya
menerima input dari sel reseptor di organ vestibular, dan yang proseus
sentral membentuk nervus vestibularis. Nervus ini bergabung dengan
nervus kokhlearis, yang kemudian melintasi kanalis auditorius internus,
menmbus ruang subarakhnoid di cerebellopontine angle, dan masuk ke
batang otak di taut pontomedularis. Serabut-serabutnya kemudian
melanjutkan ke nukleus vestibularis, yang terletak di dasar

Gambar 2.3 Makula statika

Neurofisiologi Alat Keseimbangan Tubuh. 7


Alur perjalanan informasi mengenai alat keseimbangan tubuh melewati
tahapan sebagai berikut.
 Tahap Transduksi.
Rangsangan gerakan diubah reseptor (R) vestibuler (hair celoil), R. visus
(rod dan cone cells) dan R proprioseptik, menjadi impuls saraf. Dari
ketiga R tersebut, R vestibuler menyumbang informasi terbesar
disbanding dua R lainnya, yaitu lebih dari 55%.
Mekanisme transduksi hari cells vestibulum berlangsung ketika
rangsangan gerakan membangkitkan gelombang pada endolimfe yang
mengandung ion K (kalium). Gelombang endolimfe akan menekuk
rambut sel (stereocilia) yang kemudian membuka/menutup kanal ion K
bila tekukan stereosilia mengarah ke kinosilia (rambut sel terbesar) maka
timbul influks ion K dari endolimfe ke dalam hari cells yang selanjutnya
akan mengembangkan potensial aksi dan kanal ion Ca (kalsium) akan
terbuka dan timbul ion masuk ke dalam hair cells. Influks ion Ca
bersama potensial aksi merangsangn pelepasan neurotransmitter (NT) ke
celah sinaps untuk menghantarkan (transmisi) impuls ke neuron
berikutnya,

 Tahap Transmisi
Impuls yang dikirim dari haircells dihantarkan oleh saraf aferen
vestibularis menuju ke otak dengan NT-nya glutamate
- Normal synoptic transmition
- Iduktion of longtem potentiation
 Tahap Modulasi
Modulasi dilakukan oleh beberapa struktur di otak yang diduga pusat
AKT, antara lain
- Inti vestibularis
- Vestibulo-serebelum
- Inti okulo motorius
- Hiptotalamus
- Formasio retikularis
- Korteks prefrontal dan imbik
Struktur tersebut mengolah informasi yang masuk dan memberi respons
yang sesuai. Manakala rangsangan yang masuk sifatnya berbahaya maka
akan disensitisasi. Sebaliknya, bila bersifat biasa saja maka responsnya
adalah habituasi.
 Tahap Persepsi
Tahap ini belum diketahui lokasinya

2.2 Vertigo
2.2.1 Definisi
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan
otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh
berbagai keadaan atau  penyakit. Perasaan seolah-olah penderita bergerak
atau berputar, atau seolah-olah  benda di sekitar penderita bergerak atau
berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan.
vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai
beberapa jam bahkan berhari-hari. penderita kadang merasa lebih baik jika
berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun   penderita tidak
bergerak sama sekali.5

2.2.2 Epidemiologi

Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu


dengan prevalensi sebesar 7 %. Beberapa studi telah mencoba untuk
menyelidiki epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular
dizziness. Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering
diutarakan oleh pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari
keempat jenis dizziness vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar
54%. Pada sebuah studi mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan
pada wanita disbanding pria (2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode
rekuren.5

1. Frekuensi

Di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap


tahunnya. Dari stroke yang terjadi, 85% merupakan stroke iskemik, dan 1,5%
diantaranya terjadi di serebelum. Rasio stroke iskemik serebelum
dibandingkan dengan stroke perdarahan serebelum adalah 3-5: 1. Sebanyak
10% dari pasien infark serebelum, hanya memiliki gejala vertigo dan
ketidakseimbangan. Insidens sklerosis multiple berkisar diantara 10-80/
100.000 per tahun. Sekitar 3000 kasus neuroma akustik didiagnosis setiap
tahun di Amerika Serikat.

2. Jenis kelamin

Insiden penyakit cerebrovaskular sedikit lebih tinggi pada pria


dibandingkan wanita. Dalam satu seri pasien dengan infark serebelum, rasio
antara penderita pria dibandingkan wanita adalah 2:1. Sklerosis multiple dua
kali lebih banyak pada wanita dibandingkan pria.

3. Usia

Vertigo sentral biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena


adanya faktor resiko yang berkaitan, diantaranya hipetensi, diabetes
melitus,atherosclerosis, dan stroke. Rata-rata pasien dengan infark serebelum
berusia 65 tahun, dengan setengah dari kasus terjadi pada mereka 12 yang
berusia 60-80 tahun. Dalam satu seri, pasien dengan hematoma serebelum
rata-rata berusia 70 tahun.

4. Morbiditas/ Mortalitas

Cedera vaskular dan infark di sirkulasi posterior dapat menyebabkan


kerusakan yang permanen dan kecacatan. Pemulihan seperti yang terjadi
pada vertigo perifer akut tidak dapat diharapkan pada vertigo sentral. Dalam
satu seri, infark serebelum memiliki tingkat kematian sebesar 7% dan 17%
dengan distribusi arteri superior serebelar dan arteri posterior inferior
serebelar. Infark di daerah yang disuplai oleh arteri posterior inferior
serebelar sering terkait dengan efek massa dan penekanan batang otak dan
ventrikel ke empat, oleh karena itu, membutuhkan manajemen medis dan
bedah saraf yang agresif. Dalam satu rangkaian 94 pasien, 20 diantaranya
datang dengan Glasgow Coma Scale (GCS) 8 yang mengindikasikan adanya
penurunan kesadaran yang signifikan. Tingkat kematian pasien lainnya, yaitu
yang GCSnya lebih dari 8, adalah 20% Neuroma akustik memiliki tingkat
kematian yang rendah jika dapat didiagnosis dengan cepat. Tumor dapat
diangkat tanpa mengganggu N VII, namun gangguan pendengaran unilateral
dapat terjadi.

2.2.3 Etiologi

Vertigo merupakan suatu gejala,sederet penyebabnya antara lain akibat


kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu
sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan
posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang
terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan
dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam
telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di
dalam otaknya sendiri.6
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi
tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.
Penyebab umum dari vertigo:6
1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis
semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan
benign paroxysmal positional
4. vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit
maniere,
5. peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf
vestibularis, sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai
cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya.
7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak ( transient
ischemic attack ) pada arteri vertebral dan arteri basiler

Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler
sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII
sampai ke korteks. Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan
vertigo. Penyebab vertigo serta lokasi lesi:7
 Labirin, telinga dalam
 Vertigo posisional paroksisimal benigna
 Pasca trauma
 Penyakit menierre
 Labirinitis (viral, bakteri)
 Toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
 Oklusi peredaran darah di labirin
 Fistula labirin
 Saraf otak ke VIII
 Neuritis iskemik (misalnya pada DM)
 Infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)
 Neuritis vestibular
 Neuroma akustikus
 Tumor lain di sudut serebelo-pontin
 Telinga luar dan tengah
 Otitis media
 Tumor

SENTRAL
Supratentorial
 Trauma
 Epilepsi
Infratentorial
 Insufisiensi vertebrobasiler
Obat
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai
tinitus dan hilangnya pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid,
diuretik loop, antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang
mengandung platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian
juga gentamisin; sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat
ototoksik. Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara
lain sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi
berupa penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat
supresan vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan
fungsi vestibluer. Obat penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan
antiparkinson dapat menimbulkan keluhan rasa melayang yang dapat
dikacaukan dengan vertigo.7
2.2.4 Faktor resiko

Berusia lebih dari 50 tahun


- Wanita
- Pernah atau sedang mengidap luka di kepala
- Sering menggunakan obat-obatan tertentu
Mengonsumsi jenis obat-obat tertentu juga dapat mengakibatkan
seseorang lebih mudah mengalami vertigo. Beberapa jenis obat yang
dimaksud adalah antipsikotik dan antidepresan.
- Ada anggota keluarga yang memiliki riwayat vertigo
- Mengalami infeksi pada telinga
- Sedang stres berat
- Sering mengonsumsi alkohol dan merokok berlebihan
- kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan vertigo.
Seseorang yang menderita diabetes, stroke, dan migrain bisa
mengalami vertigo. Hal yang sama juga dapat dialami oleh wanita
hamil. Hal itu disebabkan karena adanya perubahan hormon, jumlah
gula darah berkurang, dan perkembangan janin yang menekan arteri di
sekitarnya.8

2.2.5 Klasifikasi

Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh


stimulasi dari sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan
somatosensorik berfungsi baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara
lain.9
 Mabuk gerakan (motion sickness)
Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual
surround) berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Mabuk
gerakan akan sangat bila sekitar individu bergerak searah dengan gerakan
badan. Keadaan yang memperovokasi antara lain duduk di jok belakang
mobil, atau membaca waktu mobil bergerak.
 Mabuk ruang angkasa (space sickness)
Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat
(weightlessness). Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari
keseimbangan antara kanalis semisirkularis dan otolit.
 Vertigo ketinggian (height vertigo)
Adalah uatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan
lokomotor oleh karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dang
gejala-gejala vegetatif.
1. Vertigo Vestibular
Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang
senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak
untuk menjaga keseimbangan. Vertigo timbul pada gangguan
sistem vestibular, yang menimbulkan sensasi berputar, timbulnya
episodic, diprovokasi oleh gerakan kepala, dan bias disertai rasa
mual muntah.8
2. Vertigo non vestibular
Vertigo sistemik adalah keluhan vertigo yang disebabkan oleh
penyakit tertentu misalnya diabetes militus, hipertensi dan jantung.
Sementara itu, vertigo neurologik adalah gangguan vertigo yang
disebabkan oleh gangguan saraf. Penyebab lain munculnya vertigo
adalah pola hidup yang tidak teratur, seperti kurang tidur atau
terlalu memikirkan suatu masalah hingga stres. Vertigo yang
disebabkan oleh stres atau tekanan emosional disebut psikogenik.8

Gejala Vertigo vestibular vertigo non vestibular


Sifat vertigo Rasa berputar Melayang, goyang
Serangan Episodik Kontinu/ konstan
Mual/ muntah + -
Gangguan +/- -
pendengaran
Gerakan pencetus Gerakan kepala -
Situasi pencetus - Gerakan obyek visual
keramaian, lalu lintas

Berdasarkan letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo vestibular, yaitu:


1. Vertigo vestibular perifer
Vertigo perifer terjadi jika terdapat gangguan di saluran yag
disebut kanalis simirkularis, yaitu telinga bagian tegah yang
bertugas mengontrol keseimbangan. Vertigo jenis ini biasanya
diikuti gejala-gejala seperti:
a. Pandangan mata gelap
b. Rasa lelah dan stamina menurun
c. Jantung berdebar
d. Hilang keseimbangan
e. Tidak mampu berkonsentrasi
f. Perasaan seperti mabuk
g. Otot terasa sakit
h. Mual dan muntah
i. Daya pikir menurun
j. Berkeringat
Gangguan kesehatan berhubungan dengan vertigo perifer
antara lain penyakit (Benign Proxymal Postional Vertigo) atau
BPPV (gangguan keseimbangan karena ada perubahan posisi
kepala), minire disease (gangguan keseimbangan yang sering kali
menyebabkan hilangnya pendengaran), vestibular neuritis
(peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan) dan labyrinthis
(radang di bagian dalam pendengaran).8
2. Vertigo vestibular sentral
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di
dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah
percabangan otak dan serebelum (otak kecil). Gejala vertigo
sentral biasanya terjadi secara bertahap, penderita akan mengalami
hal tersebut di antaranya ialah:
a. Penglihatan ganda
b. Sukar menelan
c. Kelumpuhan otot-otot wajah
d. Sakit kepala yang berat
e. Kesadaran terganggu
f. Tidak mampu berkata-kata
g. Mual dan muntah
h. Tubuh terasa lemah

Gangguan kesehatan yang berhubugan dengan vertigo sentral


termasuk antara lain, stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang
bekalang dan otak), tumor, trauma di bagian kepala, migren,
infeksi, kondisi peradangan, neurodegenerative illnesses (penyakit
kemunduran fungsu saraf) yang menimbulkan dampak pada otak
kecil. Penyebab dan gejala keluhan vertigo biasanya datang
mendadak, diikuti gejala klinis tidak nyaman seperti banyak
berkeringat, mual dan muntah.8

Gejala Perifer Sentral


Bangkitan Lebih mendadak Lebih lambat
Derajat vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan ++ +/-
kepala
Mual/ muntah/ ++ +
keringatan
Gangguan +/+ +/-
pendengaran
Tanda fokal otak - +/-

2.2.6 Patofisiologi

Vertigo terjadi sebagai suatu respon normal tubuh terhadap stimulus


tertentu (vertigo fisiologis) atau sebagai akibat dari suatu penyakit (vertigo
patologis) yang mempengaruhi labirin organ keseimbangan (vertigo
vestibuler perifer), sistem vestibuler pusat (vertigo vestibuler sentral), atau
sistem fungsional lainnya (vertigo nonvestibular).9
Bagaimana bisa timbul reaksi tersebut belum ada kesepakatan.
Beberapa teori dikemukakan oleh para pakar adalah sebagai berikut.10
 Konflik Sensoris
Vertigo timbul bila ada ketidakharmonisan antara masukan sensoris dari
kedua sisi dan atau dari ketiga jenis reseptor alat keseimbangan tubuh.
Keadaan ini bisa akibat rangsangan berlebihan, lesi sistem vestibular
sentral atau perifer.
 Neural Mismatch
Gejala timbul akibat adanya mismatch (ketidaksesuaian) antara
pengalaman gerakan yang sudah disimpan di otak dengan gerakan yang
sedang berlangsung. Rangsangan yang baru tersebut dirasakan asing atau
tidak sesuai dengan harapan di otak dan merangsang kegiatan yang
berlebihan di SSP. Bila berlangsung terus akan muncul suatu adaptasi
(isensory rearrangement theory)
 Ketidakseimbangan Saraf Otonom
Teori ini didasarkan atas kerja obat anti vertigo dimana gejala muncul
akibat ketidakseimbangan saraf otonom akibat rangsang gerakan, yang
bisa mengarah pada dominasi saraf parasimpatis atau simpatis.
 Neurohormonal (sinaps)
Munculnya sindroma vertigo berawal dari pelepasan corticotrophin
releasing factor (CRF) dai hypothalamus akibat rangsang gerakan. CRF
meningkatkan sekresi stress hormone, dimana akan merangsang korteks
limbic/hippocampus (ansietas), dan locus coeruleus ke arah simpatis
(pucat, vertigo) atau parasimpatis (hipersalivasi, muntah). Bila sindroma
tersebut berulang akibat rangsangan/latihan, maka siklus perubahan
dominasi saraf simpatis dan parasimpatis akan timbul bergantian, sampai
terjadi: perubahan sensitivitas (hiposensitif) reseptor dan jumlah reseptor
(down regulation), serta penurunan terhadap influx kalsium.
Insufisiensi vertebrobasilar merupakan salah satu penyebab utama vertigo
sentral pada orang tua. Sistem vertebrobasilar terdiri dari dua arteri
vertebralis lalu menyatu menjadi satu arteri basilaris yang
memvaskularisasi sirkulasi posterior meliputi serebelum dan batang otak.
2.2.7 Diagnosis
1. Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang,
berputar, tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya.
2. Perlu diketahui juga keadaan yang memprovokasi timbulnya
vertigo: perubahan  posisi kepala dan tubuh, keletihan,
ketegangan.
3. Profil waktu: apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang
timbul,   paroksimal, kronik, progresif atau membaik. Beberapa
penyakit tertentu mempunyai profil waktu yang karakteristik
4. Apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya
menyertai/ditemukan  pada lesi alat vestibuler atau n.
vestibularis.
5. Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin,
salisilat, antimalaria dan lain-lain yang diketahui
ototoksik/vestibulotoksik dan adanya penyakit sistemik  seperti
anemi, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru juga
perlu ditanyakan.
6. Kemungkinan trauma akustik.
Sebelum memulai pengobatan, harus ditentukan sifat dan
penyebab dari vertigo. Gerakan mata yang abnormal menunjukkan
adanya kelainan fungsi telingan bagian dalam atau saraf yang
menghubungkannya dengan otak. Nistagmus adalah gerakan mata yang
cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Arah dari gerakan
tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa. Nistagmus bisa
dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tiba-tiba
atau meneteskan air dingin ke dalam telinga
Untuk menguji keseimbangan, penderita diminta berdiri dan
kemudian berjalan dalam satu garis lurus, awalnya dengan mata
terbuka, kemudian dengan mata tertutup.
Tes pendengaran seringkali bisa menentukan adanya kelainan
telinga yang mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran.
Pemeriksaan lainnya adalah CT scan atau MRI kepala, yang bisa
menunjukkan kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika di
duga suatu infeksi, bisa diambil contoh cairan dari telinga atau sinus
atau dari tulang belakang. Jika di duga terdapat penurunan aliran darah
ke otak, maka dilakukan pemeriksaan angiogram, untuk melihat adanya
sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.4

2.2.8 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan leher


dan system cardiovascular.
Pemeriksaan Neurologik Pemeriksaan neurologic meliputi :
 Pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli
sensorineural, nistagmus.11
Nistagmus vertical 80% sensitive untuk lesi nucleus vestibular atau
vermis cerebellar. Nistagmus horizontal yang spontan dengan atau tanpa
nistagmus rotator konsisten dengan acute vestibular neuronitis.
 Gait test
1. Romberg’s sign
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan
namun masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral
memilki instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan.
walaupun Romberg’s sign konsisten dengan masalah vestibular atau
propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam mendiagnosis vertigo.
Pada sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan
tidak berhubungan dengan penyebab yang lebih serius dari dizziness
(tidak hanya terbatas pada vertigo) misalnya drug related vertigo,
seizure, arrhythmia, atau cerebrovascular event 12
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula
dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi
demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak
dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau
suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan
pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata
terbuka maupun pada mata tertutup.

Gambar 2.6 Uji Romberg


2. Heel-to- toe walking test
3. Unterberger's stepping test
(Pasien disuruh untuk berjalan spot dengan mata tertutup – jika
pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin pada
sisi tersebut).11
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan
di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu
menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan
menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang
melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan
bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang
lainnya naik, disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.

Gambar 2.7 Uji Unterbeger


4. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-
ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan
terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

Gambar 2.8 Uji Tunjuk Barany


Pemeriksaan untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau
perifer:
1. Fungsi Vestibuler
 Dix-Hallpike manoeuvre
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke
belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di
bawah garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke
kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo
dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya
perifer atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo) : vertigo dan nistagmus
timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu
kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes
diulang-ulang beberapa kali (fatigue).
Sentral : tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-
langsung lebih dari 1 menit, bila diulangulang reaksi tetap seperti
semula (non-fatigue)
Gambar 2.9 Dix hallpike mhnuever

 Test hiperventilasi
Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain
hasilnya normal. Pasien diinstruksikan untuk bernapas kuat dan
dalam 30 kali. Lalu diperiksa nistagmus dan tanyakan pasien
apakah prosedur ersebut menginduksi terjadinya vertigo. Jika
pasien merasakan vertigo tanpa nistagmus maka didiagnosis
sebagai sindrom hiperventilasi. Jika nistagmus terjadi setelah
hiperventilais menandakan adanya tumor pada nervus VIII.8

 Tes Kalori
Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala
penderita diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60º.
(Tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam posisi
vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh
aliran konveksi akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL
dengan ujung jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi
dengan air bersuhu 30ºC (kirakira 7º di bawah suhu badan) air
disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 mL/detik,
dengan demikian gendang telinga tersiram air selama kira-kira 20
detik.
Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya
nistagmus. Arah gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan
dengan sisi telinga yang dialiri (karena air yang disuntikkan lebih
dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat, demikian juga
frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus
berlangsung dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada
tiap penderita. Biasanya antara ½ - 2 menit. Setelah istirahat 5
menit, telinga ke-2 dites.
Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya
nistagmus pada kedua sisi, yang pada keadaan normal hampir
serupa. Pada penderita sedemikian 5 mL air es diinjeksikan ke
telinga, secara lambat, lamanya injeksi berlangsung 20 detik. Pada
keadaan normal hal ini akan mencetuskan nistagmus yang
berlangsung 2-2,5 menit. Bila tidak timbul nistagmus, dapat
disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik. Bila ini juga tidak
menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak
berfungsi.
Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan
labirin normal hipoaktif atau tidak berfungsi.

 Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan
tujuan untuk merekam gerakkan mata pada nistagmus, dengan
demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif.
 Posturografi
Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang
mempunyai peranan penting: sistem visual, vestibular, dan
somatosensorik. Tes ini dilakukan dengan 6 tahap :
a. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan
pandangan pun dalam keadaan biasa (normal)
b. Pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri
terfiksasi (serupa dengan tes romberg)
c. Pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia
berdiri pada tempat yang terfiksasi. Dengan bergeraknya yang
dipandang, maka input visus tidak dapat digunakan sebagai
patokan untuk orientasi ruangan.
d. Pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri
digoyang. Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input
somatosensorik dari badan bagian bawah dapat diganggu.
e. Mata ditutup dan tempat berpijak digayang.
f. Pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan
tumpuan berpijak digoyang.
Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu
(kacau: tidak akurat) sehingga penderita harus menggunakan
sistem sensorik lainnya untuk input (informasi)

2. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan
tuli konduktif dan tuli perseptif
b. Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry,
Tone Decay.

 Pemeriksaan Kepala dan Leher


Pemeriksaan kepala dan leher meliputi :
- Pemeriksaan membrane timpani untuk menemukan vesikel (misalnya
herpes zoster auticus (Ramsay Hunt Syndrome)) atau kolesteaatoma
(Sura et Newell, 2010).
- Hennebert sign (vertigo atau nistagmus yangterjadi ketika mendorong
tragus dan meatus akustikus eksternus pada siis yang bermasalah)
mengindikasikan fistula perikimfatik.7
- Valsava maneuver (exhalasi dengan mulut dan hidung ditutup untuk
meningkat tekanan melawan tuba eusthacius dan telinga dalam) dapat
menyebabkan vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik atau
dehiscence kanalis semisirkularis anterior. Namun nilai diagnostic
berdasarkan klinis ini masih terbatas.16
- Head impulses test Pasien duduk tegak dengan mata terfiksasi pada
objek sejauh 3 m dan diinstruksikan untuk tetap melihat objek ketika
pemeriksa menolehkan kepala pasien. Dimulai dengan pemeriksa
menolehkan kepala pasien ke salah satu sisi pelan-pelan setelah itu
pemeriksa menolehkan kepala pasien sisi lainnya horizontal 20o dengan
cepat. Pada orang yang normal tidak ada saccades mengindikasikan
pandangan mereka terfiksasi di objek. Jika ada sakade setelahnya maka
mengindikasikan bahwa terdapat lesi pada vestibular perifer pada sisi
itu.
Gambar 2. 9. Head impulses test

2.2.9 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audimetric, vestibular
testing, evaluasi radiologis, dan evaluasi laboratorium.
- Laboratorium: darah lengkap, profil lipid, asam urat, dan hemostasis
- Foto Rontgen servikal
- Neurofisiologi sesuai indikasi: EEG (elektroensefalografi), ENG
(elektronistagmografi), EMG (elektromiografi), dan audiometri
- Neuroimaging: CT scan, MRI, arteriografi
Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo
yang memiliki tanda dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk
terjadinya CVA, tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi
struktur dan integritas batang otak, cerebellum, dan periventrikular white
matter, dan kompleks nervus VIII.13

2.2.10 Tatalaksana

Pada kasus vertigo sentral, karena disebabkan gangguan vaskuler,


penatalaksanaannya sesuai dengan tatalaksana stroke. Pada vertigo perifer,
penatalaksanaannya terdiri dari:
1. Terapi kausal
2. Terapi simptomatik
3. Terapi rehabilitasi: menggunakan metode Brandt-Daroff
4. Terapi operasi
Prosedur operasi dilakukan bila proses reposisi kanalis tidak berhasil.
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa
sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan
pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar
kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu.14
1. Antihistamin
Terdapat obat antihistamin tertentu yang mempunyai sifat anti vertigo.
Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat,
difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti
vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat.
Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan kemampuannya
sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi
(mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat efek samping ini
memberikan dampak yang positif. 14
2. Antagonis kalsium
Obat antagonis kalsium Sinarisin (Stugeron) dan Flunarisin (Sibelium)
sering digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut
vestibular mengandung banyak terowongan kalsium.
- Sinarisin (Stugerone) Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular.
Dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis
biasanya ialah 5 – 10 mg, 1 kali sehari. Efek samping ialah rasa
mengantuk (sedasi), konstipasi, gejala ekstrapiramidal dan “rash” di
kulit. 14
3. Fenotiazine
Obat ini bersifat anti emetik (anti muntah). Namun tidak semua mempunyai
sifat anti vertigo. Klorpromazine sangat efektif untuk nausea yang
diakibatkan oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
Dosis Klorpomasin 25 mg 3 kali sehari. Namun obat ini memiliki efek
samping seperti mulut terasa kering, rasa mengantuk, dan gejala
ekstrapiramidal lainnya.14
4. Obat simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat
simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah
efedrin. Dosis Efedrin dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari. Khasiat
obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya.
37 Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi
gelisah – gugup. 14
5. Obat penenang minor
Untuk mengurangi kecemasan penderita vertigo yang sering menyertai
gejala vertigo. Efek samping seperti mukosa terasa kering. - Diazepam.
Dosis dapat diberikan 2– 5 mg 3 kali sehari. 14
6. Obat anti kolinergik
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas system
vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.
- Skopolamin Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau
efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg
– 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping dari skopolamin yaitu mukosa
terasa kering dan terjadi gejala ekstrapiramidal lainnya. 14

Terapi Fisik
Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga diperlukan
latihan fisik. Latihan fisik bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular,
membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan.
Tujuan latihan ialah : 14
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan :
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi,
gerak miring).
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan
mata tertutup.
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata
tertutup.
5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga
memfiksasi pada objek yang diam. Terapi rehabilitasi Brand-Darrof Latihan
Brand-Darrof merupakan latihan fisik yang biasanya digunakan pada
penderita vertigo.

Gambar 2.9 Latihan Brand-Darrof


Keterangan Gambar:
a. Ambil posisi duduk.
b. Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik
posisi duduk.
c. Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-
masing gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang
kali.
Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah.

Terapi Spesifik Vertigo


a. BPPV (Benign Paroxymal Positional Vertigo)
Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi obat-obatan. Vertigo
dapat membaik dengan maneuver rotasi kepala. Hal ini akan
mmemindahkan deposit kalsium yang bebas ke belakang vestibule.
Manuver ini meliputi reposisi kanalit berupa maneuver epley,
modifikasi maneuver epley. Pasien perlu tetap tegak selama 24 jam
setelah reposisi kanalit utnuk mencegah deposit kalsium kembali ke
kanalis semisirkularis. 14
b. Vestibular neuronitis dan Labirynthis
Terapi fokus pada gejala menggunakan terapi obat-obatan yang
mensipresi vestibular yang diikuti dengan latihan vestibular.
Kompensasi vestibular terjadi lebih cepat dan lebih sempurna jika
pasien mulai 2 kali sehari latihan vestibular sesegera mungkin setelah
vertigo berkurang dengan obat-obatan. 14
c. Meniere disease
Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfatik. Walaupun diet
rendah garam dan diuretic seringkali mengurangi vertigo, hal ini
kurang efektif dalam mengobati ketulian dan tinnitus. Pada kasus yang
jarang intervensi bedah seperti dekompresi dengan shunt endolimfatik
atau cochleosacculoctomy dibutuhkan jika penyakit ini resisten
terhadap pengobatan diuretic dan diet. 14
d. Ischemic Vascular
Terapi TIA dan stroke meliputi mencegah terjadinya ulangan kejadian
melalui control tekanan darah, menurunkan level kolesterol,
mengurangi merokok, menginhibisi fungsi platelet (misalnya aspirin,
clopidogrel) dan terkadang antikoagulasi (warfarin). Vertigo akut yang
disebabkan oleh stroke pada batang otak atau cerebellum diobati
dengan obat-oabat yang mensupresi vestibular dan meminimalisrir
pergerakan kepala pada hari pertama. Sesegera mungkin jika keluhan
dapat ditoleransi obat-oabatan harus di tapper off dan latihan
rehabilitasi vestibular harus segera dimulai. Penempatan stent
vertebrobasilar diperlukan pada pasien dengan stenosis arteri
vertebralis dan refrakter terhadap penaganan medis. Perdarahan pada
cerebellum dan batang otak member risiko kompresi sehingga
diperlukan dekompresi mellau neurosurgery.14
BAB III
ANALISA KASUS

Pasien datang ke poli saraf Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Palembang


mengeluh sakit kepala berputar- putar. Hal ini merupakan suatu tanda bahwa
pasien mengalami vertigo. Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak
dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama
dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh
oleh berbagai keadaan atau  penyakit.
Sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu, pasien mengeluh pusing berputar.
Pusing dirasakan perlahan-lahan bertambah berat. Keluhan bertambah berat
ketika pasien merubah posisi dari bangun tidur, langsung duduk, berjalan, dan
membuka mata. Keluhan sedikit berkurang ketika berbaring di tempat tidur dan
memejamkan mata. Pasien tidak mengeluhkan adanya pandangan mata yang
gelap. Namun, pasien mengeluh mual namun tidak sampai muntah. Berdasarkan
hasil anamnesis tersebut, dapat disimpulkan pasien mengalami vertigo tipe
vestibular. Vertigo vestibular dibagi menjadi dua jenis, yaitu vertigo perifer dan
vertigo sentral. Pada vertigo tipe perifer, bangkitan vertigo timbul lebih
mendadak, derajat vertigo yang berat, dipengaruhi oleh gerakan kepala, terdapat
gejala otonom ++ (mual, muntah, berkeringat), gangguan pendengaran (tinitus,
tuli), tanda fokal otak (-). Sedangkan pada vertigo tipe sentral, bangkitan vertigo
lebih lambat, dengan derajat yang ringan, tidak dipengaruhi oleh gerakan kepala,
gejala otonom +, tidak ada gangguan pendengaran, tanda fokal otak (+). Pada
pasien didapatkan gambaran klinis vertigo vestibular tipe sentral.
Pasien mempunyai riwayat hipertensi (terkontrol). Hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan vaskuler ditelinga dalam dan memicu BPPV. BPPV
dapat diakibatkan sekuele iskemik labirin yang memungkinkan terlepasnya
otolith dari membran otolith. Serta, pada pasien hipertensi kronis akan terjadi
peningkatan jumlah curah jantung ke otak. Peningkatan jumlah curah jantung ke
otak dapat mengakibatkan dinding arteriol kecil dan kapiler otak menebal serta
tetap terkontriksi sepanjang waktu yang akan menyebabkan penurunan aliran
darah ke otak. Penurunan aliran darah ke otak dapat mengakibatkan hipoglikemi
dan hipoksia menahun yang akan menurunkan fungsi neuro otak. Sehingga terjadi
gangguan pusat keseimbangan tubuh.
Pada pasien juga mempunyai riwayat kolesterol yang tinggi.
Kolesteronemia dapat menyebabkan kerusakan vaskuler di telinga dalam
sehingga memicu vertigo.
Pada pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi didapatkan adanya
romberg test (+). Pada saat pasien menutup mata, badan pasien sedikit
bergoyang. Namun pada saat membuka mata, pasien tetap pada posisi tegak. Hal
ini merupakan suatu tanda bahwa pasien mengalami gangguan vestibular. Pada
kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang
menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita
tetap tegak.
Pada pasien diberikan obat racikan yaitu betahistine dan flunarizine 2x1
cap/oral. Betahistin merupakan obat analog histamin dengan fungsi sebagai
agonis reseptor histamin H1 dan antagonis reseptor H3, dengan efek tersebut
betahistin bekerja di sistem syaraf pusat dan secara khusus di sistem neuron yang
terlibat dalam pemulihan gangguan vestibular, dengan mengaktifkan reseptor ini
menyebabkan pembesaran pembuluh darah dan peningkatan sirkulasi darah yang
membantu menghilangkan tekanan di dalam telinga dan frekuensi serangan
penyebab vertigo. Sedangkan, flunarizine adalah salah satu obat golongan
antagonis kalsium. Flunarizine yang bekerja dengan menghambat kanal kalsium
di dalam sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium
intrasel. Penghambat kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan vestibuler.
Sehingga pada beberapa penelitian menyebutkan bahwa terdapat keunggulan
betahisitine dikombinasikan dengan flunarizine.
Pada pasien diberikan mecobalamin 2x1 cap/oral. Mecobalamin adalah
sejenis koenzim B12 endogen yang memegang peranan penting dalam proses
methylation. Sebagai koenzim methionine synthase, berperan dalam proses
sintesis methionine dari sel serta berperan dalam sintesis nucleic acid dan protein.
Mecobalamin juga dapat meningkatkan axonal transport dan regenerasi akson
serta memulihkan perlambatan transmisi sinaps dengan meningkatkan
eksitabilitas saraf dan memperbaiki berkurangnya neurotransmiter asetilkolin.
BAB IV
KESIMPULAN

Telah dipaparkan kasus dengan diagnosis Vertigo Vestibular Central.


Pasien dirawat jalan Poli Saraf RS Muhammadiyah Palembang pada tanggal
Selasa, 28 September 2021 dan pasien disarankan lebih lanjut untuk tetap
dilakukan kontrol ulang dan mengkonsumsi obat yang diberikan dokter sampai
sembuh dan tetap konsultasi ke dokter spesialis saraf.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lempert, T, Neuhauser, H. Epidemiology of vertigo, migraine and
vestibular migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338.
2. Distefano, L. J., Troy, B., & Marshall, S. 2009. Gluteal Muscle Activation
During Common Therapeutic Exercises, 39(7), 532–540.
3. Snell, R.S., 2014. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:
EGC.
4. Ganong, William F. 2008. Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Penerbit Buku
Kedokter Akbar, M., 2013. Diagnosis Vertigo. Available from:
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/9621/DIAGNOS
IS%20 VERTIGO-MA.pdf?sequence=1 [Accessed 01 April 2015].
an EGC. Jakarta. Indonesia
5. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat;
2014.
6. Marril KA. Central Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 21 Januari 2011.
Diunduh tanggal 8 April 2011. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/794789- clinical 0217
7. Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic
Approach that Needed for establish of Vetigo. The Practitioner September
2010 - 254 (1732): 19-23
8. Distefano, L. J., Troy, B., & Marshall, S. 2009. Gluteal Muscle Activation
During Common Therapeutic Exercises, 39(7), 532–540.
9. Rohkamm, Reinhard MD. Color Atlas of Neurology. Germany: Thieme;
2004. p58
10. Bintoro, Aris Catur. Kecepatan Rerata Aliran Darah Otak Sistem
Vertebrobasilar pada Pasien Vertigo Sentral. Program Pendidikan Dokter
Spesialis I, Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran, Universitas
Diponegoro. [online]. 2000. [cited agustus 2021 ]. Jurnal diunduh dari
http://eprints.undip.ac.id/12209/1/2000FK643.pdf
11. Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic
Approach that Needed for establish of Vetigo. The Practitioner September
2010 - 254 (1732): 19-23.
12. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary
care, BJMP 2010;3(4):a351
13. Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient
with Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and
wilkins)
14. Dewanto G., Suwono, W. J., Riyanto, B., Turana Y., 2009. Nyeri Kepala
dan Vertigo. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit
Saraf.Jakarta: EGC pp 111-115.

Anda mungkin juga menyukai