Oleh :
Rizky Saniyyah Wahyuni, S. Ked 712019066
Pembimbing :
dr. Yesi Astri, Sp.N ,M.Kes
Laporan Kasus
Judul:
VERTIGO VESTIBULAR SENTRAL
Oleh:
Iffat Nabila Ikbar 712020043
Indah KurniaSari 712020016
dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Saraf di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada allah swt atas segala rahmat dan karunia-nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul : “Vertigo
vestibular sentral” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. dr.Yesi Astri, Sp.N, M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan
masukan serta bimbingan dalam penyelesaian laporan kasus ini,
2. Rekan sejawat seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I. STATUS PENDERITA NEUROLOGI
1.1 Identifikasi......................................................................................................1
1.2 Anamnesis......................................................................................................1
1.3 Pemeriksaan Fisik...........................................................................................1
1.4 Rencana Pemeriksaan Penunjang.................................................................10
1.5 Ringkasan.....................................................................................................11
1.6 Diskusi Kasus ..............................................................................................14
BAB I
STATUS PENDERITA NEUROLOGI
1.1 IDENTIFIKASI
Nama : Tn. W
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Jepang No 183 RT50 RW05 Kemang agung
Kertapati
Agama : Islam
MRS Tanggal : 03 Agustus 2021
1.2 ANAMNESA
Pasien datang ke poli saraf Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Palembang mengeluh sakit kepala berputar-
putar.
Sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu, pasien mengeluh pusing
berputar. Pusing dirasakan perlahan-lahan bertambah berat.
Keluhan bertambah berat ketika pasien merubah posisi dari
bangun tidur, langsung duduk, berjalan, dan membuka mata.
Keluhan sedikit berkurang ketika berbaring di tempat tidur dan
memejamkan mata. Pasien tidak mengeluhkan adanya pandangan
mata yang gelap. Namun, pasien mengeluh mual namun tidak
sampai muntah. Keluhan telinga berdenging tidak ada, demam
tidak ada, batuk tidak ada. Lalu pasien dibawa oleh keluarganya
ke klinik 24 jam dan pasien diberikan obat-obatan.
Pasien mempunyai riwayat hipertensi (terkontrol), Riwayat
kolestrol tinggi ada. Riwayat diabetes mellitus, riwayat trauma
kepala tidak ada. Riwayat merokok dan alcohol tidak ada.
Riwayat keluarga mengalami keluhan yang sama tidak ada.
Keluhan ini baru dirasakan pertama kali.
I. Status Praesens
Kesadaran : Kompos mentis (E:4, V:6, M:5)
Suhu Badan : 37,1ºC
Nadi : 100 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
TD : 140/ 90mmHg
B. Leher
Sikap : Lurus
Torticolis : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada
Deformitas : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
C. Saraf-Saraf Otak
1. N. Olfaktorius
Kanan Kiri
Penciuman Normal Normal
Anosmia Tidak ada Tidak ada
Hyposmia Tidak ada Tidak ada
Parasomia Tidak ada Tidak ada
2. N.Optikus
Kanan Kiri
Visus Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Campus visi
4. N. Trigeminus
Motorik Kanan Kiri
- Menggigit Kuat Kuat
- Trismus Tidak ada Tidak ada
- Refleks kornea Tidak ada Tidak ada
Sensorik
- Dahi Normal Normal
- Pipi Normal Normal
- Dagu Normal Normal
5. N. Facialis
Motorik Kanan Kiri
Mengerutkan dahi Simetris
Menutup mata Normal Normal
Menunjukkan gigi Normal Normal
Lipatan nasolabialis Normal Normal
Bentuk muka
- Istirahat Simetris
- Berbicara/bersiul Normal
Sensorik
2/3 depan lidah Tidak diperiksa
Otonom
- Salivasi Tidak ada kelainan
- Lakrimasi Tidak ada kelainan
- Chvostek’s sign Tidak diperiksa
6. N. Cochlearis
Kanan Kiri
Suara bisikan Normal Normal
Detik arloji Normal Normal
Tes Weber Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Tes Rinne Tidak diperiksa Tidak diperiksa
8. N. Accessorius
Kanan Kiri
Mengangkat bahu Normal Normal
Memutar kepala Normal
9. N. Hypoglossus
Kanan Kiri
Mengulur lidah Tidak ada deviasi
Fasikulasi Tidak ada
Atrofi papil Tidak ada
Disartria Tidak ada
D. Kolumna Vertebralis
Kyphosis : Tidak ada kelainan
Skoliosis : Tidak ada kelainan
Lordosis : Tidak ada kelainan
Gibbus : Tidak ada kelainan
Deformitas : Tidak ada kelainan
Tumor : Tidak ada kelainan
Menikokel : Tidak ada kelainan
Hematoma : Tidak ada kelainan
Nyeri Ketok : Tidak ada kelainan
2. Sensorik
Tidak diperiksa
F. Gambar
G. Gejala Rangsang Meningeal
Kanan Kiri
Kaku kuduk Negatif
Kernig Negatif
Lasseque Negatif
Brudzinsky
- Neck Negatif
- Cheek Negatif
- Symphisis Negatif
- Leg I Negatif
- Leg II Negatif
I. Gerakan Abnormal
Tremor : Tidak ada
Chorea : Tidak ada
Athetosis : Tidak ada
Ballismus : Tidak ada
Dystoni : Tidak ada
Myocloni : Tidak ada
J. Fungsi Vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Ereksi : Normal
K. Fungsi Luhur
Afasia motorik : Tidak ada
Afasia sensorik : Tidak ada
Apraksia : Tidak ada
Agrafia : Tidak ada
Alexia : Tidak ada
Afasia nominal : Tidak ada
1.5 RINGKASAN
1.5.1 Anamnesa
Pasien datang ke poli saraf Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Palembang mengeluh sakit kepala berputar-
putar.
Sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu, pasien mengeluh pusing
berputar. Pusing dirasakan perlahan-lahan bertambah berat.
Keluhan bertambah berat ketika pasien merubah posisi dari
bangun tidur, langsung duduk, berjalan, dan membuka mata.
Keluhan sedikit berkurang ketika berbaring di tempat tidur dan
memejamkan mata. Pasien tidak mengeluhkan adanya pandangan
mata yang gelap. Namun, pasien mengeluh mual namun tidak
sampai muntah. Keluhan telinga berdenging tidak ada, demam
tidak ada, batuk tidak ada. Lalu pasien dibawa oleh keluarganya
ke klinik 24 jam dan pasien diberikan obat-obatan.
Pasien mempunyai riwayat hipertensi (terkontrol), Riwayat
kolestrol tinggi ada. Riwayat diabetes mellitus, riwayat trauma
kepala tidak ada. Riwayat merokok dan alcohol tidak ada.
Riwayat keluarga mengalami keluhan yang sama tidak ada.
Keluhan ini baru dirasakan pertama kali.
1.5.3 Diagnosa
- Diagnosa Klinik : Vertigo
- Diagnosis Topik : Organ Vestibular sentral
- Diagnosis Etiologi : Insufisiensi Vaskular (Arteri Vertebralis)
1.5.4 Anjuran Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Hematologi (Hemoglobin, Eritrosit, Hematokrit dan Hitung jenis)
- Profil Lipid (Kolesterol total, Trigliserida, HDL, LDL)
- Asam urat
- hemostasis
b. Foto Rontgen servikal
c. CT-Scan Kepala
1.5.5 Penatalaksanaan
a. Racikan (betahistin dan fluranizine) 2x1 cap
b. Mecobalamin 2x1 cap
1.5.6 Prognosa
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Kesimpulan
Diagnosis etiologi yaitu :
Vascular
Kesimpulan Diagnosis
- Diagnosis Klinis
Vertigo vestibular
Diagnosis Topik
Vertigo tipe sentral
- Diagnosis Etiologi
Vascular
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tahap Transmisi
Impuls yang dikirim dari haircells dihantarkan oleh saraf aferen
vestibularis menuju ke otak dengan NT-nya glutamate
- Normal synoptic transmition
- Iduktion of longtem potentiation
Tahap Modulasi
Modulasi dilakukan oleh beberapa struktur di otak yang diduga pusat
AKT, antara lain
- Inti vestibularis
- Vestibulo-serebelum
- Inti okulo motorius
- Hiptotalamus
- Formasio retikularis
- Korteks prefrontal dan imbik
Struktur tersebut mengolah informasi yang masuk dan memberi respons
yang sesuai. Manakala rangsangan yang masuk sifatnya berbahaya maka
akan disensitisasi. Sebaliknya, bila bersifat biasa saja maka responsnya
adalah habituasi.
Tahap Persepsi
Tahap ini belum diketahui lokasinya
2.2 Vertigo
2.2.1 Definisi
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan
otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh
berbagai keadaan atau penyakit. Perasaan seolah-olah penderita bergerak
atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau
berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan.
vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai
beberapa jam bahkan berhari-hari. penderita kadang merasa lebih baik jika
berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak
bergerak sama sekali.5
2.2.2 Epidemiologi
1. Frekuensi
2. Jenis kelamin
3. Usia
4. Morbiditas/ Mortalitas
2.2.3 Etiologi
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler
sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII
sampai ke korteks. Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan
vertigo. Penyebab vertigo serta lokasi lesi:7
Labirin, telinga dalam
Vertigo posisional paroksisimal benigna
Pasca trauma
Penyakit menierre
Labirinitis (viral, bakteri)
Toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
Oklusi peredaran darah di labirin
Fistula labirin
Saraf otak ke VIII
Neuritis iskemik (misalnya pada DM)
Infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)
Neuritis vestibular
Neuroma akustikus
Tumor lain di sudut serebelo-pontin
Telinga luar dan tengah
Otitis media
Tumor
SENTRAL
Supratentorial
Trauma
Epilepsi
Infratentorial
Insufisiensi vertebrobasiler
Obat
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai
tinitus dan hilangnya pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid,
diuretik loop, antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang
mengandung platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian
juga gentamisin; sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat
ototoksik. Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara
lain sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi
berupa penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat
supresan vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan
fungsi vestibluer. Obat penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan
antiparkinson dapat menimbulkan keluhan rasa melayang yang dapat
dikacaukan dengan vertigo.7
2.2.4 Faktor resiko
2.2.5 Klasifikasi
2.2.6 Patofisiologi
Test hiperventilasi
Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain
hasilnya normal. Pasien diinstruksikan untuk bernapas kuat dan
dalam 30 kali. Lalu diperiksa nistagmus dan tanyakan pasien
apakah prosedur ersebut menginduksi terjadinya vertigo. Jika
pasien merasakan vertigo tanpa nistagmus maka didiagnosis
sebagai sindrom hiperventilasi. Jika nistagmus terjadi setelah
hiperventilais menandakan adanya tumor pada nervus VIII.8
Tes Kalori
Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala
penderita diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60º.
(Tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam posisi
vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh
aliran konveksi akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL
dengan ujung jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi
dengan air bersuhu 30ºC (kirakira 7º di bawah suhu badan) air
disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 mL/detik,
dengan demikian gendang telinga tersiram air selama kira-kira 20
detik.
Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya
nistagmus. Arah gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan
dengan sisi telinga yang dialiri (karena air yang disuntikkan lebih
dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat, demikian juga
frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus
berlangsung dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada
tiap penderita. Biasanya antara ½ - 2 menit. Setelah istirahat 5
menit, telinga ke-2 dites.
Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya
nistagmus pada kedua sisi, yang pada keadaan normal hampir
serupa. Pada penderita sedemikian 5 mL air es diinjeksikan ke
telinga, secara lambat, lamanya injeksi berlangsung 20 detik. Pada
keadaan normal hal ini akan mencetuskan nistagmus yang
berlangsung 2-2,5 menit. Bila tidak timbul nistagmus, dapat
disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik. Bila ini juga tidak
menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak
berfungsi.
Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan
labirin normal hipoaktif atau tidak berfungsi.
Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan
tujuan untuk merekam gerakkan mata pada nistagmus, dengan
demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif.
Posturografi
Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang
mempunyai peranan penting: sistem visual, vestibular, dan
somatosensorik. Tes ini dilakukan dengan 6 tahap :
a. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan
pandangan pun dalam keadaan biasa (normal)
b. Pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri
terfiksasi (serupa dengan tes romberg)
c. Pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia
berdiri pada tempat yang terfiksasi. Dengan bergeraknya yang
dipandang, maka input visus tidak dapat digunakan sebagai
patokan untuk orientasi ruangan.
d. Pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri
digoyang. Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input
somatosensorik dari badan bagian bawah dapat diganggu.
e. Mata ditutup dan tempat berpijak digayang.
f. Pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan
tumpuan berpijak digoyang.
Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu
(kacau: tidak akurat) sehingga penderita harus menggunakan
sistem sensorik lainnya untuk input (informasi)
2. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan
tuli konduktif dan tuli perseptif
b. Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry,
Tone Decay.
2.2.10 Tatalaksana
Terapi Fisik
Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga diperlukan
latihan fisik. Latihan fisik bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular,
membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan.
Tujuan latihan ialah : 14
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan :
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi,
gerak miring).
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan
mata tertutup.
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata
tertutup.
5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga
memfiksasi pada objek yang diam. Terapi rehabilitasi Brand-Darrof Latihan
Brand-Darrof merupakan latihan fisik yang biasanya digunakan pada
penderita vertigo.