Anda di halaman 1dari 44

Laporan Kasus

CARCINOMA MAMMAE

Oleh :
Rahdmia Ilhama Amala, S. Ked
712020008

Pembimbing :
dr. Bobby Febriansyah, Sp.B

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan Laporan Kasus dengan judul :

CARCINOMA MAMMAE

Oleh:
Rahdmia Ilhama Amala, S. Ked
712020008

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang di Departemen Ilmu
Bedah di Rumah Sakit Umum Palembang BARI.

Palembang, Agustus 2022


Pembimbing

dr. Bobby Febriansyah, Sp. B

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
Judul: “Carcinoma Mammae” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah
kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikutnya sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. dr. Bobby Febriansyah, Sp. B, selaku pembimbing yang telah memberikan
masukan serta bimbingan dalam penyelesaian laporan kasus ini,
2. Rekan sejawat seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua.

Palembang, Agustus 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Contents
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................5
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
2.1. Kanker Payudara .......................................................................................... 7
2.1.1 Definisi .................................................................................................. 7
2.1.2 Faktor Risiko Kanker Payudara ..............................................................7
2.1.3 Patogenesis Kanker Payudara ...............................................................11
2.1.4 Gejala Klinis Kanker Payudara ............................................................ 12
2.1.5 Penegakan Diagnosis Kanker Payudara ............................................... 14
2.1.6 Penatalaksanaan Kanker Payudara ....................................................... 27
2.1.7 Prognosis .............................................................................................. 30
BAB III LAPORAN KASUS .............................................................................. 32
3.1 Identitas Pasien ....................................................................................... 32
3.2 Anamnesis ..............................................................................................32
3.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................................... 32
3.4 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 35
3.5 Diagnosis ................................................................................................ 36
3.6 Tatalaksana ............................................................................................. 36
3.7 Prognosis .................................................................................................37
3.1 Follow Up ............................................................................................... 38
BAB IV ANALISIS KASUS ............................................................................... 40
BAB V KESIMPULAN .......................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 44

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan salah
satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration
di Indonesia, KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%
dan terdapat kecenderungan dari tahun ketahun insidensinya meningkat.1
Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita,
sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup
tinggi yaitu 27/100.000 atau 18% dari kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit
ini dapat diderita pada laki-laki dengan frekuensi sekitar 1 %. Di Indonesia, lebih dari
80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit
dilakukan.1
Tingkat kelangsungan hidup kanker payudara sangat bervariasi di seluruh dunia,
mulai dari 80% atau lebih di Amerika Utara, Swedia dan Jepang untuk sekitar 60% di
negara-negara berpenghasilan menengah dan bawah 40% di negara-negara
berpenghasilan rendah. Tingkat kelangsungan hidup yang rendah di negara-negara
kurang berkembang dapat terjadi oleh kurangnya program deteksi dini, serta oleh
kurangnya kemampuan diagnosis, pengobatan, dan fasilitas yang memadai. Oleh
karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan
kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada
penderita dapat dilakukan secara optimal.1

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini antara lain:
1. Memahami dan mampu mendiagnosis Carcinoma mammae secara tepat berdasarkan
gejala klinis dan pemeriksaan fisik.
2. Meningkatkan kemampuan penulisan ilmiah di bidang kedokteran khususnya di
Bagian Ilmu Bedah.

5
3. Memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker Payudara


2.1.1 Definisi 2
Kanker juga disebut neoplasia malignan yang merupakan jenis penyakit yang
ditandai oleh kerusakan DNA sehingga tumbuh kembang sel tidak berlangsung normal.
Sel kanker ini memiliki dua buah ciri khas, yaitu: pertama, sel-sel kanker tidak mampu
membelah dan melakukan diferensiasi dengan cara yang normal, dan kedua, sel-sel
kanker memiliki kemampuan menginvasi jaringan sekitarnya serta bermetastasis ke
tempat yang jauh. Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari epitel duktus
atau lobulus payudara.

2.1.2 Faktor Risiko Kanker Payudara3,4


Terdapat berbagai faktor hormonal dan non hormonal yang diperkirakan
meningkatkan risiko kanker payudara, antara lain faktor usia, genetik dan familial,
hormonal, gaya hidup, lingkungan, dan adanya riwayat tumor junak. Separuh dari orang
yang memiliki berbagai faktor-faktor diatas akan menderita kanker payudara.
1. Usia
Faktor usia paling berperan dalam menimbulkan kanker payudara. Dengan
semakin bertambahnya usia seseorang, insidens kanker payudara akan meningkat.
Satu dari delapan keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia di
bawah 45 tahun. Dua dari tiga keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita
berusia 55 tahun. Pada perempuan, besarnya insidens ini akan berlipat ganda setiap
10 tahun, tetapi kemudian akan menurun drastis setelah masa menopause.

2. Genetik dan Familial


Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya predisposisi genetik
terhadap kelainan ini. Seseorang dicurigai mempunyai faktor predisposisi genetik
herediter sebagai penyebab kanker payudara yang dideritanya jika (1) menderita
kanker payudara sewaktu berusia kurang dari 40 tahun, dengan atau tanpa riwayat
keluarga; (2) menderita kanker payudara sebelum berusia 50 tahun, dan satu atau
lebih kerabat tingkat pertamanya menderita kanker payudara atau kanker ovarium

7
(3)menderita kanker payudara bilateral (4) menderita kanker payudara pada usia
berapapun, dan dua atau lebih kerabat tingkat pertamanya menderita kanker
payudara; serta (5) laki-laki yang menderita kanker payudara.
Risiko seseorang yang satu anggota keluarga tingkat pertamanya (ibu, anak,
kakak atau adik kandung) menderita kanker payudara, meningkat dua kali lipat, dan
meningkat lima kali lipat bila ada dua anggota keluarga tingkat pertama yang
menderita kanker payudara. Walaupun faktor familial merupakan faktor risiko
kanker payudara yang signifikan, 70-80% kanker payudara timbul secara sporadis.
Berdasarkan hasil pemetaan gen yang dilakukan baru-baru ini, mutasi
germline pad agen BRCA1 dan BRCA2 pada kromosom 17 dan 13 ditetapkan
sebagai gen predisposisi kanker payudara dan kanker ovarium herediter. Gen
BRCA1 terutama menimbulkan kanker payudara ER (-). BRCA2 juga banyak
ditemukan pada penderita kanker payudara laki-laki.
Gen ATM menupakan gen yang mengatur perbaikan DNA. Penderita kanker
payudara familial cenderung mengelami mutasi gen ini. Mutasi gen CHEK2
meningkatkan risiko kanker payudara hingga dua kali lipat. Pada wanita yang
mengalami mutasi CHEK2 dan beberapa familinya menderita keganasan payudara,
risiko wanita tersebut terkena kanker payudara jauh lebih meningkat lagi, dan pada
laki-laki bisa 10 kali lipat bilamana ada delesi pada CHEK2 dari gen regulator siklus
sel ini. Mutasi pada gen supresor tumor p53 meningkatkan risiko terkena kanker
payudara dan juga kanker lainnya seperti leukemia, tumor otak, dan sarkoma.

3. Reproduksi dan hormonal


Faktor reproduksi dan hormonal juga berperan besar menimbulkan kelainan ini.
Usia menarche yang lebih dini, yakni di bawah 12 tahun, meningkatkan risiko
kanker payudara sebanyak 3 kali, sedangkan usia menopause yang lebih lambat,
yakni di atas 55 tahun, meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 2 kali.
Perempuan yang melahirkan bayi aterm lahir hidup pertama kalinya pada usia
di atas 35 tahun mempunyai risiko tertinggi mengidap terkena kanker payudara.
Selain itu, penggunaan kontrasepsi hormonal eksogen juga turut meningkatkan
risiko kanker payudaranya: penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risikonya
sebesar 1,24 kali; penggunaan terapi sulih-hormon pascamenopause meningkatkan
risiko sebesar 1,35 kali bila digunakan lebih dari 10 tahun; dan penggunaan estrogen
penguat kandungan selama kehamilan meningkatkan risiko sebesar dua kali lipat.
8
Sebaliknya, menyusui bayi menurunkan risiko terkena kanker payudara terutama
jika masa menyusui dilakukan selama 27-52 minggu. Penurunan risiko ini
diperkirakan karena masa menyusui mengurangi masa menstruasi seseorang.

4. Gaya hidup
a. Berat badan
Obesitas pada masa pascamenopause meningkatkan risiko kanker payudara;
sebaliknya, obesitas pramenopause justru menurunkan risikonya. Hal ini disebabkan
oleh efek tiap obesitas yang berbeda terhadap kadar hormon endogen. Walaupun
menurunkan kadar hormon seks terikat-globulin dan menurunkan pajanan terhadap
estrogen, obesitas pramenopause meningkatkan kejadian anovulasi sehingga
menurunkan pajanan payudara terhadap progesteron. Pada masa pascamenopause,
penurunan risiko kanker payudara yang disebabkan oleh obesitas pramenopause
secara bertahap menghilang, dan peningkatan bioavabilitas estrogen yang terjadi
pada masa ini akan meningkatkan risiko kanker payudara.

b. Aktifitas fisik
Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko sebesar 30%.
Olahraga rutin pada pascamenopause juga menurunkan risiko sebesar 30-40%.
Untuk mengurangi risiko terkena kanker payudara American Cancer Society
merekomendasikan olahraga selama 45-60 menit setiap harinya.

c. Merokok
Merokok terbukti meningkatkan risiko kanker payudara.

d. Alkohol
Lebih dari 50 penelitian membuktikan bahwa konsumsi alkohol secara
berlebihan meningkatkan risiko kanker payudara. Alkohol meningkatkan kadar
estrogen endogen sehingga memengaruh responsivitas tumor terhadap hormon.
Kumpulan analsisi terakhir membuktikan bahwa risiko relatif kanke rpayudara
meningkat dari 7% kini menjadi 10% untuk setiap drink tambahan per harinya, dan
keduanya berbanding lurus. Walupun tidak semua data konsisten, konsumsi alkohol
lebih berkorelasi kuat dengan kanker payudara ER (estrogen receptor) dan PR
(progesteron receptor) positif sesuai dengan perkiraan.
9
5. Lingkungan
Wanita yang semasa kecil atau dewasa mudanya pernah mejalani terapi
penyinaran pada daerah dada, biasanya keganasan limfoma Hodgkin maupun non
Hodgkin, mereka berisiko menderita keganasan payudara secara signifikan. Risiko
keganasan payudara terutama meningkat jika terapi penyinaran dilakukan pada usia
dewasa muda saat payudara sedang berkembang.
Pajanan eksogen dari lingkungan hidup dan tempat kerja juga berisiko
menginduksi timbulnya kanker payudara. Salah satu zat kimia tersebut yaitu
pestisida atau DDT yang sering kali mencemari bahan sehari-hari. Jenis pekerjaan
lain yang berisiko mendapat pajanan karsinogenik terhadap timbulnya kanker
payudar antara lain, penata kecantikan kuku yan tiap harinya menghirup uap
pewarna kuku, penata radiologi, dan tukang cat yang sering menhirup cadmium dari
larutan catnya.
Untuk mengestimasi resiko relatif kanker payudara digunakan metode gail,
faktor resiko pada wanita dimasukkan ke dalam tabel penilaian berdasarkan
beberapa kategori. Metode Gail telah banyak di pergunakan di Amerika Serikat.
Tabel metode gail dapat dilihat dibawah ini.

2.1. Estimasi Resiko Relatif dengan Metode Gail.4


Variabel Resiko relatif
Usia Menarche (tahun)
≥ 14 1,00
12 – 13 1,10
< 12 1,21
Riwayat penyakit payudara yang
benign, usia < 50 thn
0 1,02
1 1,27
≥2 1,62
Usia Peratama Kali Melahirkan

< 20 thn
Riwayat keluarga penderita Kanker
Payudara
0 1,00
1 2,61
≥2 6,80

20 – 24 thn

10
Riwayat keluarga penderita Kanker
Payudara
0 1,24
1 2,68
≥2 5,78

25 – 29 thn
Riwayat keluarga penderita Kanker
Payudara
0 1,55
1 2,76
≥2 4,91

≥30 thn
Riwayat keluarga penderita Kanker
Payudara
0 1,93
1 2,83
≥2 4,17

2.1.3 Patogenesis Kanker Payudara5,6


A. Ekspresi Gen Dalam Kanker Payudara
Terdapat 2 jenis reseptor estrogen yang wujud antaranya adalah alfa (α) dan
beta (β) (dikenali sebagai ERα dan ERβ). Berbagai macam jaringan dalam tubuh
manusia mengekspresikan reseptor ERα antaranya adalah payudara, ovarium,
endometrium manakala ginjal, otak paru-paru dan beberapa organ lain
mengekspresikan reseptor ERβ. Peranan ERβ berhubungan dengan karsiogenesis tetap
kontroversi manakala peranan protein ERα sebagai penyebab kanker sudah jelas.
Kedua subtipe ER memiliki ikatan DNA yang kuat dan bertempat dalam inti
dan sitosol sel. Apabila estrogen masuk kedalam sel, ia akan berikatan dengan ER dan
komplex tersebut akan bermigrasi ke dalam nucleus dan menyebabkan proses traskripsi
protein yang selanjutnya menyebabkan perubahan pada sel. Oleh karena sifat proliferasi
estrogen, stimulasi selular dapat memberikan efek negative pada pasien yang memiliki
jumlah receptor yang banyak didalam sel.

B. Peranan Estrogen Dalam Perkembangan Kanker Payudara


Dua hipotesa yang dapat menjelaskan efek estrogen dalam pembentukan tumor :
a) Efek genotoksik hasil estrogen dengan cara memproduksi radikal (initiator).
b) Peranan hormone estrogen dalam menginduksi proliferasi kanker serta sel
premalignant (promoter).

11
C. Peranan Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2)
HER 2 termasuk dalam famili epidermal growth factor receptor (EGFR) dari
proto-oncogen dan dipercayai bahwa ia tidak mempunyai ligan. Walaubagaimanapun
protein ini menunjukan sifat untuk membentuk kluster di dalam membran sel tumor
payudara yang ganas. Mekanisme karsiogenesis HER 2 masih belum diketahui namun
ekspresi yang berlebihan dapat memicu pertumbuhan tumor dengan cepat, menurukan
rentan hidup, meningkatkan risiko rekurensi setelah operasi disertai dengan respon
yang tidak efektif terhadap kemoterapi.

2.1.4. Gejala Klinis Kanker Payudara7


1. Massa Tumor
Sebagian terbesar bermanifestasi sebagai massa payudara yang tidak nyeri, sering
kali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadran lateral atas,
umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin,

12
mobilitas kurang. Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan
bertambah besar secara jelas.

2. Perubahan Kulit
a. Tanda lesung: ketika tumor mengenai ligament glandula mamae, ligament itu
memendek hingga kulit setempat menjadi cekung.
b. Perubahan kulit jeruk (peau d’orange): ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel
kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit, folikel rambut tenggelam
ke bawah.
c. Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masing-masing
membentul nodul metastasis, disekitar lesi primer dapat muncul banyak nodul
tersebar.
d. Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan warna merah
atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar, lokasi itu dapat menjadi
iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik, ini disebut “tanda kembang kol”.
e. Perubahan inflamatorik: secara klinis disebut “karsinoma mamae inflamatorik”,
tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah bengkak, mirip peradangan.
Tipe ini sering ditemukan pada kanker mamae waktu hamil atau laktasi.

3. Perubahan Papilla Mamae


a. Retraksi, distorsi papilla mamae: umumnya akibat tumor menginvasi jaringan
subpapilar.
b. Sekret papilar: sering karena karsinoma papilar dalam duktus besar atau tumor
mengenai duktus besar.
c. Perubahan eksematoid: merupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid
(penyakit paget). Klinis tampak areola papilla mamae tererosi, berkrusta, secret,
deskuamasi, sangat mirim eskim.

4. Pembesaran Kelenjar Limfe Regional


Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter atau multiple, pada
awalnya mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi atau adhesi dengan jaringan
sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe supraklavikular juga dapat
membesar.

13
2.1.5. Penegakan Diagnosis Kanker Payudara2,3
Prosedur diagnosis pada kanker payudara terdiri dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang (Suyatno & Pasaribu, 2014).
1. Anamnesis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik ditujukan terutama untuk mengidentifikasi
identitas penderita, faktor resiko, perjalanan penyakit, tanda dan gejala kanker payudara,
riwayat pengobatan dan riwayat penyakit yang pernah diderita.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Amati ukuran, simetri kedua mamae, perhatikan apakah ada benjolan tumor
atau perubahan patologik kulit (misal cekungan, kemerahan, udem, erosi, nodul
satelit, peau d’orange, dll.). perhatikan kedua papilla mamae apakah simetri, ada
retraksi, distorsi, erosi dan kelainan lain.

b. Palpasi
- Payudara
Umumnya dalam posisi baring, juga dapat kombinasi duduk dan baring.
Waktu periksa rapatkan keempat jari, gunakan ujung dan perut jari berlawanan
arah jarum jam atau searah jarum jam palpasi dengan lembut. Kemudian dengan
lembut pijat areola mamae, papilla mamae, lihat apakah keluar sekret. Jika
terdapat benjolan, harus secara rinci diperiksa dan catat lokasi, ukuran,
konsistensi, kondisi batas, permukaan mobilitas, nyeri tekan, dll. dari massa itu.
Ketika memeriksa apakah tumor melekat ke dasarnya, harus meminta lengan
pasien sisi lesi bertolak pinggang, agar m. pektoralis mayor berkerut. Jika tumor
dan kulit atau dasar melekat, mobilitas terkekang, kemungkinan kanker sangat
besar.
14
- Kelenjar Limfe
Pemeriksaan kelenjar limfe regional paling baik posisi duduk. Ketika
memeriksa aksila kanan dengan tangan kiri topang siku kanan pasien, dengan
ujung jari kiri palpasi seluruh fosa aksila secara berurutan. Waktu memeriksa fosa
aksila kiri sebaliknya, akhirnya periksa kelenjar supraklavikukar.

3. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendukung pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang dapat
dilakukan untuk membantu deteksi kanker payudara. Pemeriksaan radiodiagnostik
untuk staging yaitu dengan Rontgen toraks, USG abdomen (hepar), dan bone
scanning. Sedangkan pemeriksaan radiodiagnostik yang bersifat opsional (atas
indikasi) yaitu magnetic resonance imaging (MRI), CT scan, PET scan, dan bone
survey. Setiap ada kecurigaan pada pemeriksaan fisik dan mammogram, biopsi harus
selalu dilakukan. Jenis biopsi dapat dilakukan yaitu biopsy jarus halus (fine needle
aspiration biopsy, FNAB), core biopsy (jarum besar), biopsi terbuka dan sentinel
node biopsy.
a. Mamografi
Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini kanker payudara,
sekitar 75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum ada gejala atau
15
Universitas Sumatera Utara 15 tanda. Tipe pemeriksaan mamografi adalah
skrining dan diagnostik. Skrining mamografi dilakukan pada wanita yang
asimptomatik. Skrining mamografi direkomendasikan setiap 1-2 tahun untuk usia
50 tahun atau lebih. Pada kondisi tertentu direkomendasikan sebelum usia 40
tahun (misal wanita yang keluarga tingkat pertama menderita kanker payudara).
Mamografi diagnostik dilakukan pada wanita yang simptomatik, tipe ini lebih
rumit dan digunakan untuk menentukan ukuran yang tepat, lokasi abnormalitas
payudara, untuk evaluasi jaringan sekitar dan getah bening sekitar payudara.

b. Ultrasonografi Payudara
Ultrasonografi Payudara melihat lesi hipoekoik dengan tepi tidak teratur
(irregular) dan shadowing disertai orientasi vertikal kemungkinan merupakan lesi
maligna. USG secara umum diterima untuk membedakan masa kistik dengan
solid dan sebagai pengarah untuk biopsi serta pemeriksaan skrining pasien usia
muda. Peran USG lain adalah untuk evaluasi metastasis ke organ viseral.

c. MRI
MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan instrumen yang sensitif
untuk deteksi kekambuhan lokal pasca BCT atau augmentasi payudara dengan
implant, deteksi multifocal cancer dan skrining pasien usia muda dengan densitas
payudara yang padat yang memiliki risiko tinggi.

d. Imunohistokimia
Pemeriksaan imunohistokima yang dilakukan untuk membantu terapi target,
antara lain pemeriksaan status ER (estrogen receptor), PR (progesterone
receptor), c-erbB-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, p-53, Ki67, dan Bcl2. Kanker
payudara yang cenderung memiliki prognosis yang lebih baik pada kanker
payudara yang memiliki ER(+) atau PR (+) karena masih peka terhadap terapi
hormonal. Kanker payudara memiliki sejenis protein pemicu pertumbuhan yang
disebut HER2/neu. Pada pernderita kanker payudara HER2(+) memiliki gen
HER2/neu yang dieksperikan secara berlebihan. Kanker payudara yang memiliki
status ER(-), PR(-), HER2/neu (-), yang disebut sebagai triple negated, cenderung
agresif dan prognosisnya buruk.

16
e. FNAB
Merupakan salah satu prosedur diagnosis awal, untuk evaluasi masa di
payudara. Pemeriksaan ini sangat berguna terutama untuk evaluasi lesi kistik.
Dengan jarus halus sejumlah kecil jaringan dari tumor diaspirasi keluar lalu
diperiksa di bawah mikroskop. Walaupun paling mudah dilakukan, specimen
FNAB kadang tidak dapat menentukan grade tumor dan merupakan biopsi yang
memberikan informasi sitologi, belum menjadi gold standart untuk diagnosis
definitif.

F. Core Biopsy
Biopsi ini menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar sehingga dapat
diperoleh spesimen silinder jaringan tumor. Core biopsy dapat membedakan
tumor yang noninvasif dengan yang invasif serta grade tumor. Core biopsy dapat
digunakan untuk membiopsi kelainan yang tidak dapat dipalpasi, tetapi terlihat
pada mamografi.

G. Biopsi Terbuka
Biopsi terbuka dilakukan bila pada mamogradi terlihat adanya kelainan
yang mengarah ke tumor maligna, hasil FNAB atau core biopsy yang meragukan.
Bila hasil mamografi positif tetapi FNAB negatif, biopsi terbuka perlu dilakukan.
Biopsi eksisional adalah mengangkat seluruh massa tumor dan menyertakan
sedikit jaringan sehat disekitar massa tumor dan biopsi insisional hanya
mengambil sebagian massa tumor untuk kemudian dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi.
Needle localization excisional biopsy (NLB) adalah biopsi eksisional yang
dilakukan dengan panduan jaruna dan kawat yang diletakkan dalam jaringan
payudara pada lokasi lesi berdasarkan hasil mamografi.

H. Sentinel Node Biopsy


Biopsi ini dilakukan untuk menentukan status keterlibatan kelenjar limf
aksila dan parasternal (internal mammary chain) dengan cara pemetaan limfatik.
Prosedur ini menggunakan kombinasi pelacak radioaktif dan perwarna biru.
Apabila tidak dijumpai adanya sentinel node, diseksi kelenjar limf aksila tidak
perlu dilakukan. Sebaliknya, jika sentinel node positif sel tumor, diseksi kelenjar
17
limfe aksila harus dilakukan, walaupun nodus yang ditemukan hanya berupa sel
tumor teriso;asi dengan ukuran kurang dari 0,2mm.

I. Bone Scan, Foto Toraks dan USG Abdomen


Bone scan bertujuan untuk evaluasi metastasis di tulang. Foto toraks dan
USG abdomen rutin dilakukan untuk melihat adanya metastasis di paru, pleura,
mediastinum, tulang-tulang dada dan organ visceral (terutama hepar).

J. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia darah guna kepentingan
pengobatan dan informasi kemungkinan adanya metastasis (transmirase, alkali-
fosfatase, kalsium darah, penanda tumor “CA 15-3:CEA”).
Pemeriksaan enzim transmirase penting dilakukan untuk
memperkirakan adanya metastasis pada liver, sedangkan alkali fosfatase dan
kalsium untuk memprediksi adanya metastasis pada tulang. Pemeriksaan kadar
kalsium darah rutin dikerjakan terutama pada kanker payudara stadium lanjut.
Pemeriksaan penanda tumor seperti CA-15-3 dan CEA (dalam
kombinasi) lebih penting gunanya untuk menentukan rekurensi dari kanker
payudara,dan belum merupakan penanda diagnosis ataupun skrining.

4. Grading
Keganasan payudara dibagi menjadi tiga grade bedasarkan derajat
diferensiasinya. Gambaran sitology nucleus sel tumor dibandingkan dengan
nucleus sel epitel payudara normal. Grade I artinya berdiferensiasi buruk, grade
II diferensiasi sedang, dan grade III diferensiasinya baik.
Grading histologi (disebut juga Bloom-Ricardson grade) menilai formasi
tubulus, hiperkromatik nucleus, dan derajat mitosis sel tumor dibandingkan
dengan histologi normal sel-sel payudara. Grade histologi ini uga dibagi tiga
namun dengan urutan yang terbalik disbanding grade nuclear yaitu, Grade I
berdiferensiasi baik, grade II berdiferensiasi sedang, grade III berdiferensiasi
buruk.
5. Staging
AJCC (American Joint Committee on Cancer) menyusun panduan penentuan
stadium dan derajat tumor ganas payudara menurut system TNM berdasarkan pada:
18
a. Tumor Primer
T : kanker primer
TX : kanker primer tak dapat dinilai (missal telah direksesi)
T0 : tak ada bukti lesi primer
Tis : karsinoma in situ.mencakup karsinoma in situ duktal atau karsinoma in situ
lobular, penyakit Paget papila mamae tanpa nodul (penyakit Paget dengan nodul
diklasifikasikan menurut ukuran nodul).
T1 : diameter tumor <= 2 cm
Tmic : infiltrasi mikro <= 0,1 cm
T1a : diameter terbesar > 0,1 cm, tapi <= 0,5 cm
T1b : diameter terbesar > 0,5 cm, tapi <= 1 cm
T1c : diameter terbesar > 1 cm, tapi <=2 cm
T2 : diameter tumor terbesar > 2 cm, tapi <= 5 cm
T3 : diameter tumor terbesar > 5 cm
T4 : berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding toraks atau kulit
(dinding toraks termasuk tulang iga, m.interkostales dan m. seratus anterior, tak
termasuk m. pektorales).
T4a : menyebar ke dinding toraks
T4b : udem kulit mamae (termasuk peau d’orange) atau ulserasi, atau nodul satelit di
mamae ipsilateral.
T4c : terdapat 4a dan 4b sekaligus
T4d : karsinoma mamae inflamatorik
b. Kelenjar getah bening regional
N : kelenjar limfe regional
NX : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (missal sudah diangkat sebelumnya)
N0 : tak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1 : di fosa aksilar ipsilateral terdapat metastasis kelenjar limfe mobil
N2 : kelenjar limfe metastatic fosa aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi
dengan jaringan lain; atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar
limfe mamaria interna namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N2a : kelenjar limfe aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi dengan jaringan
lain
N2b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna
namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
19
N3 : metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis
menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis
kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
N3a : metastasis kelenjar limfe infraklavikular
N3b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna
dan metastasis kelenjar limfe aksilar
N3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular

2. Patologi
pT- : tumor primer (sama dengan klasifikasi T, pada tepi irisan seputar specimen
harus tak terlihat tumor secara makroskopik, adanya lesi ganas yang
hanya tampak secara microskopik pada tepi irisan tidak mempengaruhi
klasifikasi)
N- : kelenjar limfe regional
pNx : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (misal sudah diangkat sebelumnya)
pN0 : secara histologik tak ada metastasis kelenjar limfe, tapi tidak dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk kelompok sel tumor terisolasi (ITC)
pN0 (i-) : histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, imunohistologi ITC positif
pN0 (mol-) : histologist tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan molekuler
ITC negatif (RT-PCR)
pN0 (mol+) : histologist tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan molekuler
ITC negatif (RT-PCR)
pN1mi : mikrometastasis (diameter terbesar >0,2 mm, tapi ≤2 mm).
pN1 : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatic, atau dari diseksi
kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan metastasis kelenjar
limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanda bukti klinis
pN1a : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatic, dan minimal
satu kelenjar limfe metastatic berdiameter maksimal >2 mm.
pN1b : dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan
metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti
klinis
pN1c : pN1a disertai pN1b

20
pN2 : di aksila ipsilateral terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatik, atau bukti klinis
menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral tapi
tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
pN2a : di aksila terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatic berdiameter maksimal >2 mm.
pN2b : bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral
tapi tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar.
pN3 : di aksila ipsilateral terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe matastatik; atau
metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral; atau bukti klinis
menunjukkan matastasis kelenjar limfe mamaria interna disertai
metastasis kelenjar limfe aksilar ipsilateral; atau secara klinis negative,
dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan
metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti
klinis, namun terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar metastatic
kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral.
pN3a : di aksila terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe metastatik, dan minimal satu
kelenjar limfe metastatik berdiameter terbesar >2 mm, atau metastasis
kelenjar limfe infraklavikular.
pN3b : bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna disertai
metastasis kelenjar limfe aksilar ipsilateral, atau secara klinis negatif,
dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan
metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanda bukti
klinis, namun terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar metastatic.
pN3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular
M – metastasis jauh

Klafikasi stadium klinis:


Stadium 0 : TisN0M0
Stadium 1 : T1N0M0
Stadium IIA : T0N1M0, T1N1M0, T2N0M0
Stadium IIB : T2N1M0, T3N0M0
Stadium IIIA : T0N2M0, T1N2M0, T2N2M0, T3N1-2M0
Stadium IIIB : T4, N apapun, M0; IIIC : T apapun, N3 M0
Stadium IV : T apapun, N apapun, M1
Klasifikasi Histologi Kanker Payudara (Klasifikasi WHO 2010)
21
Untuk kanker payudara dipakai klasifikasi histologik berdasarkan WHO
Histological Classification of Tumours of the Breast , tahun 2012 sebagi berikut :
1. Karsinoma in situ :
a. Ductal carcinoma in situ
b. Lobular carcinoma in situ
2. Karsinoma invasive :
a. Invasive carcinoma of no special type (NST)
Subtipe : Pleomorphic carcinoma, Carcinoma with osteoclast-like stromal giant,
cells, Carcinoma with choriocarcinomatous features, Carcinoma with melanocytic
features
b. Invasive Lobular carcinoma
Subtipe : Classic , Solid, Alveolar, Pleomorphic, Tubulolobular, mixed lobular.
c. Tubular carcinoma
d. Cribriform carcinoma
e. Mucinous carcinoma
f. Carcinoma with medullary features
Subtipe : Medullary carcinoma, Atypical medullary , invasive carcinoma with
medullary features.
g. Carcinoma with apocrine differentiation
h. Carcinoma with signet ring cell differentiation
i. Invasive micropapillary carcinoma
j. Metaplastic carcinoma of no special type
Subtype : low grade adenosquamous carcinoma, fibromatosis-like metaplastic
carcinoma, squamous cell carcinoma, spindle cell carcinoma, metaplastic
carcinoma with mesenchymal differentiation, mixed metaplastic carcinoma,
myoepithelial carcinoma.
3. Rare types
a. Carcinoma with neuroendocrine features
b. Secretory carcinoma
c. Invasive papillary carcinoma
d. Acinic cell carcinoma
e. Mucoepidermoid carcinoma
f. Polymorphous carcinoma
g. Oncocytic carcinoma
22
h. Lipid-rich carcinoma
i. Glicogen-rich clear cell carcinoma
j. Sebaceous carcinoma
k. Salivary gland/skin adnexal type tumours
4. Epithelial-myoepithelial tumors
Subtipe : Adenomyoepithelioma with carcinoma, adenoid cystic carcinoma.
5. Intraductal papillary carcinoma
6. Encapsulated papillary carcinoma
7. Solid papillary carcinoma
Subtype : in situ, invasive.
8. Paget’s disease of the nipple

1. Non invasive carcinoma


a) Ductal carcinoma in situ
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk pada sel
kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar.Saluran menjadi
tersumbat dan membesar seiring bertambahnya sel kanker di dalamnya.Kalsium
cenderung terkumpul dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam mamografi
sebagai kalsifikasi terkluster atau tak beraturan (clustered or irregular calcifications)
atau disebut kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada hasil mammogram seorang
wanita tanpa gejala kanker.
DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau munculnya massa yang
secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada mammografi. DCIS kadang
ditemukan dengan tidak sengaja saat dokter melakukan biopsy tumor jinak.Sekitar
20%-30% kejadian kanker payudara ditemukan saat dilakukan mamografi.Jika
diabaikan dan tidak ditangani, DCIS dapat menjadi kanker invasif dengan potensi
penyebaran ke seluruh tubuh.
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu sel cenderung
lebih invasif dari tipe satunya.Tipe pertama, dengan perkembangan lebih lambat,
terlihat lebih kecil dibandingkan sel normal.Sel ini disebut solid, papillary atau
cribiform.Tipe kedua, disebut comedeonecrosis, sering bersifat progresif di awal
perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan bentuk tak beraturan.

23
b) Lobular carcinoma in situ (LCIS)
Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan
sebagai tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang memproduksi
air susu, tetapi tidak berkembang melewati dinding lobulus. Mengacu pada National
Cancer Institute, Amerika Serikat, seorang wanita dengan LCIS memiliki peluang
25% munculnya kanker invasive (lobular atau lebih umum sebagai infiltrating ductal
carcinoma) sepanjang hidupnya.

Gambar 1: Lobular carcinoma in situ

24
2. Invasive carcinoma
I. Invasive ductal carcinoma
a. Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST) (80%)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada 60%
kasus kanker ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun makroskopik) ke
KGB aksila. Kanker ini biasanya terdapat pada wanita perimenopause or
postmenopause dekade kelima sampai keenam, sebagai massa soliter dan keras.
Batasnya kurang tegas dan pada potongan meilntang, tampak permukaannya
membentuk konfigurasi bintang di bagian tengah dengan garis berwarna putih
kapur atau kuning menyebar ke sekeliling jaringan payudara. Sel-sel kanker
sering berkumpul dalam kelompok kecil, dengan gambaran histologi yang
bervariasi.

b. Medullary carcinoma (4%)


Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara, berkisar 4%
dari seluruh kanker payudara yang invasif dan merupakan kanker payudara
herediter yang berhubungan dengan BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat
dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis dan perdarahan. 20% kasus ditemukan
bilateral. Karakterisitik mikroskopik dari medullary carcinoma berupa (1)
infiltrat limforetikular yang padat terutama terdiri dari sel limfosit dan plasma; (2)
inti pleomorfik besar yang berdiferensiasi buruk dan mitosis aktif; (3) pola
pertumbuhan seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada diferensiasi duktus
atau alveolar. Sekitar 50% kanker ini berhubungan dengan DCIS dengan
karakteristik terdapatnya kanker perifer, dan kurang dari 10% menunjukkan
reseptor hormon. Wanita dengan kanker ini mempunyai 5-year survival rate yang
lebih baik dibandingkan NST atau invasive lobular carcinoma.

c. Mucinous (colloid) carcinoma (2%)


Mucinous carcinoma (colloid carcinoma), merupakan tipe khusus lain dari
kanker payudara, sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif, biasanya
muncul sebagai massa tumor yang besar dan ditemukan pada wanita yang lebih
tua. Karena komponen musinnya, sel-sel kanker ini dapat tidak terlihat pada
pemeriksaan mikroskopik.

25
d. Papillary carcinoma (2%)
Papillary carcinoma merupakan tipe khusus dari kanker payudara sekitar
2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita
dekade ketujuh dan sering menyerang wanita non kulit putih. Ukurannya kecil
dan jarang mencapai diameter 3 cm. McDivitt dan kawan-kawan menunjukkan
frekuensi metastasis ke KGB aksila yang rendah dan 5- and 10-year survival rate
mirip mucinous dan tubular carcinoma.

e. Tubular carcinoma (2%)


Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara sekitar
2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita
perimenopause dan pada periode awal menopause. Long-term survival mendekati
100%.

II. Invasive lobular carcinoma (10%)


Invasive lobular carcinoma sekitar 10% dari kanker payudara.Gambaran
histopatologi meliputi sel-sel kecil dengan inti yang bulat, nucleoli tidak jelas, dan
sedikit sitoplasma.Pewarnaan khusus dapat mengkonfirmasi adanya musin dalam
sitoplasma, yang dapat menggantikan inti (signet-ring cell carcinoma).Seringnya
multifokal, multisentrik, dan bilateral. Karena pertumbuhannya yang tersembunyi
sehingga sulit untuk dideteksi.

3. Paget’s disease dari papilla mammae


Paget’s disease dari papilla mammae pertama kali dikemukakan pada tahun
1974. Seringnya muncul sebagai erupsi eksim kronik dari papilla mammae, dapat
berupa lesi bertangkai, ulserasi, atau halus. Paget's disease biasanya berhubungan
dengan DCIS (Ductal Carcinoma in situ) yang luas dan mungkin berhubungan
dengan kanker invasif. Biopsi papilla mammae akan menunjukkan suatu populasi sel
yang identik (gambaran atau perubahan pagetoid). Patognomonis dari kanker ini
adalah terdapatnya sel besar pucat dan bervakuola (Paget's cells) dalam deretan
epitel. Terapi pembedahan untuk Paget's disease meliputi lumpectomy, mastectomy,
atau modified radical mastectomy, tergantung penyebaran tumor dan adanya kanker
invasif.

26
2.1.6 Penatalaksanaan Kanker Payudara1,8
Tatalaksana kanker payudara meliputi tindakan operasi, kemoterapi, radioterapi,
terapi hormone, targeting therapy, terapi rehabilitasi medic, serta terapi paliatif.
a. Operasi (pembedahan)
Merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker payudara. Berbagai
jenis operasi pada kanker payudara memiliki kerugian dan keuntungan yang berbeda-
beda.
1) Classic Radical Mastectomy adalaah operasi pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor, otot pektoralis
mayor dan minor serta diseksi aksila level I-III. Operasi ini dilakukan bila ada
infiltrasi tumor ke fasia atau otot pectoral tanpa ada metastasis jauh.
2) Modified Radical Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor dan fasia pectoral
serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini dilakukan pada stadium dini dan lokal
lanjut.
3) Skin Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara
beserta tumor dan nipple areola komplek dengan mempertahankan kulit sebanyak
mungkin serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini harus disertai rekonstruksi
payudara dan dilakukan pada tumor stadium dini dengan jarak tumor ke kulit jauh
(>2 cm) atau stadium dini yang tidak memenuhi sarat untuk BCT.
4) Nipple Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jarungan payudara
beserta tumor dengan mempertahankan nipple areola kompleks dan kulit serta
diseksi aksila level I-II. Operasi ini juga harus disertai rekonstruksi payudara dan
dilakukan pada tumor stadium dini dengan ukuran 2cm atau kurang, lokasi perifer
dan potong beku sub areola: bebas tumor.
5) Breast Concerving Treatment adalah terapi yang komponennya terdiri dari
lumpektomi atau segmentektomi atau kuadrantektomi dan diseksi aksila serta
radioterapi.

b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau
mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi bersifat sistemik,
berbeda dengan pembedahan atau radiasi yang lebih bersifat lokal/setempat. Obat
27
sitostotika dibawa melalui aliran darah atau diberikan langsung ke dalam tumor,
jarang menembus blood-brain barrier sehingga obat ini sulit mencapai sistem saraf
pusat. Ada 3 jenis kemoterapi yaitu adjuvant, neoadjuvan, dan primer (paliatif).
1) Terapi adjuvant diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau
radiasi. Tujuan terapi adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih
tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
2) Terapi neoadjuvan diberikan mendahului/ sebelum pengobatan/ tindakan yang
lain seperti pembedahan atau penyinaran. Tujuannya adalah untuk mengecilkan
massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil.
3) Terapi primer sebagai pengobatan utama pada tumor ganas yang diberikan pada
kanker yang bersifat kemosensitif.
Regimen yang sering digunakan mengandung kombinasi siklofosfamid (C),
metotreksat (M), dan 5-FU (F). Oleh karena doksorubisin merupakan salah satu
zat tunggal yang paling aktif, zat ini sering digunakan dalam kombinasi tersebut.

c. Radioterapi
Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan DNA dengan
gangguan proses replikasi dan menurunkan risiko rekurensi lokal dan berpotensi
untuk menurunkan mortalitas jangka panjang penderita kanker payudara.

d. Terapi hormonal
Adjuvan hormonal terapi diindikasikan hanya pada payudara yang
menunjukkan ekspresi positif dari estrogen reseptor (ER) dana atau progesterone
reseptor (PR) tanpa memandang usia, status menopause, status kgb aksila maupun
ukuran tumor.

e. Terapi Target (Biologi)


Terapi ini ditujukan untuk menghambat proses yang berperan dalam
pertumbuhan sel-sel kanker. Terapi untuk kanker payudara adalah tra stuzumab
(Herceptin), Bevacizumab (Avastin) dan Lapatinib ditosylate (Tykerb).

Penatalaksanaan menurut stadium:


1. Kanker payudara stadium 0 (TIS / T0, N0M0)

28
Terapi definitif pada T0 bergantung pada pemeriksaan histopatologi. Lokasi
didasarkan pada hasil pemeriksaan radiologik.
2. Kanker payudara stadium dini dini / operabel (stadium I dan II, tumor <= 3 cm)
Dilakukan tindakan operasi :
• Mastektomi
• Breast Conserving Therapy (BCT) (harus memenuhi persyaratan tertentu)
Terapi adjuvan operasi (Kemoterapi adjuvant) bila :
• Grade III
• TNBC
• Ki 67 bertambah kuat
• Usia muda
• Emboli lymphatic dan vaskular
• KGB > 3
Radiasi bila :
• Setelah tindakan operasi terbatas (BCT)
• Tepi sayatan dekat / tidak bebas tumor
• Tumor sentral / medial
• KGB (+) > 3 atau dengan ekstensi ekstrakapsuler
Radiasi eksterna diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi
booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy. 6

Indikasi BCT :
• Tumor tidak lebih dari 3 cm
• Atas permintaan pasien
• Memenuhi persyaratan sebagai berikut : • Tidak multipel dan/atau
mikrokalsifikasi luas dan/atau terletak sentral • Ukuran T dan payudara
seimbang untuk tindakan kosmetik • Bukan ductal carcinoma in situ (DCIS)
atau lobular carcinoma in situ (LCIS) • Belum pernah diradiasi dibagian
dada • Tidak ada Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau skleroderma •
Memiliki alat radiasi yang adekuat

3. Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)


a) Operabel (IIIA)

29
• Mastektomi simpel + radiasi dengan kemoterapi adjuvant dengan/tanpa hormonal,
dengan/tanpa terapi target
• Mastektomi radikal modifikasi + radiasi dengan kemoterapi adjuvant,
dengan/tanpa hormonal, dengan/ tanpa terapi target
• Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau mastektomi
simple, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target

b) Inoperabel (IIIB)
• Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi + kemoterapi + hormonal terapi
• Kemoterapi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi + kemoterapi + radiasi +
terapi hormonal + dengan/tanpa terapi target
• Kemoradiasi preoperasi dengan/tanpa operasi dengan/ tanpa radiasi adjuvan
dengan/ kemoterapi + dengan/ tanpa terapi target
Radiasi eksterna pasca mastektomi diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian
diberi booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy.

4. Kanker payudara stadium lanjut


Prinsip :
• Sifat terapi paliatif
• Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi hormonal)
• Terapi lokoregional (radiasi & bedah) apabila diperlukan

2.1.7 Prognosis
Seperti keganasan pada umumnya, prognosis kanker payudara ditunjukkan oleh
angka harapan hidup atau interval bebas penyakit. Prognosis penderita keganasan
payudara diperkirakan buruk juka usianya muda, menderita kanker payudara bilateral,
mengalami mutasi genetik, dan adanya triple negative yaitu grade tumor tinggi dan
seragam, reseptor ER dan PR negatif, dan respone reseptor permukaan sel HER-2 juga
negatif. Persentase harapan hidup lima tahun penderita payudara dapat dilihat pada
tabel 2.2. dibawah ini.

30
Stadium Persentasi harapan hidup 5 tahun
0 100%
I 100%
IIA 92%
IIB 81%
IIIA 67%
IIIB 54%
IIIC ??
IV 20%

31
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. H
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : 6 Februari 1962 / 60 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Jl. D.I Panjaitan No 2005, Plaju, Kota Palembang,
Sumatera Selatan
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status : Menikah
MRS Tanggal : Selasa, 19 Juli 2022
No. RM : 54.02.99

3.2 Anamnesis (Autoanamnesis tanggal 19-07-2022)


Keluhan Utama :
Benjolan di payudara kiri
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke IGD RSUD Palembang BARI dengan keluhan benjolan di
payudara kiri sejak 1 tahun yang lalu. Os mengaku benjolan awalnya hanya 1 buah dan
besarnya sebesar kelereng. Namun lama kelamaan benjolan semakin banyak dan seluruh
payudara sebelah kiri terasa mengeras, berwarna merah, dan berkerut. Bentuk payudara
kiri dan kanan tidak sama. Tidak terdapat cairan ataupun darah dari puting. Tidak terasa
nyeri. keluhan baru pertama kali dirasakan. Os tidak pernah berobat. Riwayat keluarga
dengan keluhan yang sama disangkal.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (E4 V5 M6)

32
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 90x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
RR : 20x/menit
Suhu : 36,50C
SpO2 : 98%

Secondary survey
Kepala:
a. Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera kuning (-/-), refleks cahaya
(+/+), pupil isokor kanan kiri, oedem palpebral (-/-), eksoftalmus (-/-)
b. Hidung : Napas cuping hidung (-), epistaksis (-), tidak ada deviasi
c. Telinga : Tidak ada kelainan
d. Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)
e. Leher : Tidak terlihat benjolan, vena jugularis datar (tidak distansi), trakea di
tengah, pembesaran KGB (-/-), massa(-), JVP 5-2 cmH20
Thoraks :
a. Bentuk : Datar, barrel chest (-), simetris saat statis dan dinamis,
Payudara : Ukuran dan bentuk kedua payudara tidak simetris, ukuran payudara
kanan lebih besar daripada payudara kiri. Papila mammae kecoklatan, retraksi (-),
sekret (-), benjolan (+) dada kiri.
b. Kulit : pucat (-), ikterik (-), dan spider nevi (-)
Paru – Paru
Pemeriksaan ANTERIOR POSTERIOR

Inspeksi Kiri Tampak benjolan sebesar Simetris saat statis dan dinamis
kelereng, kemerahan, peau
d’orange (+), Retraksi iga:
Supra sternal (-/-), Intercostae (-
/-)

Kanan Retraksi iga: Supra sternal (-/-), Simetris saat statis dan dinamis
Intercostae (-/-)

33
Palpasi Kiri - Benjolan ukuran 2x2x2 cm - Tidak ada benjolan
- Vocal fremitus simetris - Vocal fremitus simetris

Kanan - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan


- Vocal fremitus simetris - Vocal fremitus simetris

Perkusi Kiri Sonor pada seluruh lapang paru Sonor pada seluruh lapang paru

Kanan Sonor pada seluruh lapang paru Sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi Kiri Suara Nafas vesikular normal Suara Nafas vesikular normal
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Kanan Suara Nafas vesikular normal Suara Nafas vesikular normal


Ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Ictus kordis tidak teraba, trill (-)
Perkusi
 Batas kanan : ICS IV, linea sternalis dextra
 Batas kiri : ICS V, midklavikularis sinistra
 Batas atas : ICS II, línea parasternalis sinistra
Auskultasi
 Suara dasar : S1-S2 murni, regular, irama teratur, frekuensi 84x/menit
 Suara tambahan : murmur (-), gallop (-)

Abdomen:
a. Inspeksi : datar, lemas,massa (-), hemtoma (-), venektasi (-), scar (-),
b. Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), benjolan/massa (-)
c. Perkusi : timpani, nyeri ketok (-)
d. Auskultasi : bising usus 6x/menit normal, tidak ada bunyi tambahan

Genitalia Eksterna : Dalam batas normal

34
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik.

Status Lokalis
Thoraks
 Inspeksi: Ukuran dan bentuk kedua payudara tidak simetris, ukuran payudara kanan
lebih besar daripada payudara kiri. Warna kulit payudara kiri dan kanan tidak sama,
dijumpai benjolan pada payudara kiri. Pemekaran pembuluh darah (-), tarikan pada
kulit (+), peau de orange (+), retraksi puting (+), ekzema pada puting/areola (-),
nipple discharge (-). Benjolan di axilla (+), benjolan di infra dan supra klavikula (-).
 Palpasi: Suhu sama dengan sekitar, permukaan tidak rata, tepi tegas, ditemukan
nodul nodul berukuran ±2x2 cm, tidak nyeri, fluktuasi (-), pulsasi (-), mobile (-)

3.4 Pemeriksaan Penunjang


 Laboratorium ( 19-07-2022 )
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,8 12-14 g/dL
Eritrosit 4,3 4.0 - 5.0 juta/uL
Leukosit 17,9 5 - 10 x 103/µL
Hematokrit 36 35 - 47 / %
Trombosit 450 150 - 400 ribu/mm3

Hitung Jenis Lekosit


Basophil 0% 0-1
Eosinophil 3% (L) 1-3

35
Batang 1% 2-6
Segmen 74% (H) 50 - 70
Limfosit 20% 20 - 40
Monosit 2% 2–8

Kimia Klinik
Ureum 22 20-40mg/dL
Kreatinin 1.05 0.6-1.1mg/dL
Glukosa Darah Sewaktu 515 <180mg/dL

3.5 Diagnosis
Invasive ductal Carcinoma, grade 1 Mammae sinistra

3.6 Tatalaksana
 Pre-Operatif
- IFVD RL gtt 20x/menit
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV
- Inj. Ranitidin 2x50 gr IV
- Inj. Ketonidazole 3x500mg
- Puasa 6 jam post operatif
- Rencana Operasi

 Operatif
Biopsi

 Post-Operatif
- IFVD RL gtt 20x/menit
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
- Inj. Ketorolac 2x30 mg
- Inj, Ranitidin 2x50mg

36
 Hasil biopsi
Kesan : Invasive carcinoma of no special type, grade I pada mammae sinistra

3.7 Prognosis
Quo ad Vitam : Ad Bonam
Quo ad Functionam : Ad Bonam
Quo ad Sanationam : Ad Bonam

3.1 Follow Up
Waktu dan tanggal Hasil follow up
22-07-2022 S/ benjolan pada payudara kiri
Pukul 07.00
O/ KU : Tampak sakit sedang
Keasadaran : Compos Mentis
GCS : E5M6V4
TD : 120/90 mmHg
HR : 70x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,6oC

A/ Suspect Carcinoma Mammae


sinistra

P/ - IVFD RL 500 ml gtt 20x/menit


- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV
- Inj. Ranitidin 2x50 mg IV
- Inj. Ketorolac 2x30mg IV
23-07-2022 S/ benjolan pada payudara kiri
07.00
O/ KU : Tampak sakit sedang
Keasadaran : Compos Mentis
GCS : E5M6V4
TD : 130/70 mmHg

37
HR : 77x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7oC

A/ Suspect Carcinoma Mammae


sinistra

P/ - IVFD RL 500 ml gtt 20x/menit


- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV
- Inj. Ranitidin 2x50 mg IV
- Inj. Ketorolac 2x30mg IV
- Rencana operasi
24-07-2022 S/ Tidak ada keluhan
07.00
O/ KU : Tampak sakit sedang
Keasadaran : Compos Mentis
GCS : E5M6V4
TD : 120/80 mmHg
HR : 75x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7oC

A/ Post biopsi Carcinoma Mammae


sinistra

P/ - IVFD RL 500 ml gtt 20x/menit


- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV
- Inj. Ranitidin 2x50 mg IV
- Inj. Ketorolac 2x30mg IV
- GV
25-07-2022 S/ Tidak ada keluhan
07.00
O/ KU : Tampak sakit sedang

38
Keasadaran : Compos Mentis
GCS : E5M6V4
TD : 120/80 mmHg
HR : 75x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7oC

A/ Post biopsi Carcinoma Mammae


sinistra

P/ - IVFD RL 500 ml gtt 20x/menit


- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV
- Inj. Ranitidin 2x50 mg IV
- Inj. Ketorolac 2x30mg IV
- GV
- Rencana Pulang

39
BAB IV
ANALISIS KASUS

Pada laporan kasus ini didapatkan pasien Ny. H berusia 60 tahun datang ke
IGD RSUD Palembang BARI pada tanggal 19 Juli 2022 dengan keluhan
benjolan di payudara kiri sejak 1 tahun yang lalu. Os mengaku benjolan awalnya
hanya 1 buah dan besarnya sebesar kelereng. Namun lama kelamaan benjolan
semakin banyak dan seluruh payudara sebelah kiri terasa mengeras, berwarna
merah, dan berkerut. Bentuk payudara kiri dan kanan tidak sama. Tidak terdapat
cairan ataupun darah dari puting. Tidak terasa nyeri. keluhan baru pertama kali
dirasakan. Os tidak pernah berobat. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama
disangkal.
Pada pemeriksaan fisik thoraks didapatkan ukuran dan bentuk kedua
payudara tidak simetris, ukuran payudara kanan lebih besar daripada payudara kiri.
Warna kulit payudara kiri dan kanan tidak sama, dijumpai benjolan pada
payudara kiri. Tarikan pada kulit (+), peau de orange (+), retraksi putting, Suhu
sama dengan sekitar, permukaan tidak rata, tepi tegas, ditemukan nodul nodul
berukuran ±2x2 cm, tidak nyeri. Sebagian besar kanker payudara bermanifestasi
sebagai massa payudara yang tidak nyeri, sering kali ditemukan secara tidak
sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadran lateral atas, umumnya lesi soliter,
konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin, mobilitas kurang.
Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan bertambah besar
secara jelas. Perubahan kulit peau d’orange ketika vasa limfatik subkutis
tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit, folikel
rambut tenggelam ke bawah. ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis
masing-masing membentul nodul metastasis, disekitar lesi primer dapat muncul
banyak nodul tersebar. secara klinis disebut “karsinoma mamae inflamatorik”,
tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah bengkak, mirip
peradangan. Tipe ini sering ditemukan pada kanker mamae waktu hamil atau
laktasi.
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium
didapatkan leukosit 17,9 x 103/µL, Leukositosis yang didapatkan dari

40
pemeriksaan darah lengkap menunjukkan respon tubuh terhadap infeksi. Hasil
biopsy menunjukan Invasive carcinoma of no special type, grade I pada mammae
sinistra. Lebih dari 95 % keganasan payudara adalah adenokarsinoma yang dibagi
menjadi carcinoma in situ dan carcinoma invasive. Karsinoma in situ mengacu
pada proliferasi neoplastik yang terbatas pada membran basal saluran dan lobulus
sedangkan karsinoma invasif telah menembus membran basement masuk ke
dalam stroma, atau dalam referensi lain dikatakan tumor invasive di mana ketika
invasi stroma terdeteksi. Pada keadaan ini, sel-sel memiliki potensi untuk masuk
ke pembuluh darah sehingga dengan demikian mampu mencapai kelenjar getah
bening regional dan tempat yang jauh. Hal ini mencerminkan perbedaan biologi
sel tumor, apakah sel-sel tumor mengekspresikan adhesi sel protein E - cadherin
atau tidak.Tumor invasif dapat dibagi menjadi dua kategori utama,duktal dan jenis
lobular. Lobular mengacu pada carcinoma tipe spesifik dan duktal digunakan
untuk adeno carcinoma yang lebih umum. Kasus ini ditemukan pada seorang
wanita umur 56 tahun. Dilihat dari sisi umur, hal ini sesuai dengan referensi yang
menyebutkan bahwa invasive carcinoma NST jarang pada usia kurang dari 40
tahun. Mayoritas pasien dengan Invasive carcinoma of no special type (NST)
berusia antara 50-69 tahun, hanya sebanyak 6% manifest pada mereka yang
berusia dibawah 39 tahun, sedangkan mucinous carcinoma sering pada mereka
yang berusia lebih dari 55 tahun (1,5,9). Usia rata-rata pada tumor Synchronous
Cancer (SC) berusia 55 dan 52 tahun pada tumor Metachronous Cancer (MC).
Usia rata-rata perbedaan antara kelompok MC dan SC secara statistik tidak
signifikan.9
Berdasarkan diagnosis klinis yang telah ditegakan, maka pasien
direncanakan untuk dilakukan biopsy payudara. Sebagai penatalaksanaan awal
yang diberikan pada pasien sebelum operasi yaitu IVFD RL 20 tetes/menit,
pasang kateter urin, injeksi ceftriaxone 2x1 gr (IV), dan rencana biopsi.
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien IVFD RL gtt 20x/menit,
pemberian cairan bertujuan untuk menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif
konstan. Pemberian cairan bertujuan untuk memulihkan volume sirkulasi darah.
Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan
elektrolit merupakan hal yang umum terjadi pada pasien dengan tindakan bedah.

41
Ringer laktat adalah cairan yang isotonis dengan darah dan dimaksudkan untuk
cairan pengganti dan merupakan cairan kristaloid.
Inj.Ceftriaxone 2x1 gr dan Inj. Pemberian antibiotika yang sesuai sebagai
profilaksis pada pasien diberikan antibiotik spektrum luas meliputi antibiotic
untuk bakteri aerob dan anaerob, dan diberikan secara intravena. Pemberian obat-
obatan profilaksis seperti injeksi ranitidine 2x1 amp untuk mengurangi eksresi
asam lambung.
Pada pasien juga diberikan Inj. OMZ 1x1 Vial. Pemberian obat-obatan
profilaksis seperti injeksi OMZ 1x1 Vial digunakan untuk mengurangi ekskresi
asam lambung karena pasien dipuasakan sebelum operasi.
Penatalaksanaan operasi yang dilakukan pasien ini, yaitu tindakan biopsi.
Setelah operasi selesai, sebagai tatalaksana post-operasi terapi yang diberikan
sebelumnya berupa cairan dan antibiotik dilanjutkan. Tatalaksana tambahan
diberikan analgetik berupa ketorolac. Ketorolac merupakan golongan NSAID
yang dapat digunakan untuk meredakan nyeri pada pasien post operasi. Selain itu,
perlu dilakukan observasi tanda vital untuk mengantisipasi adanya perdarahan
dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernafasan.
Kemudian dilakukan edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarganya
mengenai penyakit yang diderita pasien, pengobatan dan perlunya dilakukan
tindakan operatif untuk menghilangkan sumber infeksi dan mencegah
penyebaran infeksi. Selain itu dijelaskan pula mengenai komplikasi dari tindakan
operatif tersebut. Edukasi juga mengenai keadaan post operasi selesai, untuk
membantu proses penyembuhan dan pemulihan post operasi pasien harus
menjaga kebersihan bekas luka post operasi, minum obat teratur dan kontrol ke
dokter.

42
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan :


1. Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering dijumpai pada
wanita dan sebagai penyebab kematian. Mayoritas pasien dengan Invasive
carcinoma of no special type (NST) berusia antara 50-69 tahun, hanya
sebanyak 6% manifest pada mereka yang berusia dibawah 39 tahun.
2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik ditujukan terutama untuk
mengidentifikasi identitas penderita, faktor resiko, perjalanan penyakit,
tanda dan gejala kanker payudara, riwayat pengobatan dan riwayat penyakit
yang pernah diderita.
3. Tatalaksana kanker payudara meliputi tindakan operasi, kemoterapi,
radioterapi, terapi hormone, targeting therapy, terapi rehabilitasi medik,
serta terapi paliatif.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Prastyo, Y. 2017. Bilateral Breast Cancer ; Invasive Carcinoma of No Special Type


pada mammae dextra disertai Mucinous Carcinoma pada mammae sinistra.
Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro / RS Dr
Kariadi Semarang
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. 2009.
3. International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas. 2015.
4. Kemenkes RI. Infodatin Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI. 2014.
5. Cheng D. Prevalence, predisposition and prevention of type II diabetes. Nutr Metab
(Lond). 2015;2:29.
6. Powers AC. Diabetes mellitus: diagnosis, classification, and pathophysiology. Dalam:
Kasper, dkk, penyunting. Harrison’s Principle of Internal Medicine. Edisi ke-19. New
York: McGraw-Hill. 2015. Hal 2399-2407.
7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. 2009.

44

Anda mungkin juga menyukai